Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KECAMATAN LAWE SUMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

ALAS SRIWAHYU NIM : 101000431

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ABSTRAK

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2012, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia adalah 95,71% dan K4 sebanyak 88,27%. Laporan Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur tahun 2012 diperoleh data K1 sebanyak 90,2% dan K4 sebanyak 82%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 sebanyak 84 ibu. Sampel penelitian adalah total populasi. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 ibu, hanya 26 ibu (31,0%) yang memanfaatkan ANC. Ditemukan ada hubungan faktor pengetahuan (p=0,001), paritas (p=0,005), dukungan petugas kesehatan (p=0,001), kepercayaan (p=0,001) dan dukungan keluarga/suami (p=0,001) dengan pemanfaatan ANC.

Diharapkan kepada Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur meningkatkan penyuluhan tentang manfaat dan tujuan pemeriksaan ANC, pentingnya mengatur jarak kehamilan, pelayanan ANC yang dapat diberikan Puskesmas, mengubah cara pandang dan membuat ibu postpartum percaya dengan meningkatkan pengalaman, mengikuti pelatihan dan melibatkan dukun bayi dan tokoh masyarakat. Sasaran pemberian informasi diperluas kepada keluarga/suami karena dukungan mereka mempunyai pengaruh nyata terhadap pemanfaatan ANC.

Kata kunci : Antenatal Care, pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dan dukungan keluarga/suami.


(3)

ABSTRACT

Antenatal Care (ANC) is a health service by skilled health personel to a women during her pregnancy, based on standard antenatal care stated in midwifery standard services (Standar Pelayanan Kebidanan = SPK). Based on data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2012, the coverage of 1 visit of pregnant women in Indonesia was 95.71% and 4 visit was 88.27%. Report of health center of Lawe Sumur subdistrict in 2012, it was found 1 visit was 90.2% and 4 visit was 82%.

This research aimed to know the factors related to the utilization of the ANC in the working area of health center of Lawe Sumur Subdistrict Aceh Tenggara District in 2013. The research design was Cross Sectional study. The population is all of post partum mothers from January to March 2013 living in the working area of health center of Lawe Sumur, as many as 84 mothers and all of them were selected as samples. Data were collected by interview using questionnaires. Data analysis was done by univariate and bivariat analysis use Chi-Square test.

The results showed that out of 84 mothers, only 26 mothers (31.0%) utilized the ANC. It’s found no relationship between knowledge (p=0.001), parity (p=0.005), health personel’s support (p=0.001), trust (p=0.001) and the family/husband’s (p=0.001) with the utilization of ANC.

It is expected to Lawe Sumur Subdistrict Health Center and increase education about the benefit of ANC examination purposes, the importance of pregnancy spacing, which can be given ANC health center, changing the perspective and make believe with increasing maternal postpartum experience, training and involving traditional birth attendants and community leaders. Goal of providing expanded information to family/husband because of the support they have real influence on the utilization of ANC.

Keywords : Antenatal Care, knowledge, health personel support, trust, and support families/husbands.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Alas Sriwahyu

Tempat dan Tanggal Lahir : Blang Mee, 01 Novenber 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jln. Ahmad Yani No. 80 Kutacane Aceh Tenggara

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 1 Krueng guekueh Aceh Utara 2. Tahun 2000-2003 : SMP Swasta Al- Alaq Krueng guekueh

Aceh Utara

3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 1 Lhokseumawe

4. Tahun 2006-2009 : Akademi Kebidanan Widya Husada Medan 5. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2009 : RSUD H. Sahudin Kutacane Aceh Tenggara

Tahun 2010 : Bidan PTT Aceh Tenggara

Tahun 2011 : Puskesmas Biak Muli Kutacane Aceh Tenggara


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013” merupakan salah satu syarat unruk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari hingga selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak teristimewa kepada orang tua yang penulis sayangi dan cintai ayah (Sofyan) dan ibu (Umiyati) yang telah memberikan banyak dukungan baik moril maupun materil, doa dan pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah meluangkan waktu serta penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.


(6)

4. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah meluangkan waktu serta penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.

5. Ibu Arfah Mardiana L, M.Psi selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai/tenaga non-edukatif Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu dr. Irfah Noveissi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur beserta staf yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi untuk kesempurnaan skripsi ini .

8. Bapak dan Ibu staf Dinas Kesehatan Aceh Tenggara yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.

9. Buat sahabat-sahabat penulis Kak Fatimah, Yesika, Kak Dewi, Priyanti, Juwita atas dukungan dan semangatnya buat penulis.

10. Buat rekan-rekan mahasiswa seperjuangan di Departemen Kependudukan dan Biostatistika Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan seluruh teman-teman seangkatan Ex B 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas dukungannya buat penulis.

11. Buat Saudara yang penulis sayangi (Kak Dewi, Faisal, Baihaki, Putri) yang selalu memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis.


(7)

12. Buat sahabat-sahabat gang Anyelir IV (Kak Janah, Yusi, Ais, Andes, Ike, Harni, Iba) atas dukungan dan semangatnya buat penulis

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Dan dengan segala keterbatasan yang ada penulis berharap semoga skripsi ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga dapat berguna bagi banyak pihak.

