BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas - Analisis Lokasi Terhadap Kinerja Terminal Kartasura Tahun 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak, Luas, dan Batas

a. Letak Terminal Kartasura terletak di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Sebelumnya letak terminal bus berada di pusat kota, yaitu di daerah Jalan Ahmad Yani di depan Pasar Kartasura, kemudian dipindahkan di Kelurahan Wirogunan. Tujuan Pemindahan adalah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di dalam kota yaitu di Jalan Ahmad Yani. Akses untuk menuju Terminal Kartasura dapat melalui Jalan Amarta Raya (akses pintu masuk timur) dan Jalan Prawira Marta (akses pintu masuk barat). Letak Astronomis Terminal Kartasura

antara 7 0 32’32”LS - 7 0 32’48”LS dan 110 0 44’01”BT - 110 0 44’12”BT.

b. Luas Sebagai terminal tipe B Terminal Kartasura mempunyai luas lahan yang cukup luas. Berdasarkan observasi lapangan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) Terminal Kartasura mempunyai luas lahan total 6,8 ha, yang semuanya berupa areal terminal meliputi fasiltas sarana-prasarana penunjang, baik sarana utama ataupun sarana penunjang terminal.

c. Batas Terminal Kartasura secara langsung berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara dan Timur : Desa Ngabeyan

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Wirogunan dan Desa Kertonatan

3. Sebelah Barat

: Kelurahan Wirogunan

Untuk lebih jelasnya mengenai letak dan batas Terminal Kartasura dapat dilihat pada peta 1.

2. Keadaan Terminal Kartasura

a. Gambaran Umum Terminal Kartasura terletak di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dibangun pada tahun 2003. Bila ditinjau dari jenisnya, Terminal Kartasura tersebut adalah merupakan terminal penumpang tipe B, yaitu prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda atau kendaraan serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum serta tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian sistem arus angkutan umum penumpang yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk, angkutan antar kota antar propinsi (AKAP), angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota (Angkota), dan angkutan pedesaan (Angkudes).

Namun sejak dibangun hingga sekarang, Terminal Kartasura tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Masyarakat pengguna angkutan umum dan operator kendaraan kurang memanfaatkan terminal ini sebagai pusat kegiatan. Hingga saat ini Terminal Katasura kurang berkembang, bangunan ruko yang mengeklilingi terminal hanya sebagian kecil saja yang terisi dan kondisinya sudah tidak terawat lagi. Kondisi ini juga berdampak pada penurunan income retribusi pendapatan setiap tahunya, sehingga membuat terminal ini menjadi kurang berkembang. Keadaan ini juga berdampak pada kondisi sarana-prasarana terminal yang kondisinya kurang terawat dan sangat merugikan pengguna yang memanfaatkan terminal.

Gambar 4. Foto Kondisi Terminal Kartasura Gambar 4. Foto Kondisi Terminal Kartasura

Tabel 6. Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang di Terminal Kartasura

No

FASILITAS UTAMA

FASILITAS PENUNJANG

1 Areal keberangkatan

Kamar kecil/toilet

2 Areal kedatangan

Musholla

3 Areal menunggu bus (areal istirahat)

Kios/kantin

4 Areal lintas

Ruang pengobatan

5 Areal tunggu penumpang

Ruang informasi/pengaduan

6 Menara pengawas

Telepon umum/wartel

7 Loket penjualan karcis

Taman.

