RESUME MAKALAH ABU BAKAR SEBAGAI KEPALA

RESUME MAKALAH

ABU BAKAR SEBAGAI KEPALA NEGARA

Disampaikan Pada Seminar Kelas Mata Kuliah
Sejarah & Peradaban Islam
Semester I Program Magister (S2)

Oleh:
IKE FAUZIAH
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M.A
Dr. Hasaruddin, S.Ag., M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2013

A. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq
1.


Riwayat Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki nama asli Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin

Amir bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin
Ghalib, al-Quraisyi, at-Tamimi. Serta nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah di
kakeknya, Murrah1.
Abu Bakar lahir di kota Makkah dua tahun setelah lahirnya Rasulullah SAW. Adapun
gelar ash-Shiddiq yang disandangnya merupakan sebagai sebuah penilaian terhadap sikapnya
yang senantiasa jujur dan benar selain itu dialah yang bersegera dalam membenarkan
Rasulullah saw. seperti dalam peristiwa Isra’ danMi’raj.
Selain itu Abu Bakar memiliki gelar al-Atiq, karena dia termasuk 10 sahabat yang
dijamin masuk surga sehingga terlepas dari neraka sebagaimana ini yang terdapat dalam
riwayat at-Tirmidzi. Juga disebutkan bahwa gelar itu karena wajahnya yang rupawan atau ada
yang mengatakan karena keturunannya tidak ada yang mengandung aib2.
2.

Proses Pengangkatan Abu Bakar ash-Shiddiq menjadi Khalifah
Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin keagamaan dan pemimpin politik sekaligus. Ia


adalah nabi yang terakhir. Tidak mungkin ada nabi sepeninggal beliau. Artinya, posisi
sebagai pemimpin keagamaan (setingkat nabi) tidak mungkin ada yang meneruskan tetapi
sebagai pemimpin politik (setingkat kepala negara) dapat saja digantikan dan diteruskan oleh
sahabat beliau.
Pertanyaannya: siapa yang menggantikan beliau sebagai pemimpin politik, apa syaratnya
dan bagaimana caranya?
Wafatnya Rasul membuat Madinah bising dengan tangisan. Umat pun bertanya-tanya
siapa yang akan memimpin mereka. Sebagian sahabat terkemuka rupanya sudah memikirkan
1
2

As-Suyuti, Tarikh Khulafa’, (Jakarta:Al-Kautsar, 2010), h.31.
Ibid.,

hal itu dan berkumpul di "balairung" safiqah di perkampungan Bani Sa'idah. Yang mula-mula
berkumpul disana adalah golongan Anshar, yang terbagi pada suku Kharaj dan 'Aus. Umar
rupanya mendengar pertemuan tersebut. Ia mencari Abu Bakar dan menerangkan gawatnya
persoalan. Umar berkata: "Saya telah mengetahui kaum Anshar sedang berkumpul di Safiqah,
mereka merencanakan untuk mengangkat Sa'ad bin Ubadah untuk menjadi pemimpin (ia dari
suku Khazraj). Bahkan diantara mereka ada yang mengatakan dari kita seorang pemimpin

dan dari Quraisy seorang pemimpin (minna amir wa minkum amir). Ini dapat membawa pada
dualisme kepemimpinan yang tak pelak lagi akan menggoyang "bayi" umat Islam.
Setelah mengerti betapa gawatnya pesoalan, Abu Bakar mengikuti Umar ke Safaqah. Di
tengah perjalanan keduanya bertemu Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan ia diajak ikut serta.
Ketika mereka tiba telah hadir terle bih dulu beberapa kaum muhajirin yang tengah terlibat
perdebatan sengit dengan kaum Anshar. Umar yang menyaksikan di depan matanya bahwa
Muhajirin dan Anshar akan mencabik-cabik ukhuwah Islamiyah, hampir tak kuasa menahan
amarah dirinya. Saat ia hendak berbicara, Abu Bakar menahannya.
Setelah mendengar perdebatan yang terjadi, Abu Bakar mulai berbicara dengan tenang
dan ia mengingatkan bahwa bukankah Nabi pernah bersabda: al-aimmah min Quraisy
(kepemimpinan itu berada di tangan suku Quraisy).3 "Kami pemimpin (umara) dan kalian
"menteri/pembantu (Wizara). Telah bersabda Rasul bahwa dahulukan Quraisy dan jangan
kalian mendahuluinya."
Abu Bakar tak lupa mengingatkan pada kaum Anshar akan sejarah pertentangan kaum
Khazraj dan aus yang bila meletup kembali (dengan masing-masing mengangkat pemimpin)
akan membawa mereka semua ke alam jahiliyah lagi. Kemudian Abu Bakar menawarkan dua
tokoh Quraisy, Umar dan Abu Ubaidah. Kearifan Abu Bakar dalam berbicara ditengah
suasana penuh emosional rupanya mengesankan mereka yang hadir. Umar menyadari hal ini

