Pengaruh Pajak Terhadap Pertumbuhan Ekon
PENGARUH PAJAK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Fadli M Nur
Kelas 9A Reguler
Program Diploma IV Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan
Abstract – In macroeconomics terms, economic growth is the increase of the real output of an economy over
time. Basically, achievement of a high economic growth is one of the four main objectives of macroeconomic
policy. The significance of economic growth actually lies in its contribution to the general prosperity of the
society. Economic growth is usually measured in terms of increase in gross domestic bruto (GDP) or an
increase in per capita GDP over time. In this case, our government’s role is as a solid regulator who should
issue relevant regulations and/or policies that could minimize discrepancy in our economy as whole. One of
those polices which are relevant and important to these circumstaces are fiscal policies.
Fiscal policies are closely linked to the activities of the government as the main public sector actor. Fiscal
policies in terms of government’s receipt has a major instrument in the name of taxation (taxes). As we know,
taxes are the main source of income for our state budget (APBN) which support the financing activities of
government’s operations and developments. Besides capable of providing a source of funds for financing
various projects overcome the impact of the economic crisis, tax revenue can also prevent swelling budget
deficit. On the other hand, high tax rate could potentially harm our society’s consumption. Therefore, the
government here should decide the amount of our tax rate very carefully in order to maintain the good level of
economic growth of Republic of Indonesia.
Keywords: economic growth, gross domestic product, macroeconomic policy, fiscal policy, taxation, state
budget, tax rate.
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, jumlah
Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono Sukirno
(2006) adalah
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah
dan
kemakmuran
masyarakat
meningkat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil
(sustainable) merupakan kondisi utama bagi
kelangsungan
pembangunan
ekonomi
suatu
negara. Hal ini menjadi salah satu tolak ukur
keberhasilan ekonomi sebuah negara. Meskipun
bukan
prestasi
satu-satunya
ekonomi
indikator
suatu
untuk
negara,
menilai
pendekatan
pertumbuhan ekonomi lazim digunakan dewasa
ini.
penduduk
Indonesia
akan
terus
mengalami
peningkatan yang berarti kebutuhan ekonomi juga
akan semakin bertambah. Hal ini hanya bisa
diperoleh melalui peningkatan output agregat
(barang dan jasa) atau sering disebut PDB atas
dasar
harga
berlaku
setiap
tahun.
Untuk
meningkatkan PDB tersebut, Pemerintah memiliki
peran yang besar, terutama sebagai pembuat
regulasi
dan
bertanggung
kebijakan-kebijakan.
jawab
kebijakan-kebijakan
untuk
publik
Pemerintah
mengeluarkan
yang
dapat
berpengaruh secara positif pada peningkatan
kemakmuran
masyarakat
tanpa
melupakan
keberlangsungan kenegaraan. Dalam perannya ini,
Pemerintah dibekali kebijakan ekonomi makro
1
yang terwujud dalam dua instrumen utama, yaitu
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
Kebijakan ekonomi makro didefinisikan sebagai
penetapan
tujuan
oleh
pemerintah
terhadap
perekonomian negara dan penggunaan instrument
pengendalian
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
tersebut. Tujuan ekonomi yang dimaksud adalah
kesempatan
kerja
penuh
(full
employment),
penghindaran inflasi (avoidance of inflation),
pertumbuhan ekonomi (economic growth), dan
keseimbangan neraca pembayaran (balance-ofpayments equilibrium).
terutang oleh mereka yang wajib membayarnya
menurut
peraturan,
tanpa
mendapat
prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
kegunaannya untuk membiayai pengeluaran umum
terkait
dengan
tugas
negara
dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
Serupa dengan itu, Prof. Dr. Rochmat Soemitro,
S.H. dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak
dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan pajak
sebagai
iuran
berdasarkan
rakyat
kepada
undang-undang
kas
negara
dengan
tidak
Sebagaimana dijelaskan di paragraf sebelumnya,
mendapat jasa-jasa timbal balik yang langsung
kebijakan
dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar
fiskal
merupakan
satu
dari
dua
instrument yang digunakan dalam kebijakan
pengeluaran umum.
ekonomi makro untuk mencapai keempat tujuan
Lalu, dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
ekonomi yang dipaparkan di atas. Kebijakan fiskal
1983 s.t.t.d.d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
didefinisikan sebagai sebuah alat dalam kebijakan
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
ekonomi makro yang mencari pengaruh dari
Perpajakan,
tingkat aktivitas ekonomi melalui kendali belanja
didefinisikan sebagai “kontribusi wajib kepada
pemerintah dan perpajakan.
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Dari definisi tersebut, tampak bahwa kebijakan
pemerintah di bidang perpajakan merupakan
bagian dari kebijakan fiskal yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada pencapaian tujuan ekonomi
negara, dalam hal ini, Republik Indonesia, untuk
mencapai keempat tujuan ekonomi nasional yang
termasuk di antaranya adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan stabil. Berdasarkan pada
hal
tersebut,
melalui
jurnal
ini,
penulis
berkeinginan untuk mencari tahu seberapa besar
pengaruh dari penerimaan perpajakan dan aspekaspek perpajakan lainnya terhadap pertumbuhan
ekonomi
suatu
Indonesia.
negara,
khususnya
Republik
pajak
secara
formal
dan
legal
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang
dengan
tidak
mendapatkan
imbalan
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Maka, berdasarkan ketiga definisi pajak di atas,
pajak dapat dijelaskan ke dalam unsur-unsur
berikut ini.
a.
Iuran / kontribusi wajib kepada negara;
b.
Bersifat memaksa;
c.
Diatur dengan undang-undang;
d.
Tidak ada imbalan kembali yang secara
langsung diterima oleh pembayar pajak;
e.
Digunakan
meningkatkan
kemakmuran
rakyat.
2.2 Pengaruh Penerimaan Pajak Terhadap APBN
2. PEMBAHASAN
Komposisi pendapatan negara di APBN tahun
2.1 Definisi Pajak
2014 tampaknya tidak mengalami perubahan yang
signifikan terhadap tren pertumbuhan pendapatan
2
negara berdasarkan APBN-P 2008 s.d. 2013. Porsi
oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak.
pendapatan
Berdasarkan hal tersebut, prospek penerimaan
dalam
negeri
yaitu
penerimaan
perpajakan masih memegang porsi terbesar yaitu
perpajakan
sebesar 1.280,4 triliun rupiah atau sebesar 76,80
berikutnya akan terus meningkat.
persen
dari
total
pendapatan
negara.
Porsi
2.3 Definisi
dalam
APBN
di
Pertumbuhan
tahun-tahun
Ekonomi
penerimaan perpajakan di APBN 2014 meningkat
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
sebesar 132 triliun rupiah atau 11,5 persen dari
2.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
angka penerimaan perpajakan di APBN-P 2013.
Komposisi penerimaan perpajakan berdasarkan
APBN
2014
Penghasilan
terdiri
(migas
dari
pendapatan
Pajak
dan
nonmigas),
Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,
Menurut
Pramit
pertumbuhan
Chaudhuri
ekonomi
atau
dan
(1989),
economic
growth adalah peningkatan dalam konsep
yang nyata dari output barang dan jasa yang
bertahan
selama
periode
waktu
yang
panjang, diukur dalam konsep nilai tambah.
