DOCRPIJM 5d3b9ce554 BAB V5. bab 5

  Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL

5.1 Petunjuk Umum

  Konsep dasar pembangunan yang mendasari dan dijadikan acuan dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya, yang tertuang dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya Kota Pematangsiantar adalah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

  Berdasarkan konsep dan pengertian pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan bidang Cipta Karya (RPIJM) di Kota Pematangsiantar harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.

  Harus dapat menggambarkan adanya kemampuan jangka panjang dari Kota Pematangsiantar sebagai suatu sistem untuk berproduksi.

  2. Berdasarkan karakteristik ini, maka lingkungan harus dibangun menjadi lebih layak huni; ekosistem menjadi lebih sehat; pembangunan ekonomi dan sarana-prasarana menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan daerah lebih dari pada kepentingan, kebutuhan dan keuntungan sekelompok elit masyarakat.

  3. Adanya keseimbangan antara nilai-nilai yang bersifat lingkungan, ekonomi dan sosial.

  4. Harus mengaitkan kepentingan lokal dengan kepentingan regional dan global.

  5. Merupakan suatu proses yang dinamis, sehingga perencanaannya (RPIJM) juga harus fleksibel dan merangsang masyarakat untuk berpartisipasi.

  Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

  Berkaitan dengan karakteristik-karakteristik pembangunan berkelanjutan di atas, maka karakteristik-karakteristik tersebut dapat terpenuhi, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan pembangunan di bidang Cipta Karya di Kota Pematangsiantar. Dengan terpenuhinya karakteristik-karakteristik tersebut, maka berbagai dampak negatif lingkungan, sosial dan ekonomi yang muncul akibat adanya rencana program investasi bidang Cipta Karya di Kota Pematangsiantar dapat diminimalisir atau bahkan dieliminir, baik pada saat pra pelaksanaan/konstruksi, pelaksanaan/konstruksi maupun pada saat pasca pelaksanaan/konstruksi. Secara umum, safeguard sosial dan lingkungan diartikan sebagai usaha perlindungan masyarakat dari dampak investasi Bidang Cipta Karya di Kota Pematangsiantar, baik dari investasi sub bidang air minum, persampahan, drainase, air limbah, pengembangan permukiman dan penataan bangunan dan lingkungan.

5.2 Komponen Safeguard

5.2.1. Komponen Sosial Ekonomi 1.

  Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

  2. Sosialisasi program pengamanan kegiatan ekonomi atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat.

3. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang Cipta Karya.

  4. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta karya atau lahannya digunakan untuk pembangunan tersebut.

  5-2 Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017 5.

  Kesepakatan kompensasi atas kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh 6. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta Karya.

5.2.2 Komponen Sosial Budaya 1.

  Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

  2. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat, yaitu program re-settlement (permukiman kembali) atau konsolidasi lahan.

  3. Kesepakatan biaya penggantian lahan atas lahan yang digunakan untuk pembangunan Bidang Cipta Karya.

  4. Kesepakatan permukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.

  5. Pemberdayaan masyarakat

5.2.3 Komponen Lingkungan 1.

  Studi AMDAL 2. Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan 3. Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan

5.3 Metoda Pendugaan Dampak

  Metoda pendugaan dampak menggunakan: 1.

  Studi AMDAL pada saat akan melaksanakan: a.

  Pembangunan TPA b.

  Pembangunan RUSUNAWA Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

  Pembahasan khusus tentang safeguard lingkungan sosial dan ekonomi pada saat melakukan penyusunan Master Plan: a.

  Persampahan b.

  Drainase c. Pengembangan Permukiman

5.4 Pemilihan Alternatif

  Berdasarkan kelayakan teknis dan pembiayaan, maka alternatif safeguard lingkungan sosial dan ekonomi adalah:

  1. Sosialisasi Program Rencana Pembangunan RUSUNAWA di kota Pematangsiantar 2.

  Pencapaian kesepakatan atas pembelian lahan dan atau konsolidasi lahan.

  3. Pencapaian kesepakatan atas pembelian lahan untuk pembangunan saluran drainase baru.

  4. Pemberdayaan ekonomi.

  5. Pemberdayaan ekonomi dalam bentuk integrasi dalam sistem 3R bagi masyarakat di seputar TPA.

  6. Pemberdayaan masyarakat untuk memelihara dan mengelola sarana dan prasaran lingkungan yang akan dibangun.

5.5 Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

5.5.1 Sub Bidang Air Minum

  Dari hasil analisa teknis, pembangunan sumber air baku, perpipaan baik transmisi maupun distribusi tidak akan mengambil lahan masyarakat. Selain itu lahan yang digunakan untuk pembuatan sumur bor merupakan hibah dari masyarakat, sehingga tidak perlu ada penggantian lahan maupun re-settlment penduduk. Disimpulkan bahwa investasi Sub Bidang Air Minum tidak akan menimbulkan dampak negatif, baik dari segi lingkungan, sosial maupun ekonomi. Sehingga pengelolaan safeguard sosial dan lingkungan investasi Sub Bidang Air Minum hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat.

  5-4 Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

  5.5.2 Sub Bidang Air Limbah

  Investasi sistem terpusat (off site) memerlukan studi AMDAL, tetapi investasi utama (peningkatan kualitas IPAL dan perpipaan primer/sekunder) sudah dicover dalam Masterplan Drainase yang merupakan program pembiayaan dari APBN. Oleh karena itu tidak dibahas dalam dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya ini.

