DEBAT SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Setelah ditetapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) oleh Departemen Pendidikan dan Direktorat Jenderal
Pendidikan Republik Indonesia sebagai sistem penyokong dalam
kegiatan belajar mengajar. Sistem pembelajaran yang selanjutnya
disebut sebagai kegiatan belajar mengajar tersebut telah berubah.
Mengingat hal mengenai sistem pendidikan, maka pratinjau kasus
yang yang sedang di bahas yaitu berpusat pada pengaturan
Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor

20


Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur sistem
KTSP. Ada pula Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang lebih rinci memaparkan bagaimana sistem KTSP tersebut
diimplementasikan di sekolah yang ada di Indonesia.
“Pasal 11
(2) Pendidikan
kecakapan
hidup
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup kecakapan
pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik,
dan kecakapan vokasional.”
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 10 ayat 1 dan pasal 11 ayat 2)
1


Esensi dari Undang-Undang Republik Indonesia yang lengkap
dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia tersebut, maka
jelaslah sudah mengenai sistem pendidikan yang menggambarkan
titik fokus kegiatan belajar mengajar terpusat pada peserta didik,
yakni siswa dituntut untuk aktif dalam menanggapi pelajaran yang
tengah diberikan oleh para staff pengajar. Artinya, siswa lah yang
harus lebih berperan aktif di setiap kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
“Metode pembelajaran diarahkan berpusat pada
peserta didik. Guru sebagai fasilitator mendorong
peserta didik agar mampu belajar secara aktif, baik
fisik maupun mental. Selain itu, dalam pencapaian
setiap kompetensi pada masing- masing
mata
pelajaran diberikan secara kontekstual dengan
memperhatikan perkembangan kekinian dari berbagai
aspek kehidupan.”
(Kurikulum SMA Negeri 69 Jakarta, halaman 18,
alinea ke-3)
Dari pemaparan kasus tersebut maka sekolah harus mengambil

tindakan untuk memberikan fasilitas berupa sarana peningkatan dan
pengembangan kualitas pola pikir, sikap kritis dan ketelitian kepada
para peserta didik untuk pencapaian kurikulum tingkat satuan
pendidikan tesebut sehingga apa yang telah di amanatkan oleh
pemerintah dapat terlaksana dengan baik.
Banyak cara untuk menggali potensi peserta didik dalam upaya
pengembangan minat dan bakat para peserta didik yang sejalan

2

dengan apa yang telah di amanatkan dalam sistem pendidikan, yaitu
menciptakan generasi yang cakap dan peka terhadap berbagai
aspek kehidupan untuk meningkatkan generasi bangsa. Salah satu
cara yang dapat membantu pelaksanaan dalam amanat pemerintah
mengenai sistem pendidikan nasional yang termaktub dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, UndangUndang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu
dengan metode sarana debat yang dalam aspeknya mengandung
semua unsur yang pemerintah maksud dalam semua peraturannya

mengenai kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Debat merupakan sarana penyampaian argumentasi yang
tersusun rapi dengan memberikan fakta-fakta yang konkrit dengan
kasus yang tengah di bangun. Didalamnya banyak sekali aspek
yang dapat meningkatkan kualitas pola pikir, menumbuhkan sikap
kritis dan ketelitian serta keterampilan verbal para peserta didik
yang sekaligus dapat membangun bukan hanya kecakapan sosial
namun juga sains yang menuntun mereka untuk sukses dalam
mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
sistem kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Dan penulis

3

memandang bahwa debat merupakan salah satu dari sekian banyak
jalan untuk dapat membantu dalam keberhasilan kurikulim tersebut.
Oleh karena itu, dengan didasari oleh kedua urgency, yaitu
tuntutan pemerintah dalam sistem pendidikan nya yang memusatkan
para peserta didik dan menuntut mereka supaya lebih aktif

dibandingkan para staff pengajar yang diberikan sudut pandang oleh
sistem pendidikan tersebut hanya sebagai fasilitator saja bagi
mereka, serta urgency mengenai pemanfaatan debat sebagai
sarana penyokong untuk menjalankan sistem pendidikan nasional,
maka

penulis dalam

karya

tulis ilmiah

ini

akan

berusaha

mengungkap semua keuntungan debat dalam pelaksanaan sistem
pendidikan nasional tersebut demi pembangunan nasional yang

akan melahirkan generasi muda yang berkualitas dari dunia
pendidikan Republik Indonesia yang cerah dan gemilang.
Barkaitan dengan urgency yang telah ditimbulkan diatas maka
penulis mengambil judul ”Debat Sebagai Sarana Peningkatan
Kualitas

Pola

Pikir,

Sikap

Kritis

dan

Ketelitian

serta


Keterampilan Verbal (Public Speaking)” dalam pembuatan karya
tulis ilmiah ini. Dan penulis mengahapkan respon dari pihak sekolah
untuk mengembangkan debat untuk membantu peningkatan segala

4

aspek yang dapat membantu siswa dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian Latar Belakang Masalah yang telah
penulis paparkan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran mengenai sistem, varietas, dan
teknik dalam debat?
2. Bagaimanakah korelasi antara debat dengan kualitas pola
pikir dan sikap kritis?
3. Bagaimanakah hubungan antara ketelitian dan keterampilan
dengan sistem yang ada pada debat?
4. Bagaimanakah manfaat penguasaan debat secara realistis
khususnya dalam kegiatan belajar mengajar?


1.3 Maksud dan Tujuan
Pembahasan pada Latar Belakang Masalah lengkap beserta
urgency dari masalahnya, yaitu mengenai sistem pendidikan
nasional

yang

memuat

tentang

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan (KTSP) serta sarana debat sebagai penyokong untuk
melaksanakan


kurikulum

tersebut

dengan

maksud

untuk

5

memperoleh respon yang positif dari pihak sekolah terhadap
peluang emas yang di sajikan penulis untuk membantu menjalankan
sistem pendidikan yang diberikan oleh pemerintah.
Adapun tujuan dari pembahasan dan pembedahan dari semua
aspek dan kelebihan yang dikandung oleh debat dan reaksinya
terhadap sistem pendidikan nasional , antara lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh debat pada makna