Pendapatan Cukai, Pendapatan Bea Masuk/Bea
Keluar, dan Pendapatan Pajak lainnya. Secara
persentasi,
masih
komposisi
didominasi
penerimaan
oleh
perpajakan
Pendapatan
Pajak
Senada dengan definisi tersebut, Sumitro
Djojohadikusumo
(1994)
menjelaskan
bahwa pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
Dapat
dikatakan
bahwa
pertumbuhan menyangkut perkembangan
yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnya
hasil
produksi
dan
pendapatan.
Terakhir, dalam kamus Ekonomi (The
Harper Collins Economics Dictionary),
pertumbuhan ekonomi (economic growth)
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
disajikan sebagai berikut.
Pada
tahun
2014,
penerimaan
perpajakan
ditargetkan mencapai Rp1.280,4 triliun, atau
meningkat 11,5 persen apabila dibandingkan
dengan targetnya pada APBN-P tahun 2013.
Penerimaan perpajakan ini akan didorong untuk
terus meningkat, sebab tax ratio kita sampai pada
tahun 2013 masih tergolong rendah yaitu sebesar
12,2 persen. Ini artinya masih terdapat banyak
potensi penerimaan pajak yang masih dapat digali
didefinisikan sebagai:
“The growth of the real output of an
economy over time. The physical ability of
an economy to produce more goods and
services depends on:
a. Increase in the quantity and quality of
its
capital
goods
(capital
accumulation);
b. Increase in the quantity and quality of
its labor force;
c. Increase in the quantity and quality of
its natural resources;
d. Efficient use of these factor inputs so
as to maximize their contribution to
the expansion of output through
improved productivity;
3
e.
f.
Development and introduction of
innovative techniques and new product
(technological progressiveness);
Level of aggregate demand. The level
of demand needs to be high enough to
ensure full utilization of increased
productive
capabilities
of
the
economy.
Jadi, berdasarkan definisi dari para ahli
tersebut di atas, kami menyimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan
kapasitas
sebuah
ekonomi
untuk
Krisis perekonomian global yang masih
berlangsung
hingga
saat
ini
telah
mengakibatkan perlambatan ekspor dan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mendorong perlambatan ekonomi Indonesia
pada
triwulan
I
tahun
2013.
Krisis
perekonomian global juga mempengaruhi
perekonomian hampir seluruh negara di
dunia
yang
mengalami
perlambatan
ekonomi.
memproduksi barang dan jasa dari periode
Perlambatan
waktu tertentu ke periode waktu berikutnya
Indonesia ini harus dijadikan cambuk bagi
secara
berkelanjutan.
Indonesia
ekonomi
dapat
Pertumbuhan
diukur
dalam
satuan
pertumbuhan
untuk
ekonomi
memperbaiki
kinerja
perekonomian di tengah keadaan ekonomi
nominal, termasuk inflasi, atau dalam
global yang belum membaik.
satuan riil yang telah disesuaikan dari
Sedangkan dari data BPS Dalam 10 tahun
inflasi. Untuk membedakan pertumbuhan
terakhir (1998-2008), pembangunan di
ekonomi suatu negara dari negara lainnya,
Indonesia mengalami kemajuan signifikan.
umumnya digunakan adalah perbandingan
Pertumbuhan ekonomi, misalnya, pada
Gross Domestic Product (GDP) dari setiap
tahun 1998 minus 13.1 persen. Pada saat
negara, atau Gross National Product (GNP)
Susilo
per
sebagai
capita
dalam
dipertimbangkan
hal
perlunya
perbedaan
Bambang
Presiden
Yudhoyono
RI,
tahun
terpilih
2004,
jumlah
pertumbuhan ekonomi naik pesat menjadi
populasi dari negara-negara yang ingin
5.1 persen. Dan tahun 2008 diproyeksikan
dibandingkan pertumbuhan ekonominya.
sebesar 6,4 persen. Cadangan devisa yang
2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Menurut
data
Perencanaan
dari
Bappenas
Pembangunan
semula 33.8 miliar dolar AS, pada tahun
(Badan
2008 naik menjadi 69.1 persen. Berikut ini
Nasional)
merupakan data pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Indonesia pada triwulan
pertama
tahun
2013
Indonesia dalam 10 tahun terakhir :
mengalami
perlambatan meskipun cenderung stabil.
Pada triwulan I tahun 2013, perekonomian
Indonesia tumbuh sebesar 6,0 persen atau
melambat dari perekonomian pada triwulan
yang sama tahun 2012 yang mampu
tumbuh
sebesar
6,3
persen.
Tingkat
pertumbuhan ini merupakan yang terendah
sejak tahun 2010.
Dapat
kita
lihat
bahwa
pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mengalami tingkat
4
keterpurukan
terjadi
krisis
Pajak
1997-1998
yang
pertumbuhan ekonomi suatu negara layaknya
pada
pedang bermata dua. Di sisi lain penerimaan pajak
seiring
yang tinggi dapat memacu sebuah negara untuk
berjalannya waktu, perekonomian mulai
meningkatkan belanja-belanja pemerintah yang
berjalan naik sejak tahun 1999 s.d sekarang,
dapat memacu perekonomian hingga berujung
meskipun mengalami kenaikan maupun
pada terciptanya kenaikan tingkat pertumbuhan
penurunan dalam pertumbuhan ekonomi.
ekonomi. Namun, di sisi lain, tarif pajak yang
ekonomi
pada
di
tahun
menyebabkan
pertumbuhan
saat
keadaan
ekonoi.
defisit
Namun
Berdasarkan data terakhir BPS, tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia secara
rata-rata berada pada tingkat yang stabil
pada tingkatan yang tinggi yaitu >5%.
Untuk selengkapnya bisa dilihat pada grafik
di bawah ini. Meskipun posisi keuangan
memiliki
dampak
dua
arah
pada
ditetapkan terlalu tinggi oleh Pemerintah akan
berdampak langsung pada menurunnya konsumsi
masyarakat. Demikian pula sebaliknya.
Dampak langsung dari pungutan pajak adalah pada
pendapatan disposibel masyarakat. Pendapatan
disposibel merupakan sejumlah pendapatan yang
dapat dibelanjakan untuk konsumsi masyarakat.
Ketika tarif pajak dinaikkan, maka pendapatan
disposibel akan menjadi turun, sebab masyarakat
perlu membayar pajak lebih tinggi dari yang
seharusnya.
Dengan
menurunnya
pendapatan
disposibel ini, otomatis konsumsi masyarakat pun
akan menjadi turun pula. Turunnya konsumsi
mayoritas negara maju di dunia mengalami
agregat
pertumbuhan ekonomi yang negatif atau
turunnya
beberapa stagnan setelah diterpa krisis
Demikian pula, jika pungutan pajak diturunkan,
global di tahun 2008, Indonesia mampu
maka konsumsi relatif menjadi naik. Kenaikan
mempertahankan
pertumbuhan
komponen ini akan dapat menaikkan Pendapatan
mengembalikan
Domestik Bruto yang tentu saja dengan asumsi
ekonominya
tingkat
bahkan
masyarakat
pendapatan
akan
berdampak
nasional
pada
ekuilibrium.
posisinya di tahun 2010, hingga sekarang.
cateris paribus.
Beruntung bagi Indonesia menjadi negara
Formula perhitungan pendapatan domestik bruto
berkembang yang tidak begitu bergantung
yang umum dipelajari adalah sebagai berikut.
pada jumlah ekspor pada susunan neraca
pembayarannya. Demikian juga dengan
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah
saat
itu
yang
banyak
menambah
government expenditure di sana-sini yang
kemudian dinilai menjadi faktor utama
mengapa Indonesia mampu lepas dari
jeratan krisis global ini.