Medan, Agustus 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ……… ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Antenatal Care (ANC) ... 6

2.1.1 Pengertian Antenatal Care ... 6

2.1.2 Pelayanan Antenatal Care ... 6

2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care.. ... 6

2.1.4 Fungsi Antenatal.. ... 9

2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal... 10

2.1.6 Kunjungan Pelayanan Antenatal Care ... 12

2.1.7 Cakupan Pelayanan Antenatal Care... 13

2.1.8 Kebijakan Pelayanan Antenatal.. ... 14

2.1.9 Intervensi Pelayanan Antenatal ... 15

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 17

2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Antenatal ... 22

2.3.1 Pengetahuan ... 22

2.3.2 Paritas ... 23

2.3.3 Dukungan Petugas Kesehatan ... 24

2.3.4 Kepercayaan ... 26

2.3.5 Dukungan Keluarga/Suami ... 28

2.4 Kerangka Konsep ... 29

2.5 Hipotesis Penelitian.. ... 30


(9)

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data sekunder ... 33

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 34

3.5.1 Variabel Terikat ... 34

3.5.2 Variabel Bebas ... 34

3.6 Aspek Pengukuran ... 35

3.6.1 Variabel Terikat ... 35

3.6.2 Variabel Bebas ... 35

3.7 Metode Pengolahan Data ... 37

3.7.1 Editing ... 37

3.7.2 Coding ... 38

3.7.3 Tabulating ... 38

3.8 Teknik Analisis Data ... 38

3.8.1 Analisis Univariat ... 38

3.8.2 Analisis Bivariat ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. ………… 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .. ………… 40

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis……… ... 40

4.1.2 Sarana Kesehatan……… ………… 41

4.2 Analisis Univariat.. ………… 41

4.2.1 Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) ... 41

4.2.2 Karakteristik Responden ... 42

4.2.3 Pengetahuan Responden ... 43


(10)

4.2.6 Kepercayaan Responden ... 45

4.3 Analisis Bivariat……….. ………… 47

4.3.1 Hubungan Pengetahuan, Paritas, Dukungan Petugas Kesehatan, Kepercayaan, Dukungan Keluarga/Suami ………47

BAB V PEMBAHASAN……… ….. 51

5.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC).. 51

5.2 Hubungan Paritas dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC) ... 52

5.3 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC)………….. ... 52

5.4 Hubungan Kepercayaan Ibu dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC).. 54

5.5 Hubungan Dukungan Keluarga/Suami dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC) ... 55

5.6 Keterbatasan Peneliti ... 56

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

6.1 Kesimpulan………. ... 58

6.2 Saran………. ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Ibu Hamil Setiap Desa ... 40

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan ANC ... 42

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden ... 42

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan ... 43

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden ... 44

Tabel 4.6 Distribusi Paritas Responden ... 44

Tabel 4.7 Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan pada Responden ... 45

Tabel 4.8 Distribusi Kepercayaan Responden ... 45

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Item Dukungan Keluarga/Suami ... 46

Tabel 4.10 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga/suami ... 46

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan, Paritas, Dukungan Petugas Kesehatan, Kepercayaan, Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan ANC ... 48


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Health Belief Model .….... ... 22 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian… ... 29


(13)

ABSTRAK

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2012, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia adalah 95,71% dan K4 sebanyak 88,27%. Laporan Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur tahun 2012 diperoleh data K1 sebanyak 90,2% dan K4 sebanyak 82%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 sebanyak 84 ibu. Sampel penelitian adalah total populasi. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 ibu, hanya 26 ibu (31,0%) yang memanfaatkan ANC. Ditemukan ada hubungan faktor pengetahuan (p=0,001), paritas (p=0,005), dukungan petugas kesehatan (p=0,001), kepercayaan (p=0,001) dan dukungan keluarga/suami (p=0,001) dengan pemanfaatan ANC.

Diharapkan kepada Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur meningkatkan penyuluhan tentang manfaat dan tujuan pemeriksaan ANC, pentingnya mengatur jarak kehamilan, pelayanan ANC yang dapat diberikan Puskesmas, mengubah cara pandang dan membuat ibu postpartum percaya dengan meningkatkan pengalaman, mengikuti pelatihan dan melibatkan dukun bayi dan tokoh masyarakat. Sasaran pemberian informasi diperluas kepada keluarga/suami karena dukungan mereka mempunyai pengaruh nyata terhadap pemanfaatan ANC.

Kata kunci : Antenatal Care, pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dan dukungan keluarga/suami.


(14)

ABSTRACT

Antenatal Care (ANC) is a health service by skilled health personel to a women during her pregnancy, based on standard antenatal care stated in midwifery standard services (Standar Pelayanan Kebidanan = SPK). Based on data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2012, the coverage of 1 visit of pregnant women in Indonesia was 95.71% and 4 visit was 88.27%. Report of health center of Lawe Sumur subdistrict in 2012, it was found 1 visit was 90.2% and 4 visit was 82%.

This research aimed to know the factors related to the utilization of the ANC in the working area of health center of Lawe Sumur Subdistrict Aceh Tenggara District in 2013. The research design was Cross Sectional study. The population is all of post partum mothers from January to March 2013 living in the working area of health center of Lawe Sumur, as many as 84 mothers and all of them were selected as samples. Data were collected by interview using questionnaires. Data analysis was done by univariate and bivariat analysis use Chi-Square test.

The results showed that out of 84 mothers, only 26 mothers (31.0%) utilized the ANC. It’s found no relationship between knowledge (p=0.001), parity (p=0.005), health personel’s support (p=0.001), trust (p=0.001) and the family/husband’s (p=0.001) with the utilization of ANC.

It is expected to Lawe Sumur Subdistrict Health Center and increase education about the benefit of ANC examination purposes, the importance of pregnancy spacing, which can be given ANC health center, changing the perspective and make believe with increasing maternal postpartum experience, training and involving traditional birth attendants and community leaders. Goal of providing expanded information to family/husband because of the support they have real influence on the utilization of ANC.

Keywords : Antenatal Care, knowledge, health personel support, trust, and support families/husbands.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan minimal 4x selama kehamilan yaitu K1 sampai dengan K4 (Rosfanty, 2010).

Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 KH), Vietnam (59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000 KH). Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia (7/100.000 KH) dan Jepang (5/100.000 KH) (WHO, 2011).

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan SDKI (2007) dalam Dinkes Aceh (2011). Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sampai 34 risiko jumlah kematian ibu (Mboi,

2012). Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia pada tahun 2011 adalah 95,71% dari target 95 % dan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 88,27% dari target 90% (Kemenkes RI, 2012).


(16)

komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, seperti perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%, dan penyebab tidak langsung (trauma obstetri) 5%. Dan sebagian besar kasus kematian ibu didunia terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011). Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan RI dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan menempatkan bidan di desa (Hasnah, 2007).

