DAYA TETAS DAN LAMA WAKTU PENETASAN TELUR IKAN RAINBOW (Melanotaenia parva) PADA SALINITAS YANG BERBEDA
DAYA TETAS DAN LAMA WAKTU PENETASAN TELUR IKAN RAINBOW (Melanotaenia Parva) PADA SALINITAS YANG BERBEDA
Oleh
DAHLIA MUBAROKAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(2)
DAYA TETAS DAN LAMA WAKTU PENETASAN TELUR IKAN RAINBOW (Melanotaenia parva) PADA SALINITAS YANG BERBEDA
Dahlia Mubarokah1, Tarsim2, Tutik Kadarini3 ABSTRAK
Ikan hias adalah salah satu potensi budidaya perikanan yang cukup besar di indonesia. Budidaya ikan hias air tawar memiliki nilai eksport yang cukup tinggi dan berpeluang dapat meningkatkan devisa. Ikan hias dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan finansial. Ikan rainbow merupakan salah satu ikan hias air tawar yang memiliki warna, bentuk dan ukuran yang menarik, serta mudah dibudidayakan. Budidaya ikan rainbow memiliki kendala dalam ketersediaan benih dikarenakan lamanya waktu penetasan telur dan sering dijumpai telur yang membusuk pada saat proses penetasan. Salah satu solusi untuk mempercepat waktu penetasan telur yang dihasilkan adalah dengan melakukan rekayasa lingkungan seperti salinitas pada media budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap daya tetas dan lama waktu penetasan telur ikan rainbow. Desain penelitian yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan (2; 4; 6; 8; dan 10 ppt) dan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan tabel sidik ragam (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penetasan menggunakan media salinitas berpengaruh terhadap lama waktu penetasan telur, salinitas tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur. Salinitas yang baik untuk mempercepat waktu penetasan adalah salinitas 4 ppt.
Kata kunci: Ikan Hias, salinitas, embriogenesis dan lama waktu penetasan telur. 1
) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Unila E-mail: dahliaperikanan08@yahoo.com 2
) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan Unila Jl. Sumantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Email:
3
(3)
DAYA TETAS DAN LAMA WAKTU PENETASAN TELUR IKAN RAINBOW (Melanotaenia parva) PADA SALINITAS YANG BERBEDA
Dahlia Mubarokah1, Tarsim2, Tutik Kadarini3 ABSTRAK
Ikan hias adalah salah satu potensi budidaya perikanan yang cukup besar di indonesia. Budidaya ikan hias air tawar memiliki nilai eksport yang cukup tinggi dan berpeluang dapat meningkatkan devisa. Ikan hias dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan finansial. Ikan rainbow merupakan salah satu ikan hias air tawar yang memiliki warna, bentuk dan ukuran yang menarik, serta mudah dibudidayakan. Budidaya ikan rainbow memiliki kendala dalam ketersediaan benih dikarenakan lamanya waktu penetasan telur dan sering dijumpai telur yang membusuk pada saat proses penetasan. Salah satu solusi untuk mempercepat waktu penetasan telur yang dihasilkan adalah dengan melakukan rekayasa lingkungan seperti salinitas pada media budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap daya tetas dan lama waktu penetasan telur ikan rainbow. Desain penelitian yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan (2; 4; 6; 8; dan 10 ppt) dan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan tabel sidik ragam (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penetasan menggunakan media salinitas berpengaruh terhadap lama waktu penetasan telur, salinitas tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur. Salinitas yang baik untuk mempercepat waktu penetasan adalah salinitas 4 ppt.
Kata kunci: Ikan Hias, salinitas, embriogenesis dan lama waktu penetasan telur. 1
) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Unila E-mail: dahliaperikanan08@yahoo.com 2
) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan Unila Jl. Sumantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Email:
3
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL.... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat Penelitian ... 2
D. Kerangka Pikir ... 2
E. Hipotesis ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi ikan rainbow... 4
1. Klasifikasi dan morfologi ikan rainbow... 4 2. habitat... 3. pakan... 4. pemijahan induk... 5. fertilisasi... 6. faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan... 7. Proses penetasan embrio ikan
B. Salinitas perairan... 1. NaCl (Natrium Chlorida)...
5 6 6 7 9 10 11 11
(8)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ... 13
B. Alat dan Bahan ... 1. Alat penelitian... 2. Bahan penelitian ... 3. Ikan uji ... 13 13 13 13 C. Rancangan Penelitian ... 13
D. Prosedur Penelitian ... 14
1. Persiapan wadah uji... 14
a. wadah Uji ... 14
b. wadah pemijahan ... 14
2. seleksi induk ... 15
3. aklimatisasi ikan uji... 15
4. persiapan substrat ... 16
5. pemijahan ... 6. penghitungan telur ... 7. konsentrasi larutan garam (NaCl)... 8. parameter pengamatan ... a. lama waktu penetasan dan HR... b. SR (survivel rate) ... c. Panjang rata-rata larva ... d. Parameter kualitas air ... 16 16 17 17 17 17 18 18 IV. HASIL DAN PEMBAHSAN A. Hasil ... 19
1. Lama waktu penetasan telur... 19 2. hatching rate (HR) ... 3. survival rate (SR)... 4. panjang rata-rata larva... 5. kualitas air ... B. pembahasan ...