yang termaktub dalam amanat pemerintah mengenai sistem
pendidikan nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
tersebut.
2. Untuk menggugah pihak sekolah bahwa debat merupakan
sarana yang tepat untuk membantu penerapan, dan
memperlancar sistem pendidikan nasional tersebut.
3. Untuk memberikan efek dan kesan serta paradigma para
pembaca terhadap sistem debat, sehingga debat dapat di
terima sebagai aspek penting dalam meningkatkan segala
potensi yang ada di bidang pengetahuan.
4. Untuk memberitahukan kepada seluruh pembaca tentang
teknik dan

tata cara pelaksanaan debat, sehingga dapat

mengimplementasikan debat dengan baik dan benar serta
menyenangkan

6


1.4 Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini digunakan metode
penulisan sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Metode ini di lakukan dengan mengumpulkan beberapa
buku sumber yang berkaitan erat dengan masalah yang di
bahas dalam karya tulis ilmiah ini serta dengan mengumpulan
semua bahan yang akan mendukung dengan studi literatur
yang berasal dari situs-situs di internet.
2. Angket
Metode ini dilakukan penulis dengan menyebarkan angket
yang

berisi

pertanyaan

mengenai

segala

hal

yang

bersangkutan dengan karya tulis ini dan segala sesuatu hal
yang akan mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah
tersebut.

7

1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan akhir ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan gambaran umum mengenai kajian masalah yang
penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini. Bab Pendahuluan ini terdiri
dari lima sub bab, diantaranya Latar Belakang Masalah yang
menggambarkan alasan atau latar belakang penulis mengambil judul
”Debat Sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Pola Pikir, Sikap Kritis
dan

Ketelitian

serta

Keterampilan

Verbal

(Public

Speaking)”.

Identifikasi Masalah yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
masalah-masalah umum yang diuraikan dalam

Latar Belakang

Masalah guna mempersempit materi yang di kaji. Maksud dan Tujuan
memaparkan maksud dan tujuan penulis melakukan pembahasan
mengenai debat dan relasinya dengan sistem pendidikan nasional dan
kurikulum

tingkat

satuan

pendidikan,

Sistematika

Penulisan

menjelaskan susunan dan isi bab-bab yang terdapat dalam karya tulis
ilmiah ini, serta Metode Penulisan yang berisi tentang metode-metode
yang di gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8

BAB II LANDASAN TEORI
Memaparkan teori-teori yang relevan dengan kajian yang penulis
angkat dalam karya tulis ilmiah ini. Penulis membagi bab ini kedalam
delapan sub bab, yaitu Debat, Jenis-jenis Debat, Skema Debat,
Elemen debat, Strategi Debat, Pola Pikir (Mind Set), Sikap Kritis
dan Ketelitian, Keterampilan Verbal (Public speaking).
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan secara tuntas permasalahan yang
penulis angkat dalam karya tulis ilmiah ini dengan menggunakan data
dan informasi pendukung yang

telah di dapatkan dari hasil analisa

berbagai literatur yang berkaitan dengan kasus yang telah ditimbulkan
dalam karya tulis ilmiah ini serta melalui angket sebagai sarana jajak
pendapat kepada para korespondensi yang tepat sasaran. Bab ini terdiri
dari sub bab-sub bab Peningkatan Kualitas Pola Pikir, Sikap Kritis
dan Ketelitian Dengan Kegiatan Debat, Debat dan Public Speaking,
dan Manfaat Penguasaa Debat Secara Realistis.

BAB IV PENUTUP
Bab ini terdiri dari sub bab Kesimpulan dan Saran. Pada sub
bab Kesimpulan dijelaskan secara ringkas dan padat hasil akhir dari
pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, berupa

9

kesimpulan dari masalah yang telah dikaji. Sedangkan sub bab Saran
mengungkapkan anjuran yang dikemukakan penulis bagi perusahaan
ataupun bagi para pembaca berkaitan dengan masalah yang telah
diangkat berdasarkan kesimpulan yang telah di buat sebelumnya.

10

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Debat
“Debating is a clash of argument. For every issue, there
are always different sides of story, why people support or
disagree with that certain issue. Debating seeks to explore the
reasons behind each side. To make those reasons
understandable and convincing, debaters should deliver their
arguments with good communications skill.”
”Debat merupakan pertentangan pada pendapat. Selalu
ada berbagai sisi dalam kasus di dalam setiap masalah,
mengapa orang-orang (orang yang melakukan debat)
mendukung atau tidak setuju pada kasus tersebut. Pandangan
dalam debat adalah untuk mengungkap alasan-alasan di balik
setiap sisinya. Untuk membuat alasan-alasan tersebut dapat di
mengerti dan diyakini, pada pendebat harus menyampaikan
pendapat mereka dengan kemampuan berkomunikasi yang
baik.”
(Departemen Pendididkan Nasional.2009. Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Debating
Handbook.)
Debat adalah suatu kegiatan dimana para pelaku (disebut
debaters) yang berperan di dalamnya saling menyampaikan pendapat
mereka setelah mereka diberikan suatu kasus tertentu. Seperti yang
telah dipaparkan di atas, bahwa di dalam debat setiap pembicara
menyampaikan pendapat mereka sesuai dengan pandangan pro yang
menyetujui kasus yang sedang dibangun atau malah sebaliknya mereka
kontra terhadap kasus tersebut. Oleh sebab itu, maka para debaters
dituntut untuk menguasai setiap kasus yang sedang mereka bangun,
11

serta kapasitas pengetahuan haruslah ‘lebih’ dibanding dengan
pendebat yang berada di tim oposisinya, dan mereka harus lebih
menonjolkan diri mereka dalam kebolehan mereka menguasai materi di
dalam arena debat. Selain itu untuk menunjang mereka dalam
meyakinkan semua orang yang terlibat dalam perdebatan, maka para
debaters harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dengan
kata lain mereka harus terampil dalam public speaking mereka.
Dalam kegiatan debat sendiri banyak pola atau bentuk yang
mengatur jalannya perdebatan, dan debaters diatur untuk berbicara
dalam pola debat tersebut. Ada beberapa jenis debat yang digunakan
untuk kegiatan debat yang dilaksanakan baik untuk kebutuhan
kompetisi atau untuk kebutuhan suatu standar kompetensi pada proses
pembelajaran di sekolah yaitu, Asian Parliamentary, Australasian
Parliamentary,dan British Parliamentary.

2.2 Jenis- jenis Debat
Ada beberapa jenis debat yang kerap digunakan untuk
melaksanakan kegiatan debat, diantaranya akan penulis bahas dalam
sub bab- sub bab berikut.

