Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Bentuk 2.1.1. Pengenalan Bentuk Geometri Pengenalan merupakan aspek penting yang menjadi tujuan

  suatu kegiatan pembelajaran di mana anak dapat mengenal apa yang telah dipelajari, didengar dan dialaminya. Menurut Rusefendi (dalam Benu 2013); menjelaskan bahwa “apabila anak mengenali sesuatu, ini berarti bahwa anak mengerti tentang sesuatu tetapi masih dalam tahap pengertian yang rendah, dan sebelum anak mengenal sebuah konsep maka anak harus terlebih dahulu melewati tahapan-tahapan pengetahuan”.

  Geometri merupakan cabang ilmu matematika yang membahas tentang benda-benda, luas permukaan, titik-titik, garis- garis, sudut-sudut beserta hubungan yang tercipta dan geometri merupakan suatu ilmu matematika yang terkait dengan bentuk, ukuran dan pemposisian (Budiyono,2011). Dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa bentuk geometri merupakan dasar awal anak belajar ilmu matematika dan geometri merupakan bagian dari suatu bentuk benda yang konkret.

  (dalam

  The National Council of Teacher of Mathematics

  Carol & Barbara,2008) mengemukakan bahwa standar geometri yang menjadi acuan untuk mengukur kemampuan mengenal bentuk geometri anak usia 4-12 tahun yaitu: 1.

  Anak dapat mengenal bentuk geometri 2. Anak dapat menyebut bentuk geometri 3. Anak dapat menggambarkan suatu bentuk geometri 4. Anak dapat membentuk geometri 5. Anak dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan dari 2 bentuk geometri atau lebih

2.1.2. Jenis Jenis Bentuk Geometri

  Anak usia 4-5 tahun berada pada masa peka dan dengan karakternya yang unik. Rasa ingin tahu anak yang tinggi memberikan peluang yang cukup baik dalam upaya menstimulasi agar anak mengalami perkembangan kognisi khususnya kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna secara optimal.

  DEPDIKNAS (2002), menjelaskan bahwa indikator perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun hendaknya menguasai 7 jenis bentuk geometri yaitu lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segi tiga, segi enam, belah ketupat dan trapesium. Dapat dijelaskan beberapa bentuk geometri sebagai berikut: 1.

  Lingkaran Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia (2008), lingkaran adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat. Anak dapat mengenal bentuk lingkaran dengan cara bermain berpegangan tangan membentuk

  Gambar 2.1 Lingkaran 2.

  Bujur Sangkar Suatu bentuk yang memiliki 4 sisi, 4 sudut tegak lurus dan 2 buah sisi yang sejajar atau paralel ( Wikipedia, 2008).

  Gambar 2.2 Bujur Sangkar/ Persegi Empat

3. Segi Tiga

  Segitiga yaitu bidang yang bersisi tiga yang dibentuk dengan cara menghubungkan ketiga buah titik dengan jarak yang sama.

  Gambar 2.3 Segitiga 4.

  Persegi Panjang Menurut Poerwadarminta (1997), persegi panjang yaitu persegi yang dua sisinya tidak sama panjang. Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya dan memiliki empat buah titik.(Wikipedia, 2008)

  Gambar 2.4 Persegi Panjang 5.

  Jajaran Genjang Jajaran Genjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya dan masing-masing memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang masing-masing sama besar dengan sudut yang dihadapnya.(wapedia.mobi/id/jajar.genjang;2008).

  Gambar 2.5 Jajaran Genjang

6. Belah Ketupat

  Belah ketupat memiliki sisi yang berurutan sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar ( KBBI, 2008).

  Gambar 2.6 Belah Ketupat 7.

  Trapesium Trapesium adalah bangunan segi empat yang dua buah sisinya sejajar tetapi tidak sama panjang ( KBBI, 2008).

  Gambar 2.7 Trapesium 2.2.

