Penentuan Prioritas Penyedia MediaKomunikasi Menggunakan Metode Topsis

  

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIA MEDIA KOMUNIKASI

MENGGUNAKAN METODE TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY

  

Diah Pramestari

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Persada Indonesia YAI

Email

  

Abstak

Suatu perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya tidak akan lepas dari peran serta supplier atau

vendor. Proses penggabungan yang terintegrasi antara sejumlah entity yaitu supplier/ vendor,

manufacture, pusat distribusi retail dan konsumen yang saling bekerjasama tersebut merupakan

konsep Supply Chain Management. Peran serta supplier sangat menentukan dalam keberhasilan dan

kelancaran siklus produksi suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pemilihan

supplier yang terbaik sesuai dengan persyaratan yang dimiliki perusahaan.

  

Proses pemilihan supplier yang berfungsi sebagai penyedia media komunikasi selama ini dilakukan di

PT.X adalah menggunakan sistem negosiasi harga. Supplier yang dapat memberikan harga yang

terbaik menurut perusahaan akan mendapatkan kesempatan untuk mengerjakan proyek. Perbaikan

sistem penyedia media komunikasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi kriteria

selain kriteria harga dan subkriteria dari masing-masing supplier sehingga akan didapatkan supplier

yang terbaik. Pemilihan dan penentuan prioritas penyedia media komunikasi tersebut menggunakan

metode TOPSIS.

Hasil perhitungaan bobot yang didapat dari kriteria corporate 19,1%, kriteria teknis 27,2% , kriteria

harga 24,7%, kriteria pelayanan 19% dan kriteria persyaratan pembayaran 10%. Pengolahan

menggunakan metode TOPSIS menghasilkan prioritas penyedia komunikasi di PT.X dengan urutan

peringkat pertama adalah PT. G, peringkat kedua PT. H, peringkat ketiga PT. F, peringkat keempat

PT. D, peringkat kelima PT. E, peringkat keenam PT. B,peringkat ketujuh PT. A dan peringkat

kedelapan PT. C.

  Kata kunci : pemilihan supplier, media komunikasi, TOPSIS Pendahuluan

  Supply Chain Management adalah integrasi dari serangkaian aktivitas dari penggunaan

  sampai dengan penyalur yang memaparkan tentang produk, servis,dan informasi yang dibutuhkan konsumen (Lambert, 1998). Konsep tersebut merupakan perpanjangan dari konsep logistik, karena konsep logistik terfokus pada pengaturan aliran barang didalam perusahaan sedangkan manajemen

  

supply chain menganggap bahwa tidak hanya integrasi didalam perusahaan saja yang harus

  diperhatikan melainkan keseluruhan mata rantai pengadaaan barang, mulai dari yang paling hulu sampai pada yang paling hilir. Pada pelaksanaannya supply chain management (SCM) ini melibatkan banyak pihak dan memerlukan dukungan semua level manajemen mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian. Selain itu, SCM juga melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor.

  Pemilihan supplier menjadi salah satu faktor yang penting yang mendukung keberhasilan pelaksanaan SCM dan siklus produksi di perusahaan. Oleh karena itu PT.X harus melakukan pemilihan supplier yang terbaik khususnya penyedia media komunikasi untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Kesalahan dalam penentuan supplier penyedia media komunikasi akan berdampak pada terhambatnya kegiatan operasional PT.X yang telah memiliki berbagai unit kerja di Indonesia. Kesalahan pemilihan supplier tersebut telah dialami oleh PT.X dikarenakan proses pemilihan penyedia komunikasi yang selama ini diberlakukan adalah dengan menggunakan sistem negosiasi harga. Hal tersebut mengakibatkan persaingan yang tidak sehat diantara supplier yaitu supplier cenderung memberikan harga yang rendah yang pada akhirnya melanggar perjanjian kontrak dari segi kualitas produk media komunikasinya.