8 Rambu-rambu dan papan informasi

Pelataran parkir kendaraan pengantar dan atau taksi

Sumber: UPT Terminal Kartasura

c. Sirkulasi Penumpang dan Kendaraan

1) Sirkulasi Penumpang Sirkulasi penumpang di Terminal Kartasura masih belum teratur dengan baik. Hal ini disebabkan karena penataan ruang dan sistem pergerakan di dalam terminal. Keadaan ini terjadi dikarenakan ruang sirkulasi penumpang tidak terpusat pada satu titik dan juga ruang sirkulasi masih bercampur dengan ruang tunggu, sehingga mengakibatkan sirkulasi penumpang kurang tertata dengan baik. Dengan keberadaan pedagang asongan dan para pedagang kios atau ruko yang memakan sebagian ruang sirkulasi sehingga mengakibatkan arus sirkulasi penumpang di dalam 1) Sirkulasi Penumpang Sirkulasi penumpang di Terminal Kartasura masih belum teratur dengan baik. Hal ini disebabkan karena penataan ruang dan sistem pergerakan di dalam terminal. Keadaan ini terjadi dikarenakan ruang sirkulasi penumpang tidak terpusat pada satu titik dan juga ruang sirkulasi masih bercampur dengan ruang tunggu, sehingga mengakibatkan sirkulasi penumpang kurang tertata dengan baik. Dengan keberadaan pedagang asongan dan para pedagang kios atau ruko yang memakan sebagian ruang sirkulasi sehingga mengakibatkan arus sirkulasi penumpang di dalam

2) Sirkulasi Kendaraan Sistem pergerakan di Terminal Kartasura melalui 4 (empat) pintu, yaitu pintu masuk dan keluar timur, pintu masuk barat, pintu keluar utara, dan pintu keluar selatan. Berikut pola perjalanan masuk dan keluar ke Terminal Kartasura:

a) Perjalanan Masuk Terminal Kartasura Perjalanan Kendaraan Bus dari arah Solo ke Terminal Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah Solo ke terminal, dari ruas jalan Ahmad Yani belok kanan masuk ruas jalan Adi Sumarmo, berjalan lurus hingga pada simpang Kabulog Kartasura belok kiri ke jalan Amarta Raya menuju terminal Karatasura melalui akses pintu masuk timur.

Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Semarang ke Terminal Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah semarang ke terminal, dari ruas jalan

Diponegoro belok kiri masuk ruas jalan Prawira Marta, Berjalan lurus pada perumahan Bumi Kranggan Asri belok kanan menuju terminal Kartasura melalui akses pintu masuk barat.

Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Yogyakarta ke terminal Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah Yogyakarta ke terminal, dari ruas

jalan Jenderal Sudirman lurus hingga pada simpang tugu Kartasura belok kiri masuk ruas jalan Diponegoro belok kanan masuk ruas jalan Prawira Marta, berjalan lurus hingga pada Perumahan Bumi Kranggan Asri belok kanan menuju terminal Kartasura melalui akses pintu masuk barat.

b) Perjalanan Keluar Terminal Kartasura Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Terminal ke Solo Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah terminal ke Solo, dari terminal keluar melewati pintu keluar timur hingga pada simpang Kabulog, belok kanan hingga masuk ruas jalan Adi Sumarmo. Dari ruas jalan Adi Sumarmo hingga pada simpang belok kiri masuk ruas jalan Ahmad Yani untuk menuju ke Solo.

Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Terminal ke Semarang Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah terminal ke Semarang, dari terminal

keluar melewati pintu keluar utara hingga pada simpang Ngendro, belok kiri hingga pada ujung jalan bertemu simpang Indomix Perkasa belok kiri masuk ruas jalan Tentara Pelajar. Dari ruas jalan Tentara Pelajar hingga pada persimpangan belok kanan masuk ruas jalan Pandanaran menuju ke Semarang.

Perjalanan Kendaraan Bus dari Arah Terminal ke Yogyakarta Untuk perjalanan kendaraan bus dari arah terminal ke Yogyakarta, dari terminal

keluar melewati pintu keluar selatan kemudian hingga pada simpang ruas jalan Diponegoro belok kiri, kemudian lurus hingga simpang tugu Karatasura belok kanan masuk ruas jalan Jendaral Sudirman menuju arah Yogyakarta.

