PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO

  

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp

DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO

1,2

  2

  2 Matris Buloto, Dr. Ir. H Hasim, M.Si dan Mulis, S.Pi, M.Sc

  

  

2 Jurusan Teknologi Perikanan, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.

  

Abstrak

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap daya tetas Artemia sp. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil analisis data yang digunakan menunjukan perlakuan A = cysta Artemia sp, 2 gram/liter air Hatching

  

Presentase (HP) 59,13 %, B = cysta Artemia sp 7 gram/liter air Hatching Presentase (HP) 67,51

  % dan C = cysta Artemia sp 12 gram/liter air Hatching Presentase 46,31%. Berdasarkan hasil analisis data (RAL) menunjukan bahwa tingkat daya tetas cysta Artemia sp, penetasan selama 24 jam dengan padat tebar berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

  Kata Kunci: Padat Tebar, Daya Tetas, dan Artemia sp

  Pakan alami menjadi kebutuhan pokok dalam budidaya hewan laut baik ikan dan udang. Pakan alami dijadikan sebagai sumber energi yang dapat meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup, ketahanan stress larva dan post larva udang. Pakan alami yang digunakan terdiri dari fitoplankton dan zooplankton (Soni dan Tyas, 2004 dalam Sulistyowati, 2006). Larva ikan memiliki laju pencernaan yang lebih cepat dan kebutuhan nutrisi lengkap, semua kebutuhan tersebut (sampai saat ini) baru bisa dipenuhi oleh pakan alami terutama Artemia sp ( Jubaedah D., dkk 2006).

  Artemia sp merupakan jenis zooplankton dari anggota Crustacea yang menurut Bhat

  (1992) dalam Sulistyowati (2006) dijadikan sebagai pakan alami terbaik untuk 85% spesies hewan budidaya. Kandungan nutrisi Artemia sp terdiri dari protein 40-60 %, karbohidrat 15-20 %, lemak 15-20 %, air 1-10 %, dan abu 3-4 % (Harefa, 2003).

  Artemia sp memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai pakan alami, diantaranya

  adalah mudah dalam penanganannya karena cysta Artemia sp, dapat disimpan dan ditetaskan sewaktu-waktu akan diperlukan (Yunus dan Sugama, 1998 dalam Mintarso, 2007).

  Kegiatan penetasan cysta Artemia sp perlu memperhatikan tingkat kepadatan cysta pada saat akan ditetaskan baik saat menggunakan wadah yang berkapasitas kecil maupun berkapasitas besar, hal ini semata dilakukan untuk menghasilkan daya tetas yang baik.

  Penetasan cysta Artemia sp dengan skala kecil (volume < 20 liter air) padat tebar cysta

  

Artemia sp adalah 5 g/liter air. Pada skala yang lebih besar, agar memperoleh hasil daya tetas

yang baik maka padat tebar yang digunakan harus diturunkan menjadi 2 g/liter air (Jusadi, 2003).

  Berdasarkan uraian diatas, mengingat kurangnya informasi tentang daya tetas cysta

  

Artemia sp dengan kepadatan yang berbeda, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai

“Padat Tebar yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Artemia sp”.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap daya tetas Artemia sp. Hasilnya diharapkan dapat memberi nilai tambah perbendaharaan terapan dalam pengembangan pakan alami Artemia sp.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dari tanggal 25 November 2013 sampai dengan tanggal 08 Februari 2014. Penelitian ini berlokasi di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni, refraktometer, thermometer, oxymeter, pH family, blower, timbangan analitik, selang aerasi, lampu pijar, alat tulis menulis, dan kamera. Bahan yang digunakan yakni, cysta Artemia fransiscana bay, dan air laut. Untuk melakukan pengamatan terhadap daya tetas Artemia sp menggunakan rumus, menurut Gusrina (2008) yakni,

  N HP = x 100 %

  C

  HP = Hatching presentase

  = Jumlah nauplius yang menetas

  N C = Jumlah cysta yang ditebar

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap masing-masing variabel penelitian digunakan analisis sidik ragam satu arah dengan melakukan uji F dari analisis data Rancangan Acak Lengkap (RAL). (Sutjihno, 1986 dalam Ariska, 2010).