   Pengenalan Ukuran 2.2.1. Pengertian Ukuran

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; “Ukuran” berasal dari kata ukur yang berarti “ sukat, pengukur, ukuran, selayaknya atau sudah tentu”. Mengukur berarti “menghitung ukurannya (panjang, besar, luas, tinggi dan sebagainya) dengan alat tertentu, menilai mutu dengan cara membandingkan, menguji, mencoba, mengira dan sebagainya. Ukuran berarti “hasil mengukur, panjang, lebar, luas, besar sesuatu atau format, bilangan yang menunjukkan besar suatu ukuran suatu benda, alat untuk mengukur misalnya penggaris, meteran dan jengkal”.

  Dari sumber di atas dapat diketahui bahwa ukuran (panjang- pendek, lebar-sempit, besar-kecil, jauh-dekat, tebal-tipis) merupakan suatu hasil definisi yang diperoleh dari kegiatan mengukur dengan alat tertentu terhadap suatu benda. Berkaitan dengan kemampuan anak mengenal ukuran suatu benda, anak dapat melakukan suatu proses pengukuran untuk dapat mendefinisikan ukuran suatu benda. Dengan memahami konsep ukuran ( panjang-pendek, lebar-sempit, besar-kecil, jauh-dekat, tebal-tipis) maka anak dapat mengartikan dan membandingkan ukuran benda yang satu dengan yang lainnya.

  Minat dan kemampuan anak usia 4-5 tahun untuk menggunakan pengukuran berkembang dari pengalaman- pengalaman dengan penggolongan, pembandingan, dan penyusunan. Biasanya anak usia 3-5 tahun tidak menggunakan satuan-satuan standar untuk mengukur seperti meteran pita atau mistar. Untuk itu, mereka menggunakan satuan-satuan sesukanya untuk mengukur seperti menggunakan jumlah langkah, panjangnya lengan, balok- balok atau paper clips.

  Dalam mendiskusikan ukuran, anak-anak menggunakan suatu analog untuk menyatakan ukuran suatu benda seperti “kami membuat benteng yang sama besarnya seperti anjing saya”. Anak- anak memerlukan pengalaman dalam mengukur benda-benda agar mendapat konsep tentang ukuran benda yang akrab di sekitar mereka (Carol & Barbara,2008).

2.2.2. Manfaat Mengenal Ukuran

  Ketika anak-anak memiliki kesempatan untuk melakukan pengukuran dengan membandingkan ukuran benda-benda dalam pengalaman-pengalaman langsungnya, dengan sendirinya anak mempelajari konsep pengukuran. Lewat pengalaman-pengalaman ini, anak-anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep- konsep pengukuran yang akan membantu mereka menggunakan lebih banyak satuan-satuan standar untuk mengukur seperti mistar dan timbangan saat mereka berada di jenjang sekolah dasar (Carol & Barbara,2008).

2.2.3. Kajian Penelitian Yang Relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2014) yang berjudul “Upaya meningkatkan konsep bentuk, warna ukuran dan pola melalui media playdough pada anak kelompok A TK aisyiyah II sroyo”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dan menggunakan model siklus, Subjek dari penelitian ini adalah anak-anak kelompok A TK Aisyiyah II Sroyo yang berjumlah 21 anak.

  Data yang digunakan adalah hasil wawancara guru, hasil tes unjuk kerja, dan hasil observasi. Sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes unjuk kerja, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Target keberhasilan penelitian adalah 75% dari jumlah anak atau sekitar 16 anak dari 21 anak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola pada anak kelompok A TK Aisyiyah II Sroyo meningkat melalui media playdough. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase mulai dari prasiklus, yaitu 19,05% (4 anak dari 21 anak), menjadi 42,86% (9 anak dari 21 anak) pada siklus I, kemudian 80,95% (17 anak dari 21 anak) pada siklus II. Simpulan dari penelitian ini adalah konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola pada anak kelompok A TK Aisyiyah II Sroyo Tahun Ajaran 2014/2015 dapat meningkat melalui penggunaan media playdough dalam kegiatan pembelajaran.

  Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Quroisin (2015) yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Bentuk Geometri Dengan Menggunakan Media Alam SekitarKelompok B TK PGRI 79/03

  Ngaliyan Semarang”.Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan masing-masing siklus terdapat perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sumber data adalah siswa Kelompok B TK PGRI 03/79, Ngaliyan, Semarang melalui kegiatan pembelajaran yang lebih menarik menggunakan media alam sekitar dengan benda yang disesuaikan dengan tema sebagai sumber belajar terbukti mampu meningkatkan kemampuan bentuk geometri anak, yaitu terlihat dari lembar data hasil pengamatan pada saat kegitan pembelajaran bentuk geometri berlangsung. Pada siklus I diperoleh hasil 63% peningkatan kemampuan pembelajaran bentuk geometri pada siklus II diperoleh hasil 77% dan peningkatan kemampuan bentuk geometri pada siklus III diperoleh hasil 88%, dengan hasil tersebut menujukkan bahwa penelitian ini berhasil karena melebihi target indikator penelitian sebesar 81%.

  Penelitian yang dilakukan oleh Choiriyah (2015) yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif dalam konsep bentuk, ukuran dan warna melalui kegiatan bermain playdough pada anak kelompok B di TK mawar tanggung gunung kecamatan tanggung gunung kabupaten tulungagung”. Jenis penelitian ini penulis memakai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini adalah anak didik kelompok B PAUD Mawar Tanggunggunung Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tanggunggunung yang berjumlah 15 anak didik.Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data, menggunakan teknik observasi.

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diketahui hasil ketuntasan siklus II ketuntasan belajar anak meningkat baik menjadi 60,97%, dan pada tindakan siklus III ketuntasan belajar anak meningkat baik menjadi 93,24%, siklus sehingga diperoleh hasil yang lebih bagus. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui kegiatan playdough dapatmeningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bentuk, ukuran da warna pada anak kelompok B PAUD Mawar Tanggunggung Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung

2.2.4. Standart Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Berdasarkan (PERMENDIKBUD NO 137 TAHUN 2014) Sebagai Berikut :

Tabel 2.1 Indikator Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan Lingkup Perkembangan Usia 4-5Tahun KOGNITIF 1.

  Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal benda dengan membedakan bendaa berdasrkan bentuk dan ukuran (besar:kecil panjang:pendek).

  2. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal benda dengan memasngkan benda dengan pasangannya.

  3. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu mengenal benda berdasarkan bentuk,ukuran dan warna melalui kegiatan mengelompokkan. 4. mengenal konsep

  Mampu besar:kecil,banyak:sedikit,panjang:pendek,bera t:ringan,tinggi:rendah melalu kegiatan membandingkan.

  5. Melaksanakan perintah sederhana sesuai dengan aturan yang disampaikan (aturan makan bersama).

6. Menghubungkan benda-benda konkret dengan lambang bilangan 1-10.

  7. Menghargai penampilan karya seni anak lain dengan bimbingan (dengan bertepuk tangan dan memuji).

2.3. Pengenalan Warna 2.3.1. Pengertian Warna

  Sanyoto (dalam Mayang,2004) mendefenisikan warna secara fisik dan psikologis.Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan.Ali Nugraha (dalam Benu,2013) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. Terdapat tiga unsur yang penting dari pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya.Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diinterpretasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa warna merupakan cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh benda- benda yang kemudian diterima oleh mata sebagai panca indera untuk

  Teori Brewster (dalam Benu,2013) menegaskan bahwa Warna-warna yang ada di alam terdiri dari 4 kelompok warna yaitu warna primer, sekunder, tersier dan netral.

  1. Warna Primer Warna primer adalah warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Jenis warna primer yaitu merah, kuning dan biru.

  2. Warna Sekunder Warna sekunder merupakan warna hasil pencampuran antara warna-warna primer dengan takaran yang sama dan merupakan hasil campuran dua warna primer.