  Faktor lain perlu dipertimbangkan untuk menjadi dasar pemilihan penyedia media komunikasi di PT.X. Sehingga penilaian yang diberlakukan kepada seluruh supplier menjadi lebih objektif, tidak hanya dilihat dari kriteria harga saja melainkan dilihat dari faktor lainnya yang mendukung kinerja dari seluruh supplier. Penelitian ini akan mengidentifikasikan kriteria dan sub kriteria yang penting dalam pemilihan penyedia media komunikasi di perusahaan dan melakukan pembobotan dari seluruh kriteria dan sub kriteria. Dari hasil pembobotan kriteria dan sub kriteria akan terlihat kriteria dan sub kriteria terpenting yang harus dipenuhi atau dimiliki oleh supplier.

  Dengan penerapan metode TOPSIS (the Technique for Order Preference by Similarity to

  

Ideal Solution) akan menghasilkan urutan prioritas penyedia media komunikasi sehingga PT.X

  mendapatkan gambaran mengenai kinerja seluruh penyedia media komunikasi dan dapat melakukan pemilihan penyedia media komunikasi yang terbaik yang akan mendukung proses bisnis perusahaan.

  Studi Pustaka

  menjadi salah satu latar belakang dari muncul dan berkembangnya SCM. Untuk mengikuti perkembangan industri yang makin dinamis, perusahaan dituntut untuk mengali potensi yang dimiliki sehingga dapat unggul dalam persaingan. Perusahaan harus berhasil memberikan produk dan layanan jasa yang terbaik kepada konsumen.

  Pada dasarnya konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk yang memiliki manfaat pada tingkat harga yang dapat diterima. Untuk mewujudkan keinginan konsumen tersebut maka setiap perusahaan berusaha secara optimal untuk menggunakan seluruh asset dan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi upaya ini tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda di setiap perusahaan termasuk para pesaingnya. Untuk dapat menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah ditetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep SCM.

  Supply Chain Management

  SCM merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik. Gambar 1 berikut merupakan gambaran supply chain sederhana.

  Gambar 1. Supply Chain Sederhana Pada kenyataannya struktur SC jauh lebih kompleks dari gambar 1 tersebut. Berbagai kemungkinan di lapangan bisa terjadi, antara lain:

  1. Sebuah pemasok mungkin sekaligus adalah industri manufaktur, dengan kata lain sebuah SC bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam satu rantai hulu ke hilir.

  2. SC tidak selalu merupakan rantai lurus.

  3. Sebuah industri manufaktur bisa memiliki ratusan bahkan ribuan pemasok.

  4. Produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin didistribusikan oleh beberapa pusat distribusi yang melayani ratusan bahkan ribuan distributor, retailer, pedagang kecil, dan sebagainya.

  Setiap chanel dalam SC akan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung. Secara keseluruhan aktivitas-aktivitas tersebut meliputi perancangan produk, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, distribusi/transportasi, penyimpanan/pergudangan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, proses pembayaran, dan sebagainya. Pada tingkatan yang lebih strategis ada aktivitas-aktivitas seperti pemilihan pemasok, penentuan lokasi pabrik, gudang, pusat distribusi, dan sebagainya.

  Persyaratan penerapan SCM adalah dukungan manajemen semua level dari strategis sampai operasional mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Sebagi catatan, melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok yan g ‘bermain’ dalam pasar yang monopoli tentunya sulit dan tidak bisa dilaksanakan, sehingga yang perlu pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan dan keadaan material

  Supplier

  Supplier dapat dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu : 1. manufaktur 2. distributor, 3. pengrajin independen 4.

Importir

  Dalam suatu rantai supply dikenal adanya sistem partnership yaitu sedapat mungkin dipilih supplier dengan jumlah seminimal mungkin karena dengan jumlah yang sedikit dapat meningkatkan rasa sikap saling percaya dan kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Pada proses pemilihan supplier dibutuhkan kriteria-kriteria pemilihan. Evaluasi potensial guna pemilihan supplier didasarkan pada beberapa hal yang meliputi :

  1. Harga Harga terkait dengan jumlah order yang dipesan.

  2. Tingkat Reject atau kualitas produk Tingkat reject diukur dalam persentase produk yang cacat.

  3. Delivery Performansi delivery dikatakan baik apabila kedatangan order pada saat yang dibutuhkan, tidak datang terlambat atau datang lebih awal.