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Cysta Artemia sp

  Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah butiran cysta Artemia sp setiap gramnya, dilakukan perhitungan metode sensus dengan berat sampel 0,0001 g, sebanyak 5 kali ulangan, hal ini disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut :

  Tabel 1 Perhitungan jumlah sampel cysta Artemia sp Berat Jumlah Perhitungan Sample (g) Sample (butir)

  Ke-1 0,0001

  25 Ke-2 0,0001

  36 Ke-3 0,0001

  24 Ke-4 0,0001

  69 Ke-5 0,0001

  54 Jumlah Total 208 Rata-rata

  41.6 Jumlah 1 gram 416000

  Sumber : Data olahan, 2013 Jumlah butir cysta Artemia sp, setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :

  Tabel 2 Jumlah cysta Artemia sp setiap perlakuan No Perlakuan Jumlah Cysta (butir)

  1 A (2 gram/liter) 832000

  2 B (7 gram/liter) 2912000

  3 C (12 gram/liter) 4992000

  Sumber : Data olahan, 2013

  Daya Tetas Artemia sp

  Hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk Tabel 3 sebagai berikut :

  Tabel 3 Daya tetas Artemia sp setiap perlakuan Perlakuan Ulangan A (%) B (%) C (%)

  1 59,13 66,76 46,31 2 58,89 67,79 46,23 3 59,38 67,99 46,39

  Rata-rata 59,13 67,51 46,31

  Sumber : Data olahan, 2013 Berdasarkan Tabel 3 hasil pengolahan data Hatching presentase (HP) dalam penelitian ini diperoleh bahwa, setiap perlakuan menunjukan hasil yang berbeda. Daya tetas Artemia sp pada perlakuan B yakni 67,51%, perlakuan A dengan daya tetas rendah yakni 59,13% , dan perlakuan C dengan daya tetas 46,31%, hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan cysta yang ditebar saat dilakukan inkubasi. Berdasarkan hasil penelitin ini dapat diartikan bahwa, untuk memperoleh daya tetas yang lebih maksimal sebaiknya lebih memperhatikan padat tebar cysta Artemia sp pada saat akan melakukan penetasan.

  Menurut Jusadi (2003), hal lain yang dapat menentukan daya tetas Artemia sp adalah kepadatan cysta yang akan ditetaskan. Harefa (2003) menyatakan bahwa, untuk menetaskan cysta Artemia sp tingkat kepadatan optimal adalah sekitar 5-10 gram/liter air. Selanjutnyaa Gusrina (2008) menyatakan bahwa, berdasarkan pengalaman beberapa akuakulturis dalam menetaskan cysta Artemia sp, padat penebaran yang digunakan adalah 5-7 gram/liter air.

  Hasil rata-rata daya tetas cysta Artemia sp yang ditetaskan dalam penelitian ini menunjukan hasil yang baik pada perlakuan B yakni 67,51%. Nilai rata-rata daya tetas dari

  Artemia sp yang ditetaskan selama 24 jam, disajikan dalam Gambar 1 sebagai berikut : Hatching Presentase (HP)

  46.31 % 59.13 % Hatching Presentase (HP) A (%) Hatching Presentase (HP) B (%) Hatching Presentase (HP) C (%)

  67.51 % Gambar 1 Grafik rata-rata Hatching presentase Artemia sp Berdasarkan hasil uji Anova diketahui bahwa nilai F hitung = 2044,281 > F tabel 0,05 = 5,14.

  diterima dan H ditolak, signifikan pada taraf 0,05

  1

  (f1 = 2, f2 = 6, α = 0,05), sehingga H (berbeda nyata).

  Untuk menguatkan hasil uji Anova maka dilakukan uji Tukey. Hasil uji Tukey menunjukan bahwa semua perlakuan terdapat tanda (*) yang berarti bahwa antar setiap perlakuan terdapat perbedaan, sehiggga ketiga perlakuan menghasilkan Hatching percentase (HP) cysta yang berbeda.

  Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada penelitian ini ketiga perlakuan hasilnya berbeda nyata, sehingga hipotesis bahwa ada perbedaan diantara ketiga perlakuan terhadap Hathing percentase (HP) kysta Artemia sp terbukti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gusrina (2008) bahwa, untuk memenuhi kebutuhan produksi ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah padat penebaran cysta Artemia sp, didalam media penetasan.