2.4 Pengaruh
Pajak
Terhadap
Pertumbuhan
Y = C + I + G + (X – M)
Dimana,
C = Konsumsi,
I = Investasi,
G = Belanja Pemerintah,
X – M = Ekspor neto, dan
Y = GDP
Ekonomi Indonesia
5
Secara
matematis,
pengaruh
pajak
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
nasional
yang
konsumsi masyarakat dapat dinyetakan sebagai
berkelanjutan. Dalam hal ini pemerintah perlu
berikut.
menggenjot
penerimaan
negara,
terutama
pendapatan dalam negeri berupa penerimaan
C’ = C (Y – T)
perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak
Dimana,
melalui berbagai instrumen kebijakan fiskal.
T = Taxes (Pajak)
Melihat pentingnya peran penerimaan pajak bagi
pemerintah untuk menciptakan kapasitas fiskal
Dalam
hal
ini,
pertumbuhan
ekonomi
nasional tersebut di atas, penerimaan pajak yang
direpresentasikan dengan nilai GDP. Dengan
tinggi akan berdampak positif pada terciptanya
demikian, setiap kali peningkatan pungutan pajak
perluasan kapasitas fiskal nasional yang berujung
akan menurunkan nilai konsumsi dank arena
pada peningkatan belanja-belanja pemerintah yang
konsumsi berkorelasi positif dengan Y atau GDP,
bersifat discretionary.
maka setiap peningkatan pajak akan menurunkan
Dalam
pertumbuhan ekonomi (asumsi cateris paribus).
sebelumnya, belanja pemerintah digambarkan
Di sisi lain, pajak merupakan sumber penerimaan
dengan simbol [G]. Belanja pemerintah ini juga
terbesar dari APBN. Sebagaimana dijelaskan di
berbanding lurus dengan Pendapatan Domestik
atas, porsi penerimaan pajak di APBN kita
Bruto yang artinya kenaikan belanja pemerintah
jumlahnya sangat dominan, yaitu sekitar 76,8%.
sebesar
Ini mengindikasikan bahwa negara masih dan akan
Domestik Bruto sebesar X. Ketika belanja
sangat bergantung pada penerimaan perpajakan
pemerintah
dalam
infrastruktur yang mempunyai multiplier effect
membiayai
kebutuhan-kebutuhan
fungsi
X
pendapatan
akan
yang
meningkatkan
dilakukan
belanja-belanja
pada
discretionary expenditure.
Pendapatan Domestik Bruto ini akan dipengaruhi
Demi mencapai pertumbuhan ekonomi nasional
oleh
yang tercermin melalui pertumbuhan Pendapatan
selanjutnya (dampaknya tidak langsung kelihatan).
Domestik Bruto, pemerintah perlu melakukan
Intinya, pajak mempunyai pengaruh yang sangat
belanja-belanja yang memiliki multiplier effect
besar bagi terciptanya percepatan pertumbuhan
pada pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Belanja
ekonomi nasional kita saat ini yang masih sangat
yang
bergantung pada besaran penerimaan pajak yang
adalah
belanja
modal
multiplier
effect
maka
Pendapatan
pemerintah melalui apa yang lazim disebut sebagai
dimaksud
perekonomian,
untuk
dijelaskan
di
pertambahan
periode-periode
(infrastruktur). Penerimaan Negara memiliki arti
diterima.
penting dalam menciptakan perluasan kapasitas
Maka menyangkut hal ini, Pemerintah memiliki
fiskal pemerintah yang pada akhirnya dapat
peran melalui instrument kebijakan fiskal dalam
memperluas pembangunan infrastruktur melalui
menciptakan kebijakan yang berimbang terhadap
belanja-belanja
discretionary
jumlah pajak yang dapat dipungut dari masyarakat.
(discretionary expenditure). Oleh karena itu,
Pilihan yang dimiliki Pemerintah adalah (1)
penerimaan negara di sini yang termasuk di
menurunkan tarif pajak untuk meningkatkan daya
antaranya penerimaan perpajakan, penting untuk
beli masyarakat; (2) menaikkan tarif pajak
dijaga agar secara konsisten menunjukkan prospek
progresif untuk meningkatkan kapasitas fiskal
yang positif setiap tahunnya demi mencapai
nasional dan percepatan pemerataan ekonomi
yang
bersifat
6
nasional;
dan
(3)
tidak
menaikkan
menurunkan
tarif
pajak,
tetapi
intensifikasi
dan
ekstensifikasi
atau
menggiatkan
di
bidang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu
dilakukan
mengingat
berpendapatan
rendah
proporsi
di
AS
penduduk
amat
besar
penggalian potensi perpajakan.
dibandingkan dengan penduduk kaya sehingga
Pilihan pertama yaitu menurunkan tarif pajak
amat potensial dalam menggerakkan ekonomi..
untuk meningkatkan daya beli masyarakat saat ini
Sayangnya, bagi Indonesia pilihan ini bukan
terjadi di Amerika Serikat. Diketahui, besarnya
merupakan kebijakan yang tepat sebab penurunan
pajak pendapatan di negara Paman Sam itu pernah
tarif pajak akan menurunkan penerimaan negara
mencapai angka 94 persen pada tahun 1944.
secara signifikan. Sebagaimana kita ketahui, pajak
Presiden John F Kennedy kemudian berupaya
merupakan urat nadi dari penerimaan negara
menurunkannya menjadi 70 persen tahun 1965.
dalam APBN kita. Masih begitu banyak belanja-
Atas
evaluasi
belanja pemerintah baik dalam bentuk belanja
menunjukkan naiknya pendapatan negara dengan
discretionary maupun belanja subsidi yang harus
rata-rata 9,0 persen per tahun akibat meningkatnya
ditopang melalui penerimaan perpajakan.
pertumbuhan ekonomi.
Pilihan selanjutnya adalah dengan peningkatkan
Selanjutnya, Presiden Ronald Reagan berupaya
tarif pajak untuk menciptakan kapasitas fiskal
kembali menurunkan besarnya pajak pendapatan
yang
dari 70 persen menjadi 50 persen tahun 1981.
sesungguhnya akan meningkatkan penerimaan
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi meningkat rata-
negara secara signifikan melalui penerimaan
rata 4,8 persen per tahun selama 1983-1986
perpajakan. Hanya saja, kenaikan tersebut tidak
daripada periode sebelumnya (1978-1982) dengan
akan bertahan lama dan hanya akan bersifat
rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,9 persen
temporer. Tarif pajak yang terlalu tinggi memang
per tahun (Laffer, 2004).
pada awalnya akan membantu pemerintah dalam
penurunan
Kebijakan
pajak
menurunkan
itu,
hasil
Kebijakan
fiskal
ini
melakukan belanja-belanja yang dapat memiliki
kepemimpinan Barack Obama terus berlanjut
dampak pada percepatan perekonomian, hanya
tetapi
Adapun
saja ini tidak akan berlangsung lama. Bersama
kebijakan pajak yang dijalankan adalah menaikkan
dengan kenaikan tarif pajak tersebut, akan tercipta
pajak orang kaya dan menurunkan pajak untuk
penurunan daya beli masyarakat secara agregat
yang lain. Kebijakan ini amat menguntungkan
dan masalah-masalah sosial lain seperti penurunan
penduduk berpendapatan rendah. Setelah dipotong
ketidakpercayaan masyarakat pada Pemerintah.
pajak, penduduk berpendapatan terendah akan
Dampak penurunan daya beli masyarakat dan
menikmati kenaikan pendapatan sebesar 2,4-5,5
masalah-masalah tersebut diyakini akan semakin
persen, sedangkan pendapatan penduduk kaya
besar setiap periodenya dan pada akhirnya akan
akan berkurang 8,7 persen. Secara keseluruhan,
menciptakan
terjadi penurunan pajak sekitar 0,3 persen atau
Untuk itu, pilihan untuk menaikkan tarif pajak
setara dengan 160 dollar AS (CNNMoney.com,
tampaknya tidak menjadi solusi yang baik bagi
11/6/2009).
Pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi
Adapun alasan utama diterapkan kebijakan pajak
nasional.
itu
Terakhir
perumusan
pada
besar.
era
dengan
pajak
lebih
berbeda.
adalah
untuk
meningkatkan
masyarakat
yang
pada
daya
gilirannya
beli
dapat
perlambatan
adalah
pilihan
mengoptimalisasikan
ekonomi
nasional.
Pemerintah
fungsi
untuk
penerimaan
7
perpajakan melalui peran Direktorat Jenderal
pertumbuhan
ekonomi
Pajak. Optimalisasi ini dilakukan melalui dua
berkelanjutan.
yang
meningkat
dan
solusi utama, yaitu intensifikasi perpajakan dan
ekstensifikasi perpajakan.
Intensifikasi
3. KESIMPULAN
perpajakan
adalah
peningkatan
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah tolak
intensitas pungutan terhadap suatu subyek dan
ukur yang relevan untuk menilai keberhasilan
obyek pajak yang potensial, namun belum tergarap
suatu negara dalam mengelola perekonomiannya.
atau terjaring pajaknya, serta memperbaiki kinerja
Indonesia termasuk sebagai satu dari sedikit
pemungutan agar dapat mengurangi kebocoran-
negara saat ini yang memiliki ekonomi yang terus
kebocoran yang ada. Upaya intensisifkasi dapat
tumbuh secara positif terlepas dari pengaruh krisis
ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
global yang menimpa dunia sejak tahun 2008.
a.
Penyempurnaan administrasi perpajakan;
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
b.
Peningkatan mutu pegawai/fiskus;
tinggi
c.
Penyempurnaan undang-undang perpajakan.
melakukan
dan
berkelanjutan,
kebijakan
Pemerintah
mikroekonomi
perlu
dalam
Sementara itu, ekstensifikasi perpajakan adalah
bentuk kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
upaya memperluas subyek dan obyek pajak.
Terkait dengan pengaruh perpajakan terhadap
Ekstensifikasi pajak antara lain dapat ditempuh
perekonomian,
melalui:
regulator dan stabilisator memiliki peran melalui
a.
Perluasan wajib pajak;
kebijakan
b.
Pendaftaran wajib pajak yang belum terdaftar;
digambarkan bagaimana pajak memiliki pengaruh
c.
Perluasan obyek pajak.
yang signifikan terhadap Pendapatan Domestik
Saat
ini, Direktorat
yang
ditempuh.
fungsi
Telah
Bruto Indonesia juga besarnya porsi penerimaan
sekaligus
perpajakan pada struktur APBN Indonesia saat
ekstensifikasi perpajakan melalui proyek Sensis
ini. Pengaruhnya memiliki trade-off dimana
Pajak Nasional (SPN). Jika SPN ini dapat berjalan
pemungutan pajak yang terlalu tinggi kepada
sesuai dengan grand design-nya, Penulis percaya
masyarakat akan berimbas pada penurunan daya
proses penggalian potensi perpajakan baik melalui
beli
intensifikasi maupun ekstensifikasi dapat berjalan
berdampak pada kenaikan belanja pemerintah
dengan baik. Sebagaimana yang kita ketahui, rasio
untuk sektor-sektor riil.
pajak (tax ratio) Indonesia masih berada pada
Terkait hal ini, Pemerintah dihadapkan pada tiga
level yang rendah, yaitu 12%. Padahal negara-
opsi, yaitu menurunkan tarif pajak, menaikkan
negara maju saat ini berada di level 18-20%. Ini
tarif
mengindikasikan bahwa sesungguhnya Indonesia
pemungutan
memiliki potensi pajak yang besar yang belum
menaikkan tarif pajak. Dengan kondisi Indonesia
tergali. Untuk itu, peran kegiatan intensifikasi dan
saat ini, opsi ketiga merupakan opsi terbaik yang
ekstensifikasi perpajakan di sini adalah sangat
dapat
esensial. Direktorat Jenderal Pajak mempunyai
Direktorat Jenderal Pajak untuk mewujudkan
andil yang besar di sini dalam melancarkan
optimalisasi pemungutan pajak ini adalah sangat
kebijakan fiskal Pemerintah dalam peningkatan
esensial dalam menggiatkan intensifikasi dan
penerimaan
porses
Pajak
fiskal
sebagai
sedang
menggiatkan
Jenderal
Pemerintah
intensifikasi
perpajakan
guna
masyarakat,
pajak,
atau
pajak
diambil
meskipun
itu
melakukan
tanpa
Pemerintah
juga
optimalisasi
menurunkan
saat
akan
ini.
atau
Peran
mencapai
8
ekstensifikasi
perpajakan
guna
mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
DAFTAR REFERENSI:
[1] Bank Indonesia. 2011. The Indonesian
Economy: Entering A New Era. Diedit oleh
Aris Ananta, Muljana Soekarni, dan Sjamsul
Arifin. ISEAS Publishing: Singapore.
[2] Chaudhuri, Pramit. 1989. Economic Theory of
Growth. University of Sussex. Harvester
Whearsheaf: London.
[3] Djojohadikusumo, Sumitro.1994. Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
[12] http://koran.kompas.com/read/xml/
2009/08/20/04582276/pajak.dan.pertumbuhan.
(Diakses tanggal 10 Mei 2014).
[13] http://abstraksiekonomi.blogspot.com/
2013/07/intensifikasi-dan-ekstensifikasipajak.html (Diakses tanggal 11 Mei 2014)
[14] http://evaoktaviagunawan.wordpress.com/
2011/12/18/definisi-pajak-menurut-beberapaahli-ekonomi/ (Diakses tanggal 11 Mei 2014)
[15] http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/
index.php/layanan-diklat/seputar-diklat/
1465-prospek-penerimaan-pajak-tahun-2014
(Diakses tanggal 11 Mei 2014)
Pembangunan. LP3ES: Jakarta.
[4] Kementerian Keuangan. 2012. Nota Keuangan
R-APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012.
Direktorat Jenderal Anggaran. Jakarta.
[5] Kementerian Keuangan. 2013. Nota Keuangan
R-APBN Perubahan Tahun Anggaran 2013.
Direktorat Jenderal Anggaran. Jakarta.
[6] Kementerian Keuangan. 2014. Nota Keuangan
R-APBN Tahun Anggaran 2014. Direktorat
Jenderal Anggaran. Jakarta.
[7] Mankiw, N.G. 2003. “Teori Makroekonomi”.
Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta
[8] Pass, Christopher. Dkk. 1991. HarperCollins
Dictionary Economics. Diedit oleh Eugene
Ehrlich. HarperCollins Publishers: New York.
[9] Samuelson, P.A., Nordhaus, W.D. 2004. “Ilmu
Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT Media
Global Edukasi: Jakarta.