Sirkulasi kendaraan di dalam Terminal Kartasura tidak mengalami kendala, hal ini bisa dilihat dari luas dan ketersedian ruang parkir yang mencukupi sehingga membuat sirkulasi didalam terminal tidak mengalami kendala yang dapat mengakibatkan beban lalu lintas dan kemacetan. Pada pintu maasuk barat masih mengalami sedikit gangguan, hal ini disebabkan oleh ketidaksdisiplinan para supir atao penumpang yang memilih turun tepat di pintu masuk terminal, serta adanya para tukang becak dan ojek yang berebut penumpang semakin membuat gangguan pada pintu masuk barat.

Untuk lebih jelasnya mengenai pola sirkulasi kendaraan dan penumpang di Terminal Kartasura dapat dilihat pada gambar.

Peta 2

d. Trayek Angkutan Trayek angkutan yang dilayani di dalam terminal Kartasura ini meliputi trayek angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan kota (Angkot), Angkutan pedesaan (Angkudes). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 menyajikan data jaringan trayek yang masuk di terminal Kartasura berikut ini:

Tabel 7. Jaringan Trayek di Terminal Kartasura Tahun 2012

No

Jenis Angkutan

Jumlah Kendaraan (RIT) Tahun 2008 Tahun 2012

1 AKAP (Solo-Jakarta-Bogor-Bandung)

178 AKAP (Solo-Jogja)

62 32 AKAP (Solo-Klaten-Jogja-Purwokerto)

8 4 2 AKDP (Solo-Kartasura-Semarang)

73 70 AKDP / PATAS (Solo-Kartasura-Semarang)

12 10 AKDP (Pedesaan)

Sumber: UPT Terminal Kartasura

Dari tabel 7 dapat dilihat adanya penurunan jumlah trayek, hal ini dapat dilihat dari data tahun 2008 dimana jumlah trayek sebesar 646 dan pada tahun 2012 menurun menjadi 438. Penurunan jumlah trayek yang sangat sifnifikan terjadi pada trayek AKAP Solo – Jogja dari 62 di tahun 2008 turun menjadi 32 trayek di tahun 2012 hal ini disebabkan olah beberapa faktor diantaranya semakin ketatnya persaingan trayek bus jurusan jogja yang didominasi oleh bus dengan jurusam Surabaya – Jogja yang lebih memiliki kelengkapan fasilitas pada armada mereka, sehingga membuat para calon penumpang lebih memilih naik bus seperti, mira, sumber group, ataupun eka. Sedangkan penurunan trayek AKDP Pedesaan disebabkan oleh bebrapa faktor yaitu, semakin banyak para calon penumpang yang beralih ke kendaraan pribadi motor atau mobil untuk berpergian pada jarak dekat Dari tabel 7 dapat dilihat adanya penurunan jumlah trayek, hal ini dapat dilihat dari data tahun 2008 dimana jumlah trayek sebesar 646 dan pada tahun 2012 menurun menjadi 438. Penurunan jumlah trayek yang sangat sifnifikan terjadi pada trayek AKAP Solo – Jogja dari 62 di tahun 2008 turun menjadi 32 trayek di tahun 2012 hal ini disebabkan olah beberapa faktor diantaranya semakin ketatnya persaingan trayek bus jurusan jogja yang didominasi oleh bus dengan jurusam Surabaya – Jogja yang lebih memiliki kelengkapan fasilitas pada armada mereka, sehingga membuat para calon penumpang lebih memilih naik bus seperti, mira, sumber group, ataupun eka. Sedangkan penurunan trayek AKDP Pedesaan disebabkan oleh bebrapa faktor yaitu, semakin banyak para calon penumpang yang beralih ke kendaraan pribadi motor atau mobil untuk berpergian pada jarak dekat

Tabel 8. Jumlah Penumpang dan Kendaraan Bus Per hari Tahun 2012

No.

