BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care = ANC) 2.1.1 Pengertian - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care = ANC)

2.1.1 Pengertian

  Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Wiknjosastro, 2005.; Manuaba, 2008).

  Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).

  Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.

2.1.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

  Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011)

2.1.2.1 Tujuan Umum 1.

  Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

  2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

  3. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

  4. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran.

  5. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau obstetrik selama kehamilan.

  6. Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi komplikasi 7.

  Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

  Tujuan dilakukannya ANC adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu selama dalam kehamilan dan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, sehingga ibu sehat dan menghasilkan bayi yang sehat pula (Depkes RI, 2004.; Mochtar, 2005)

2.1.2.2 Tujuan Khusus

  Menurut Manuaba (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Marmi (2011), menyatakan bahwa tujuan khusus antenatal care adalah :

  1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit-penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.

  2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, nifas.

  3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan ANC adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

2.1.3 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

  Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2005).

2.1.4 Pemeriksaan Kehamilan

  WHO dalam Marmi (2011) menganjurkan dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :

1. Trismester I : satu kali kunjungan (sebelum usia kehamilan 14 minggu) 2.

  Trismester II : satu kali kunjungan (usia kehamilan antara 14-28 minggu) 3. Trismester III : dua kali kunjungan (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).

2.1.5 Pelayanan Antenatal 1.

  Konsep Pemeriksaan Antenatal Menurut Depkes RI (2002a), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan : a.

  Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.

  b.

  Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.

  c.

  Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa d.

  Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe) e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.

2. Kunjungan Ibu Hamil

  Menurut Depkes RI (2002a), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti : a.

  Kunjungan ibu hamil yang pertama Kunjungan pertama adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

  b.

  Kunjungan ibu hamil yang keempat Kunjungan keempat adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut : a.

  Minimal 1 kali pada trimester I , usia kehamilan 1-12 minggu b.

  Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu c. Minimal 2 kali pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.

1. Jadwal Pemeriksaan

  Menurut Depkes RI (2002a), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan

  antenatal dibagi atas : a.

  Kunjungan Pertama, kedua dan ketiga Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.

  b.

  Kunjungan Keempat Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). Menurut Mochtar (2005) jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah : a.

  Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan b.

  Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan c.

  Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan d.

  Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah 2. Pelaksana Pelayanan Antenatal

  Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002a).

2.1.6 Standar Pelayanan Kebidanan

  Pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal merupakan komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan kebidanan di setiap tingkat pelayanan. Standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan atas : (1) standar pelayanan umum terdiri dari 2 standar (standar 1 - 2), (2) standar pelayanan antenatal terdiri dari 6 standar (standar 3 – 8), (3) standar pertolongan persalinan terdiri dari 4 standar (standar 9 – 12), (4) standar pelayanan nifas terdiri dari 3 standar (standar 13 – 15) dan (5) standar penanganan kegawatdaruratan obstetrik-neonatal terdiri dari 9 standar (standar 16 – 24).

  Menurut Depkes RI (2005b) standar pelayanan antenatal terdiri atas 6 standar, yakni :

1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

  Tujuannya adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

  Hasilnya : a.

  Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan b.

  Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemerikasaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil c. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu

  2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

  Hasilnya : a.

  Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 x selama kehamilan b.

  Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat c. Deteksi dini dan pengananan komplikasi kehamilan d. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.

  e.

  Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.

  3. Standar 5 : Palpasi Abdominal Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentu letak, posisi dan bagian bawah janin.

  Hasilnya : a.

  Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik b. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan c. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.

4. Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

  Tujuannya adalah menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatsi anemia sebelum persalinan berlangsung. Hasilnya : 1.

  Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk 2. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia 3. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR 5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

  Tujuannya adalah mengenali dan menemukan secara dini hepertensi pada kehamilan dan memerlukan tindakan yang diperlukan.

  Hasilnya : a.

  Ibu hamil dengan tanda pre–eklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu b.

  Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

6. Standar 8 : Persiapan Persalinan

  Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

  Hasilnya : a.

  Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman b.

  Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

  c.

  Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin, jika perlu d.

  Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila perlu.

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

  Menurut Levey dan Loomba (1973), Depkes RI (2006) dalam Anisatullaila (2010) menyatakan pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan layanan kesehatan tersebut. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

  Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit (termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan). (Muzaham, 1995).

  Menurut Departement Of Education and Welfare, USA (1997) dalam Damhar (2002) faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor

  

regional dan residence (2) faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan

  (3) faktor adanya fasilitas kesehatan lain, (4) faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiodemografi (meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan), faktor sosial psikologis (meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan), faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan.

  Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah dicapai, mudah dijangkau, dapat diterima dan wajar, bermutu (Azwar, 1996). Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan (1) jarak yang jauh (faktor geografi), (2) tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi), (3) Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi), dan (4) tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya) (Depkes RI, 2002b).

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal

  Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan seperti model kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model (Notoatmodjo, 2010).

  Salah satunya menurut Anderson (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoadmodjo (2010) menggambarkan model sistem kesehatan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model). Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu : 1.

  Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang berbeda- beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari: a.

  Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar keluarga dan lain-lain) b.

  Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan) c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi) 2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian : a.

  Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan). b.

  Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan sebagainya).

  3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi : a.

  Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan bekerja) b.

  Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter) Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah :

  Komponen Komponen Komponen Pemanfaatan Predisposisi Pemungkin Kebutuhan Pelayanan

  Susunan Sumber Sakit / Keluarga Keluarga Penyakit

  Respon Struktur Sumber terhadap

  Sosial Masyarakat sakit Kepercayaan

  Kesehatan

Gambar 2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

2.4 Landasan Teori

  Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan kesehatan meliputi variabel demografi (seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan), variabel struktur sosial (seperti pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan. Meskipun keluarga memberikan predisposisi untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan namun ada beberapa faktor harus terrsedia untuk menunjang pelaksanaan yaitu faktor kemampuan baik dari keluarga seperti penghasilan, simpanan asuransi, atau sumber- sumber lainnya dan dari komunitas seperti tersedianya fasilitas dan tenaga pelayanan kesehatan, lamanya menunggu pelayanan serta lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut (Muzaham, 1995).

   Menurut Reinke (1994) yang dikutip oleh Henniwati (2008), ada beberapa

  faktor yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah faktor regional, faktor dan sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yatu tipe dari organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, faktor adanya fasilitas kesehatan, faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio psikologis yaitu meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan.

  Berdasarkan hasil penelitian Murniati (2007), faktor–faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil adalah faktor predisposisi, faktor pemungkin dan kebutuhan. Faktor predisposisi meliputi variabel umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pendidikan , pengetahuan dan sikap. Dari faktor predisposisi ini yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal adalah pengetahuan. Faktor pemungkin meliputi variabel pekerjaan suami dan keterjangkauan. Variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal pada faktor pemungkin adalah keterjangkauan pelayanan. Sedangkan faktor kebutuhan terdiri dari variabel kondisi ibu dan ketersediaan pelayanan (pelayanan 5T) memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal.

  Menurut Andersen (1968) dalam Wibowo (1992), faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah komponen predisposing (predisposisi seseorang untuk memakai pelayanan), komponen enabling (kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan) dan komponen need (kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan). Wibowo (1992) mengembangkan model Andersen (1968) dengan meneliti faktor-faktor oleh ibu hamil. Model pemanfaatan pelayanan

  

antenatal dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur

  sosial dan kepercayaan kesehatan, seperti: umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan sumber masyarakat, seperti: dukungan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah sakit atau penyakit dan respon terhadap penyakit seperti riwayat, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan Hb.

Gambar 2.2 Kerangka Teori Model Wibowo

  Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Faktor Predisposisi a.

  Diagnosa Klinis

  Persepsi Sehat/sakit b.

  Pemanfaatan ANC Faktor Kebutuhan a.

  Ekonomi keluarga c. Jarak

  Dukungan Suami b.

  Faktor Pemungkin a.

  Pengetahuan e. Sikap

  Paritas c. Pendidikan d.

  Umur ibu b.

  Kondisi ibu 5. Rencana pengobatan 6. Hb

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

  3. Persepsi sehat 4.

  2. Keluhan/penyakit yang diderita

  Riwayat/kehamilan masa lalu

  Komponen Need 1.

  Pelayanan 7. Jarak

  Dukungan Suami 2. Ekonomi Keluar 3. Pembayaran 4. Ongkos 5. Waktu 6. Ketersediaan

  Komponen Pemungkin 1.

  Umur Ibu 2. Paritas 3. Interval Kelahiran 4. Pendidikan 5. Pengetahuan 6. Sikap

  Predisposisi 1.

  Komponen

Dokumen yang terkait

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013

0 56 91

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

16 87 148

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

3 68 148

Pengaruh Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) terhadap Kejadian Anemia pada Kehamilan Usia Remaja di Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat tahun 2012

2 58 152

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Kehamilan - Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan-Tembung

0 0 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antenatal Care - Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Payatusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 1 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeriksaan Antenatal Care 2.1.1. Defenisi - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dalam Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Tahun 2012

0 0 14

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013

0 0 14

I. Identitas Responden - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 1 44

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 4 6