12

2.2.1 World School Format
Format yang digunakan dalam turnamen world schools debating
championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi British
Parliamentary dan Australasian Parliamentary. Setiap debat terdiri atas
dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga
orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut :
1. Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
2. Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
3. Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
4. Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
5. Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
6. Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
7. Pidato penutup Oposisi - 4 menit
8. Pidato penutup Proposisi - 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama
atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan
didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan
format British Parliamentary. POI hanya dapat diberikan antara menit
ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.

13

Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian
schools debating championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia
yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format
ini.
2.2.2 Australasian Parliamentary
Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs"),
gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar
hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga
akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam
format

ini,

berhadapan

dua

tim

dalam

beranggotakan

satu

debat,

satu

masing-masing
tim

mewakili

tiga

orang

Pemerintah

(Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan
urutan sebagai berikut:
1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

14

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato
penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masingmasing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh
Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang
harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak
Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan
masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam
batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang
akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang
boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh
dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang
atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan
voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan
panel dapat bersifat unanimous (dengan suara bulat) ataupun split
decision (keputusan terpisah).

15

2.2.3 British Parliamentary
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga
populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di
kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan
masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili
Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition),
dengan susunan sebagai berikut:

 Opening Government:

 Closing Government:

Prime Minister

Member of the Government

Deputy Prime Minister

Government Whip

 Opening Opposition:

 Closing Opposition:
Member of the Opposition

Leader of the Opposition

Opposition Whip

Deputy Leader of the
Opposition

16

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
1. Prime Minister - 7 menit
2. Leader of the Opposition - 7 menit
3. Deputy Prime Minister - 7 menit
4. Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
5. Member of the Government - 7 menit
6. Member of the Opposition - 7 menit
7. Government Whip - 7 menit
8. Opposition Whip - 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan
pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan
dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima,
pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu
maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang
kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan
pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah
ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari
peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan
sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai,
Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.

17

2.3 Skema Debat
Untuk pembahasan kali ini penulis hanya akan memberikan
salah satu skema debat dari satu jenis atau bentuk debat, yaitu skema
debat World School Format. Hal tersebut dikarenakan titik fokus pada
karya tulis ini bukan pada system debat berlangsung namun hal
tersebut diperuntukkan hanya sebagai jembatan untuk memahami
system debat secara ke seluruhan.
Skema debat World School Format adalah sebagai berikut :
1. Terdapat 2 tim dalam setiap pertangdingan debat, setiap tim
terdiri atas 3 debaters yang akan menjadi pembicara ke-1, ke2, dan ke-3 untuk setiap tim tersebut.
2. Setiap

tim

akan

menjadi

Government/

Affirmative

(pemerintah, pihak pro, yang akan mendukung mosi/masalah
yang diperdebatkan) dan tim Opposition/Negative (tim yang
akan kontra terhadap mosi)
3. Untuk aturan baku yang pada setiap kompetisi debat yang
dilaksanakan untuk debat World School Format, setiap
pembicara akan diberikan waktu 8 menit durasi speech
(pidato) yang merupakan waktu penyampaian argumen setiap
pembicara untuk setiap tim, serta untuk pembicara penutup

18

yang di wakili oleh pembicara ke-1 atau ke-2 untuk masingmasing tim diberikan waktu 4 menit untuk menegaskan
kembali apa yang telah mereka sampaikan pada pidato
sebelum

pembicaraan

penutup

berlangsung

serta

meyakinkan juri dan elemen yang terlibat dalam parlemen
debat bahwa tim mereka lah yang menyampaikan argumen
dan

fakta

yang

dapat

dipertanggungjawabkan

kekredibilitasannya.
4. Berikut adalah susunan pembicaraan atau speech (pidato)
pada debat World School Format:
5. Pembicara ke-1 Affirmative
Negative

pembicara ke-1

pembicara ke-2 Affirmative

ke-2 Negative

pembicara ke-3 Affirmative

pembicara ke-3 Negative
Negative

pembicara

pembicara penutup

pembicara penutup Affirmative.

6. Dalam setiap pembicaraan atau speech, setiap pembicara
pada

tim

oposisi

(tim

lawan)

diperkenankan

untuk

menyampaikan interupsi atau sanggahan terhadap apa yang
tengah

disampaikan

menyampaikan

oleh

pembicara

speech-nya,

sanggahan

yang
tersebut

sedang
dapat

berupa pertanyaan ataupun pernyataan, hal ini dinamakan

19

POI (Point of Information). Setiap POI dapat disampaikan
dalam interval waktu dari menit ke-1 sampai menit ke-7 saat
tim oposisi sedang menyampaikan berbagai argumenya.
Namun ketika pembicara penutup sedang berpidato maka tim
yang lainnya secara mutlak tidak diperbolehkan untuk
menyelenggarakan POI. Dan hal yang paling penting dalam
POI tersebut adalah pembicara yang sedang berpidato lah
yang

dapat

mempersilakan

tim

oposisinya

untuk

menyelenggarakan POI ketika tim oposisinya memberikan
sinyal dengan mengangkat tangan sambil berkata “interupsi
(POI please)”, namun jika pembicara yang sedang berpidato
tidak memperkenankan tim lawanya untuk menyelenggarakan
POI, maka tim oposisi tersebut terpaksa untuk diam dan tidak
menyelenggarakan POI.
7. Time keeper (pengatur waktu dalam perdebatan) akan
memberikan tanda-tanda yang berkaitan dengan durasi
bicara. Time keeper akan mengetuk meja satu ketukan di
akhir menit ke-1 dan ke-7 yang menandakan bahwa POI telah
dibuka dan POI ditutup. Dan Time keeper akan mengetuk
meja sebanyak dua ketukan pada akhir menit ke-8 untuk
memberitahu pembicara yang sedang berpidato bahwa durasi

20

pidato telah berakhir. Setiap debaters yang berbicara dibawah
7 menit dianggap bahwa dia telah under-time (kurang dari
waktu yang ditentukan ). Dan setiap debaters yang berpidato
lebih 30 detik dari waktu yang ditentukan maka pembicara
tersebut telah overtime (melenceng), untuk kedua kasus
tersebut akan mengurangi poin yang diberikan juri. Dan
dengan kata lain para debaters haruslah cermat dalam
mengatur waktu mereka dalam menyampaikan argumen.
8. Untuk pembicara penutup, Time keeper akan mengetuk meja
satu ketukan pada akhir menit ke-3 dan dua ketukan pada
menit ke-4 yang menandakan bahwa waktu bicara telah usai.
9. Di Indonesia, setiap tim diberikan waktu 30 menit sebagai
waktu persiapan untuk menyampaikan masing masing pidato
mereka setelah mosi atau kasus telah diluncukan. Dalam
waktu persiapan tersebut, para debaters tidak diizinkan untuk
mendapatkan bantuan dari siapapun kecuali anggota mereka
masing masing, atau menggunakan media elektronik yang
menyimpan segala informasi tentang kasus atau mosi yang
sedang mereka hadapi.