22 23 24 25 26
(9)
V. KESIMPULAN DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN
(10)
1 I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan hias adalah salah satu potensi budidaya perikanan yang cukup besar di indonesia. Budidaya ikan hias air tawar memiliki nilai eksport yang cukup tinggi dan berpeluang dapat meningkatkan devisa. Ikan hias dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan finansial. Salah satu jenis ikan hias yang dapat di budidayakan adalah ikan rainbow. Selain warna bentuk dan ukuran yang menarik, ikan rainbow juga mudah di budidayakan (Nasution 2000). Ikan rainbow merupakan salah satu ikan asal Indonesia dengan habitat asli Danau Sentani, Irian Jaya. Budidaya ikan rainbow sudah dikembangkan di Indonesia untuk pelestarian plasma nutffah.
Budidaya ikan rainbow masih memiliki kendala dalam ketersedian benih yang dikarenakan lamanya waktu penetasan telur selain itu juga kendala yang sering di jumpai adalah telur yang membusuk pada saat proses penetasan yang dikarenakan lamanya waktu penetasan. Sehingga memperlambat proses budidaya dan produksi benih ikan rainbow. Penetasan telur ikan rainbow memerlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 7 hari (Nugraha, 2004).
Salah satu cara untuk mempercepat waktu penetasan telur yang dihasilkan adalah dengan melakukan rekayasa lingkungan. Faktor lingkungan seperti salinitas media budidaya dapat mempengaruhi daya tetas dan lama penetasan telur dan kualitas telur. Salinitas media akan berpengaruh terhadap tekanan osmotik dalam telur
(11)
2 ikan. Apabila osmotik lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan tekanan osmotik dalam telur ikan (kondisi tidak ideal) maka osmotik media akan menjadi beban bagi telur sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan osmotik telurnya (Dian, AN dkk, 2010) .Sampai saat ini belum diketahui berapa kisaran salinitas yang optimum untuk penetasan telur ikan rainbow. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian agar diketahui salinitas
optimum dalam media penetasan serta pengaruhnya terhadap lama penetasan telur ikan rainbow .
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap daya tetas dan lama waktu penetasan telur ikan rainbow.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh salinitas terhadap daya tetas dan lama waktu penetasan telur ikan rainbow(Melanotaenia parva).
D. Kerangka Pemikiran
Tingginya permintaan pasar akan ikan hias mendorong para petani ikan memproduksi ikan hias sebanyak-banyaknya. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membudidaya ikan hias menyebabkan para pembudidaya tidak dapat memenuhi jumlah permintaan pasar. Perlu dilakukan teknik manipulasi salinitas agar telur-telur ikan hias khususnya ikan rainbow agar cepat menetas.
(12)
3 Daya tetas telur ikan akan menentukan kualitas larva yang dihasilkan, ikan Rainbow membutuhkan waktu 7 hari untuk menetas (Nugraha, 2004). Hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan embrio yang berlangsung lama. Fase ini cukup krisis sehingga lamanya proses menyebabkan kegagalan dalam perkembangan embrio yang ditandai banyaknya telur yang busuk. Salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya penetasan telur ikan Rainbow yaitu kualitas air dan lingkungan yang kurang sesuai. Menurut Bobe dan Labbé (2010) bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status nutrisi induk jantan/betina, penanganan manajemen induk saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stres dan kondisi lingkungan seperti suhu, lama pencahayaan dan salinitas.
Salinitas merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya tetas dan lama waktu penetasan pada telur ikan. Oleh karena itu diharapkan dengan kadar salinitas yang optimum menjadikan embrio dapat berkembang lebih baik dan proses perkembangan menjadi lebih cepat.
E. Hipotesis
Hipotesisi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho = Tidak ada pengaruh perbedaan salinitas terhadap daya tetas telur ikan rainbow (Melanotaenia parva).
H1 = Ada pengaruh perbedaan salinitas terhadap daya tetas telur ikan rainbow (Melanotaenia parva).
Ho = Tidak ada pengaruh perbedaan salinitas terhadap lama waktu penetasan telur ikan rainbow (Melanotaenia parva).
H1 = Ada pengaruh perbedaan salinitas terhadap lama waktu penetasan telur ikan rainbow (Melanotaenia parva).
(13)
4 II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Biologi Ikan Rainbow 1. Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi ikan rainbow (ITIS, 2012) adalah : Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata Superclass : Osteichthyes Class : Actinopterygii Subclass : Neopterygii Infraclass : Teleostei
Superorder : Acanthopterygii Order : Atheriniformes Suborder : Athernoidea Family : Melanotaeniidae Genus : Glossolepis
(14)
5 Gambar 1. Ikan rainbow (Melanotaenia parva)
sumber : BPPBIH Depok
Ikan rainbow memiliki panjang makimal 15 cm pada indukan jantan , sedangkan pada indukan rainbow betina memiliki panjang dan ukuran tubuh relatif kecil jika di bandingkan dengan rainbow jantan. Ikan rainbow mempunyai bentuk tubuh yang panjang dan pipih ke samping. Mempunyai dua buah sirip punggung yang pertama letaknya paling depan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sirip punggung sedangkan yang kedua berada di belakangnya. Warna dasar tubuhnya suram tetapi mengkilap dengan bagian punggung kecoklatan, serta kekuningan pada bagian perut. Selain itu pada sisi badannya terdapat banyak garis memanjang berwarna coklat kemerahan (Daelami, 2010).
