UJI IN SITU KENAIKAN LAJU INFILTRASI AKI (1)

1

2

3

UJI IN SITU KENAIKAN LAJU INFILTRASI AKIBAT
PERTUMBUHAN ORGANISME TANAH MELALUI LUBANG
RESAPAN BIOPORI
Stevy Thioritz1
Abstrak
The research was conducted to determine the increasing of soil infiltration velocity due to the
growth of soil organisms. Testings were carried out at four spots in Makassar and type of soil
is silty sands. Biopore Hole Technology was implemented to grow soil organisms by filling
organic waste like leaves, twigs, and house waste into the hole. It was filled every day and
settled for 7 x 24 hours. Infiltration velocity was measured before and after soil organism
growing. The results showed the increasing of infiltration velocity significantly i.e above
60 %. It indicated that Biopore Hole Technology can be used by community to decrease
organic waste volume and puddle height on the ground.
Keywords: infiltration velocity, soil organisms, Biopore Hole Technology, organic waste


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kali musim hujan tiba, masyarakat selalu khawatir akan genangan air atau banjir
terjadi karena hal ini sudah menjadi trauma bagi hampir semua orang di Indonesia.
Fenomena banjir terjadi berulang hampir setiap tahun, dan belum terselesaikan, bahkan
cenderung semakin meningkat, baik dari luasan, kedalaman, maupun durasinya.
Pembangunan dan pertambahan penduduk mengakibatkan semakin kurangnya lahan
terbuka hijau, daerah resapan sehingga volume air hujan yang meresap kedalam tanah
semakin berkurang. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan memperbesar
laju infiltrasi tanah dengan teknologi lubang biopori yang diisi dengan sampah organik
untuk memacu pertumbuhan organisme tanah.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti berdasarkan uraian diatas adalah:
Berapa besar kenaikan laju infiltrasi tanah akibat pertumbuhan organisme tanah dengan
teknologi lubang biopori.?
LANDASAN TEORI
A. Laju Infiltrasi
Laju infiltrasi adalah laju air yang meresap kedalam tanah, yang besarnya dinyatakan dalam
mm/jam. Laju infiltrasi ini sangat besar pemgaruhnya di dalam menentukan lama suatu
genangan air di permukaan tanah, rancangan untuk cara pemberian air, periode dan lamanya

pemberian air beserta besarnya air yang harus diberikan di suatu areal irigasi.
Laju infiltrasi sangat dipengaruhi :
1

Dosen Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar

a. Keadaan permukaan tanah
4

Hal ini meliputi kemiringan tanah, keadaan erosi, perlakuan terhadap permukaan tanah,
macam tanaman penutup, dll.
b. Keadaan profil tanah.
Hal ini meliputi struktur tanah, tekstur tanah, lapisan kedap air, dan keadaan fauna dalam
tanah.
c. Kelembaban tanah.
d. Suhu di dalam tanah.
e. Kandungan garam yang ada dalam tanah dan air. Terutama garam sodium (Na) dan jenis
bahan yang tersuspensi dalam air.
B. Organisme Tanah (Soil Organisms)
Organisme tanah ialah mahluk hidup yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di

dalam tanah. Organisme tanah diklasifikasikan menurut ukurannya sebagai berikut:
(1) makro organisme ( > 2 mm ),
(2) meso organisme (0.2 to 2 mm )
(3) mikro-organisme (< 0.2 mm).
Organisme tanah memperbaiki struktur tanah
Bahan sekresi dari organisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregate
yang lebih besar. Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan bersifat
seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran memproduksi bahan berupa benang-benang
halus yang disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur dapat mengikat partikelpartikel tanah secara kuat sehingga agregat tanah yang besar pun tidak mudah pecah
walaupun basah. Agregat tanah yang besar tersebut dapat menyimpan air tanah dalam poripori halus di antara partikel-partikel tanah untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air
berlebihan, air dapat dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar diantara agregat–
agregat tanah yang besar.
Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat
saluran-saluran (lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu
mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran
udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini
memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase.
C. Lubang Resapan Biopori (LRB)
Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam
tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman

muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik yang berfungsi untuk
menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti cacing. Cacing tanah ini akan membentuk poripori atau terowongan dalam tanah (biopori) yang dapat mempercepat resapan air ke dalam
tanah secara horizontal.
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air,
setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan
diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140
cm2 atau hampir 1/3 m2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan
diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm2 setelah dibuat lubang
resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm2.

5

Gambar 1. Lubang Resapan Biopori
Beberapa keunggulan LRB:
1. Sistem pori dan terowongan dalam tanah yang dibentuk oleh cacing mampu meresapkan
air lebih cepat.
2. Pemilahan sampah dari sumber (rumah tangga) dimana sampah organik yang
dimasukkan ke dalam LRB dapat menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik didaur
ulang
3. Memanfaatkan peran aktivitas cacing tanah dan akar tanaman

4. Mengurangi dampak bencana akibat genangan air dan tumpukan sampah seperti
mewabahnya penyakit dan demam berdarah dan malaria.
5. Tersedianya cadangan air tanah di musim kemarau.
6. Membantu mengurangi dampak pemanasan global.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan langsung di lapangan (In Situ) sebanyak empat titik masing-masing
di jalan dr. Wahidin Sudirohusodo, jalan Sarappo, dan Jl. Sulawesi (2 titik), dalam kondisi
cuaca panas. Jenis tanah di lokasi tersebut adalah pasir kelanauan.
Prosedur Pengujian adalah sebagai berikut:
a. Dengan alat bor, dibuat lubang dengan kedalaman 80-100 cm , diameter 10 cm (jangan
melebihi 100 cm karena akan semakin sedikit oksigen di dalam lubang sehingga
organisme tanah sulit bertahan hidup).
b. Isi air ke dalam lubang sampai penuh.
c. Masukkan alat ukur (mistar) ke dalam lubang tersebut (sesuai kedalaman lubang).
d. Laju infiltrasi diukur setiap menitnya, kemudian hasil pengukuran dicatat pada tabel
penelitian sesuai pembacaan waktu pada stopwatch (sampai laju infiltrasi yang terjadi
konstan).
e. Setelah mencatat laju infiltrasi maka langkah selanjutnya sampah organik dimasukkan ke
dalam lubang sampai penuh dan menutup lubang menggunakan tripleks, batu, dan kayu
pancang agar tanah di samping kiri kanan tidak tergerus ke dalam lubang.