2.4 Elemen Debat

21

2.4.1 Motion
Motion atau mosi (dalam bahasa indonesia) dikenal juga dengan
topik atau kasus yang akan dihadapi oleh para debater di dalam
pertandingan debat. Motion merupakan bentuk pernyataan yang akan
dipaparkan

oleh

kedua

tim baik

affirmative

ataupun

negative.

Affirmative adalah tim yang harus mempertahankan mosi agar mosi
dapat dipercaya oleh semua pihak di dalam parlemen debat.
Sedangkan tim negative yang tidak percaya dan sama sekali tidak
mendukung terhadap mosi yang telah diluncurkan sebagai motion
dalam perdebatan saat itu.
2.4.2 Case Building
Case building (pembangunan kasus) adalah proses penyusunan
kasus dari mosi yang telah diberikan, dan saat case building ini lah
adalah waktu yang diperuntukkan bagi debaters pada setiap tim untuk
mencocokan (synchronize) argumen mereka terhadap mosi yang
sedang hadapi, dan memastikan bahwa argumen mereka telah solid
dan konsisten.

2.4.3 Definition
Dalam pelaksanaan debat, kedua tim harus membuat mosi yang
mereka debatkan menjadi benar-benar dapat dimengerti baik oleh
kedua tim itu sendiri maupun semua pihak yang terlibat dalam parlemen
22

debat yang sedang berlangsung. Hal ini menjadi sangat penting karena
inilah yang menjadi pondasi awal dalam membangun kasus dalam
debat sehingga semua pihak dapat mengerti apa yang sedang di
debatkan, hal ini dapat membantu kedua tim debat untuk mendapatkan
dukungan dan keberpihakkan dari audience yang berada didalam
situasi perdebatan yang akan dapat meyakinkan bahwa tim yang paling
baik dalam penyampaian definisi lah yang akan lebih di dengar oleh
para audience dan adjudicator tersebut.
2.4.4 Arguments
Setelah kedua tim telah melakukan pendefisisian maka haruslah
para debater memberikan argumen untuk memperkokoh definisi yang
telah mereka bangun dan membuat siapa saja yang ada di parlemen
tertarik pada kasus-kasus yang mereka paparkan. Arguments atau
pendapat-pendapat dari tim affirmative dan negative harus disampaikan
untuk membuktikan mengapa mereka percaya atau tidak percaya
kepada mosi yang tengah diperdebatkan.
Arguments akan menjelaskan mengapa setiap point yang
disampaikan pada setiap pidato oleh debaters harus di setujui oleh
audience dan adjudicator. Argumen yang baik adalah argumen yang
memuat rancangan pemikiran yang logis dan relevan. Berikut adalah
rumusan argument secara ideal:

23

1. Assertion adalah pernyataan yang harus dibuktikan
2. Reasoning adalah alasan-alasan mengapa pernyataan debaters
dapat menjadi logis dengan kasus yang sedang di bangun.
3. Evidence adalah analogi dan fakta-fakta untuk mendukung
keberadaan assertion dan reasoning.
4. Link back adalah bentuk relevansi pernyataan dari argumen pada
kasus yang tengah dibahas.
2.4.5 Mapping and Elaboration
Mapping (pemetaan) adalah hal yang tak kalah penting dari
semua elemen debat yang dipaparkan di atas, mapping merupakan
gambaran

umum

dari

kesimpulan

sebuah

menyusun definisi serta argumentasi

perdebatan.

Dalam

debater harus melakukan

pemetaan dan menimbulkan benang merah dalam kasus yang sedang
mereka bahas dengan cara menyusun semua pendapat mereka secara
sistematis. Yang dimaksud dengan sistematis di sini adalah, argumen
haruslah terdapat assertion yang memuat landasan historis untuk latar
belakang, yuridis sebagai pendukung argumen berupa kebijakankebujakan pemerintah dalam kasus yang tengah dibahas serta
landasan filosofis yang berisi tentang pandangan beberapa ahli serta
pandangan personal dari masing-masing debaters dalam kasus
tersebut. Tak lengkap jika seorang debater hanya bergelut dalam

24

mapping saja yang cenderung membahas benang merahnya, yang
harus dilakukan oleh debaters selanjutnya adalah elaboration/elaborasi
atau menjabarkan semua benang merah tersebut sehingga kasus yang
kita berikan dapat benar-benar di percaya oleh audience dan
adjudicator dalam perdebatan tersebut.
2.4.6 Rebuttals
Rebuttals adalah respon debater kepada tim oposisi terhadap
argumen yang telah disampaikan oleh tim oposisi tersebut. Rebuttals
harus membuktikan bahwa argumen dari tim oposisi semuanya tidak
penting dan salah serta membuktikan bahwa argumen tim oposisi tidak
relevan dengan mosi yang sedang dibahas. Debaters yang melakukan
rebuttals tidak cukup hanya mengatakan bahwa ‘argumen tim oposisi
kami tidak relevan dengan urgency mosi.’ Rebuttal yang baik harus
diikuti dengan alasan yang kuat dan bukti-bukti mengapa argumen
mereka tertolak.
2.4.7 Points of Information (POI)
Seperti yang telah dijelaskan bahwa setelah menit ke-1 hingga
menit ke-7 dalam pidato setiap debater, tim oposisi diperbolehkan untuk
melakukan interupsi kepada debater yang sedang menyampaikan
pidatonya. Interupsi ini dinamakan POI (points of information).