2. Habitat
Ikan rainbow tergolong dalam famili melanotaenidae yang terdistribusi di Irian Jaya, Papua New Guinea, dan Australia dengan habitat kebanyakan air bersih pada ketinggian di bawah 1500 meter, baik di sungai, danau,dan rawa (Said dan
(15)
6 Hidayat, 2005). Ikan rainbow bersifat endemik di Danau Aitinjo dan Danau Ajamaru, Irian Jaya (Allen,1995) Ikan ini aktif pada siang hari (diurnal) untuk mencari makan dan beraktifitas (Allen, 1995).
3. Pakan
Ikan rainbow tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan (Saputra, 2007). Pada benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera dan Moina sp. (Amri dan Khairuman, 2003). Ikan rainbow aktif mencari makan pada siang hari (diurnal) (Allen, 1995). Pada malam hari, ikan rainbow lebih banyak beristirahat (Amri dan Khairuman, 2008). Ikan rainbow juga merupakan ikan pelagis yaitu ikan yang mencari makanan di permukaan air. Umumnya, ikan jenis ini menghabiskan waktunya lebih lama berada di lapisan atas perairan (Pemula, 2006).
4. Pemijahan induk
Pemijahan adalah sebagai salah satu bagian dari reproduksi yang merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup suatu spesies. Hampir semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi seksual yaitu terjadi persatuan sel reproduksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan membentuk zigot. Persatuan kedua macam sel tersebut ada yang terjadi di dalam tubuh dan ada pula yang terjadi di luar tubuh, pada ikan umumnya terjadi pembuahan di luar tubuh (Effendie, 1997 ).
(16)
7 Pemijahan ikan Rainbow dilakukan secara alami yaitu dengan cara memasangkan indukan jantan dan betina dalam satu akuarium dengan perbandingan 1:1 . selanjutnya diberi substrat berupa tali raffia agar induk dapat menempelkan telurnya pada substrat tersebut . Substrat digunakan untuk menempelkan telur yang dikeluarkan induk Rainbow. Seperti habitat aslinya, ikan Rainbow biasa menempelkan telur pada tanaman air maupun bebatuan. Substrat yang dapat digunakan untuk tempat menempelkan telur dapat berupa tanaman air, seperti enceng gondok, ijuk halus atau tali plastik yang dibuat serabut. Dari ketiga substrat tersebut substrat yang paling baik adalah dari tali plastik (Nasution, 2000). Sebelum digunakan substrat tersebut harus dicuci terlebih dahulu agar terhindar dari penyakit, parasit atau bahan kimia. Tali plastik yang di potong-potong sepanjang 30 cm, kemudian diikat pada salah satu ujung kemudian disikat dengan sikat kawat sehingga berbentuk serabut memiliki kelebihan tidak busuk dan memiliki daya lekat yang baik untuk telur. Disamping itu tali raffia mudah diperoleh dan dapat digunakan berkali-kali.
Pemijahan Rainbow yang sulit diperkirakan, mengharuskan pengamatan terus-menerus pada substrat yang dipasang. Telur yang menempel tampak berupa butiran bening berdiameter 1 mm. Jika telah diketahui induk betina telah bertelur, maka induk dipindahkan pada wadah yang berbeda meskipun induk jantan tidak memakan telurnya. Hal tersebut dilakukan agar induk tidak mengganggu dalam penetasan telur.
(17)
8 Perkembangan embrio diawali saat proses impregnesi, dimana sel telur (ovum) dimasuki sel jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi sel telur pada pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dengan inti sel jantan. Kedua macam inti sel ini masing masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid). Sel telur dan sel jantan yang berbeda dalam cairan fisiologis masing masing dalam tubuh induk betina dan jantan masih bersifatnon aktif. Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuhan dengan baik. Pada saat sel telur dan spermatozoa dikeluarkan kedalam air mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang tadinya non aktif bergerak (motil) dengan mengunakan ekornya yang berupa cambuk. Berjuta juta sepermatozoa dikeluarkan pada saat memijah dan menempel pada sel telur, tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil satu satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa masuk melalui mikropil dan bersatu dengan inti sel telur sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah sel sel jantan yang lain ikut masuk (Effendi, 2009).
Masuknya spermatozoa lewat mikropil harus berlangsung dengan cepat sekali supaya persatuan kedua inti sel kelamin tersebut dapat terjadi, karena inti sel telur akan bergerak dan daya gerak sperma itu sendiri sangat terbatas 1-2 menit saja (Effendi, 2009). Spermatozoa lainnya yang bertumpuk pada saluran mikropil, ada yang mengatakan akan dilebur dijadikan makanan sel telur yang telah dibuahi atau zigot. Tetapi ada pula yang mengatakan dibuang, didorong keluar oleh reaksi korteks. Demikian juga halnya dengan spermatozoa yang menempel pada
(18)
9 permukann chorion harus dibuang karena akan menggangu proses pernapasan (metabolisme) zigot yang sedang berkembang. Cara pembuangan atau pelepasan spermatozoa dengan reaksi korteks (Horvath, 2003). Percampuran inti sel telur dan spermatozoa terjadi dalam sitoplasma telur. Persatuan kedua inti (pronuklei) dari sel betina dan sel jantan bersatu dalam proses yang disebut amfimiksis (Effendi, 2009).