AKI di Aceh berdasarkan Dinas Kesehatan Aceh (2011), Angka kematian ibu di Aceh tahun 2010 adalah 193/100.000 KH, namun program percepatan penurunan AKI diupayakan terus untuk mencapai target pembangunan millenium (MDGs) yaitu 102/100.000 Kelahiran Hidup (KH) tahun 2015 (Dinkes Aceh, 2011). Di Nangro Aceh Darussalam (NAD) cakupan kunjungan ibu hamil K1 sebanyak 95,80% dan cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 88,83% (Kemenkes RI, 2012).

AKI di Aceh Tenggara pada tahun 2011 jumlah kematian ibu maternal adalah 6 orang (Dinkes Aceh Tenggara, 2012) sementara di Banda Aceh pada tahun yang sama jumlah kematian maternal adalah 5 orang (Koto, 2012). Data cakupan K1 di Aceh Tenggara tahun 2011 sebanyak 96,2% dan data cakupan K4 di Aceh Tenggara tahun 2011 sebanyak 90,6% (Dinkes Aceh Tenggara, 2012).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Aceh (2011), laporan Puskesmas (2013) dan survei pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Lawe Sumur diperoleh data K1 tahun 2011 yaitu 86,2% dan tahun 2012 yaitu 90,2%, sementara target yang diharapkan adalah 95%, cakupan K4 tahun 2011 yaitu 81,3% dan tahun 2012 yaitu 82%, sementara target yang diharapkan adalah 90%, dari data tersebut maka diketahui bahwa Puskesmas Lawe Sumur merupakan puskesmas yang memiliki


(17)

cakupan ANC terendah dari 17 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2011 dan belum mencapai target standar cakupan ANC pada tahun 2012.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan terhadap 6 ibu hamil di Lawe Sumur tahun 2012 diperoleh informasi bahwa dari 6 ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, mengatakan kehamilan adalah hal biasa yang akan dihadapi oleh setiap wanita sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan khusus, terutama pada ibu yang sudah memiliki lebih dari 1 orang anak. Ibu- ibu hamil tersebut belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda persalinan.

Ibu-ibu hamil tersebut mengatakan bahwa mereka harus membeli lagi obat-obatan yang dibutuhkan karena jumlah persediaan obat-obat-obatan gratis di Puskesmas terbatas, sementara status ekonomi ibu-ibu tersebut relatif rendah. Akibatnya membuat ibu-ibu tersebut malas untuk memeriksakan kehamilannya (ANC) ke Puskesmas atau Bidan Desa. Ibu-ibu hamil sudah terbiasa memeriksakan kehamilannya kepada wanita yang dituakan (dukun beranak).

Selain itu bidan desa jarang berada di tempatnya, masih muda-muda dan belum berpengalaman karena baru tamat sekolah. Dukungan keluarga ibu hamil (suami maupun orang tua atau mertua) masih sangat jarang bahkan tidak pernah mengingatkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kecuali jika ada keluhan, apalagi memberikan biaya kepada ibu untuk pergi ke Puskesmas atau mengantar ibu untuk pergi ke Bidan Desa.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Masih rendahnya cakupan K1 (90,2%) dan K4 (82%) di Wilayah kerja Puskesmas Lawe Sumur sehingga ingin diteliti “Faktor apa saja yang Berhubungan dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.

2. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan pemanfaatan ANC. 3. Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan

pemanfaatan ANC.

4. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan dengan pemanfaatan ANC.

5. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan ANC.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara dalam upaya untuk meningkatkan kuantitas standar ANC.


(19)

2. Sebagai masukan atau informasi bagi Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan ANC.

3. Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan bagi peneliti selanjutnya.


(20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antenatal Care (ANC)

2.2.1 Pengertian Antenatal Care

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Depkes, 2010). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999).

2.1.2 Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal (Rhezvolution, 2009). Pelayanan Antenatal sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil selama kehamilan.

2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan


(21)

normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat.

b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini dan diobati.

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan mental.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan pelayanan antenatal adalah: 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang janin.

2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan janin.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.


(22)

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC, kehamilan dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan memeberikan ASI kepada bayinya.

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setalah kelahiran bayinya.

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO yang dikutip oleh Dewi dan Sunarsih (2011), menunjukkan hal-hal berikut ini:

1. Pendekatan risiko dilakukan bila terdapat prediksi buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai ibu berisiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.

2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok risiko tinggi pernah mengalami komplikasi, walaupun mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori risiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi.

3. Banyak ibu yang tergolong kelompok risiko rendah mengalami komplikasi, tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya, seperti kurangmya informasi tanda-tanda bahaya selama


(23)

kehamilan (perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrik), janin tidak bergerak sebanyak biasanya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan risiko adalah bahwa setiap ibu hamil berisiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

2.1.4 Fungsi Antenatal

Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan. b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan

merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.

Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Bidan atau tenaga kesehatan sehinga menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka (Maas, 2004).


(24)

2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal

Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati (2010) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna sebagai batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari.

Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Ukur tinggi badan

b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) c. Ukur Tekanan Darah

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) f. Pemberian Tablet besi (fe) g. Tanya/Temu wicara

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam pelayanan asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan bagian dari lingkup standar pelayanan kebidanan:

Standar 1 Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.


(25)

Standar 2 Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis, perkembangan janin, mengenal kehamilan resiko tinggi, imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan.

Standar 3 Palpasi Abdominal

Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan.

Standar 4 Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan.

Standar 5 Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan, mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat, dan merujuknya.

Standar 6 Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman, serta suasana yang menyenangkan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.


(26)

2.1.6 Kunjungan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Manuaba (1999), kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Trimester pertama ( 0-12 minggu) b. Trimester kedua (13-28 minggu) c. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu :

a. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 14 ) b. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

c. Dan 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)

Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan (Sarwono, 2005). Menurut Departemen kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4, yaitu :


(27)

a. Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)

K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester 1, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu

b. Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4)

K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.

2.1.7 Cakupan Pelayanan Antenatal Care

Cakupan Pelayanan antenatal care adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk perhitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk perhitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun (Depkes RI, 2010).