3


Al-Mawardi, al-Ahkam as-Sultaniyah, (Mesir, Musthofa al-Babi al-Halabi wa Awladuh, 1966), h. 6.

dan ia mengatakan pada mereka yang hadir bahwa bukankah Abu Bakar yang diminta oleh
nabi untuk menggantikan beliau sebagai imam shalat bilamana nabi sakit?
Umar dan Abu Ubaidah segera membai'at Abu Bakar tapi mereka didahului oleh Basyir
bin Sa'ad, seorang tokoh Khazraj, yang membaiat Abu Bakar. Kemudian yang hadir di
safiqah, semuanya memberi baiat Abu Bakar.
Keesokan harinya Abu Bakar naik ke mimbar dan semua penduduk Madinah
membai'atnya. Abu Bakar resmi menjadi khalifah ar-Rasul. Kemudian ia berpidato, sebuah
pidato yang menurut ahli sejarah dianggap sebagai suatu statement politik yang amat maju,
dan yang pertama sejenisnya dengan semangat "modern" (patisipatif-egaliter):
“Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku
bukanlah orang terbaik diantara kamu, maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan
baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka luruskanlah! orang yang
kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya,
sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat, sehingga aku dapat
mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada
Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak
perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian”4.

Pidato yang diucapkan setelah pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan
komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi menilai keberhasilan tertinggi
bagi umat sepeninggal Nabi.
Apakah semuanya hadir? ternyata tidak, dari yang hadir di safiqah, Sa'ad bin Ubaidah
tidak membai'at Abu Bakar dan tidak pula ikut shalat jama'ah bersamanya. Diantara
penduduk madinah yang tidak hadir di safiqah dan tidak membai'at Abu Bakar adalah
Fatimah Az-Zahra. Ali bin Abi Tahlib dan bani Hasyim serta pengikutnya tidak berbai'at
selama enam bulan kemudian setelah wafatnya Fatimah Az Zahra.
Ketika diberitahukan kepada Imam Ali r.a. tentang peristiwa yang telah terjadi di safiqah
bani Sa'idah segera setelah rasul wafat, ia bertanya:
"Apa yang dikatakan kaum Anshar?"
4
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 69. Lihat juga Suyuti
pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, (Jakarta: PT Rajawali Press, 1994), h. 107-108.

"Kami angkat seorang dari kami sebagai pemimpin, dan kalian (kaum muhajirin) mengangkat
seorang dari kalian sebagai pemimpin!"
"Mengapa kamu tidak berhujjah atas mereka bahwa Rasulullah SAW telah berpesan agar
berbuat baik kepada orang-orang Anshar yang berbuat baik dan memaafkan siapa diantara
mereka yang berbuat slaah " tanya Imam Ali lagi.

"Hujjah apa yang terkandung dalam ucapan seperti itu?"
"Sekiranya mereka berhak atas kepemimpinan umat ini, niscaya Rasulullah SAW tidak perlu
berpesan seperti itu tentang mereka."
Kemudian Imam Ali bertanya:
"Lalu apa yang dikatakan orang Quraisy?"
"Mereka berhujjah bahwa Quraisy adalah 'pohon' Rasulullah SAW."
"Kalau begitu mereka telah berhujjah dengan 'pohonnya' dan menelantarkan buahnya!"
Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa Abu Bakar dipilih secara aklamasi, walaupun
tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalhah, dan
Zubair yang menolak dengan hormat. Pembahasan-pembahasan tentang khalifah ini akhirnya
menimbulkan berbagai aliran pemikiran Islam. Dengan terpilihnya Abu bakar serta
pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia Islam.
3.