[10] Sukirno, Sadono. (2006). Makroekonomi
Teori Pengantar Edisi 3. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
[11] Todaro, Michael P. (2006). Economic
Development Ninth Edition. England : Pearson
Education Limited. www.bappenas.go.id
Perkembangan Ekonomi Indonesia (diakses
tanggal 22 April 2013)
9
Fadli M Nur
Kelas 9A Reguler
Program Diploma IV Akuntansi, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan
Abstract – In macroeconomics terms, economic growth is the increase of the real output of an economy over
time. Basically, achievement of a high economic growth is one of the four main objectives of macroeconomic
policy. The significance of economic growth actually lies in its contribution to the general prosperity of the
society. Economic growth is usually measured in terms of increase in gross domestic bruto (GDP) or an
increase in per capita GDP over time. In this case, our government’s role is as a solid regulator who should
issue relevant regulations and/or policies that could minimize discrepancy in our economy as whole. One of
those polices which are relevant and important to these circumstaces are fiscal policies.
Fiscal policies are closely linked to the activities of the government as the main public sector actor. Fiscal
policies in terms of government’s receipt has a major instrument in the name of taxation (taxes). As we know,
taxes are the main source of income for our state budget (APBN) which support the financing activities of
government’s operations and developments. Besides capable of providing a source of funds for financing
various projects overcome the impact of the economic crisis, tax revenue can also prevent swelling budget
deficit. On the other hand, high tax rate could potentially harm our society’s consumption. Therefore, the
government here should decide the amount of our tax rate very carefully in order to maintain the good level of
economic growth of Republic of Indonesia.
Keywords: economic growth, gross domestic product, macroeconomic policy, fiscal policy, taxation, state
budget, tax rate.
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, jumlah
Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono Sukirno
(2006) adalah
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah
dan
kemakmuran
masyarakat
meningkat.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil
(sustainable) merupakan kondisi utama bagi
kelangsungan
pembangunan
ekonomi
suatu
negara. Hal ini menjadi salah satu tolak ukur
keberhasilan ekonomi sebuah negara. Meskipun
bukan
prestasi
satu-satunya
ekonomi
indikator
suatu
untuk
negara,
menilai
pendekatan
pertumbuhan ekonomi lazim digunakan dewasa
ini.
penduduk
Indonesia
akan
terus
mengalami
peningkatan yang berarti kebutuhan ekonomi juga
akan semakin bertambah. Hal ini hanya bisa
diperoleh melalui peningkatan output agregat
(barang dan jasa) atau sering disebut PDB atas
dasar
harga
berlaku
setiap
tahun.
Untuk
meningkatkan PDB tersebut, Pemerintah memiliki
peran yang besar, terutama sebagai pembuat
regulasi
dan
bertanggung
kebijakan-kebijakan.
jawab
kebijakan-kebijakan
untuk
publik
Pemerintah
mengeluarkan
yang
dapat
berpengaruh secara positif pada peningkatan
kemakmuran
masyarakat
tanpa
melupakan
keberlangsungan kenegaraan. Dalam perannya ini,
Pemerintah dibekali kebijakan ekonomi makro
1
yang terwujud dalam dua instrumen utama, yaitu
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
Kebijakan ekonomi makro didefinisikan sebagai
penetapan
tujuan
oleh
pemerintah
terhadap
perekonomian negara dan penggunaan instrument
pengendalian
untuk
mencapai
tujuan-tujuan
tersebut. Tujuan ekonomi yang dimaksud adalah
kesempatan
kerja
penuh
(full
employment),
penghindaran inflasi (avoidance of inflation),
pertumbuhan ekonomi (economic growth), dan
keseimbangan neraca pembayaran (balance-ofpayments equilibrium).
terutang oleh mereka yang wajib membayarnya
menurut
peraturan,
tanpa
mendapat
prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
kegunaannya untuk membiayai pengeluaran umum
terkait
dengan
tugas
negara
dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
Serupa dengan itu, Prof. Dr. Rochmat Soemitro,
S.H. dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak
dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan pajak
sebagai
iuran
berdasarkan
rakyat
kepada
undang-undang
kas
negara
dengan
tidak
Sebagaimana dijelaskan di paragraf sebelumnya,
mendapat jasa-jasa timbal balik yang langsung
kebijakan
dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar
fiskal
merupakan
satu
dari
dua
instrument yang digunakan dalam kebijakan
pengeluaran umum.
ekonomi makro untuk mencapai keempat tujuan
Lalu, dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
ekonomi yang dipaparkan di atas. Kebijakan fiskal
1983 s.t.t.d.d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
didefinisikan sebagai sebuah alat dalam kebijakan
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
ekonomi makro yang mencari pengaruh dari
Perpajakan,
tingkat aktivitas ekonomi melalui kendali belanja
didefinisikan sebagai “kontribusi wajib kepada
pemerintah dan perpajakan.
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Dari definisi tersebut, tampak bahwa kebijakan
pemerintah di bidang perpajakan merupakan
bagian dari kebijakan fiskal yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada pencapaian tujuan ekonomi
negara, dalam hal ini, Republik Indonesia, untuk
mencapai keempat tujuan ekonomi nasional yang
termasuk di antaranya adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan stabil. Berdasarkan pada
hal
tersebut,
melalui
jurnal
ini,
penulis
berkeinginan untuk mencari tahu seberapa besar
pengaruh dari penerimaan perpajakan dan aspekaspek perpajakan lainnya terhadap pertumbuhan
ekonomi
suatu
Indonesia.
negara,
khususnya
Republik
pajak
secara
formal
dan
legal
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang
dengan
tidak
mendapatkan
imbalan
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Maka, berdasarkan ketiga definisi pajak di atas,
pajak dapat dijelaskan ke dalam unsur-unsur
berikut ini.
a.
Iuran / kontribusi wajib kepada negara;
b.
Bersifat memaksa;
c.
Diatur dengan undang-undang;
d.
Tidak ada imbalan kembali yang secara
langsung diterima oleh pembayar pajak;
e.
Digunakan
meningkatkan
kemakmuran
rakyat.
2.2 Pengaruh Penerimaan Pajak Terhadap APBN
2. PEMBAHASAN
Komposisi pendapatan negara di APBN tahun
2.1 Definisi Pajak
2014 tampaknya tidak mengalami perubahan yang
signifikan terhadap tren pertumbuhan pendapatan
2
negara berdasarkan APBN-P 2008 s.d. 2013. Porsi
oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak.
pendapatan
Berdasarkan hal tersebut, prospek penerimaan
dalam
negeri
yaitu
penerimaan
perpajakan masih memegang porsi terbesar yaitu
perpajakan
sebesar 1.280,4 triliun rupiah atau sebesar 76,80
berikutnya akan terus meningkat.
persen
dari
total
pendapatan
negara.
Porsi
2.3 Definisi
dalam
APBN
di
Pertumbuhan
tahun-tahun
Ekonomi
penerimaan perpajakan di APBN 2014 meningkat
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
sebesar 132 triliun rupiah atau 11,5 persen dari
2.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
angka penerimaan perpajakan di APBN-P 2013.
Komposisi penerimaan perpajakan berdasarkan
APBN
2014
Penghasilan
terdiri
(migas
dari
pendapatan
Pajak
dan
nonmigas),
Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,
Menurut
Pramit
pertumbuhan
Chaudhuri
ekonomi
atau
dan
(1989),
economic
growth adalah peningkatan dalam konsep
yang nyata dari output barang dan jasa yang
bertahan
selama
periode
waktu
yang
panjang, diukur dalam konsep nilai tambah.
Pendapatan Cukai, Pendapatan Bea Masuk/Bea
Keluar, dan Pendapatan Pajak lainnya. Secara
persentasi,
masih
komposisi
didominasi
penerimaan
oleh
perpajakan
Pendapatan
Pajak
Senada dengan definisi tersebut, Sumitro
Djojohadikusumo
(1994)
menjelaskan
bahwa pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
Dapat
dikatakan
bahwa
pertumbuhan menyangkut perkembangan
yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnya
hasil
produksi
dan
pendapatan.