  3. Warna Tersier Warna tersier merupakan warna yang dihasilkan dari pencampuran antara salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder, misalnya warna merah dicampur dengan warna kuning menghasilkan warna jingga tua (warna sekunder) setelah itu warna kuning (warna primer) dicampur dengan warna jingga tua (warna sekunder) menghasilkan warna jingga kekuningan (warna tersier).

4. Warna Netral

  Warna netral merupakan hasil pencampuran antara ketiga jenis warna dengan porsi yang sama.

2.3.2. Manfaat Mengenal Warna

  Pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak usia dini disesuaikan dengan kurikulum PAUD/TK. Di dalam kurikulum yang menjadi standar perkembangan anak mengenai 5 aspek perkembangan terdapat indikator-indikator perkembangan yang harus dicapai anak dalam rentang usia tertentu. Kemampuan anak mengenal Warna merupakan salah satu indikator aspek

  Menurut ahli pendidikan, mengenalkan warna kepada anak dapat membantu anak mengkonstruksikan pengetahuan anak berdasarkan objek (dalam Mayang,2004).Usaha anak mengenal warna dapat dikembangkan dan ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran melalui bermain PlayDough di mana anak dapat mengenal jenis warna (primer, sekunder, tersier dan netral) yang terdapat dalam permainan adonan tersebut (PlayDough). Kemampuan anak mengenal warna merupakan salah satu indikator perkembangan dalam bidang pengembangan kognitif yang harus dicapai anak usia 4-5 tahun.

  Anak belajar dan menanamkan pengetahuan yang diperoleh dalam benaknya bila ia menemukan sendiri kebenaran tentang sesuatu (pengalaman belajar). Melalui kegiatan bermain PlayDough yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, anak dapat menemukan sendiri pengetahuan mereka untuk mengenal jenis warna dengan kegiatan membuat adonan tepung yang berwarna- warni dari pencampuran warna primer dan dengan kegiatan itulah anak dapat menanamkan konsep warna dalam benaknya.

2.4. Karakteristik Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Bagi Anak Usia 4-5 Tahun

  Anak usia 4-5 tahun berada pada masa peka dan dengan karakternya yang unik. Rasa ingin tahu anak yang tinggi memberikan peluang yang cukup baik dalam upaya menstimulasi agar anak mengalami perkembangan kognisi khususnya mengenal bentuk, ukuran dan warna dengan optimal. DEPDIKNAS (2002); menjelaskan Karakteristik pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna bagi anak usia4-5 tahun yakni: 1.

  Anak usia 4-5 tahun mampu mengenal 7 bentuk geometri seperti lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segitiga, segi enam, belah ketupat dan trapesium

  Pengenalan berbagai bentuk dari kurva, seperti garis lurus, garis lengkung, garis miring kanan dan kiri, garis datar dan tanda silang.

  3. pengenalan warna bergradasi mulai dari warna primer yaitu merah, kuning dan biru, lalu pada warna sekunder yaitu hijau, ungu dan jingga, dan pada warna tersier ( cokelat) hingga pada warna hitam dan putih.

4. Pengenalan ukuran seperti berat, ringan, besar dan kecil, tinggi dan rendah serta panjang dan pendek.

  Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dipahami bahwa pengenalan bentuk, ukuran dan warna kepada anak hendaknya berawal dari hal yang mendasar menuju hal yang kompleks. Seperti pengenalan bentuk, berawal dari bentuk yang sederhana seperti garis lurus, garis lengkung, garis miring kanan dan kiri, garis datar dan tanda silang hingga ke bentuk berikutnya seperti segitiga, lingkaran, persegi yang kemudian berkembang menjadi bentuk tiga dimensi seperti bola, kubus dan kerucut. Pengenalan warna pun demikian, yakni warna yang dikenalkan harus berawal dari warna dasar (primer) seperti merah, kuning dan biru kemudian warna sekunder yaitu hijau, ungu dan jingga, dan berkembang ke warna tersier (cokelat) hingga pada warna hitam dan putih. Sama halnya dengan ukuran yang diperkenalkan yakni ukuran yang sederhana seperti berat, ringan, besar dan kecil, tinggi dan rendah serta panjang dan pendek.