Ada dua fungsi utama fertilisasi yaitu fungsi reproduksi dan fungsi perkembangan. Pada fungsi reproduksi, fertilisasi memungkinkan perpindahan unsur unsur genetik dari pada tetuanya . jika pada gametogenesis terjadi reduksi unsur genetik dari 2n (diploid) menjadi n (haploid), maka pada fertilisasi memungkinkan pemulihan kembali unsur genetiknya, n dari tetua jantan dan n dari tetua betina sehingga diperoleh induvidu normal 2n. tanpa fertilisasi (kecuali pada kasus-kasus tertentu), kesinambungan keturunan suatu spesies tidak akan terjadi. Pada fungsi perkembangan, fertilisasi menyebapkan stimulus atau rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan prosespembelahan meiosisnya dan membentuk pronukleus betina yang akan melebur dengan pronukleus jantan membentuk zigot. Jika tidak terjadi fertilisasi atau pembuahan, maka sel telur tetap bertahan pada tahap metaphase II yang selanjutnya akan beregenerasi (atresia) tanpa mengalami proses perkembangan selanjutnya (Nurman ,1998).
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan
Penetasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah suhu. Suhu mempengaruhi embrio dan proses penetasan embrio. Jika suhu rendah embrio akan lebih lama tertahan dalam cangkangnya, sebaliknya jika suhu tinggi akan
(19)
10 menyebabkan embrio menetas secara prematur, namun larva secara umum tidak mampu bertahan hidup pada lingkungannya (Effendi, 2009). Selain suhu faktor cahaya juga bisa mempengaruhi masa pengeraman ikan, jika masa pengeraman telur diletakkan ditempat yang gelap maka akan menetas lebih lambat. Faktor luar lainnya yang dapat mempengaruhi adalah gas terlarut dalam air terutama CO2 dan amoniak dapat menyebabkan kematian embrio dalam masa pengeraman. Tekanan CO2 dalam air telah diketahui dapat mempengaruhi unsur meristik yaitu jumlah ruas tulang belakang. Bila tekanan CO2 dalam air tinggi jumlah ruas tulang belakang embrio akan menjadi bertambah dan sebaliknya apabila tekanan gas CO2 berkurang maka ruas tulang belakang akan berkurang jumlahnya (Nugraha, 2004). Kurangnya oksigen tidak hanya memperlambat perkembangan embrio tetapi juga dapat menimbulkan kematian embrio. Jika gas oksigen rendah saat inkubasi telur maka akan mengakibatkan ukuran kuning telur lebih kecil dan lemah di bandingkan bila kandungan oksigen cukup tinggi ( Effendi, 1985). Selain suhu, faktor cahaya,CO2 dan amoniak salinitas juga dapat mempengaruhi lama waktu penetasan. Menurut Maetz dan Bornancin (1975) jika telur ikan dimasukan kedalam salinitas yang lebih tinggi maka akan membuat telur ikan akan cepet menetas dikarenakan kandungan sel klorid yang terdapat pada telur ikan akan meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas.
7. Proses Penetasan Embrio Ikan
Proses penetasan embrio ikan terjadi bila embrio telah lebih panjang dari diameter cangkangnya (Lagler, 1962). Pada waktu akan terjadi penetasan, embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang didalam cangkangnya. Dengan
(20)
11 adanya pergerakan pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang lembek akan pecah. Biasanya pada bagian cangkang yang pecah ujung ekor embrio dikeluarkan terlebih dahulu sambil digerakan. Kepalanya dikeluarkan terakhir karena ukurannya lebih besar dibandingkan dengan tubuhlainnya (Effendi, 2007).
Menurut Blaxter (1969) proses penetasan embrio terjadi apabilaadanya pelunakan korion, karena enzim yang dikeluarkan oleh embrio. Pada saat akan terjadi penetasan seperti yang telah dikemukakan, kekerasan korion semakin menurun. Hal ini disebebkan oleh substensi enzim dan unsur kimia lainnya yang dikeluarkan oleh ekstodermal di daerah pharynx.
B. Salinitas Perairan
Salinitas didefisikan sebagai jumlah total material padat dalam garam yang terdapat dalam 1 kg air laut, dimana seluruh karbonat telah diionversi menjadi oksida, bromida, dan iodida diganti oleh klorin dan seluruh materi organik telah dioksidasi sempurna (Stickney, 1979). Salinitas juga merupakan konsentrasi total ion-ion Na+, K+,ca2+, NO,Cl-,HCO, SO: yang ada pada air dan menggambarkan konsentrasi total garam terlarut dalam air (Boyd, 1982). Secara langsung salinitas mempengaruhi kehidupan organisme dalarn laju pertumbuhan, konsumsi pakan, metabolisme, distribusi ikan dan tingkat kelangsungan hidup selanjutnya dinyatakan pula bahwa perubahan salinitas dapat menyebabkan laju metabolisme akanmenurun bila hewan berada diluar toleransi salinitasnya (Kinne, 1964).
NaCl (Natrium Chlorida)
Natrium (Na) adalah sala satu unsur alkali utama yang ditemukan di perairan dan merupakan kation penting yang mempengaruhi kesetimbangan keseluruhan kation
(21)
12 di perairan. Hampir semua senyawa natrium mudah larut dalam air dan bersifat sangat reaktif. Salah satu sumber utama natrium di perairan adalah NaCl (Effendi, 2003). Menurut Joseph (1996), natrium (Na) merupakan mineral makro yang memenuhi syarat-syarat sebagai unsur esensial untuk tubuh. Semua makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan, memerlukan mineral tersebut untuk metabolisme normalnya. Fungsi natrium dalam tubuh, yaitu untuk memelihara tekan osmotik, menjaga keseimbangan asam-basa, mengatur masuknya zat makanan ke dalam sel dan mengatur metabolisme air. Chlor (Cl) merupakan unsur makro yang esensial untuk tubuh. Berbeda dengan natrium yang merupakan kation utama dallam tubuh, maka chlor merupakan salah satu anion utama dan berfungsi dalam mengatur tekanan osmosis dan menjaga keseimbangan asam-basa tubuh (Joseph, 1996). Ion klorida adalah anion yang dominan di perairan laut. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion Morida (C1-) dan ditemukan di perairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya (Effendi, 2003).