  4. Pelayanan Hal ini diukur dari sikap supplier dalam bekerja sama dengan perusahaan, baik tingkah laku

  supplier tersebut maupun komunikasi tentang produknya ataupun informasi yang berkaitan dengan produk yang berkaitan dengan produk yang menguntungkan perusahaaan.

  5. Persyaratan pembayaran Diukur dari lamanya tenggang waktu yang diberikan supplier untuk perusahaan dalam hal pembayaran. Makin lama tenggang waktu yang diberikan maka makin baik.

  Analytical Hierarchy Process

  Salah satu metode pembuat keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Saaty (1980) untuk memprioritaskan alternatif-alternatif dengan beberapa kriteria harus diperhitungkan dan membantu pembuat keputusan menstrukturkan permasalahan yang kompleks dalam bentuk hirarki, atau kelompok tingkat-tingkat yang terintegrasi. Umumnya, hirarki tersebut memiliki paling tidak tiga tingkatan yaitu : tujuan, kriteria, dan alternatif.

  Pada masalah pemilihan supplier, tujuannya adalah untuk memilih supplier yang terbaik secara keseluruhan. AHP memberikan sebuah metodologi untuk memberikan peringkat pada tindakan alternatif didasarkan pada pertimbangan pembuat keputusan mengenai pentingnya kriteria dan batasan yang ditemui pada tiap alternatif. Alasan tersebut menyebabkan AHP ideal bagi masalah pemilihan supplier. Hirarki permasalahan memberikan dirinya pada sebuah analisa berdasarkan pada dampak sebuah tingkat pada tingkat yang lebih tinggi berikutnya. Proses dimulai dengan menentukan kepentingan relative dari sebuah kriteria dalam mencapai tujuan. Berikutnya, tujuan bergeser dari mengukur kemampuan yang dapat dicapai setiap alternatif dari tiap kriteria. Hasil dari dua analisa digabungkan untuk dihitung kepentingan relatif dari alternatif dalam mencapai tujuan AHP menggunakan skala rasio untuk pertimbangan manusia, weight weight alternatif merefleksikan kepentingan relatif kriteria dalam mencapai tujuan hirarki. Penggunaan pendekatan AHP memberikan beberapa keuntungan. Salah satu kelebihannya adalah kemudahannya. AHP dapat juga mengakomodasikan informasi yang tidak jelas dan subyektif, dan dapat juga mengakomodasikan aspek pengalaman, pandangan, intuisi dalam cara yang logis. Pendekatan AHP, seperti yang digunakan pada masalah pemilihan supplier, terdiri dari 5 langkah berikut (Bello, 2003) :

  1. Tentukan kelompok kriteria untuk mengevaluasi proposal supplier. hitung prioritas atau weight kriteria berdasarkan informasi ini.

  3. Dapatkan ukuran-ukuran yang menjelaskan batasan kemampuan yang dapat dicapai supplier dalam memenuhi kriteria.

  4. Menggunakan informasi dalam langkah 3, dapatkan pairwise comparison dari kepentingan relatif supplier dengan memperhatikan kriteria, dan hitung prioritas yang bersangkutan.

  5. Menggunakan hasil langkah 2 dan 4, hitung prioritas setiap supplier dalam mencapai tujuan hirarki

  TOPSIS (the Technique for Order Performance by Similarity to Ideal Solution)

  TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien,dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan.

  Tahapan Metode TOPSIS

  Tahapan pengolahan dari metode TOPSIS adalah sebagai berikut :

  1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi

  2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot

  3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif

  4. Menghitung separation measure

  5. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan negatif

  6. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif

  7. Meranking tiap alternatif pada setiap kriteria yang ternormalisasi

  8. Mencari solusi ideal positif dan negatif, solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan ranking bobot ternormalisasi

  9. Menghitung jarak dengan solusi ideal,

  10. Menghitung nilai preferensi untuk setiap alternatif

  Metodologi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di PT.X dan merupakan penelitian studi kasus dan lapangan, dimana karakteristik masalahnya berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah penelitian Kepustakaan (Lybrary Research) dan penelitian lapangan (Field Research). Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian sedangkan penelitian lapangan melakukan peninjauan secara langsung ke PT.X untuk mendapatkan data primer yang diperlukan terkait dengan masalah yang diteliti. Adapun cara yang digunakan yaitu :Observasi, penyebaran kuesioner dan interview (wawancara).