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk memantau cakupan, seperti kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi dini Risiko Tinggi (Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta Kunjungan Neonatal (KN) di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun (Departemen Kesehatan RI,


(28)

2.1.8 Kebijakan Pelayanan Antenatal 1. Kebijakan Program

Dalam Depkes RI (2009) yang dikutip oleh Fitrihanda (2012), Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. 3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi keguguran.

2. Kebijakan Teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil secara keseluruhan yang bertujuan untuk


(29)

mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

Menurut Fitrihanda (2012), beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal care rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :

1. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkat desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil. 2. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan

dan Dukun.

3. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah. 4. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

2.1.9 Intervensi Pelayanan Antenatal

Intervensi dalam pelayanan Antenatal Care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnose kehamilan. Adapun intervensi dalam pelyanan Antenatal Care menurut Fitrihanda (2012) adalah :


(30)

a. Intervensi Dasar

1. Pemberian Tetanus Toxoid, yang diberikan untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum yang diberikan sekurang-kurangnya 2 kali selama kehamilan dengan interval minimal 4 minggu, apabila ibu belum pernah mendapatkan suntikan TT sebelumnya.

2. Pemberian Vitamin Zat Besi, yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat, diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Minimal 90 tablet, dan diminum sebaiknya tidak bersama teh atau kopi, karena dapat mengganggu penyerapan.

b. Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan risiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi :

1. Faktor risiko

a. Umur, terlalu muda yaitu dibawah 20 tahun dan terlalu tua yaitu diatas 35 tahun

b. Paritas, paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan) dan paritas >3

c. Interval, yaitu jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun.

d. Tinggi badan kurang dari 145 cm e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm 2. Komplikasi Kehamilan


(31)

a. Komplikasi obstetri langsung, seperti perdarahan, preeklamsi/eklamsi, kelainan letak lintang atau sunsang primi gravida, anak besar atau hidramion atau kelainan kembar, ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b. Komplikasi obstetri tidak langsung, seperti penyakit jantung, hepatitis, TBC (tuberkolosis), anemia, malaria, diabetes melitus.

c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar, 2005).

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Supriyarto (1998), bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan kesehatan. Menurut Azwar (2002) bahwa, pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat.

Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa, ada delapan faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran, kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan, faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan status kesehatan) aksesbiliti terhadap pelayanan kesehatan, produktifitas dan teknologi kesehatan.


(32)

1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan adanya asuransi kesehatan serta adanya faktor kesehatan lainnya.

2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio demografi (umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar kelurga) faktor sosial psikologis (sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana pelayanan kesehatan sebelumnya), faktor status sosial ekonomi (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pendapatan/penghasilan), dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya).

Menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengembangkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model) yang didasarkan teori lapangan (field theory) dari Lewin (1954). Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :

1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari: a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar

keluarga dan lain-lain)

b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan) c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi)


(33)

2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :

a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan).

b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan sebagainya).

3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan stimulasi langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi:

a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan bekerja)

b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter)

Menurut pendapat Azwar (2009), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi baik maka secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi.


(34)

Teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena 4 alasan pokok.

1. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap kesehatan. 2. Orang penting sebagai referensi (Personal reference)

Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh, seperti alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, orang yang dituakan.

3. Sumber-sumber daya (Resources)

Sumber daya ini mencakup fasiltas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupu negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku pengguna tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.

4. Kebudayaan (Culture)

Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama, itu terbentuk karena sebab atau latar belakang yang berbeda-beda. Misalnya, alasan-alasan masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas. Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas, mungkin karena tidak punya uang untuk pergi ke puskesmas, mungkin tidak tahu fungsi puskesmas, dan lain sebagainya.

Komponen Health Belief Model oleh Becker (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan ada 4 hal yang memotivasi tindakan :


(35)

1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit, ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)

Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong ppula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Misalnya perdarahan dalam kehamilan akan dirasakan lebih serius dari pada pusing pada masa kehamilan.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafits and barriers) Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu.

4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat faktor eksternal. Misalnya pesan pada media massa, nasihat dari anggota keluarga, penyuluhan dari petugas kesehatan.

Model kepercayaan kesehatan ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini :


(36)

Gambar 2.1 Health Belief Model oleh Backer (1974) dalam Notoatmodjo (2003) 2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfatan Antenatal Care

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman, 2005). Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfaatan dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang dikutip oleh Sihombing (2012), yang menyatakan bahwa pemanfaatan Antenatal Care (ANC)

-Variabel demografis (umur, jenis kelamin, bangsa kelompok etnis).

-Variabel groups, kepribadian, pengalaman sebelumnya).

-Variabel struktur (kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan dan sebagainya).

Kecenderungan yang dilihat (perceived) mengenai gejala/penyakit.

syaratnya yang dilihat mengenai gejala dan penyakit

Pendorong (cues) untuk bertindak (kampanye media, peringatan dari dokter gigi, tulisan dalam surat kabar, majalah)

Ancaman yang dilihat mengenai gejala dan penyakit

Manfaat yang dilihat dari pengambilan tindakan dikurangi biaya (rintangan) yang dilihat dari pengambilan tindakan

Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk perilaku sehat/sakit


(37)

perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwewenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti Aritoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapatkan pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen (metode ilmiah). Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan Antenatal Care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.3.2 Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu, berdasarkan pengertian diatas maka


(38)

paritas memengaruhi kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang baik endometriumnya (Wiknjosastro, 2005).

Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005).

Menurut Sastrawinata (1993) yang dikutip Widawati (2008) paritas dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan 1 kali, seorang anak cukup besar untuk hidup didunia luar.

b. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 kali – 4 kali, lebih dari seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

c. Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 kali atau lebih, lebih dari 5 orang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

2.3.3 Dukungan Petugas Kesehatan

Menurut Depkes RI (2005), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Sarfino (2002) dikutip oleh Saragih (2012), dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas


(39)

kesehatan) memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor ketersediaan pelayanan mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poloklinik, Posyandu, Polindes, Puskesdes, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Hal ini dapat juga dijelaskan, untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya Puskesmas, Polindes, Puskesdes, Bidan Praktek, ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung untuk terwujudnya perilaku atau pemanfaatan kesehatan.