25

Dalam penyelenggaraan POI, orang (debater) yang berkaitan
yang melaksanakan POI harus berdiri dengan mengangkat tangan dan
mengatakan ‘POI’ atau ‘interupsi’ dengan sopan kepada debater yang
sedang berpidato.
Jika

debater

yang

sedang

menyampaikan

pidatonya

mempersilakan tim oposisinya menyelenggarakan PIO maka debater
dari tim oposisi haruslah segera menyelenggarakan POI. POI berisi
tentang pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang disampaikan dan
kejelasan asal usul argumen pembicara saat itu. Dan debater yang
sedang berpidato harus menjawab apa yang ditanyakan oleh debater
dari tim oposisi tersebut. Hal ini tentunya menjadi saat ditunggu, karena
apabila tim debater yang sedang berpidato tidak mampu menjawab
pertanyaan dari POI yang diselenggarakan oleh tim oposisi maka, tim
oposisi berhak atas poin nilai karena dapat menjebak dengan
pertanyaan yang menukik.
2.5 Strategi Debat
2.5.1 Manipulasi Data
Hal yang sangat darurat ketika seorang debater sedang
menyampaikan pidatonya dalam suatu parlemen debat, adalah debater
tersebut mendapatkan POI yang tak terduga sebelumnya, POI tersebut
mempertanyakan sesuatu yang debater tersebut tidak mengetahui

26

jawaban secara detail, serta POI tersebut menyatakan pernyataan yang
menukik pada argumen debater tersebut. Ataupun dalam rebuttals
argumen dari tim oposisi menyatakan sesuatu yang membuat
pernyataan/argumen debater yang bersangkutan jatuh, dan tidak berarti
apa apa lagi di mata audience juga adjudicator, maka hal tersebut
adalah saat saat tergenting bagi debater yang mendapat POI serta
rebuttals seperti itu, dampaknya adalah pengurangan poin dan
kehilangan simpati dari audience serta adjudicator yang berujung
kekalahan bagi debater tersebut.
Untuk pertanyaan ataupun pernyataan yang menukik dari oposisi
biasanya mereka menanyakan hal yang berhubungan dengan validasi
data pada suatu argumen serta kejelasan dari suatu poin yang terdapat
pada

argument

tersebut.

Dan

mau

tidak

mau

debater

yang

bersangkutan harus menjawab dan mempertahankan argumen yang
telah mereka bangun untuk menimbulkan sikap konsisten untuk
argument-argumen yang telah mereka sampaikan. Jika memang data
yang tim oposisi minta memang tidak kita ketahui maka manipulasi data
lah jalan terakhir yang harus ditempuh.
Manipulasi data adalah suatu bentuk strategi dalam debat yang
membuat sesuatu yang semu menjadi jelas dan malah sesuatu yang
tidak semu sekalipun bahkan tidak ada dibuat seolah olah ada dan

27

dapat

dipertanggungjawabkan.

Hal

yang

paling

penting

untuk

melakukan manipulasi data adalah pengetehuan yang luas mengenai
kasus yang sedang di bahas dalam perdebatan, serta kemampuan
public speaking nya yang didukung dengan air muka yang menyakinkan
untuk membuat pernyataan manipulasi data tersebut dapat diterima
oleh parlemen debat. Alhasil, debater yang mendapatkan POI serta
rebuttals yang menukik tersebut setidaknya telah berada di zona aman.
Namun hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah kehati-hatian
serta ketelitian dalam melakukan manipulasi data yaitu memberikan
data yang telah dimanipulasi dengan pernyataan yang logis dan
rasional.

2.5.2 Pertanyaan dan Pernyataan Menukik
Dalam situasi debat, debaters haruslah menyimak dengan baik
apa yang disampaikan oleh debaters oposisi dalam argumen pada
pidato mereka, ‘kesempatan tidak datang dua kali’ pernyataan yang
kerap terjadi ketika kesempatan emas pada kita, ketika tim oposisi
membuat pernyataan dalam argumennya yang kita anggap salah
ataupun kurang tepat (dalam pandangan tim yang tidak sedang
menyampaikan pidatonya) maka itulah saat yang tepat bagi tim non
oposisi menyelenggarakan POI dan melakukan rebuttals. Serta
pengetahuan kita juga dituntuk untuk luas dan ‘lebih tahu’ dari tim
28

oposisi sehingga kita sebagai tim non oposisi dapat leluasa menukik tim
oposisi dengan baik, dengan jalan seperti itu maka dipastikan tim yang
membuat pertanyaan serta pernyataan yang menukik akan menguasai
pertandingan dan telah dihadapkan pada kemenangan.

2.6 Pola Pikir (Mind Set)
“Pola pikir adalah bentuk penjalanan prinsip-prinsip dalam
mengorganisir daya kekuatan pikiran kedalam konsepsi dimana
kekuatan latihan kedalam aktualisasi membentuk agar
pembenaran dengan pemanfaatan intelegensia sebagai suatu
kekuatan yang di intergrasikan secara rasional.”
(Robert T. Carrol 2004)
Dengan memperhatikan pemahaman rumusan diatas, maka
yang menjadi masalah bagaimana caranya kita mampu untuk
mengungkit kemampuan memanfaatkan otak dalam berpikir, dalam hal
ini akan sangat bergantung kepada seberapa jauh kita dapat
merumuskan kembali yang terkait dengan PENDEKATAN apa yang
akan kita gunakan dalam menggali kekayaan terbesar yang ada dalam
OTAK untuk dapat dimanfaatkan.
Dalam peningkatan pola pikir tersebut, daya intuisi manusia ini
dapat dikembangkan dengan berbagai hal, kegiatan ini lebih dikenal
secara

umum

sebagai

‘pengasahan

otak’.

Seperti

yang

telah

dipaparkan sebelumnya, untuk memberikan contoh pada peningkatan
kualitas pola pikir tersebut adalah dengan kegiatan debat. Karena di

29

dalam kegiatan debat tersebut, para debater dituntut untuk berpikir
secara logis dan rasional.