  Penelitian diawali dengan melakukan wawancara bagian Operasional Jaringan Komunikasi untuk mengetahui detail permasalahan yang terjadi di perusahaan terutama terkait dengan penyedia media komunikasi. Pada tahapan ini didapatkan informasi bahwa terdapat delapan penyedia media komunikasi dengan jenis media komunikasi disesuaikan dengan kebutuhan PT.X. Pemilihan penyedia media komunikasi dilakukan PT.X dengan sistem negosiasi harga mengakibatkan persaingan tidak sehat diantara penyedia media komunikasi. Penyedia media komunikasi cenderung menurunkan harga demi mendapatkan proyek PT.X dan pada akhirnya kualitas kerja 1.

  Perumuskan tujuan, kriteria dan subkriteria dalam pemilihan penyedia media komunikasi Tahapan ini dilakukan dengan wawancara dengan Senior Engineer Divisi Teknologi Sistem Informasi yang berperan dalam pengambilan keputusan pemilihan penyedia media komunikasi di perusahaan. Dari tahapan ini didapatkan lima kriteria penting yang akan digunakan untuk pemilihan penyedia media komunikasi, yaitu Coorporasi, Teknis, Harga, Pelayanan dan Persyaratan Pembayaran 2. Pembuatan kuesioner penelitian 3. Penyebaran kuesioner penelitian 4. Perhitungan bobot dari kriteria dan sub kriteria 5. Pengolahan data dengan Metode TOPSIS 6. Penentuan prioritas penyedia media komunikasi

  Hasil dan Pembahasan

  Kriteria dan sub kriteria yang terpilih adalah sebagai berikut :

  1. Kriteria Coorporate (C), dengan subkriteria yang mendukung yaitu: Perusahaan Berjalan > 2 tahun (C1) dan Mitra Bisnis (C2)

  2. Kriteria Teknis (T), dengan subkriteria yang mendukung yaitu: Kualitas (T1) dan Restitusi (T2)

  3. Kriteria Harga (H), dengan subkriteria yang mendukung yaitu : Jenis Layanan (H1)

  4. Kriteria Pelayanan (P), dengan subkriteria yang mendukung yaitu: Support After Sell (P1),

  Delivery Time (P2) dan Design Teknis (P3)

  5. Kriteria Persyaratan Pembayaran (PP), dengan subkriteria yang mendukung yaitu: Tagihan resmi (PP1), Faktur Pajak Standar dan Surat Setoran Pajak / PPh (PP2) dan Berita Acara (PP3)

  Setelah pembentukan kriteria dan sub kriteria dalam penentuan prioritas penyedia media komunikasi dilakukan pembuatan kuesioner perbandingan berpasangan dan disebarkan kepada 5 responden ahli dan didapatkan bobot untuk masing-masing kriteria sebagai berikut :

  

Tabel 1. Pembobotan Antar Kriteria

Kriteria

  VP/bobot Persentase (%)

  Coorporate 0.191

  19.1 Teknis 0.272

  27.2 Harga 0.247

  24.7 Pelayanan 0.190

  19.0 Persyaratan Pembayaran 0.100

  10.0 Jumlah 1.000 100 Bobot yang didapatkan untuk masing-masing sub kriteria sebagai berikut :

  

Tabel 2. Pembobotan Antar Sub kriteria

Kriteria Sub

  VP/Bobot kriteria Lokal Global

  Coorporate C1 0.149 0.028 C2 0.851 0.163

  Teknis T1 0.763 0.208 T2 0.237 0.065 Bersambung…….