Terakhir, dalam kamus Ekonomi (The
Harper Collins Economics Dictionary),
pertumbuhan ekonomi (economic growth)
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
disajikan sebagai berikut.
Pada
tahun
2014,
penerimaan
perpajakan
ditargetkan mencapai Rp1.280,4 triliun, atau
meningkat 11,5 persen apabila dibandingkan
dengan targetnya pada APBN-P tahun 2013.
Penerimaan perpajakan ini akan didorong untuk
terus meningkat, sebab tax ratio kita sampai pada
tahun 2013 masih tergolong rendah yaitu sebesar
12,2 persen. Ini artinya masih terdapat banyak
potensi penerimaan pajak yang masih dapat digali
didefinisikan sebagai:
“The growth of the real output of an
economy over time. The physical ability of
an economy to produce more goods and
services depends on:
a. Increase in the quantity and quality of
its
capital
goods
(capital
accumulation);
b. Increase in the quantity and quality of
its labor force;
c. Increase in the quantity and quality of
its natural resources;
d. Efficient use of these factor inputs so
as to maximize their contribution to
the expansion of output through
improved productivity;
3
e.
f.
Development and introduction of
innovative techniques and new product
(technological progressiveness);
Level of aggregate demand. The level
of demand needs to be high enough to
ensure full utilization of increased
productive
capabilities
of
the
economy.
Jadi, berdasarkan definisi dari para ahli
tersebut di atas, kami menyimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan
kapasitas
sebuah
ekonomi
untuk
Krisis perekonomian global yang masih
berlangsung
hingga
saat
ini
telah
mengakibatkan perlambatan ekspor dan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mendorong perlambatan ekonomi Indonesia
pada
triwulan
I
tahun
2013.
Krisis
perekonomian global juga mempengaruhi
perekonomian hampir seluruh negara di
dunia
yang
mengalami
perlambatan
ekonomi.
memproduksi barang dan jasa dari periode
Perlambatan
waktu tertentu ke periode waktu berikutnya
Indonesia ini harus dijadikan cambuk bagi
secara
berkelanjutan.
Indonesia
ekonomi
dapat
Pertumbuhan
diukur
dalam
satuan
pertumbuhan
untuk
ekonomi
memperbaiki
kinerja
perekonomian di tengah keadaan ekonomi
nominal, termasuk inflasi, atau dalam
global yang belum membaik.
satuan riil yang telah disesuaikan dari
Sedangkan dari data BPS Dalam 10 tahun
inflasi. Untuk membedakan pertumbuhan
terakhir (1998-2008), pembangunan di
ekonomi suatu negara dari negara lainnya,
Indonesia mengalami kemajuan signifikan.
umumnya digunakan adalah perbandingan
Pertumbuhan ekonomi, misalnya, pada
Gross Domestic Product (GDP) dari setiap
tahun 1998 minus 13.1 persen. Pada saat
negara, atau Gross National Product (GNP)
Susilo
per
sebagai
capita
dalam
dipertimbangkan
hal
perlunya
perbedaan
Bambang
Presiden
Yudhoyono
RI,
tahun
terpilih
2004,
jumlah
pertumbuhan ekonomi naik pesat menjadi
populasi dari negara-negara yang ingin
5.1 persen. Dan tahun 2008 diproyeksikan
dibandingkan pertumbuhan ekonominya.
sebesar 6,4 persen. Cadangan devisa yang
2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Menurut
data
Perencanaan
dari
Bappenas
Pembangunan
semula 33.8 miliar dolar AS, pada tahun
(Badan
2008 naik menjadi 69.1 persen. Berikut ini
Nasional)
merupakan data pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Indonesia pada triwulan
pertama
tahun
2013
Indonesia dalam 10 tahun terakhir :
mengalami
perlambatan meskipun cenderung stabil.
Pada triwulan I tahun 2013, perekonomian
Indonesia tumbuh sebesar 6,0 persen atau
melambat dari perekonomian pada triwulan
yang sama tahun 2012 yang mampu
tumbuh
sebesar
6,3
persen.
Tingkat
pertumbuhan ini merupakan yang terendah
sejak tahun 2010.
Dapat
kita
lihat
bahwa
pertumbuhan
ekonomi di Indonesia mengalami tingkat
4
keterpurukan
terjadi
krisis
Pajak
1997-1998
yang
pertumbuhan ekonomi suatu negara layaknya
pada
pedang bermata dua. Di sisi lain penerimaan pajak
seiring
yang tinggi dapat memacu sebuah negara untuk
berjalannya waktu, perekonomian mulai
meningkatkan belanja-belanja pemerintah yang
berjalan naik sejak tahun 1999 s.d sekarang,
dapat memacu perekonomian hingga berujung
meskipun mengalami kenaikan maupun
pada terciptanya kenaikan tingkat pertumbuhan
penurunan dalam pertumbuhan ekonomi.
ekonomi. Namun, di sisi lain, tarif pajak yang
ekonomi
pada
di
tahun
menyebabkan
pertumbuhan
saat
keadaan
ekonoi.
defisit
Namun
Berdasarkan data terakhir BPS, tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia secara
rata-rata berada pada tingkat yang stabil
pada tingkatan yang tinggi yaitu >5%.
Untuk selengkapnya bisa dilihat pada grafik
di bawah ini. Meskipun posisi keuangan
memiliki
dampak
dua
arah
pada
ditetapkan terlalu tinggi oleh Pemerintah akan
berdampak langsung pada menurunnya konsumsi
masyarakat. Demikian pula sebaliknya.
Dampak langsung dari pungutan pajak adalah pada
pendapatan disposibel masyarakat. Pendapatan
disposibel merupakan sejumlah pendapatan yang
dapat dibelanjakan untuk konsumsi masyarakat.
Ketika tarif pajak dinaikkan, maka pendapatan
disposibel akan menjadi turun, sebab masyarakat
perlu membayar pajak lebih tinggi dari yang
seharusnya.
Dengan
menurunnya
pendapatan
disposibel ini, otomatis konsumsi masyarakat pun
akan menjadi turun pula. Turunnya konsumsi
mayoritas negara maju di dunia mengalami
agregat
pertumbuhan ekonomi yang negatif atau
turunnya
beberapa stagnan setelah diterpa krisis
Demikian pula, jika pungutan pajak diturunkan,
global di tahun 2008, Indonesia mampu
maka konsumsi relatif menjadi naik. Kenaikan
mempertahankan
pertumbuhan
komponen ini akan dapat menaikkan Pendapatan
mengembalikan
Domestik Bruto yang tentu saja dengan asumsi
ekonominya
tingkat
bahkan
masyarakat
pendapatan
akan
berdampak
nasional
pada
ekuilibrium.
posisinya di tahun 2010, hingga sekarang.
cateris paribus.
Beruntung bagi Indonesia menjadi negara
Formula perhitungan pendapatan domestik bruto
berkembang yang tidak begitu bergantung
yang umum dipelajari adalah sebagai berikut.
pada jumlah ekspor pada susunan neraca
pembayarannya. Demikian juga dengan
kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah
saat
itu
yang
banyak
menambah
government expenditure di sana-sini yang
kemudian dinilai menjadi faktor utama
mengapa Indonesia mampu lepas dari
jeratan krisis global ini.