Selain fasilitas yang harus tersedia agar masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan Antenatal maka harus diperhatikan juga tenaga kesehatannya atau sumber daya manusianya (SDM). Kinerja yang dihasilkan oleh seorang tenaga kesehatan sangat memengaruhi kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya (Intan, 2012). Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan


(40)

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2005).

Bidan desa memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan AKI yaitu sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Desa, akan tetapi banyak bidan desa yang diturunkan ke desa belum memiliki pengalaman kerja sehinga belum dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama ANC secara optimal dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah. 2.3.4 Kepercayaan

Menurut Marran (2007) yang dikutip oleh Sinaga (2012) seorang Antropologi Inggris, Sir Edward B.Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk menunjukkan keseluruhan komplek dari ide dan segala sesuatu dalam pengalaman historinya, disini termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral dan hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan diartikan juga sebagai suatu jalinan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat istiadat dan kesanggupan lain yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.

Menurut Kalangie (1994) bahwa kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur dan memengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus meningkat akibat perubahan-perubahan


(41)

budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis yang diperlukan masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar pada anggota suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan sutau masyarakat karena adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti perilaku profesional medis yang belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang berwawasan yang berwawasan budaya.

Menurut Koentjaraningrat (1990), kehamilan bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologinya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam perawatan bayi dan ibunya.

Unsur-unsur dari kebudayaan adalah kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, teknologi, simbol dan bahasa. Menurut Fukuyama (2002), bahwa kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu. Ada 3 jenis perilaku dalam komunitas yang


(42)

normal yaitu perilaku yang sesuai asas dan norma-norma yang dianut bersama, jika dalam komunitas terdapat perilaku deviant (menyimpang) dari beberapa anggotanya maka akan sulit mendapatkan adanya kejujuran dan sifat kooperatif. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas.

Dengan kata lain kepercayaan adalah sesuatu yang telah diyakini oleh seseorang terhadap suatu hal atau subjek tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti kejujuran, pengalaman, dan keterampilan, toleransi, dan kemurahan hati. Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti keluarga, komunitas, asosiasi suka rela, negara dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003) kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

2.3.5 Dukungan Keluarga/Suami

Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara


(43)

dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah (Ahmadi, 2006).

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan (Fitrihanda, 2012).

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka rumusan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013.

1. Pengetahuan 2. Paritas

3. Dukungan petugas kesehatan

4. Kepercayaan

5. Dukungan Keluarga/suami 6.

Pemanfaatan Antenatal Care


(44)

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC. 2. Ada hubungan paritas ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.

3. Ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan ANC. 4. Ada hubungan kepercayaan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC. 5. Ada hubungan dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan ANC.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional dimana pengukuran atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan pada saat bersamaan/sekali waktu (Hidayat, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena, data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan, Puskesmas Lawe Sumur adalah Puskesmas yang memiliki cakupan ANC paling rendah dibandingkan 17 Puskesmas lainnya yang berada di Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2011 yaitu K1: 86,2%, K4: 81,3% dan pada tahun 2012 yaitu K1: 90,2%, K4: 82% masih belum sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu K1: 95% dan K4: 90%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli tahun 2012 sampai dengan Mei tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 1-3 bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 karena ibu yang


(46)

memiliki bayi 1-3 bulan sudah melewati masa kehamilan dan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4). Data ibu yang memiliki bayi 1-3 bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 sebanyak 84 orang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara (Puskesmas Lawe Sumur, 2012)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah ibu yang memiliki bayi 1-3 bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 di Kecamatan Lawe Sumur yang terpilih menjadi sampel serta bersedia ikut serta dalam penelitian.

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk uji hipotesis proporsi (Madiyono, 2011), yaitu:

=(Z1−α 2 P0(1 − P0) + Z1−β (1 − P ) )

2

(P − P0)2 Keterangan:

n = Besar sampel minimum

= Nilai distribusi normal baku pada 5% sebesar 1,96 = Nilai distribusi normal baku β 10% sebesar 1,282 = Proporsi ibu hamil yang memanfaatkan ANC sebesar

0,47 (Sihombing, 2012)

= Proporsi yang diharapkan ibu hamil memanfaatkan ANC

sebesar 0,67 - = 0,67 – 0,47 = 0,2


(47)

Maka:

=(1,96 0,47(1 − 0,47) + 1,282 0,67 1 − 0,67)) 2

(0,67 − 0,47)2

= 0,97804 + 0,60254) 0,04

= 62,45 sampel = 63 ibu

Berdasarkan perhitungan, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian adalah sebanyak 63 responden. Namun karena data yang ada dari Laporan Puskesmas Lawe Sumur adalah jumlah ibu hamil >32 minggu tahun 2012 sebanyak 84 orang, diperkirakan ibu hamil tersebut akan melahirkan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2013 sehingga yang dijadikan populasi adalah ibu yang memiliki bayi 1-3 bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 di Kecamatan Lawe Sumur sebanyak 84 orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dengan dua cara: 3.4.1 Data primer

Data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2 Data sekunder

Data yang diperoleh dari laporan Profil Dinas Kesehatan Aceh Tenggara tahun 2011, laporan bulanan Puskesmas Lawe Sumur kecamatan Lawe Sumur tahun


(48)

2012 dan 2013 tentang cakupan ANC, dan laporan tahunan Puskesmas Lawe Sumur berupa data umum (data geografi, demografi, dan data pelayanan kesehatan) di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Terikat

Pemanfaatan ANC yaitu jumlah kunjungan ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan yang memanfaatkan atau tidak memanfaatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan pelayanan kesehatan mulai K1 sampai K4.

3.5.2 Variabel Bebas

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemeriksaan kehamilan (tanda bahaya kehamilan, manfaat pemeriksaan kehamilan, standar pelayanan pemeriksaan yang harus didapatkan ibu) yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.

2. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati.

3. Dukungan petugas kesehatan adalah ada atau tidak adanya pemberian informasi untuk memanfaatkan ANC .

4. Kepercayaan adalah percaya atau tidak percayanya ibu terhadap seseorang dukun bayi berdasarkan pertimbangan tertentu (pengalaman, saudara atau tokoh masyarakat) untuk memantau kehamilannya.