(22)
13 III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.
B.Alat dan Bahan (1) Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain akuarium pemeliharaan induk 38x35x36 cm³ , baskom plastik, tali rafia, timbangan digital, termometer, pH meter, DO meter, milimeter blok, centong plastik, gunting, aerasi, alat sipon serta alat tulis.
(2) Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah garam (NaCl)
(3) Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian adalah induk ikan rainbow (Melanotaenia parva)yang dipijahkan kemudian menghasilkan telur, telur dari hasil pemijahan tersebut diuji dengan air garam dengan salinitas yang berbeda.
C.Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rencangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 5 perlakuan dosis dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :
(23)
14 Perlakuan A sebagai kontrol 0ppt
Perlakuan B : Media air dengan salinitas 2 ppt Perlakuan C : Media air dengan salinitas 4 ppt Perlakuan D : Media air dengan salinitas 6 ppt Perlakuan E : Media air dengan salinitas 8 ppt Perlakuan F : Media air dengan salinitas 10 ppt
Analisis Data
Dilakukan analisis ragam uji F, jika ada pengaruh atau beda nyata dilakukan uji lanjut BNT dengan selang kepercayaan 95% dan taraf nyata 0,05
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Wadah Uji
a. Wadah Uji
Mempersiapkan wadah uji berupa baskom plastik sebanyak 18 buah untuk 5 perlakuan dan tiga kali ulangan dan 1 perlakuan kontrol sebagai tempat pemeliharan telur yang akan diuji. Wadah uji dicuci sebanyak 3 kali, kemudian dibilas dan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 24 jam agar sisa-sisa kotoran yang menempel pada dinding wadah uji hilang.
b. Wadah Pemijahan
Wadah pemijahan berupa bak sebagai wadah untuk pemijahan induk ikan rainbow yang hasil telurnya akan diambil dan dihitung, dipindahkan pada wadah uji yang telah dipersiapkan untuk kemudian dilakukan penelitian.
(24)
15 2. Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan memilih induk jantan dan induk betina sebanyak 30 ekor yang baik untuk kemudian dipijahkan agar dapat menghasilkan kualitas telur yang baik. Induk jantan dan betina dipilih dengan ciri-ciri induk jantan berumur ± tujuh bulan, panjang tubuh mencapai 5-8cm, warna tubuh lebih cerah, terlihat agresif dan lincah, dan kondisi tubuh tidak ada yang cacat, sedangkan pada induk betina berumur ± tujuh bulan, panjang tubuh hampir sama pada induk jantan berkisar antara 5-7 cm, warna tubuh sedikit pudar, terlihat pasif dan kondisi tubuh tidak ada yang cacat. Untuk mempercepat dan memperbanyak telur yang dihasilkan dari proses pemijahan, maka pemijahan dilakukan secara masal dengan memperbanyak induk betina daripada induk jantan yaitu masing-masing pemijahan 6:4. Setelah induk jantan dan induk betina yang baik selesai diseleksi maka induk dipelihara untuk proses aklimatisasi.
3. Aklimatisasi Ikan Uji
Induk jantan dan betina ikan rainbow yang akan digunakan dalam penelitian ini diaklimatisasi terlebih dahulu selama tujuh hari didalam wadah pemijahan berupa bak pemijahan yang telah dipersiapkan. Selama aklimatisasi benih ikan diberi aerasi dan pakan. Pakan yang diberikan adalah pakan alami berupa Moina sp dan pakan buatan pelet terapung sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore secara ad libitum. Proses aklimatisasi bertujuan agar induk jantan dan betina yang akan dipijahkan tidak merasa asing pada lingkungan baru dan dapat mengenal dengan pasangannya masing-masing.
(25)
16 4. Persiapan Substrat
Proses selanjutnya adalah membuat substrat atau selter sebagai tempat menempelnya telur-telur ikan rainbow yang akan pelihara. Substrat dibuat dengan menggunakan tali plastik yang digunting tipis-tipis hingga berserat kemudian diikat membentuk substrat dengan menggunakan batu atau karang sebagai pemberat substrat. Tali plastik yang akan digunakan direndam dengan air selama sehari kemudian dijemur dibawah matahari agar bau dan kotoran-kotoran yang menempel pada tali plastik hilang.
5. Pemijahan
Setelah proses aklmatisasi berlangsung selama tujuh hari, maka selanjutnya adalah proses pemijahan dengan menaruh substrat berupa tali plastik bak pemijahan pada sore harinya. Proses pemijahan ikan rainbow berlangsung secara parsial atau bertahap, maka setiap substrat harus dilakukan pemeriksaan setiap hari agar telur yang dihasilkan banyak dan sesuai dengan yang diharapkan.
6. Penghitungan Telur
Proses penghitungan telur dilakukan setiap hari dengan memeriksa substrat dari masing-masing wadah pemijahan. Setiap subtrat yang telah terdapat telur yang menempel kemudian digunting dan pindahkan pada wadah uji telah berisi larutan garam (NaCl) sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Jumlah telur untuk masing-masing perlakuan adalah sebanyak 40 butir telur.