2.4 Pengaruh
Pajak
Terhadap
Pertumbuhan
Y = C + I + G + (X – M)
Dimana,
C = Konsumsi,
I = Investasi,
G = Belanja Pemerintah,
X – M = Ekspor neto, dan
Y = GDP
Ekonomi Indonesia
5
Secara
matematis,
pengaruh
pajak
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
nasional
yang
konsumsi masyarakat dapat dinyetakan sebagai
berkelanjutan. Dalam hal ini pemerintah perlu
berikut.
menggenjot
penerimaan
negara,
terutama
pendapatan dalam negeri berupa penerimaan
C’ = C (Y – T)
perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak
Dimana,
melalui berbagai instrumen kebijakan fiskal.
T = Taxes (Pajak)
Melihat pentingnya peran penerimaan pajak bagi
pemerintah untuk menciptakan kapasitas fiskal
Dalam
hal
ini,
pertumbuhan
ekonomi
nasional tersebut di atas, penerimaan pajak yang
direpresentasikan dengan nilai GDP. Dengan
tinggi akan berdampak positif pada terciptanya
demikian, setiap kali peningkatan pungutan pajak
perluasan kapasitas fiskal nasional yang berujung
akan menurunkan nilai konsumsi dank arena
pada peningkatan belanja-belanja pemerintah yang
konsumsi berkorelasi positif dengan Y atau GDP,
bersifat discretionary.
maka setiap peningkatan pajak akan menurunkan
Dalam
pertumbuhan ekonomi (asumsi cateris paribus).
sebelumnya, belanja pemerintah digambarkan
Di sisi lain, pajak merupakan sumber penerimaan
dengan simbol [G]. Belanja pemerintah ini juga
terbesar dari APBN. Sebagaimana dijelaskan di
berbanding lurus dengan Pendapatan Domestik
atas, porsi penerimaan pajak di APBN kita
Bruto yang artinya kenaikan belanja pemerintah
jumlahnya sangat dominan, yaitu sekitar 76,8%.
sebesar
Ini mengindikasikan bahwa negara masih dan akan
Domestik Bruto sebesar X. Ketika belanja
sangat bergantung pada penerimaan perpajakan
pemerintah
dalam
infrastruktur yang mempunyai multiplier effect
membiayai
kebutuhan-kebutuhan
fungsi
X
pendapatan
akan
yang
meningkatkan
dilakukan
belanja-belanja
pada
discretionary expenditure.
Pendapatan Domestik Bruto ini akan dipengaruhi
Demi mencapai pertumbuhan ekonomi nasional
oleh
yang tercermin melalui pertumbuhan Pendapatan
selanjutnya (dampaknya tidak langsung kelihatan).
Domestik Bruto, pemerintah perlu melakukan
Intinya, pajak mempunyai pengaruh yang sangat
belanja-belanja yang memiliki multiplier effect
besar bagi terciptanya percepatan pertumbuhan
pada pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Belanja
ekonomi nasional kita saat ini yang masih sangat
yang
bergantung pada besaran penerimaan pajak yang
adalah
belanja
modal
multiplier
effect
maka
Pendapatan
pemerintah melalui apa yang lazim disebut sebagai
dimaksud
perekonomian,
untuk
dijelaskan
di
pertambahan
periode-periode
(infrastruktur). Penerimaan Negara memiliki arti
diterima.
penting dalam menciptakan perluasan kapasitas
Maka menyangkut hal ini, Pemerintah memiliki
fiskal pemerintah yang pada akhirnya dapat
peran melalui instrument kebijakan fiskal dalam
memperluas pembangunan infrastruktur melalui
menciptakan kebijakan yang berimbang terhadap
belanja-belanja
discretionary
jumlah pajak yang dapat dipungut dari masyarakat.
(discretionary expenditure). Oleh karena itu,
Pilihan yang dimiliki Pemerintah adalah (1)
penerimaan negara di sini yang termasuk di
menurunkan tarif pajak untuk meningkatkan daya
antaranya penerimaan perpajakan, penting untuk
beli masyarakat; (2) menaikkan tarif pajak
dijaga agar secara konsisten menunjukkan prospek
progresif untuk meningkatkan kapasitas fiskal
yang positif setiap tahunnya demi mencapai
nasional dan percepatan pemerataan ekonomi
yang
bersifat
6
nasional;
dan
(3)
tidak
menaikkan
menurunkan
tarif
pajak,
tetapi
intensifikasi
dan
ekstensifikasi
atau
menggiatkan
di
bidang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu
dilakukan
mengingat
berpendapatan
rendah
proporsi
di
AS
penduduk
amat
besar
penggalian potensi perpajakan.
dibandingkan dengan penduduk kaya sehingga
Pilihan pertama yaitu menurunkan tarif pajak
amat potensial dalam menggerakkan ekonomi..
untuk meningkatkan daya beli masyarakat saat ini
Sayangnya, bagi Indonesia pilihan ini bukan
terjadi di Amerika Serikat. Diketahui, besarnya
merupakan kebijakan yang tepat sebab penurunan
pajak pendapatan di negara Paman Sam itu pernah
tarif pajak akan menurunkan penerimaan negara
mencapai angka 94 persen pada tahun 1944.
secara signifikan. Sebagaimana kita ketahui, pajak
Presiden John F Kennedy kemudian berupaya
merupakan urat nadi dari penerimaan negara
menurunkannya menjadi 70 persen tahun 1965.
dalam APBN kita. Masih begitu banyak belanja-
Atas
evaluasi
belanja pemerintah baik dalam bentuk belanja
menunjukkan naiknya pendapatan negara dengan
discretionary maupun belanja subsidi yang harus
rata-rata 9,0 persen per tahun akibat meningkatnya
ditopang melalui penerimaan perpajakan.
pertumbuhan ekonomi.
Pilihan selanjutnya adalah dengan peningkatkan
Selanjutnya, Presiden Ronald Reagan berupaya
tarif pajak untuk menciptakan kapasitas fiskal
kembali menurunkan besarnya pajak pendapatan
yang
dari 70 persen menjadi 50 persen tahun 1981.
sesungguhnya akan meningkatkan penerimaan
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi meningkat rata-
negara secara signifikan melalui penerimaan
rata 4,8 persen per tahun selama 1983-1986
perpajakan. Hanya saja, kenaikan tersebut tidak
daripada periode sebelumnya (1978-1982) dengan
akan bertahan lama dan hanya akan bersifat
rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,9 persen
temporer. Tarif pajak yang terlalu tinggi memang
per tahun (Laffer, 2004).
pada awalnya akan membantu pemerintah dalam
penurunan
Kebijakan
pajak
menurunkan
itu,
hasil
Kebijakan
fiskal
ini
melakukan belanja-belanja yang dapat memiliki
kepemimpinan Barack Obama terus berlanjut
dampak pada percepatan perekonomian, hanya
tetapi
Adapun
saja ini tidak akan berlangsung lama. Bersama
kebijakan pajak yang dijalankan adalah menaikkan
dengan kenaikan tarif pajak tersebut, akan tercipta
pajak orang kaya dan menurunkan pajak untuk
penurunan daya beli masyarakat secara agregat
yang lain. Kebijakan ini amat menguntungkan
dan masalah-masalah sosial lain seperti penurunan
penduduk berpendapatan rendah. Setelah dipotong
ketidakpercayaan masyarakat pada Pemerintah.
pajak, penduduk berpendapatan terendah akan
Dampak penurunan daya beli masyarakat dan
menikmati kenaikan pendapatan sebesar 2,4-5,5
masalah-masalah tersebut diyakini akan semakin
persen, sedangkan pendapatan penduduk kaya
besar setiap periodenya dan pada akhirnya akan
akan berkurang 8,7 persen. Secara keseluruhan,
menciptakan
terjadi penurunan pajak sekitar 0,3 persen atau
Untuk itu, pilihan untuk menaikkan tarif pajak
setara dengan 160 dollar AS (CNNMoney.com,
tampaknya tidak menjadi solusi yang baik bagi
11/6/2009).
Pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi
Adapun alasan utama diterapkan kebijakan pajak
nasional.
itu
Terakhir
perumusan
pada
besar.
era
dengan
pajak
lebih
berbeda.
adalah
untuk
meningkatkan
masyarakat
yang
pada
daya
gilirannya
beli
dapat
perlambatan
adalah
pilihan
mengoptimalisasikan
ekonomi
nasional.
Pemerintah
fungsi
untuk
penerimaan
7
perpajakan melalui peran Direktorat Jenderal
pertumbuhan
ekonomi
Pajak. Optimalisasi ini dilakukan melalui dua
berkelanjutan.
yang
meningkat
dan
solusi utama, yaitu intensifikasi perpajakan dan
ekstensifikasi perpajakan.
Intensifikasi
3. KESIMPULAN
perpajakan
adalah
peningkatan
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah tolak
intensitas pungutan terhadap suatu subyek dan
ukur yang relevan untuk menilai keberhasilan
obyek pajak yang potensial, namun belum tergarap
suatu negara dalam mengelola perekonomiannya.
atau terjaring pajaknya, serta memperbaiki kinerja
Indonesia termasuk sebagai satu dari sedikit
pemungutan agar dapat mengurangi kebocoran-
negara saat ini yang memiliki ekonomi yang terus
kebocoran yang ada. Upaya intensisifkasi dapat
tumbuh secara positif terlepas dari pengaruh krisis
ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
global yang menimpa dunia sejak tahun 2008.
a.
Penyempurnaan administrasi perpajakan;
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
b.
Peningkatan mutu pegawai/fiskus;
tinggi
c.
Penyempurnaan undang-undang perpajakan.
melakukan
dan
berkelanjutan,
kebijakan
Pemerintah
mikroekonomi
perlu
dalam
Sementara itu, ekstensifikasi perpajakan adalah
bentuk kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
upaya memperluas subyek dan obyek pajak.
Terkait dengan pengaruh perpajakan terhadap
Ekstensifikasi pajak antara lain dapat ditempuh
perekonomian,
melalui:
regulator dan stabilisator memiliki peran melalui
a.
Perluasan wajib pajak;
kebijakan
b.
Pendaftaran wajib pajak yang belum terdaftar;
digambarkan bagaimana pajak memiliki pengaruh
c.
Perluasan obyek pajak.
yang signifikan terhadap Pendapatan Domestik
Saat
ini, Direktorat
yang
ditempuh.
fungsi
Telah
Bruto Indonesia juga besarnya porsi penerimaan
sekaligus
perpajakan pada struktur APBN Indonesia saat
ekstensifikasi perpajakan melalui proyek Sensis
ini. Pengaruhnya memiliki trade-off dimana
Pajak Nasional (SPN). Jika SPN ini dapat berjalan
pemungutan pajak yang terlalu tinggi kepada
sesuai dengan grand design-nya, Penulis percaya
masyarakat akan berimbas pada penurunan daya
proses penggalian potensi perpajakan baik melalui
beli
intensifikasi maupun ekstensifikasi dapat berjalan
berdampak pada kenaikan belanja pemerintah
dengan baik. Sebagaimana yang kita ketahui, rasio
untuk sektor-sektor riil.
pajak (tax ratio) Indonesia masih berada pada
Terkait hal ini, Pemerintah dihadapkan pada tiga
level yang rendah, yaitu 12%. Padahal negara-
opsi, yaitu menurunkan tarif pajak, menaikkan
negara maju saat ini berada di level 18-20%. Ini
tarif
mengindikasikan bahwa sesungguhnya Indonesia
pemungutan
memiliki potensi pajak yang besar yang belum
menaikkan tarif pajak. Dengan kondisi Indonesia
tergali. Untuk itu, peran kegiatan intensifikasi dan
saat ini, opsi ketiga merupakan opsi terbaik yang
ekstensifikasi perpajakan di sini adalah sangat
dapat
esensial. Direktorat Jenderal Pajak mempunyai
Direktorat Jenderal Pajak untuk mewujudkan
andil yang besar di sini dalam melancarkan
optimalisasi pemungutan pajak ini adalah sangat
kebijakan fiskal Pemerintah dalam peningkatan
esensial dalam menggiatkan intensifikasi dan
penerimaan
porses
Pajak
fiskal
sebagai
sedang
menggiatkan
Jenderal
Pemerintah
intensifikasi
perpajakan
guna
masyarakat,
pajak,
atau
pajak
diambil
meskipun
itu
melakukan
tanpa
Pemerintah
juga
optimalisasi
menurunkan
saat
akan
ini.
atau
Peran
mencapai
8
ekstensifikasi
perpajakan
guna
mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
DAFTAR REFERENSI:
[1] Bank Indonesia. 2011. The Indonesian
Economy: Entering A New Era. Diedit oleh
Aris Ananta, Muljana Soekarni, dan Sjamsul
Arifin. ISEAS Publishing: Singapore.
[2] Chaudhuri, Pramit. 1989. Economic Theory of
Growth. University of Sussex. Harvester
Whearsheaf: London.
[3] Djojohadikusumo, Sumitro.1994. Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
[12] http://koran.kompas.com/read/xml/
2009/08/20/04582276/pajak.dan.pertumbuhan.
(Diakses tanggal 10 Mei 2014).
[13] http://abstraksiekonomi.blogspot.com/
2013/07/intensifikasi-dan-ekstensifikasipajak.html (Diakses tanggal 11 Mei 2014)
[14] http://evaoktaviagunawan.wordpress.com/
2011/12/18/definisi-pajak-menurut-beberapaahli-ekonomi/ (Diakses tanggal 11 Mei 2014)
[15] http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/
index.php/layanan-diklat/seputar-diklat/
1465-prospek-penerimaan-pajak-tahun-2014
(Diakses tanggal 11 Mei 2014)
Pembangunan. LP3ES: Jakarta.
[4] Kementerian Keuangan. 2012. Nota Keuangan
R-APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012.
Direktorat Jenderal Anggaran. Jakarta.
[5] Kementerian Keuangan. 2013. Nota Keuangan
R-APBN Perubahan Tahun Anggaran 2013.
Direktorat Jenderal Anggaran. Jakarta.
[6] Kementerian Keuangan. 2014. Nota Keuangan
R-APBN Tahun Anggaran 2014. Direktorat
Jenderal Anggaran. Jakarta.
[7] Mankiw, N.G. 2003. “Teori Makroekonomi”.
Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta
[8] Pass, Christopher. Dkk. 1991. HarperCollins
Dictionary Economics. Diedit oleh Eugene
Ehrlich. HarperCollins Publishers: New York.
[9] Samuelson, P.A., Nordhaus, W.D. 2004. “Ilmu
Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT Media
Global Edukasi: Jakarta.
[10] Sukirno, Sadono. (2006). Makroekonomi
Teori Pengantar Edisi 3. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
[11] Todaro, Michael P. (2006). Economic
Development Ninth Edition. England : Pearson
Education Limited. www.bappenas.go.id
Perkembangan Ekonomi Indonesia (diakses
tanggal 22 April 2013)
9