(49)

5. Dukungan keluarga/suami adalah mendukung atau tidak mendukung yang diperoleh ibu, baik dari suami, orang tua, mertua atupun saudara untuk memanfaatkan ANC.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Terikat

Pemanfaatan ANC diukur melalui ibu memanfaatkan ANC atau tidak, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pelayanan kesehatan. Dengan kategori pemanfaatan ANC:

0 = Memanfaatkan, bila responden memanfaatkan ANC ≥ 4 kali yaitu trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali, dan trimester III minimal 2 kali

1 = Tidak memanfaatkan, bila responden memanfaatkan ANC kurang dari 4 kali dan apabila tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah

Skala ukur Nominal 3.6.2 Variabel Bebas

1. Pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan diukur dengan memberikan kuesioner kepada ibu dengan 8 pertanyaan, bila jawaban responden benar diberi nilai 2, jawaban tidak dan tidak tahu diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai reponden adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu baik, sedang, kurang (Arikunto, 2002) :


(50)

1 = Cukup, apabila nilai responden memiliki total skor 8-12 2 = Kurang, apabila nilai responden memiliki total skor <8 Skala ukur Ordinal

2 Paritas diukur dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup ataupun lahir mati, yang dikategorikan menjadi 3, yaitu:

0 = 1-2 orang anak 1 = 3-4 orang anak 2 = >4 orang anak Skala ukur Ordinal

3 Dukungan petugas kesehatan diukur dengan ada atau tidak adanya pemberian informasi untuk melakukan pemeriksaan ANC yang diberikan oleh tenaga kesehatan, dengan 3 pertanyaan yang dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0 = ada pemberian informasi, bila responden menjawab ≥ 2 pertanyaan

dengan jawaban ada.

1 = tidak ada pemberian informasi, bila responden menjawab < 2 pertanyaan dengan jawaban ada.

Skala ukur Ordinal

4 Kepercayaan diukur dari pernyataan tentang percaya atau tidak pecayanya ibu terhadap seseorang dukun bayi berdasarkan pertimbangan tertentu (pengalaman, kerabat, tokoh masyarakat), dengan 2 pertanyaan yang dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :

0 = Tidak Percaya, apabila responden menjawab 2 pertanyaan yang bernilai tidak yang berarti tidak ada kepercayaan ibu kepada dukun bayi.


(51)

1= Percaya, apabila responden dapat menjawab < 2 pertanyaan yang bernilai tidak yang berarti ada kepercayaan ibu kepada dukun bayi.

Skala ukur Nominal

5 Dukungan Keluarga/suami diukur dengan 5 pertanyaan yang digunakan tentang partisipasi peran serta suami dan keluarga, jika jawab ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak memiliki bobot nilai 0, yang dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:

0 = Mendukung, jika responden memperoleh skor ≥ 3 1 = Tidak mendukung, jika responden memperoleh skor < 3 Skala ukur Nominal

3.7 Metode Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2010), data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data yang telah terkumpul, diolah dan didistribusikan melalui proses editing, coding dan tabulating.

3.7.1Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

3.7.2Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.


(52)

3.7.3Tabulating

Kegiatan memasukkan atau menyusun data yang telah dikumpulkan kedalam bentuk-bentuk tabel menggunakan komputer dan akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan dalam bentuk narasi.

3.8Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: 3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel terikat dan variabel bebas yang meliputi pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. 3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan masing-masing variabel terikat dan variabel bebas yang meliputi pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan ) = 0,05, dengan kriteria:


(53)

1. Ho ditolak jika p < (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Terima Ho jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Lawe Sumur 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Puskesmas Lawe Sumur terletak di Jln. Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara. Luas wilayah Kecamatan Lawe Sumur 70,7 Ha. Kecamatan Lawe Sumur terdiri atas 18 desa. Kecamatan Lawe Sumur memiliki 217 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 7.356 jiwa, jumlah laki-laki sebanyak 3.540 jiwa dan perempuan 3.816 jiwa. Di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur tahun 2012 terdapat 162 neonatus, 476 Balita, K1 sebanyak 90,2 %, K4 sebanyak 82%, dan ibu hamil (Bumil) 317 dengan rincian data sebagai berikut : Tabel 4.1 Jumlah ibu hamil setiap Desa

No Nama Desa Jumlah

Bumil No Nama Desa

Jumlah Bumil

1 Kisam Gabungan 27 10 Penosan 9

2 Kisam Kute Pasir 12 11 Berandang 34

3 Kisam Lestari 22 12 Buah Pala 22

4 Kisam Kute Khambe 17 13 Teger Miko 13

5 Lw Pasaran Tgk Mbelin 15 14 Kute Bunin 17

6 Lawe Sumur 17 15 Kute Lesung 17

7 Lw Sumur Sepakat 15 16 Setia Baru 17

8 Trt Megakhe Bakhu 14 17 Lw Sumur Baru 18

9 Lawe Polak 15 18 Trt Mgr Lw Pasaran 16


(55)

Kecamatan Lawe Sumur memiliki batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Bulan b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bambel c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bambel d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Babussalam

4.1.2 Sarana Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Lawe Sumur terdiri dari 1 unit Puskesmas, 2 unit Puskesmas Pembantu dan 18 unit Posyandu. Fasilitas kesehatan dilayani 49 tenaga medis yang terdiri dari 2 orang dokter umum, 1 dokter gigi, 2 Apoteker, 6 SKM, 13 Bidan, 18 Perawat, 1 Perawat gigi, 6 KTU.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel terikat (pemanfaatan Antenatal Care) dan variabel bebas (pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan keluarga/suami).

4.2.1 Pemanfaatan Antenatal Care (ANC)

Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013 adalah sebagai berikut :


(56)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Pemanfaatan ANC f %

1 Memanfaatkan 26 31,0

2 Tidak memanfaatkan 58 69,0

Total 84 100,0

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat yang memanfaatkan Antenatal Care (ANC) hanya 26 ibu (31,0%) dan yang tidak memanfaatkan Antenatal Care (ANC) sebanyak 58 ibu (69,0%).