(26)
17 7. Konsentrasi Larutan Garam (NaCl)
Untuk konsentrasi larutan garam (NaCl) yang dipersiapkan untuk masing-masing perlakuan adalah 2ppt; 4ppt; 6ppt; 8ppt; dan 10ppt. Setelah konsentrasi larutan dipersiapkan, maka dapat segera dimasukkan kedalam wadah uji berupa baskom plastik yang telah dipersiapkan.
8. Parameter Pengamatan a. Lama waktu penetasan
Lama waktu penentasan adalah waktu yang dibutuhkan telur untuk dapat menetas. Pengamatan lama waktu penetasan diamati menggunakan mikroskop mulai dari fertilisasi, perkembangan embrio telur ikan rainbow hingga telur menetas. Sampel yang digunakan sebanyak 10 butir telur pada setiap perlakuan. Waktu perubahan tiap fase perkembangan embrio dicatat dan didokumentasikan.
b. HR (Hatching Rate)
Hatching rate akan diamati selama proses penelitian berlangsung untuk mengetahui % jumlah telur yang menetas . Hatching rate dihitung dengan menggunakan rumus :
(Effendi, 1997).
(27)
18 Survival Rate yang diamati selama proses penelitian berlangsung untuk
mengetahui tingkat kelangsungan hidup larva. SR dihitung setelah benih berumur 30 hari. dihitung dengan menggunakan rumus :
(Effendi, 1997).
d. Panjang Rata-Rata Larva Rainbow
Pertumbuhan rata-rata larva rainbow yang telah menetas akan dihitung dengan menggunakan miskroskop Olympus BX-4. Adapun prosedur pengamatan pertumbuhan panjang rata-rata larva ikan rainbow adalah sebagai berikut :
1. Larva yang telah menetas dipindahkan ke dalam cawan petri dengan jumlah 10 larva pada masing-masing perlakuan.
2. Larva kemudian dilihat pada miskroskop Olympus BX-41 yang didalamnya telah dilengkapi mikrometer
3. Larva kemudian diamati panjangnya pada masing-masing perlakuan kemudian dicatat.
e. Parameter Kualitas Air
Pengamatan kualitas air dilakukan saat penelitian yaitu : suhu, pH, DO,amoniak dan nitrit .
Tabel 1. Pengamatan kualitas air dan alat yang digunakan
Paeramter Satuan Alat waktu
Suhu 0C Thermometer digital 2x/hari
pH Mg/L pH meter digital 1x/mgu
DO Ppm DO meter 1x/mgu
(28)
19
(29)
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Salinitas berpangaruh terhadap lama waktu penetasan
b. Salinitas tidak berpengaruh terhadap daya tetas
c. Salinitas yang baik utuk mempercepat waktu penetasan adalah salinitas 4 ppt
B. Saran
Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan terhadap perawatan larva pada salinitas yang berbeda untuk melihat SR terbaik.
(30)
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.R 1995. Rainboryfishes Of Australia And Papua New Guinea T.F.H, Publication inc. USA.
Amri, K., dan khairuman, A. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta
Balinsky, s. 1970. An Introduction to Embriology. W. B. Internasional Review of Cytology, 12:361-403. Saunders Company. London P:219-253
Blaxter, H.S. 1969. Development of eggs and larvae. In Fish physiology. W.S. Hoar and D.J. Randall. Academic Press, New York. (111) : 117-241.
Bobe, J.,and C. Labbé. 2010. Egg and sperm quality in fish. General and Comparative Endocrinology, 165(3):535-548.
Bouf, G dan P. Payan. 2001. Review : How Should Salinity Influence Fish Growth?.
Comparative Biochemistry and Physiology Part C. Elsevier Science Inc. 130 : 411-423.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. International Centre for Aquaculture. Agriculture Experiment Station. Auburn University, Alabama, USA.
Cholik, F., G. Ateng, Poernomo., dan J. Ahmad. 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta.
Daelami, Deden 2010. Usaha pembenihan ikan hias air tawar. Jakarta : Penebar Swadaya Diana, AN; Maisthah, ED; Mkhti, AT dan Triastuti J.2010. Embriogenesis Dan Daya Tetas
Telur Ikan Nila (Oreocromis Niloticus) Pada Salinitas Yang Berbeda. Surabaya. Universitas Erlangga.
Effendi, M.I 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nustama. Yogyakarta Effendi, M.I 2009. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
Foskett, J. K. and C. Scheffey. 1982. The Chloride Cell : Definitive Identification as the Salt-secretory Cell in Teleosts. Sci., 215 : 161-166.
(31)
Fujaya, Yushinta . 2004. Fisiologis Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta.
Giri, I.N.A, F. Johnny, K. Suwirya dan M. Marzuqi. 2003. Kebutuhan Vitamin C untuk Pertumbuhan dan meningkatkan Ketahan Benih Kerapu Macan, Epinephelus fuscoguttatus. Laporan Hasil Penelitian Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol-Bali TA. 2003. Halaman: 133-143.
Gusrina. 2008. Budi Daya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. hal. 165- 174.
Guyton, A. C. dan J. E. Hall. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Textbook of Medical Physiology. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal. 381- 388.
Horvath, S.i., 2003. Cryopreservatoin Of Common Carp Sperm. Departement Of Fish Culture, Szent Istvan University, K.U 1, 2103 Godolo. Hungary.