  Hal ini diperkuat oleh pandanganMontolalu (2008) bahwa, anak usia 4-5 tahun perlu dikembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah serta menemukan hubungan sebab akibat yang meliputi aspek sebagai berikut:

  1. Mengelompokkan, memasangkan benda yang sama dan sejenis atau sesuai pasangannya.

  2. Menyebutkan 7 bentuk seperti (lingkaran, bujur sangkar, segi tiga, segi panjang, segi enam, belah ketupat, trapesium).

  3. Membedakan beragam ukuran.

  4. Menyebutkan bilangan 1-10.

  5. Mengelompokkan lebih dari 5 warna dan membedakannya.

  6. Menyusun kepingan hingga menjadi bentuk utuh.

  7. Mencoba menceritakan apa yang terjadi jika warna dicampur, biji ditanam, balon ditiup, besi berani didekatkan dengan macam-macam benda, melihat dengan kaca pembesar dan sebagainya .

  8. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran dengan 2 variasi.

  9. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna.

  Dari beberapa indikator perkembangan kognitif di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia 4-5 tahun pada umumnya sudah dapat: (1) Mampu membedakan jenis-jenis bentuk geometri, ukuran dan warna pada saat membentuk adonan PlayDough, (2) Menyebutkan bentuk-bentuk geometri, ukuran dan warna sesuai hasil membentuk dari PlayDough, (3) Mengelompokan benda hasil bentukan sesuai bentuk, ukuran dan warna, (4) Memasangkan bentuk, ukuran dan warna benda dari PlayDough dan (5) Mengurutkan benda menurut bentuk, ukuran dan warna tertentu.

2.5. Bermain Playdough 2.5.1. Pengertian Playdough

  Secara Etimologi, PlayDough berasal dari bahasa Inggris dari dua suku kata yaitu “Play” yang berarti permainan atau bermain- main dan “Dough” yang berarti adonan (KBBI,2008), jadi secara harafiah PlayDough merupakan suatu jenis permainan yang menggunakan adonan tepung yang berwarna-warni yang dapat dibentuk dengan tangan menyerupai bentuk yang diinginkan.

2.5.2. Manfaat Bermain Playdough

  Swartz (2005/

  PlayDough: What’s Standart) menjelaskan

  bahwa, bermain PlayDough memberikan pengalaman yang memuaskan bagi anak dan bukan hanya merupakan sebuah aktifitas yang menyenangkan tetapi juga merupakan suatu pengalaman pembelajaran aktif yang dapat mengembangkan kemampuan anak di berbagai domain.

  Anak-anak belajar secara baik melalui aktifitas manipulasi di mana mereka dapat melihat efek yang mereka miliki di dunia dan di sekitar mereka.Banyak pengalaman ini datang melalui bermain.Pengalaman kreatif dengan bahan-bahan seperti PlayDough menawarkan kepada anak-anak banyak kesempatan belajar yang berharga. Sebagai contoh dalam sketsa artikel Swart diatas, anak- anak bekerja bersama rekan-rekan mereka, berkomunikasi tentang ide mereka melalui bahasa lisan, mengekspresikan sendiri dengan pengalaman bermain PlayDough yang memungkinkan anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan cara yang berbeda.

  Swartz (2005/dalam jurnal Young Children), menjelaskan beberapa manfaat PlayDough bagi pencapaian perkembangan anak yakni.

  1. Mengembangkan kemampuan sosial emosional Interaksi dengan PlayDough memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan sendiri dengan cara yang unik dan kreatif. Bermain membantu anak untuk memperoleh rasa kompetisi yang mendukung pengembangan konsep diri yang sehat. Anak-anak sering mengekspresikan kebanggaan atas keberhasilan ketika mereka menggunakan adonan PlayDough dengan cara yang terarah.