4.2.2 Karakteristik Responden

Karakteristik ibu yang memiliki bayi berusia 1-3 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara sebagai responden meliputi umur dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Karakteristik Responden f %

1 Umur

a. < 20 tahun 6 7,1

b. 20 - 35 tahun 66 78,6

c. >35 tahun 12 14,3

2 Pendidikan

a. Tinggi (D-I, D-III, S1) b. Sedang (SLTP/SLTA)

c. Rendah (tidak tamat SD/tamat SD)

9 64 11

10,7 76,2 13,1

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa responden menurut kelompok umur terbanyak yaitu pada umur 20 – 35 tahun sebanyak 66 ibu (78,6%) dan yang


(57)

paling sedikit pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 6 ibu (7,1%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan terbanyak yaitu pada pendidikan sedang (SLTP/SLTA) sebanyak 64 ibu (76,2%) dan yang paling sedikit pada tingkat pendidikan tinggi (D-I, D-III, S1) sebanyak 9 ibu (10,7%).

4.2.3 Pengetahuan Responden

Hasil penelitian distribusi pengetahuan responden dari 8 pertanyaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Pernyataan

Ya Tidak dan Tidak

tahu

Total

f % f % f % 1 Pengertian pemeriksaan kehamilan 82 97,6 2 2,4 84 100,0

2 Pemeriksaan minimal kehamilan 22 26,2 62 73,8 84 100.0

3 Pemeriksaan kehamilan 3 bulan

pertama

36 42,9 48 57,1 84 100,0

4 Tujuan pengukuran tekanan darah 75 89,3 9 10,7 84 100,0

5 Tujuan imunisasi 18 21,4 66 78,6 84 100,0

6 Tujuan obat penambah darah 72 85,7 12 14,3 84 100,0

7 Tujuan pemeriksaan kehamilan 43 51,2 41 48,8 84 100,0


(58)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat pernyataan bahwa pengetahuan yang paling banyak diketahui ibu adalah pengertian pemeriksaan kehamilan yaitu 82 ibu (97,6%), dan yang paling banyak tidak diketahui ibu adalah kegunaan buku KIA yaitu 71 ibu (84,5%).

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Pengetahuan f %

1 Baik 12 14,3

2 Cukup 47 56,0

3 Kurang 25 29,8

Total 84 100,0

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa responden berdasarkan pengetahuan yang terbanyak ibu yang berpengetahuan cukup yaitu 47 ibu (56,0%) dan paling sedikit ibu berpengetahuan baik yaitu 12 ibu (14,3%).

4.2.4 Paritas Responden

Tabel 4.6 Distribusi Paritas Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Paritas f %

1 1-2 orang anak 49 58,3

2 3-4 orang anak 25 29,8

3 > 4 orang anak 10 11,9

Total 84 100,0

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa responden berdasarkan jumlah paritas yang terbanyak ibu yang memiliki 1-2 orang anak yaitu 49 ibu (58,3%) dan yang paling sedikit ibu yang memiliki > 4 orang anak yaitu 10 ibu (11,9%)


(59)

4.2.5 Dukungan Petugas Kesehatan

Tabel 4.7 Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan pada Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Dukungan Petugas Kesehatan f %

1 Ada pemberian informasi 17 20,2

2 Tidak ada pemberian informasi 67 79,8

Total 84 100,0

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa responden berdasarkan dukungan petugas kesehatan yang terbanyak tidak ada pemeberian informasi yaitu 67 ibu (79,8%) dan yang terendah ada dukungan petugas kesehatan yaitu 17 ibu (20,2%).

4.2.6 Kepercayaan Responden

Tabel 4.8 Distribusi Kepercayaan Responden Terhadap Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Kepercayaan terhadap Dukun Bayi f %

1 Tidak percaya 22 26,2

2 Percaya 62 73,8

Total 84 100,0

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa responden menurut kepercayaan yang terbanyak yaitu percaya kepada dukun bayi sebanyak 62 ibu (73,8%) dan yang paling sedikit tidak percaya kepada dukun bayi sebanyak 22 ibu (26,2%)


(60)

4.2.7 Dukungan Keluarga/Suami

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Item Dukungan Keluarga/Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Pertanyaan

Ya Tidak Total f % f % f % 1 Melakukan pemeriksaan kepuskesmas

atas anjuran/izin suami/keluarga

84100,0 0 0,0 84 100,0

2 Memberi informasi tentang kehamilan 54 64,3 30 35,7 84 100.0

3 Mengantar ibu memeriksakan

kehamilan ke Puskesmas

44 52,4 40 47,6 84 100,0

4 Mengingatkan jadwal pemeriksaan 10 11,9 74 88,1 84 100,0

5 Memberikan biaya untuk pemeriksaan kehamilan

18 21,4 66 78,6 84 100,0

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa ibu dukungan keluarga/suami yang terbanyak yaitu memberikan anjuran/izin suami/keluarga sebanyak 84 ibu (100,0%) dan dukungan yang banyak tidak diberikan keluarga/suami berdasarkan jawaban responden yaitu tidak mengingatkan jadwal pemeriksaan sebanyak 74 ibu (88,1%).


(61)

Tabel 4.10 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga/Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Dukungan Keluarga/suami f %

1 Mendukung 35 41,7

2 Tidak mendukung 49 58,3

Total 84 100,0

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden berdasarkan dukungan keluarga/suami yang terbanyak adalah yang tidak mendapat dukungan keluarga/suami yaitu 49 ibu (58,3%) dan yang paling sedikit adalah mendapat dukungan keluarga/suami yaitu 35 ibu (41,7%).

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan masing – masing variabel bebas (pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan keluarga/suami) dengan variabel terikat (pemanfaatan Antenatal Care) dilakukan uji Chi Square pada tingkat kemaknaan α = 0,05.