  Kualitas Air

  Pengukuran kualitas air dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali saja, dimana pada saat sebelum melakukan penetasan dan sesudah penetasan. Untuk lebih jelas kualitas air dalam media penetasan setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut :

  Tabel 4 Kualitas air dalam 3 perlakuan selama masa inkubasi 24 jam Perlakuan Waktu Pengamatan Kualitas Air A B C

  Sebelum DO (mg/l) 6,7 6,6 6,7 Jam 10.00 Suhu ( 29,3 29,3 29,4 ⁰C)

  (12-08-2013) pH 7,6 7,7 7,6 Salinitas (

  30

  30

  30 )

  DO (mg/l) Sesudah

  4,4 4,6 4,9 Jam 10.00 Suhu ( 27,3 27,5 27,7 ⁰C) (13-08-2013) pH 8,3 8,5 8,3

  31

  31

  31 Salinitas ( )

  Sumber : Data olahan, 2013 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, saat sebelum dan sesudah penetasan cysta Artemia sp, kualitas air baik oksigen terlarut (DO), pH, suhu, dan salinitas masih dalam posisi stabil.

  Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka oksigen terlarut di dalam air harus lebih dari 5 mg/l. pH dipertahankan 8 (Jusadi, 2003). Selanjutnya Purwakusuma (2002) dalam Mintarso (2007) menyatakan bahwa, temperatur optimal untuk penetasan cysta dan pertumbuhan adalah 25-30 C . Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia sp menghendaki kadar salinitas antara 30-35 .

KESIMPULAN DAN SARAN

  Padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap daya tetas Artemia sp, hasil Hatching presentase (HP) diperoleh kepadatan perlakuan A = 59,13%, B = 67,51%, dan C= 46,31%. Padat tebar terbaik untuk penetasan cysta Artemia sp yakni, 7 gram/liter air dengan Hatching presentase (HP) 67,51%. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode dekapsulasi.

DAFTAR PUSTAKA

  Ariska D. 2010. Lama Waktu Dekapsulasi Terhadap Daya Tetas dan Sintasan Pasca Tetas Artemia Salina. Proposal Tugas Akhir. Depertemen Pendidikan Nasional.Politeknik Negeri.Jember. http://dc385.4shared. com/doc/Tt0JM Kbe/previe.html. [26 September 2013].

  Jusadi D. (2003). Budidaya Pakan Alami. Modul Penetasan Artemia. Departemen Pendidikan Nasional.25 September 2010]. Jubaedah D, Djokosetiyanto D, Soni M. F. A. 2006. Jumlah dan Kualitas Cysta Artemia Pada

  Berbagai Tingkat Perubahan Salinitas.Jurnal http:// jurnalkampus.stipfarm.ing.ac.id/ inde x.php/am/article/download/22/22. [30 September 2013]. Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

  Departemen Pendidikan Nasional. PT. Macan Jaya Cemerlang. Jakarta. Harefa F. 2003. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang dan Ikan. PT. Penebar Swadaya.

  Jakarta. Mintanso Y. 2007. Evaluasi Pengaturan Waktu Peningkatan Salinitas Pada Kualitas Produksi Cysta Artemia . Tesis. http://www.google.com/url.?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we&cd=1&cad=rja&ved =0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id. [30 September 2013].

  Nurmalasari M. D. 2007. Pemanfaatan Silase Ikan Terhadap Produksi Cysta Artemia Franciscana Pada berbagai Padat Penebaran.

  Skripsi.

  26 September 2013]. Rahardi F, Kristiawati R, Nazarudin. 1993. Agribisnis Perikanan. PT. Penebar Swadaya.

  Jakarta. Sulistyowati B. E., Widyani T., Soni M. F. A, 2006. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Cysta

  Artemia franciscana setelah Pemberian Silase Ikan. Jurnal 25 September 2013]. Matris Buloto, Jurusan Teknologi Perikanan Pembimbing Dr. Ir. H. Hasim, M.Si dan Mulis, S.Pi, M.Sc

  6 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO Oleh MATRIS BULOTO NIM. 631409007 MENGETAHUI