2.7 Sikap Kritis dan Ketelitian
Sikap kritis dan ketelitian adalah sesuatu hal yang berkaitan erat
satu sama lain. Sikap kritis adalah keadaan dimana seseorang
menggunakan

pikirannya untuk menganalisa suatu kasus dengan

pemikirannya yang rasional dan logis. Analisa kasus tersebut bertujuan
untuk mengungkap satu persatu poin atau alasan dibalik sebuah kasus
tersebut.
“Secara umum, kita dapat mengatakan kalau berpikir kritis
adalah berpikir jernih, teliti, penuh pengetahuan, dan adil saat
memeriksa alasan untuk percaya atau berbuat sesuatu.”
(Robert T. Carrol 2004)
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
harus diiringi oleh pengetahuan yang luas. Hal tersebut akan sangat
bermanfaat sekali ketika kita sedang mempelajari suatu kasus yang
tengah diungkap.
2.8 Keterampilan Verbal (Public Speaking)
“Have something to say. The trouble with many speakers
is that they go before an audience with their minds a blank. It is
no wonder that nature, abhorring a vacuum, fills them with the
nearest thing handy, which generally happens to be, “I wonder if I

30

am doing this right! How does my hair look? I know I shall fail.”
They prophetic souls are sure to be right. It is not enough to be
absorbed by your subject to acquire self confidence you must
have something in which to be confident. If you go before an
audience without any preparation, or previous knowledge of your
subject, you ought to be self conscious you ought to be ashamed
to steal the time of your audience. Prepare your self. Know what
are you talking about, and in general, how you are going to say it.
Have the first few sentences worked out completely so that you
may not be troubled in the beginning to find words. Know your
subject better than your hearers know it, and you have nothing to
fear.”
(The Art of Public Speaking Carnegie, Dale Breckenridge
dipublikasikan: 1905)
Dengan

melihat

paparan

yang

menjelaskan

bagaimana

mangatasi kegugupan ketika mengadapi orang banyak di atas, kita
dapat menyimpulkan bahwa public speaking adalah suatu keterampilan
seseorang dalam menyampaikan sesuatu (secara verbal) dihadapan
banyak orang. Tujuannya adalah untuk mengatraksi audience yang
sedang dihadapi oleh pembicara yang sedang menghadapi audience
tersebut.

31

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peningkatan Kualitas Pola Pikir, Sikap Kritis dan Ketelitian
dengan Kegiatan Debat
Debat merupakan suatu kegiatan pertentangan pada pendapat.
Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, bahwa dalam
kegiatan tersebut di ‘diperankan’oleh dua sisi yang berbeda, dan hal
tersebut menjadi sebuah alasan mengapa debat adalah kondisi yang
selalu ada pertentangan. Dalam debat ada dua sisi yang berbeda
pandangan dalam menyatakan argumen mereka, ada yang setuju
dengan kasus (mosi) yang sedang dibahas yang selanjutnya di sebut
dengan affirmative atau government, dan ada pula yang kontra atau
tidak setuju dengan adanya mosi tersebut, dan golongan kontra itu
dikenal dengan nama negative atau opposition.

32

Dalam setiap tahap pembangunan kasus terhadap permasalahan
yang

sedang

kedua

tim

bahas,

para

debater

dituntut

untuk

mengoptimalkan diri mereka masing-masing dalam menganalisa
permasalahan tersebut. Hal yang disebut dengan pengoptimalisasian
tersebut menandakan bahwa dalam kegiatan debat terdapat tanda
keberadaan pertandingan. Adapun tujuan dari kegiatan pertandingan
debat adalah sebuah kemenangan pada salah satu pihak saja, baik itu
pihak affirmative ataupun negative. Kemenangan dalam pertandingan
debat tentunya dapat diraih dengan mudah jika tim yang bertanding
mengerahkan

segala

kemampuan

yang

mereka

miliki

didalam

mengolah kasus sehingga dapat menarik simpati juri dan setuju serta
berpihak pada mereka.
Telah kita ketahui bahwa debat memiliki banyak sekali tahapan
serta memiliki sistematika tersendiri yang dapat menata perjalanan
pertandingan atau kegiatan debat dengan baik.
Berkaitan dengan latar belakang masalah yang penulis ambil
kedalam pembahasan pada karya tulis ilmiah ini, yakni adanya sistem
pendidikan yang telah dirancang oleh pemerintah untuk diterapkan di
dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia yaitu istem pendidikan
yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam sistem ataupun kurikulum tersebut siswa/peserta didik dituntut

33

lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan
guru/staff pengajar yang dipandang hanya sebagai fasilitator saja di
dalam kegiatan belajar mengajar tersebut sebagai mana telah
dipaparkan di awal pembahasan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk
lebih mengandalkan dirinya sendiri untuk memahami setiap materi apa
saja yang telah ditentukan di dalam kompetensi dasar yang telah diatur
dalam kurikulum tersebut.
Pola pikir siswa yang baik adalah hal yang dibutuhkan untuk
mendukung dalam pelaksanaan kurikulum tersebut. Katakan saja
bahwa debat mempunyai korelasi yang sangat erat sekali kaitannya
dalam pengembangan polah pikir seseorang. Dalam pelaksanaan
debat, para debater harus selalu menguasai yang materi tentang kasus
yang sedang dibahas, ketika sebelum mosi diluncurkan untuk bahan
perdebatan, para debater harus mencari data yang mendukung untuk
pembangunan argumen mereka pada saat pertandingan debat
berlangsung. Bukan hanya itu, debater dengan cermat memilah data
apa saja yang harus mereka ajukan saat memberikan argumen mereka,
memilah data tersebut berguna untuk memberikan data yang sudah
diperbaharui dan dinyatakan valid dengan apa yang sedang terjadi saat
ini (mosi biasanya diangkat dari kasus yang sedang hangat) sebagai
data pokok yang akan mereka paparkan saat pelaksanaan debat. Hal

34

tersebut mau tidak mau harus dilakukan oleh seorang debater demi
kelancaran perdebatannya. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara tidak langsung para debater daya pemikirannya akan
terasah dan pola pikirnya lambat laun akan semakin tajam.
Mari kita lihat makna yang terkandung dari pengertian debat itu
sendiri.
”Debat merupakan pertentangan pada pendapat. Selalu ada
berbagai sisi dalam kasus di dalam setiap masalah, mengapa orangorang (orang yang melakukan debat)mendukung atau tidak setuju pada
kasus tersebut. Pandangan dalam debat adalah untuk mengungkap
alasan-alasan di balik setiap sisinya. Untuk mendapat alasan-alasan
tersebut dapat di mengerti dan dipahami, para pendebat harus
menyampaikan pendapat mereka dengan kemampuan berkomunikasi
yang baik.”
Dalam pengertian debat di atas disebutkan bahwa para debaters
mempunyai pandangan tersendiri terhadap suatu kasus yang diberikan
yaitu dengan memberikan alasan-alasan dibalik setiap isinya. Artinya
adalah para debaters harus mengelaborasikan atau menjabarkan
seluruh argumen mereka secara rinci agar setiap elemen dalam
parlemen debat dapat mencerna apa yang kita paparkan sekaligus