  Beberapa kemampuan sosial yang dikembangkan melalui kegiatan bermain PlayDough yakni; a) menunjukkan kepercayaan diri dalam berbagai kemampuan dan mengekspresikan kebanggaan dalam prestasi, b) meningkatkan kemampuan untuk beriteraksi dengan teman sebaya, saling menunjukkan kemampuan untuk menggunakan kompromi dan diskusi pada saat bermain dan menyelesaikan konflik dengan teman sebaya, serta d) mengembangkan kemampuan untuk memberi dan menerima interaksi, dan menunggu giliran.

  2. Mengembangkan kemampuan bahasa Bermain drama simbolis dan konstruktif dalam bermain

  PlayDough memungkinkan anak-anak untuk meningkatkan

  kemampuan bahasa mereka. Mereka berlatih mendengarkan, memahami, berbicara, dan berkomunikasi karena satu sama lain terlibat untuk menegosiasikan peran dan terlibat dalam percakapan dengan teman sebaya dan guru. Bermain PlayDough mendorong anak-anak untuk menggambarkan dan merefleksikan apa yang mereka lakukan serta anak-anak sering menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka dengan menciptakan cerita atau deskripsi dari apa yang telah mereka ciptakan.

  3. Mengembangkan kemampuan matematika (kognitif) Melalui bermain PlayDough anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui aktifitas eksplorasi aktif(trial

  and error ), interaksi dan diskusi dengan teman sebaya, anak juga

  dapat meningkatkan kemampuan untuk mengklasifikasikan, membandingkan, dan kontras benda, peristiwa, dan pengalaman.Melalui pemberian tugas yang diberikan oleh guru dalam bermain PlayDough , anak dapat meningkatkan fleksibilitas, imajinasi dan daya cipta, menumbuhkan ide, menumbuhkan minat dan kesadaran angka dan menghitung sebagai sarana untuk memecahkan masalah dan menentukan kuantitas. Anak mulai menggunakan bahasa untuk membandingkan jumlah benda dengan menggunakan istilah seperti lebih, kurang, lebih besar, kurang dari dan sama dengan, menggabungkan atau memisahkan benda menurut jumlah, bentuk, warna dan ukuran benda konkret serta membangun pemahaman tentang pemposisisan benda seperti di atas, di bawah, di dalam, di luar, di depan dan di belakang.

  4. Mengembangkan kemampuan seni dan kreativitas Bermain PlayDough memberikan peluang bagi anak untuk mengekspresikan diri melalui seni dan terlibat dalam bermain dramatis di mana anak berinteraksi dengan bahan mainan dan teman sebaya. Sebagai contoh; Jeane seorang anak berusia 3 tahun menciptakan berbagai obyek dan berpikir simbolis dan memberikan nama pada hasil kreasinya itu.Ia menggulung adonan antara tangan dan membuat ular panjang, kemudian mengambil sepotong adonan dan meremas lalu memutar kembali dan membalik antara kedua tangannya kemudian dia berkata “saya membuat cacing!” lalu mengulangi perbuatan tersebut.

5. Mengembangkan kemampuan fisik motorik halus anak

  Anak belajar melalui pengalaman taktil, mengamati dan merenungkan bagaimana bahan mainan, merasakan dan melakukan perubahan.Adonan (PlayDough) adalah media yang sempurna untuk menciptakan, mengamati dan berpikir tentang perubahan.Anak-anak belajar tentang sifat-sifat adonan (PlayDough) melalui fingering awal mereka yakni dengan meremas dan menusuk.Mereka belajar bahwa itu ditempa, halus untuk sentuhan, dan mereka tahu bahwa mereka dapat mengubahnya dan memulai untuk mengubahnya. Sebagai anak- anak yang mendiskusikan apa yang mereka buat dengan PlayDough , mereka sering terlibat dalam pemikiran ilmiah.