4.3.1 Hubungan Pengetahuan, Paritas, Dukungan petugas kesehatan, Kepercayaan, Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan ANC

Hasil penelitian hubungan pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan keluarga dengan pemanfaatan ANC adalah sebagai berikut :


(62)

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan, Paritas, Dukungan Petugas Kesehatan, Kepercayaan, Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Tahun 2013

No Variabel

Pemanfaatan Antenatal Care

Total p

& Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan

f % f % f % 1 Pengetahuan

Baik Cukup Kurang

12 100,0 0 0,0 14 29,8 33 70,2 0 0 25 100,0

12 100,0 47 100,0 25 100,0

0,001 38,006

2 Paritas 1-2 3-4

22 44,9 27 55,1 3 12,0 22 88,0

49 100,0 25 100,0

0,005 10,715

3 Dukungan Petugas Kesehatan Ada Tidak ada

15 88,2 2 11,8 11 16,4 56 83,6

17 100,0 67 100,0

0,001 32,724

4 Kepercayaan Tidak

Percaya percaya

18 81,8 4 18,2

8 12,9 54 87,1

22 100,0 62 100,0

0,001 36,084

5 Dukungan

Keluarga Mendukung Tidak Mendukung

24 68,6 11 31,4 2 4,1 47 95,9

35 100,0 49 100,0


(1)

anak % within jumlah anak (paritas)

44.9% 55.1% 100.0% % within

pemanfaatan anc

84.6% 46.6% 58.3% % of Total 26.2% 32.1% 58.3% 3-4

orang anak

Count 3 22 25

Expected Count 7.7 17.3 25.0 % within jumlah

anak (paritas)

12.0% 88.0% 100.0% % within

pemanfaatan anc

11.5% 37.9% 29.8% % of Total 3.6% 26.2% 29.8% >4

orang anak

Count 1 9 10

Expected Count 3.1 6.9 10.0 % within jumlah

anak (paritas)

10.0% 90.0% 100.0% % within

pemanfaatan anc

3.8% 15.5% 11.9% % of Total 1.2% 10.7% 11.9%

Total Count 26 58 84

Expected Count 26.0 58.0 84.0 % within jumlah

anak (paritas)

31.0% 69.0% 100.0% % within

pemanfaatan anc

100.0% 100.0% 100.0% % of Total 31.0% 69.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 10.715a 2 .005


(2)

Linear-by-Linear Association

9.013 1 .003

N of Valid Cases 84

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.10.

Dukungan Petugas Kesehatan * Pemanfaatan ANC Crosstab

pemanfaatan anc

Total memanfaa

tkan

tidak memanfaatkan dukungan petugas

kesehatan

ada pemberian informasi

Count 15 2 17

Expected Count 5.3 11.7 17.0 % within

dukungan petugas kesehatan

88.2% 11.8% 100.0%

% within

pemanfaatan anc

57.7% 3.4% 20.2% % of Total 17.9% 2.4% 20.2% tidak ada

pemberian informasi

Count 11 56 67

Expected Count 20.7 46.3 67.0 % within

dukungan petugas kesehatan

16.4% 83.6% 100.0%

% within

pemanfaatan anc

42.3% 96.6% 79.8% % of Total 13.1% 66.7% 79.8%

Total Count 26 58 84

Expected Count 26.0 58.0 84.0 % within

dukungan petugas kesehatan


(3)

% within

pemanfaatan anc

100.0% 100.0% 100.0% % of Total 31.0% 69.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 32.724a 1 .000

Continuity Correctionb 29.449 1 .000

Likelihood Ratio 31.794 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

32.334 1 .000

N of Valid Cases 84

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26. b. Computed only for a 2x2 table

Kepercayan Terhadap Dukun Bayi * Pemanfaatan ANC

Crosstab

pemanfaatan anc

Total memanfaatkan

tidak memanfaatkan kepercayan terhadap

dukun bayi

tidak percaya

Count 18 4 22

Expected Count

6.8 15.2 22.0

% within kepercaya n terhadap dukun bayi

81.8% 18.2% 100.0%

% within pemanfaat an anc

69.2% 6.9% 26.2%

% of Total


(4)

percaya Count 8 54 62 Expected

Count

19.2 42.8 62.0 % within

kepercaya n terhadap dukun bayi

12.9% 87.1% 100.0%

% within pemanfaat an anc

30.8% 93.1% 73.8%

% of Total

9.5% 64.3% 73.8%

Total Count 26 58 84

Expected Count

26.0 58.0 84.0 % within

kepercaya n terhadap dukun bayi

31.0% 69.0% 100.0%

% within pemanfaat an anc

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total

31.0% 69.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 36.084a 1 .000

Continuity Correctionb 32.932 1 .000 Likelihood Ratio 35.399 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association


(5)

N of Valid Cases 84

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.81. b. Computed only for a 2x2 table

Dukungan Keluarga Kategori * Pemanfaatan ANC Crosstab

pemanfaatan anc

Total memanfaatkan

tidak memanfaatkan dukungan keluarga

kategori

mendukung Count 24 11 35

Expected Count 10.8 24.2 35.0

% within dukungan keluarga kategori

68.6% 31.4% 100.0%

% within pemanfaatan anc

92.3% 19.0% 41.7%

% of Total 28.6% 13.1% 41.7%

tidak mendukung

Count 2 47 49

Expected Count 15.2 33.8 49.0

% within dukungan keluarga kategori

4.1% 95.9% 100.0%

% within pemanfaatan anc

7.7% 81.0% 58.3%

% of Total 2.4% 56.0% 58.3%

Total Count 26 58 84

Expected Count 26.0 58.0 84.0

% within dukungan keluarga kategori


(6)

% within pemanfaatan anc

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 31.0% 69.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 39.731a 1 .000

Continuity Correctionb 36.770 1 .000

Likelihood Ratio 43.659 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

39.258 1 .000

N of Valid Cases 84

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.83. b. Computed only for a 2x2 table


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

16 87 148

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

3 68 148

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013

1 12 23

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013

0 0 14

I. Identitas Responden - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 1 44

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 4 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012 TESIS

0 0 18

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 0 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012 TESIS

0 0 18

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDONG BANTUL TAHUN 2016 Naskah Publikasi - FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDONG BANTUL TAHUN 2016 - D

0 0 14