  Harga H1 1.000 0.247 Pelayanan P1 0.469 0.089

  P2 0.292 0.055 P3 0.239 0.045 Persyaratan Pembayaran PP1 0.428 0.043

  PP2 0.326 0.033 PP3 0.246 0.025 Pengolahan data selanjutnya adalah menghitung konsistensi logis antar alternatif penyedia media komunikasi dengan masing-masing alternatif. Pada tahapan ini didapatkan bahwa semua kriteria memiliki konsistensi baik dan penilaian dari responden dianggap layak. Selanjutnya dilakukan aplikasi metode TOPSIS untuk menentukan prioritas penyedia media komunikasi, tahapan ini diawali dengan menormalisasi matrik keputusan sampai dengan tahapan menghitung kedekatan relatif. Hasil perhitungan kedekatan relatif adalah sebagai berikut :

  

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kedekatan Relatif

Penyedia media komunikasi CC

  G 0.8596 H 0.8106 F 0.5894 D 0.4549 E 0.3727 B 0.3129 A 0.2986 C 0.0678 Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa PT. G memiliki nilai terbesar dari perhitungan kedekatan relatifnya yaitu sebesar 0.8596. PT.G memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif dan juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Nilai kedekatan relatif berikutnya adalah PT. H, PT. F, PT. D, PT. E, PT. B, PT. A,dan PT. C. Nilai kedekatan relatif terbesar sampai terkecil seperti pada tabel 3 menggambarkan urutan prioritas penyedia media komunikasi yang dapat dipilih oleh PT.X.

  Kesimpulan

  Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Terdapat lima kriteria dalam pemilihan penyedia media komunikasi di PT.X yaitu : cooporate, teknis, harga, pelayanan, dan persyaratan pembayaran.

  2. Sub kriteria pemilihan penyedia media komunikasi di PT.X dari masing-masing kriteria yaitu :

  a. Coorporate : umur perusahaan harus berjalan lebih dari dua tahun dan mitra bisnis atau pelanggan eksisting.

  b. Teknis : kualitas dan restitusi.

  c. Harga : jenis layanan d. Pelayanan : support after sell, delivery time, dan design teknis.

  e. Persyaratan pembayaran : tagihan resmi, faktur pajak dan surat setoran pajak Pph, dan berita acara.

  3. Hasil dari pembobotan kriteria dan sub kriteria didapatkan bahwa manajemen PT.X menilai kriteria teknis memiliki peranan terbesar dalam pemilihan penyedia media komunikasi dengan bobot 27.2 %, kemudian kriteria harga dengan 24.7%, kriteria corporate dengan 19.1%, kriteria pelayanan 19 % dan terakhir kriteria persyaratan pembayaran 10%

  4. Prioritas penyedia media komunikasi ditentukan berdasarkan nilai CC terbesar, didapatkan bahwa urutannya adalah PT. G, PT.H, PT. F, PT. D, PT.E, PT. B, PT. A dan PT. C

  Daftar Pustaka

  Bello, M, A, 2003, Case Study to The Supplier Selection Process, Thesis Management Systems , University of Puerto Rico, Mayaguez Campus, Puerto Rico.

  Engineering

  Bowersox, 1996, Logistical Management : The Integrated Supply Chain Process, McGraw-Hill Companies. Chopra, 2001, Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation, Prentice Hall. Gaspersz, Vincent, 2002, Production Planning and Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan

  

Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21, edisi revisi, cetakan ketiga,

Gramedia.

  Order dan Penentuan Lintasan Kritis Dengan Fuzzy Pert , Institut Teknologi Sepuluh November.

  Indrajit, 2002, Konsep Manajemen Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang , Grasindo, Jakarta. Kotler, 1997, Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Controlling, Upper Sadle River. Lambert, 1998, Supply Chain Management, Processes Partnerships, Performance, Supply Chain Management Institute, Sarasota. Landjono, 2003, Jurnal Metode TOPSIS Sebagai Penentu Prioritas Alternatif Keputusan Program Transportasi, INASEA Vol.4 No.1. Marimin, 2011, Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok, IPB Press, Bogor. Miranda, 2001, Manajemen Logistik dan Supply ChainManagement, Harvarindo, Jakarta. Pujawan, 2005, Supply Chain Management, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya. Saaty, 2000, Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process , RWS Publ. Yoon, 1981, Multiple Attribute Decision Making Methods and Application, Springer Verlag, New York.