  Dari penjelasan ini, dapat memberikan suatu pemahaman bahwa dengan bermain PlayDough memberikan berbagai berbagai potensi yang dimilikinya seperti kemampuan sosial emosional, bahasa, kognitif yakni kemampuan mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna, seni dan kreatifitas serta kemampuan fisik motorik halus anak.

2.5.3. Langkah-langkah Bermain Playdough

  Menurut Nursisto (1999: 6-7), kemampuan belajar siswa jadi lebih baik jika kemampuan kreativitasnya juga ikut dilibatkan. Pada dasarnya semua siswa memiliki kreatif dalam dirinya yang harus dikembangkan agar hidup jadi semangat dan produktif. Kesadaran akan kemampuan kreativitas ini harus dilatih untuk memacu keberhasilan siswa demi menyongsong masa depan.

  Langkah-langkah yang perlu disiapkan untuk bermain

  playdough adalah :

  1. Alat dan Bahan Guru menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk membuat yaitu; tepung terigu (1 kg), minyak sayur (250 gr),

  PlayDough

  serbuk pewarna makanan (warna-warni), garam dan air secukupnya.

  Anak diperkenankan untuk mengambil alat yang diinginkan seperti pisau mainan, benda halus untuk menggilas dan alat mencetak yang dibutuhkan pada saat membentuk PlayDough.

  2. Kegiatan Pertama-tama guru mengenalkan playdough kepada anak- anak, dari segi warna tekstur dan bahan-bahan membuat

  playdough. Kemudian guru membagikan playdough ke anak-

  anak berjumlah 3 dengan warna yang berbeda, dan guru menuntun anak untuk bermain playdough dengan tema “RUMAH”. Dengan tema tersebut guru dapat memberi contoh kepada anak dengan cara mengenalkan bentuk misalnya saja perintah untuk menirukan apa yang sudah di buat oleh gurunya.

  Setelah mereka selesai membuat benda tersebut, mereka diminta untuk menceritakan hasil karyanya kepada teman- temannya dan teman lainnya dapat menyimak dan memberikan pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan benda yang dibentuk.Setelah itu guru dan anak lainnya memberikan penghargaan atas hasil karya yang telah dibuat anak dengan memberikan pujian atau tepukan tangan.

2.5.4. Proses Pengenalan Bentuk, Ukuran Dan Warna Melalui Bermain Playdough 1.

  Proses Pengenalan Bentuk Tidak hanya mengembangkan daya kreatifitas anak di bidang seni, bermain PlayDough juga berfungsi untuk mengembangkan potensi kognitif anak yang berkaitan dengan kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri yang ada di lingkungan sekitar. Melalui bermain PlayDough, anak dapat melakukan eksperimen dengan adonan untuk membentuk benda- benda dengan bentuk-bentuk geometris yang berbeda. Anak tidak hanya mengenal bentuk-bentuk geometri dari balok atau gambar yang sudah tersedia, tetapi anak lebih aktif untuk menemukan sendiri bagaimana bentuk-bentuk geometri tersebut dapat menjadi suatu bentuk yang ideal melalui kegiatan membentuk menggunakan adonan PlayDough. Misalnya anak mampu membuat bola (lingkaran), membuat meja (persegi panjang), membuat kursi (persegi empat), membentuk atap rumah (segi tiga) dan bentuk-bentuk lain yang diketahui anak.Guru dapat memperkenalkan bahwa bola yang dibentuk disebut lingkaran, meja itu disebut persegi panjang, kursi itu disebut persegi empat, atap rumah itu berbentuk segi tiga dan guru dapat mengarahkan trapesium dan belah ketupat mengikuti contoh yang dibuat oleh guru menggunakan PlayDough.