Joseph, G. 1996. Status Asam-Basa dun Metabolisme Mineral pada Ternak Kerbau Lumpur yang diberi Pakan Jerami Padi dun Konsentrat dengan Penambahan Natrium. Disertasi Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kaneko, T., K. Shiraishi, F. Katoh, S. Hasegawa, and J. Hiroi. 2002. Chloride Cells During Early Life Kinne, 0. 1964. The Efect of Temperature and Salinity on Marine and Brackishwater Animals. 11. Salinity and Temperature-Salinity Combination. Oceanography and Marine Biology Annual Review. 2 : 281-339.
Kordi, M. G. dan Andi B. T. 2007. Pengolahan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka cipta
Lesmana, D dan Iwan D. 2006. Budidaya Ikan Hias Maanvis (Pterophylum sclarae). Jakarta : Penebar Swadaya.
Maetz, J. and M. Bornancin. 1975. Biochemical and Biophysical Aspects of Salt Excretion by Chloride Cells in Teleosts. Forts. Chr. Zool., 22 : 322- 362
Maisura, I. 2004. Pengaruh Perbedaan Salinitas terhadap Tetasan Telur dan Kelulushidupan Larva Ikan Manvis (Pterophyllum scalare). Jurnal Penelitian. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. 52 hal.
Nasution, S.N. 2004. Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugraha, F.2004. Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Rainbow. Jurnal penelitian. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Said, D. S dan Hidayat. 2005. Kekerabatan Beberapa Spesies Ikan Pelangi Irian ( Famili Melanotaenidae) Berdasarkan Karyotipe. Penelitian limnologi-LIPI. Fakultas perikana dan kelautan. Jurnal ikhtiologi indonesia, volume 5 nomor 1. Institut Pertanian Bogor
(32)
Stickney, R.R. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons, Inc. New York. USA.
Prunet, P dan M, Bornancin. 1989. Physiology of Salinity Tolerance in Tilapia : An Update of Basic and Applied Aspects.
Wibowo, A. H. 1993. Pengaruh Berbagai Tingkat Salinitas terhadap Kecepatan Menetas Telur Kakap Putih (Lates calcarifer) dan Presentase Larva yang Dihasilkan (D-0). Jurnal Penelitian. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.52
Woynarovich, E. and Horvarth, L. 1980. The Artzjkial Propagation of Warmwater Fin Fish. A Manual for Extention. FA0 Fish. Tech. Pap., No. 201. 183 p.
(33)
Jumlah telur yang menetas (HR)
Perlakuan Ulangan
1 2 3
A 38 40 40
B 35 40 40
C 40 40 40
D 37 35 39
E 38 37 35
F 35 38 33
Data HR rata-rata
Perlakuan Jumlah Rata-rata Telur Jumlah Rata-rata Telur Menetas HR (%)
A 40 39 98
B 40 38 95
C 40 40 100
D 40 37 93
E 40 37 93
F 40 35 88
Perhitungan menggunakan SPSS
Test of Homogeneity of Variances HR
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
(34)
ANOVA HR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 268.667 5 53.733 2.467 .093
Within Groups 261.333 12 21.778
Total 530.000 17
*Fhit < Ftabel maka menerima Ho
Interprestasi = pada selang kepercayaan 95%, pemberian salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat penetasan (HR) telur ikan rainbow
Kelangsungan hidup larva ikan rainbow
Perlakuan SR
A 64,0%
B 76,0%
C 83,0%
D 73,0%
E 84,0%
F 83,0%
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2 3
A 32 28 14 25
B 30 28 28 29
C 39 32 28 33
D 26 28 28 27
E 32 36 25 31
(35)
SR
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Test of Homogeneity of Variances SR
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
(36)
ANOVA SR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 941.167 5 188.233 .799 .571
Within Groups 2825.333 12 235.444
Total 3766.500 17
*Fhit < Ftabel maka menerima Ho
Interprestasi = pada selang kepercayaan 95%, pemberian salinitas pada saat proses inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan rainbow.