6

f. Sampah organik di dalam lubang tetap dikontrol setiap hari dan bila kurang ditambahkan
lagi agar pertumbuhan organisme tanah berlangsung dengan baik. Hal ini dilakukan
selama satu minggu (7x24 jam).
g. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan kembali.
HASIL dan PEMBAHASAN
Laju infiltrasi dari hasil pengujian yang diperoleh, dihitung dengan mengonversi satuan dari
cm/menit ke mm/jam.

Gambar 2. Pembuatan Lubang Biopori

Gambar 2 (kiri) memperlihatkan proses pembuatan lubang biopori dan contoh lubang yang
diperoleh (kanan).
Hasil pengujian laju infiltrasi sebelum dan sesudah pertumbuhan organisme dapat dilihat
pada Tabel 1 dan 2.
Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa setelah organisme tanah bertumbuh selama 7 x 24 jam,
diperoleh laju infiltrasi pada setiap lokasi penelitian mengalami peningkatan.
Tabel 1. Laju Infiltrasi Sebelum Pertumbuhan Organisme Tanah
Titik


1

2

Lokasi

Jl. Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Jl. Sarappo

Waktu

Penurunan

(menit)

(cm)


1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

3
3
1
1
1
4
2
1
1

1

Akumulasi
Penurunan
(cm)
3
6
7
8
9
4
6
7
8
9

Laju
Infiltrasi
(mm/jam)


0,17

0,17

7

Tabel 1. Laju Infiltrasi Sebelum Pertumbuhan Organisme Tanah (sambungan)

3

4

Jl. Sulawesi (1)

Jl. Sulawesi (2)

1
2
3
4

5
1
2
3
4
5

8
6
5
5
5
13
7
6
6
6

8
14
19
24
29
13
20
26
32
38

0,83

1,00

Sumber: Hasil Pengujian In Situ
Tabel 2. Laju Infiltrasi Setelah Pertumbuhan Organisme Tanah
Titik

1

2

3

4

Lokasi

Jl. Dr. Wahidin
Sudirohusodo

Jl. Sarappo

Jl. Sulawesi (1)

Jl. Sulawesi (2)

Waktu

Penurunan

(menit)

(cm)

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

7,5
4,5
2
2
2
10
5
3
3
3
12
9
8
8
8
25
15
10
10
10

Akumulasi
Penurunan
(cm)
7,5
12
14
16
18
10
15
18
21
24
12
21
28
36
44
25
40
50
60
70

Laju
Infiltrasi
(mm/jam)

0,33

0,50

1,33

1,67

Sumber: Hasil Pengujian In Situ

Gambar 2. Bar chart laju infiltrasi awal
8

\

Gambar 3. Bar chart laju infiltrasi setelah 7x24 jam

Kenaikan laju infiltrasi pada masing-masing lokasi pengujian:
Titik 1: (0,33 – 0,17)/0,17 * 100 % = 94,11 %
Titik 2: (0,50 – 0,17)/0,17 * 100 % = 194,11 %
Titik 3: (1,33 – 0,83)/0,83 * 100 % = 60,24 %
Titik 3: (1,67 – 1,00)/1,00 * 100 % = 67,00 %
Kenaikan laju infiltrasi yang terbesar diperoleh di lokasi jalan Sarappo, meningkat sebesar
194,11 %.
Prosentase kenaikan laju infiltrasi yang terjadi sangat signifikan yaitu di atas 60 %.
Perbedaan kenaikan di empat lokasi yang berbeda tersebut disebabkan oleh:
1) Jenis tanah yang tidak homogen
2) Kelembaban tanah
3) Jumlah dan pertumbuhan organisme tanah yang tidak merata
4) Kandungan zat kimia di dalam tanah
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Laju infiltrasi meningkat secara siginifikan, lebih dari 60 % akibat pertumbuhan
organisme tanah.
2. Teknologi lubang resapan biopori (LRB) dengan pengisian sampah organik sangat
efektif untuk meningkatkan laju infiltrasi.
3. LRB dapat digunakan untuk mengurangi volume sampah organik.
4. Resapan air hujan ke dalam tanah dapat ditingkatkan dengan LRB seiring dengan
kenaikan laju infiltrasi
B. Saran
a. Pemanfaatan LRB disarankan untuk disebarluaskan ke masyarakat.
b. Perlu penelitian lebih lanjut untuk berbagai jenis dan kondisi tanah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Linsley, Ray K, Max Kholer A. and Joseph L. H. Paulhus. 1986. Hidrologi Untuk Insinyur,
Edisi Ketiga. Terjemahan oleh Ir. Yandi Hermawan. Jakarta: Erlangga.
Soemarto, 1995. Hidrologi Teknik. Edisi Ke-2. Penerbit Erlangga, Jakarta
Soil Organism, URL:http://www.landfood.ubc.ca/soil200/soil_organisms/flora_fauna.htm,
diakses 28 Agustus 2010
Tim Biopori, 2007. Biopori : Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan. (Online),
(URL:http://www.biopori.com/index.php, diakses 18 Agustus 2010).
9