Masa Pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)
Kekuasaan yang dijalankan pada masa khalifah Abu Bakar bersifat sentral, yakni

kekuasaan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Selain
menjalankan pemerintahan, khalifah juga menjalankan hukum. Meskipun demikian, Abu
Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Adapun urusan

pemerintahan diluar kota madinah, khalifah Abu Bakar membagi wilayah kekuasaan hukum
Negara Madinah menjadi beberapa propinsi, dan setiap propinsi Ia menugaskan seorang amir
atau wali (semacam jabatan gubernur)5.
Karena banyaknya penolakan dan pemberontakan dari kabilah-kabilah Arab yang berada
di bawah kekuasaan Islam terhadap kekhalifahan pasca wafatnya Nabi. Maka orientasi politik
5

http://klungsur-senjamagrib.blogspot.com/2011/01/politik-islam-masa-khulafaur-rasyidin.html

yang dilakukan pertama kali oleh Abu Bakar adalah melakukan politik konsolidasi dengan
cara mempersatukan masyarakat Arab dalam satu kekuasaan dan keagamaan Islam. Perilaku
politik lain yang dijalankan oleh Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. Abu Bakar dalam
berpolitik lebih mengutamakan musyawarh untuk menyelesaikan persoalan duniawi,
sehingga tidaklah salah jika dia dapat diakatakan sebagai seorang yang demokratis.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada
masa Rasulullah saw. bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di
tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum
yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an danSunnah. Meskipun demikian, seperti jugaNabi
Muhammad saw., Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Abu Bakar selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan

menentukan pilihan, inilah peradaban berpolitik dan bernegara beliau. Ia adalah orang yang
demokratis, tapi tetap bernegara dengan berpedoman pada al-Quran surah Ali-Imran: 159 dan
surah Asy-Syuura: 38.
4.

Usaha-Usaha yang dilakukan Abu Bakar ash-Shiddiq

a.

Merealisasikan keinginan Nabi yang hampir tidak terlaksana yaitu mengirimkan
ekspedisi ke perbatasan Syiria di bawah pimpinan Usamah untuk membalas pembunuhan
ayahnya, Zaid, dan kerugian umat islam dalam perang Mut’ah.

b.

Abu Bakar menghentikan pergolakan yang ada dalam negeri, beliau juga menghadapi
bahaya dari luar yang pada gilirannya dapat menghancurkan eksistensi Islam6.

c.


Perang Riddah (perang melawan kemurtadan).

d.

Memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat dari suku-suku Yaman,
Yamanah, dan Oman.

e.

Menghancurkan Nabi-Nabi Palsu.

5.

Perluasan Wilayah Abu Bakar ash-Shiddiq
6

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra ), h. 51.

Setelah perang riddah melawan kaum murtad berakhir, di wilayah Timur Abu Bakar
mengangkat Kalid Ibn al-Walid dan Mutsana Ibn Haritsah sebagai panglima perang yang ada

12 H/633 M dan berhasil menguasai Iran dan beberapa kota Irak seperti Anbar, Daumatul
Jandal, dan Faradh. Pasukan ini berhasil memenangkan pertemuan di Yarmuk. Abu Bakar
juga memberangkatkan pasukan-pasukan ke beberapa daerah. Diantaranya adalah ke
Damaskus dipimpin Yazid Ibn Abi Sufyan, Palestina dipimpin ‘Amr Ibn Al Ash dan Hims
dipimpin Abu Ubaydah Ibn Al Jarrah7.
6.

Akhir Pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq
Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam berlangsung, khalifah Abu Bakar

menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat kepada para sahabatnya, bahwa
khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar bin Khattab. hal ini dilakukan guna
menghindari perpecahan diantara kaum muslimin.
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah
untuk menentukan khalifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa
Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam
penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.
Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M), khalifah Abu
Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 M.


7
Ahmad Choirul Rofiq, M. Fil. I, Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern),
(Yogyakarta: Nadi Offset, 2009), h. 89.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1