35

untuk mendapat keberpihakan dari adjudicator dan akhirnya berdampak
pada kemenangan yang mereka raih.
Lalu bagaimana keterkaitan antara sikap kritis dan ketelitian
dengan debat? Pada dasarnya debater memang secara perlahan akan
terbiasa dengan sikap kritis dan ketelitian tersebut seiring dengan
terbiasanya mereka menjalankan aktifitas debat yang sistematis. Ketika
dalam pelaksanaannya, kegiatan debat yang dilakukan oleh para
debaters akan membawa mereka kedalam dunia penuh pertanyaan,
yang artinya mereka selaku debater akan selalu ‘waspada’ dengan apa
yang dikatakan oleh lawan dalam pertandingan debat. Contohnya ketika
lawan berbicara, “redenominasi rupiah akan memberikan dampak
negatif bagi masyarakat Indonesia, terlebih bangsa kita pada saat ini
perekonomiannya masih dibawah rata-rata, yang esensinya dari
pernyataan tersebut adalah perekonomian Indonesia masih rawan
inflasi. Dan hal tersebut membuat kami pesimis dengan tindakan
pemerintah yang akan melakukan redenominasi terhadap pemerintah.”
Tak berhenti sampai disana, pernyataan yang baru disampaikan oleh
tim oposisi tersebut harus direspon oleh debater non oposisi dengan
menggunakan pola pikir yang cakap serta sikap kritis dan ketelitian
mereka.

Dalam

pola

pikir

mereka

harus

mulai

merumuskan

kemungkinan jawaban serta tanggapan dengan modal materi yang

36

mereka miliki dalam kasus redenominasi tersebut. Kemungkinan
tanggapan serta jawaban mereka sebagai bentuk respon terhadap apa
yang telah disampaikan tim oposisi adalah sebagai berikut:
1. Tim oposisi tidak jelas dalam memaparkan apa sebenarnya
dampak

negatif

redenominasi

itu

sendiri

terhadap

perekonomian bangsa Indonesia.
2. Tim oposisi rancu dengan pernyataan mereka sendiri,
memangnya indikator seperti apa yang dibutuhkan untuk
melakukan redenominasi terhadap rupiah? Hal tersebut
membuat pernyataan yang dilontarkan tim oposisi tidak
berarti

apa-apa

karena

mereka

sama

sekali

tidak

mengelaborasikan dampak negatif yang ditimbulkan jika
pemerintah tetap melakukan redenominasi terhadap rupiah.
3. Pertanyakan, dari mana tim oposisi mengambil pernyataan
bahwa taraf inflasi Indonesia masih rawan? Sedangkan yang
kita tahu bahwa ketika menteri keuangan Republik Indonesia
menyatakan

mereka

siap

melaksanakan

redenominasi

terhadap rupiah karena taraf infasi Indonesia sedang stabil.
Artinya debater non opsisi harus memberikan pernyataan
yang menukik untuk menanggalkan pernyataan dari tim
oposisi dengan validasi data yang mereka miliki.

37

4. Melakukan sindiran dengan memberikan pernyataan yang
dianggap sebagai feedback untuk tim oposisi seperti, “dewan
juri yang terhormat dan audience yang saya banggakan, baru
saja kita mendengar pernyataan dari tim oposisi bahwa
mereka ‘pesimis’ terhadap tindakan pemerintah yang akan
melakukan redenominasi pada rupiah, sedangkan status quo
yang sedang menjadi

urgency pada saat ini adalah

pemerintah sendiri telah setuju dengan redenominasi tersebut
dengan pertimbangan bahwa rupiah saat ini taraf inflasinya
sedang stabil, dan hal tersebut dipaparkan langsung oleh
menteri keuangan Republik Indonesia dalam pembahasan
redenominasi itu sendiri. Jadi sebenarnya apalagi yang
seharusnya kita ragukan terhadap redenominasi tersebut?
Dan seharusnya kita patut mempertanyakan analisa yang
dilakukan oleh tim oposisi terhadap mosi yang kita bahas
pada parlemen debat ini.”

Sebenarnya bukan hanya kasus sosial saja yang dapat disajikan
dalam pertandingan debat tetapi juga berbagai kasus sains dapat
disajikan sebagai permasalahan dalam pertandingan debat yang malah

38

untuk kasus sains diperlukan logical thinking yang dapat menggali
potensi perkembangan pola pikir dan sikap kritis serta ketelitian debater.

3.2 Debat dan Public Speaking
“……....para pendebat harus menyampaikan pendapat
mereka dengan kemampuan berkomunikasi yang baik.”
Dari kalimat diatas, kalimat yang termaktub dalam pengertian
debat pada awal pembahasan kita tersebut telah menunjukkan secara
kontras bahwa kegiatan debat memerlukan keterampilan berkomunikasi
yang baik untuk memperlancar jalannya kegiatan debat, baik itu ketika
debater tengah memberikan pidatonya yang didalamnya dibahas secara
lengkap mengenai argument-argumen mereka beserta elaborasi
terhadap argumen tersebut, selain itu ketika mereka menyelenggarakan
POI terhadap tim oposisi mereka.
Kemampuan verbal mereka dalam melakukan komunikasi pada
sebuah

pertandingan

debat

digunakan

sebagai

sarana

untuk

memberikan pengaruh kepada adjudicator serta audience yang berada
dalam parlemen debat. Hal tersebut disebabkan karena dalam
pemaparan materi ketika para debater menyampaikan pidato mereka,
pada faktanya seluruh komponen yang terlibat akan sepenuhnya

39

memperhatikan terhadap isi dari materi yang mereka paparkan apabila
para debater menyampaikan materi dengan gaya yang tidak monotone
atau tidak membosankan dan bergairah serta menimbulkan kharisma
public speaking mereka.
Seperti yang kita tahu bahwa ketika para debater menyampaikan
argumen di hadapan adjudicator dan audience, dianalogikan dengan
kasus ketika mereka sedang menjual apa yang mereka paparkan
dengan gaya bicara yang semenarik mungkin namun dengan bahasa
yang mudah dicermat, baik oleh tim oposisi kita begitu pula adjudicator
dan audience. Oleh karena itu, demi kemenangan yang ingin diraih
maka para debater dengan cermat setiap tim berlomba menggunakan
public speaking atau keterampilan verbal mereka untuk ‘atrack the
adjudicator

and

the

audience’

pada

saat

pertandingan

debat

berlangsung.
Berikut ini akan dijelaskan bagaimana pemaparan yang baik
dengan mengoptimalkan kemampuan verbal atau public speaking,
sehingga dapat memberikan impuls-impuls positif kepada adjudicator
dan audience agar mereka tertarik dan fokus dengan materi yang
hendak kita sampaikan, yaitu dengan cara :
1. Sambut adjudicator dan audience berikut dengan seluruh
komponen yang terlibat dalam parlemen debat seperti,