2. Proses Pengenalan Ukuran

  Proses awal anak mengenal ukuran melalui bermain

  PlayDough dapat dilihat kegiatan anak mencampur PlayDough

  dengan takaran bahan-bahan yang sama atau seimbang. Dalam kegiatan itu, anak menggunakan sendok untuk mengukur tepung pewarna, mengukur air yang dimasukan kedalam wadah menggunakan gelas, mengukur tepung terigu yang akan dimasukan kedalam wadah yang sudah berisi air berwarna dengan sendok, mengukur banyaknya garam dengan sendok, dan mengukur minyak dengan takaran yang sama dengan menggunakan sendok pula (anak mengenal istilah ukuran seperti; lebih banyak-lebih sedikit, sama-tidak sama). Selain itu, proses anak mengenal ukuran terlihat dari kegiatan pengukuran terhadap suatu benda yang dibentuk sendiri menggunakan PlayDough.

  Misalnya Anak dapat membentuk binatang tertentu dengan ukuran yang berbeda, setelah itu guru mengarahkan anak untuk mengukur atau membandingkan bentuk binatang yang sudah dibentuk dengan hasil bentukan teman lain. menggunakan untuk mengukur panjang-pendek dan tinggi-rendahnya bentuk binatang tersebut. Anak juga dapat membandingkan bentuk orang dari PlayDough, di mana anak dapat mengukur tinggi orang, membandingkan besar kepala, perut, panjang kaki dan tangan serta menyusun bulatan (bola) dari ukuran yang paling besar hingga yang terkecil.Sangat terlihat bahwa melalui kegiatan ini anak dapat menemukan sendiri konsep berbagai ukuran yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan anak mengenal ukuran.

  3. Proses Pengenalan Warna saat anak mencampur adonan PlayDough. Pada saat itu, selain anak mengukur anak juga dapat mengenal jenis warna seperti warna merah, kuning dan biru (warna primer), jingga tua, ungu, hijau (warna sekunder) serta warna lainnya melalui kegiatan mencampur warna dalam wadah berisi air dengan tujuan agar memberi warna-warni pada adonan PlayDough sehingga lebih menarik pada saat anak membentuk benda yang diinginkan. Guru dapat terlibat dalam kegiatan ini untuk memperkenalkan kepada anak bahwa hasil pencampuran warna yang dilakukan sendiri tersebut merupakan hasil campuran dari warna dasar, atau dari warna sekunder, dari warna tersier ataukah menghasilkan warna netral. Maka, dari pengalaman anak dengan warna yang ditemukan sendiri, anak akan lebih mengerti dan mengenal dengan jelas dan pasti jenis warna yang dihasilkannya juga didukung oleh bimbingan guru.

2.6. Kerangka Berpikir

  

Bagan 1

2.7.

   Hipotesis

  Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah: melalui metode bermain

  playdough (plastisin) dapat meningkatkan kemampuaan anak untuk mengenal

  bentuk,ukuran dan warna pada anak usia dini di TK bangun putra,tlogo kelompok A.

  Kondisi awal Siklus II perbaikan siklus I

  

Guru belum

menggunakan metode

pembelajaran dengan

menggunakan

  

Playdough

Peneliti melakukan pembelajaran mengenal bentuk,

ukuran dan warna

dengan media playdough

  Tindakan

  Kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna masih rendah

  Kondisi akhir

  

Dengan media

Playdough telah dapat

meningkatkan

kemampuan mengenal

bentu, ukuran dan

warna melalui

playdough

  Siklus I menyusun tindakan memberi tindakan observasi refleksi tindakan

  Meningkatkan kemampuan mengenal bentuk ukuran dan warna

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Problem Solving pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Semester I Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Problem Solving pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Semester I Tahun Ajaran 2016/2017

0 0 69

BAB II TELAAH PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stratifikasi Klaster UMKM dan Pendanaan

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mapping Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kebumen

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mapping Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kebumen

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mapping Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kebumen

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mapping Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kebumen

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mapping Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kebumen

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mapping Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kebumen

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Pada SMP Negeri Wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 14