(37)
DATA PERTUMBUHAN PANJANG
Sampling 1
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 60,3 60,7 60,5 40,5 40,8 55 55 63 50 55 60 55 50 50 57 49 60 60
2 60 60 60,3 60 59 60 63 55 60 52 55 57 52 52 55 53 53 60
3 60,5 60,3 60,1 59 60 58 58 60 53 45 60 58 59 60 60 48 54 58
4 50,8 50 60 56 60 60 53 60 58 58 60 60 60 52 58 59 59 58
5 60 60 60 60 60 57 60 60 60 50 50 60 52 59 60 54 55 60
Jumlah
292 291
301 275,5
280 290
289 298
281 260
285 290
273 273
290 263
281 296
Rata-rata
295 281,7666667
289 278,3333333
279 280
Sampling 2
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 75 75 70 65 60 75 88 80 80 100 100 100 100 100 80 70 90 85
2 105 70 90 67 95 70 80 80 85 70 75 75 88 90 80 80 90 70
3 95 80 80 95 80 90 80 90 80 85 80 80 75 75 100 90 75 80
4 90 90 90 85 90 85 75 70 80 90 80 100 85 80 75 80 80 90
5 100 100 90 90 95 85 80 90 80 70 80 75 80 80 75 85 80 85
Jumlah
465 415
420 402
420 405
403 410
405 415
415 430
428 425
410 405
415 410
Rata-rata
433 409
406 420
(38)
Sampling 3
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 120 120 120 120 100 100 90 100 90 100 100 100 110 100 110 110 110 100
2 100 75 100 75 120 100 90 90 90 85 80 85 110 100 110 100 110 100
3 110 90 75 90 90 90 110 90 90 120 100 120 90 110 100 100 100 100
4 90 100 90 90 90 120 85 85 120 100 120 110 95 100 80 90 90 90
5 100 100 90 100 90 90 85 110 100 110 110 110 100 95 95 95 110 90
Jumlah
520 485
475 475
490 500
460 475
490 515
510 525
505 505
495 495
520 480
Rata-rata
493 488,3333333
475 516,6666667
502 498,3333333
Sampling 4
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 135 130 130 90 120 100 100 120 120 95 100 95 90 90 100 110 110 110
2 130 120 130 120 90 95 120 120 120 130 95 95 110 130 110 90 100 110
3 135 105 120 130 130 120 100 100 100 110 120 130 120 100 120 110 130 90
4 105 120 100 90 90 120 120 130 120 100 110 100 115 120 120 100 100 90
5 120 100 100 130 130 120 130 120 130 120 120 130 125 115 110 120 120 130
Jumlah
625 575
580 560
560 555
570 590
590 555
545 550
560 555
560 530
560 530
Rata-rata
593 558,3333333
583 550
(39)
. Alat dan Bahan Penelitian
(a).Wadah Uji (b). garam
(c) akuarium pemijahan (d) substrat
(e) STC (Salinity, temperature and conductivity) meter
(40)
Lanjutan Alat dan Bahan Penelitian.
(g) baskom plastik (h) Gelas Ukur
(i) Selang aerasi (j) Blower
(k) Milimeter blok
(41)
(m). Gambar pengamatan lama waktu penetasan
(n). Gambar kegiatan pengukuran larva
(1)
ANOVA SR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 941.167 5 188.233 .799 .571
Within Groups 2825.333 12 235.444
Total 3766.500 17
*Fhit < Ftabel maka menerima Ho
Interprestasi = pada selang kepercayaan 95%, pemberian salinitas pada saat proses inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan rainbow.
(2)
DATA PERTUMBUHAN PANJANG
Sampling 1
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 60,3 60,7 60,5 40,5 40,8 55 55 63 50 55 60 55 50 50 57 49 60 60
2 60 60 60,3 60 59 60 63 55 60 52 55 57 52 52 55 53 53 60
3 60,5 60,3 60,1 59 60 58 58 60 53 45 60 58 59 60 60 48 54 58
4 50,8 50 60 56 60 60 53 60 58 58 60 60 60 52 58 59 59 58
5 60 60 60 60 60 57 60 60 60 50 50 60 52 59 60 54 55 60
Jumlah
292 291
301 275,5
280 290
289 298
281 260
285 290
273 273
290 263
281 296
Rata-rata
295 281,7666667
289 278,3333333
279 280
Sampling 2
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 75 75 70 65 60 75 88 80 80 100 100 100 100 100 80 70 90 85
2 105 70 90 67 95 70 80 80 85 70 75 75 88 90 80 80 90 70
3 95 80 80 95 80 90 80 90 80 85 80 80 75 75 100 90 75 80
4 90 90 90 85 90 85 75 70 80 90 80 100 85 80 75 80 80 90
5 100 100 90 90 95 85 80 90 80 70 80 75 80 80 75 85 80 85
Jumlah
465 415
420 402
420 405
403 410
405 415
415 430
428 425
410 405
415 410
Rata-rata
433 409
406 420
(3)
Sampling 3
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 120 120 120 120 100 100 90 100 90 100 100 100 110 100 110 110 110 100
2 100 75 100 75 120 100 90 90 90 85 80 85 110 100 110 100 110 100
3 110 90 75 90 90 90 110 90 90 120 100 120 90 110 100 100 100 100
4 90 100 90 90 90 120 85 85 120 100 120 110 95 100 80 90 90 90
5 100 100 90 100 90 90 85 110 100 110 110 110 100 95 95 95 110 90
Jumlah
520 485
475 475
490 500
460 475
490 515
510 525
505 505
495 495
520 480
Rata-rata
493 488,3333333
475 516,6666667
502 498,3333333
Sampling 4
Ikan ke-
Panjang (cm)
A B C D E F
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 135 130 130 90 120 100 100 120 120 95 100 95 90 90 100 110 110 110
2 130 120 130 120 90 95 120 120 120 130 95 95 110 130 110 90 100 110
3 135 105 120 130 130 120 100 100 100 110 120 130 120 100 120 110 130 90
4 105 120 100 90 90 120 120 130 120 100 110 100 115 120 120 100 100 90
5 120 100 100 130 130 120 130 120 130 120 120 130 125 115 110 120 120 130
Jumlah
625 575
580 560
560 555
570 590
590 555
545 550
560 555
560 530
560 530
Rata-rata
593 558,3333333
583 550
(4)
. Alat dan Bahan Penelitian
(a).Wadah Uji (b). garam
(c) akuarium pemijahan (d) substrat
(e) STC (Salinity, temperature and conductivity) meter
(5)
Lanjutan Alat dan Bahan Penelitian.
(g) baskom plastik (h) Gelas Ukur
(i) Selang aerasi (j) Blower
(k) Milimeter blok
(6)
(m). Gambar pengamatan lama waktu penetasan
(n). Gambar kegiatan pengukuran larva