40

moderator

dan

tentunya

tim

oposisi

kita

dengan

mengucapkan kalimat sambutan yang tidak biasa dan dapat
menimbulkan sense of humor dalam kegiatan debat yang
formal. Contohnya, “terima kasih kepada moderator yang
telah mempersilakan saya untuk berbicara pada saat ini,
kepada dewan juri yang terhormat saya ucapkan selamat
pagi, audience, dan tentunya kepada tim oposisi yang sangat
saya cintai saya ucapkan selamat pagi.” Ketika kita
menyambut semua komponen jangan lupa berikan gerak
tubuh atau body gesture yang menandakan kita telah
menyambut mereka dengan baik, seperti gerakkan sedikit
membungkuk. Khusus kalimat sambutan untuk tim oposisi,
berikan sedikit tekanan dengan membubuhkan senyuman
tipis untuk mencairkan suasana dalam arena perdebatan.
2. Berikan pertanyan yang bersifat intermezzo kepada seluruh
komponen debat sebagai bentuk tanggapan terhadap apa
yang telah disampaikan oleh tim oposisi kita. Misalkan,
“tahukah anda bahwa pemaparan tim oposisi cenderung
melenceng dengan permasalahan yang sedang kita bahas,
dan sesungguhnya saya sebagai tim non oposisi sungguh
menyadari bahwa pernyataan yang baru saja disampaikan

41

tersebut tidak relevan dengan apa yang kami sajikan dalam
parameter terhadap mosi ini.” Dari contoh tersebut akan
membantu kita lebih komunikatif lagi dengan seluruh
komponen debat yang terlibat pada saat itu, dan mereka akan
merasa jelas eksistensi mereka dalam pertandingan tersebut.
3. Berikan ekspresi wajah di setiap argument yang kita paparkan
tentunya dengan menyesuaikan ekspresi dan tema argumen
yang kita paparkan, selain itu perhatikan pula kontak mata
kita terhadap seluruh komponen debat, terutama pada
adjudicator dan tim oposisi kita. Hal tersebut akan membuat
apa yang kita paparkan menjadi lebih hidup dan atraktif
sehingga dapat menarik perhatian dari seluruh komponen
debat. Selain itu berikan sedikit body language kita (agar tidak
terkesan berlebihan) untuk penekanan terhadap setiap
argumen yang kita paparkan.
Pada kesimpulannya, lebih atraktif dan komunikatifnya seorang
debater akan memperlancar jalannya debat serta membantu mereka
untuk dapat mengelaborasikan argumen mereka dengan baik tanpa
menimbulkan kesan membosankan dan monotone bagi adjudicator dan
audience.

42

3.3 Manfaat Penguasaan Debat Secara Realistis
Melihat latar belakang masalah yang penulis angkat dalam karya
tulis ilmiah ini yaitu mengenai sistem pendidikan yang diatur oleh
pemerintah yang memuat bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum
tersebut dijelaskan bahwa dalam sistem pembelajaran yang terangkum
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut siswa lah yang harus
lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,
sedangkan guru adalah sebagai fasilitator siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar tersebut. Mari kita kaitkan dengan kegiatan debat yang
tersusun dalam sistem yang luar biasa yang dapat menggugah potensi
yang terkandung dalam siswa, seperti kecakapan siswa dalam
mengembangkan pola pikirnya, sikap kritis dan ketelitian dalam
menganalisa suatu kasus, serta dapat membantu melatih keterampilan
verbal mereka dalam berkomunikasi di depan umum atau yang lebih
dikenal dengan public speaking.
Manfaat debat dapat diimplementasikan dalam sistem kegiatan
belajar mengajar di sekolah, seperti yang telah dijelaskan dalam bab

43

pembahasan maka kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat
diuntungkan dengan mengoptimalkan kegiatan debat di lingkungan
sekolah, seperti :
1. Kematangan analisa kasus, dalam situasi kegiatan belajar
mengajar

ketika

kegiatan

debat

telah

dioptimalkan

pelaksanaannya maka siswa akan menjadi seorang ‘debater’
dalam setiap proses pembelajaran, mereka akan berusaha
menganalisa semua materi yang mereka dapatkan, dan hal
tersebut akan mempengaruhi keaktifan mereka dalam proses
kegiatan

belajar

mengajar,

akhirnya

akan

membantu

merealisasikan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) tersebut.
2. Sikap kritis, tentunya menjadi tonggak pemicu keaktifan siswa
di sekolah, mereka akan bersikap ‘penasaran’ dengan apa
yang disampaikan oleh para staff pengajar. Suasana menjadi
hidup, dan belajar menjadi menyenangkan.
3. Ketelitian, selain sikap kritis dalam analisa kasus tersebut
seorang siswa akan berusaha untuk teliti dalam menganalisa
sebuah kasus, sehingga pencapaian atas kesempurnaan
dalam sebuah analisa dapat dicapai dengan mudah.

44

4. Public speaking yang berkualitas, dengan memadukan antara
pola pikir yang mantap, sikap kritis dan ketelitian, serta
kemampuan verbal yang baik, siswa akan mampu melakukan
presentasi karya maupun berbicara di depan umum dengan
materi yang berbobot serta berkualitas, akan membiasakan
siswa tersebut dapat aktif di setiap kegiatan, baik itu dalam
kegiatan akademis maupun kegiatan non akademis, selain itu
siswa akan terlihat percaya diri dalam urusan tampil di muka
umum

seperti,

memandu

sebuah

acara

atau

bahkan

melakukan diskusi kelompok belajar.
Selaras dengan paparan diatas, penulis telah melakukan
penyabaran angket untuk membantu penulis dalam penyusunan karya
tulis ini, dan angket yang di sebarkan kepada anggota klub debat SMA
Negeri 1 Garut tersebut, secara garis besar penulis mencari informasi
tentang apa saja keuntungan debat bagi mereka sebagai individu yang
telah