  Pembangunan fisik untuk sistem setempat dalam bentuk IPAL Komunal di RUSUNAWA membutuhkan lahan. Lahan tersebut berada satu paket dengan pengadaan lahan untuk RUSUNAWA sehingga studi AMDAL sudah termasuk dalam paket pembangunan RUSUNAWA melalui Sub Bidang Pengembangan Permukiman. Sehingga pengelolaan

  

safeguard sosial dan lingkungan investasi Sub Bidang Air Limbah hanya dalam bentuk

Program Pemberdayaan Masyarakat.

  5.5.3 Sub Bidang Persampahan

  Investasi Sub Bidang Persampahan memerlukan Studi AMDAL, pembelian lahan untuk TPA, serta kompensasi bagi masyarakat seputar TPA dalam bentuk pemberdayaan masyarakat melalui Program 3R.

  Pembelian lahan diupayakan membeli lahan kebun milik PT. Perkebunan Nusantara (BUMN), sehingga tidak memerlukan re-settlement maupun konsolidasi lahan. Pengelolaan dan pemantauan dampak di seputar lokasi TPA akan dilaksanakan berdasarkan hasil Studi AMDAL dan RKL dan RPL.

  Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

  5.5.4 Sub Bidang Drainase

  Pembangunan saluran induk baru memerlukan lahan, untuk itu dilakukan pembelian lahan sepanjang calon saluran induk baru.

  Lahan yang dibebaskan adalah selebar 4 meter sepanjang calon saluran induk baru. Berdasarkan hasil identifikasi didapat bahwa tidak ada aktivitas ekonomi sepanjang calon saluran tersebut, sehingga tidak diperlukan program pemberdayaan ekonomi sebagai kompensasi atas hilangnya mata pencaharian masyarakat. Selain itu, pembebasan lahan tidak akan mengakibatkan hilangnya rumah tinggal masyarakat, sehingga tidak memerlukan program re-settlment maupun konsolidasi lahan.

  5.5.5 Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Khusus untuk investasi pada Sub Bidang Penataan Bangunan Lingkungan, tidak ada program yang bersifat fisik yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat.

  5.5.6 Sub Bidang Pengembangan Permukiman

  Program Penataan dan Peremajaan Kawasan di Kota Pematangsiantar serta Program Pembangunan Peningkatan Sarana dan Prasarana jalan setiap kecamatan di Kota Pematangsiantar, justru menghasilkan dampak positif. Jadi program ini sekaligus merupakan lingkungan sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Guna meningkatkan efektivitas

  safeguard

  program tersebut, kegiatan penataan dan peremajaan kawasan didukung oleh program pemberdayaan masyarakat untuk pemeliharaan prasarana dasar yang akan dibangun. Program pematangan tanah untuk KASIBA - LISIBA di kawasan kumuh, memerlukan pembelian lahan lagi, karena lahan belum tersedia saat ini. Sehingga memerlukan re-

  

settlement maupun konsolidasi lahan. Akan tetapi juga memungkinkan dilakukan

  konsolidasi lahan, untuk konsolidasi tersebut diperlukan:

  5-6 Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017 1.

  Sosialisasi program konsolidasi lahan Kesepakatan konsolidasi lahan 3. Program pemberdayaan ekonomi selama proses konsolidasi itu berlangsung.

5.6 Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan

  Para pihak yang terlibat dalam pemantauan dalam safeguard sosial dan lingkungan adalah: 1.

  Badan Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar sebagai koordinator pemantauan.

  2. Bappeda Kota Pematangsiantar sebagai koordinator pembangunan.

  3. Dinas Tarukim sebagai pihak yang membangun suatu program fisik yang ada.

  4. Dinas Kebersihan sebagai pihak yang membangun TPA.

  5. Dinas Bina Marga sebagai pihak yang membangun saluran baru. Ada dua bentuk pemantauan, pertama adalah program yang tidak memerlukan Studi AMDAL, maka langkah-langkah yang akan dilakukan adalah: 1.

  Akan dibuat format pemantauan dampak atas program-program bidang Cipta Karya oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar. Format ini dikoordinasikan dengan Bappeda dan SKPD terkait.

  2. Dilakukan pelaksanaan pemantauan secara berkala oleh Badan Lingkungan Hidup.

  3. Dilakukan perumusan kesimpulan atas hasil pemantuan berkala oleh Badan Lingkungan Hidup.

  4. Melakukan koordinasi apabila ditemukan dampak negatif yang muncul dalam proses pembangunan tersebut atau setelah proses pembangunan tersebut selesai untuk dicari solusi atas dampak negatif tersebut.

  5. Koordinasi ini dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup - Bappeda - SKPD terkait. Kemudian adalah program yang dilengkapi dengan Studi AMDAL, sesuai dengan ketentuan maka mekanisme yang harus dilalui adalah:

  1. Persetujuan Komisi AMDAL atas rencana pembangunan TPA dan RUSUNAWA.

  2. Persetujuan Komisi AMDAL atas RKL dan RPL RUSUNAWA dan TPA.

  3. Pemantauan oleh Komisi AMDAL dan Badan Lingkungan Hidup atas UPL dan UKL di TPA dan RUSUNAWA.