Jumlah Penumpang/hari

Jumlah Bus (RIT)/hari

Sumber: UPT Terminal Kartasura

3. Pergerakan Penduduk

Secara garis besar aktivitas pergerakan penduduk di Kecamatan Kartasura berada di pusat kota yaitu disekitar Jl. Ahmad Yani dan Jl. Adi Sumarmo. Aktivitas yang berkembang di kawasan ini adalah pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan. Kawasan ini ditandai dengan adanya keberadaan Pasar Tradisional dan pusat-pusat pertokoan. Perkembangan Kecamatan Kartasura yang semakin padat mendorong berkembangnya kawasan-kawasan permukiman dan perumahan.

Perkembangan Kecamatan Kartasura juga merupakan suatu hasil dari proses interaksi dan akumulasi dari berbagai sistem aktivitas yang saling bergantung dan menguntungkan untuk memperkuat sistem dalam upaya mengoptimalkan percepatan perkembangan kota, sementara lokasi perkembangan dari setiap aktivitas tersebut berada pada ruang wilayah yang saling berbeda. Kondisi ini yang kemudian menjadikan adanya suatu sistem transportasi yang mampu menghubungkan antar bagian wilayah kota dan antar daerah.

Berdasarkan uraian di atas dapat di identifikasi jika aktivitas dominan berada di pusat kota yang merupakan pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan. Dengan adanya perkembangan aktivitas penggerak ekonomi tersebut, maka akan menjadikan kawasan tersebut berkembang dan akan diikuti munculnya kawasan- kawasan permukiman sebagai tempat tinggal para pelaku aktivitas tersebut. Kawasan Berdasarkan uraian di atas dapat di identifikasi jika aktivitas dominan berada di pusat kota yang merupakan pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan. Dengan adanya perkembangan aktivitas penggerak ekonomi tersebut, maka akan menjadikan kawasan tersebut berkembang dan akan diikuti munculnya kawasan- kawasan permukiman sebagai tempat tinggal para pelaku aktivitas tersebut. Kawasan

Karena kegiatan masyarakat sebagian besar berada di pusat kota, maka dengan sendirinya pusat kota akan menimbulkan tarikan dan bangkitan lalu lintas lebih tinggi. Adanya beban aktivitas yang cukup besar di kawasan pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan di Kecamatan Kartasura sehingga menjadikan salah satu faktor dalam kebijakan pemindahan lokasi terminal Kartasura dari dalam pusat kota ke lokasi di daerah pinggiran.

4. Kondisi Fisik dan Geometri Jalan

Jalan memiliki peranan yang penting dalam sistem transportasi. Karena jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah. Semakin baik kondisi jalan maka akan semakin baik tingkat aksesibilitas ke tempat tersebut. Jaringan jalan di Kecamatan Kartasura diklasifikasikan kedalam jalan arteri (menghubungkan antara Semarang – Solo – Yogyakarta), jalan kolektor (menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kabupaten disekitarnya), dan jalan lokal (menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kecamtan dan desa). Untuk jalan arteri dan jalan kolektor rata-rata dalam keadaan beraspal dan jalan lokal dalam keadaan baik sebagian besar sudah beraspal. Dilihat dari lebar jalan, rata-rata jalan arteri mempunyai lebar 6 –8 meter, dan lebar jalan kolektor antara 4 – 6 meter, sedangkan jalan lokal mempunyai lebar jalan rata-rata 2 – 3 meter.

5. Pergerakan Lalu Lintas di Kecamatan Kartasura

a. Pergerakan Eksternal Pergerakan eksternal Kecamatan Kartasura tidak terlepas dari lokasi yang sangat strategis, yaitu merupakan daerah penghubung perekonomian dan transportasi antara Kota Semarang - Surakarta - Yogyakarta yang merupakan tiga kota pusat pertumbuhan bagian tengah Pulau Jawa. Oleh karena itu pergerakan eksternal Kecamatan Kartasura mendukung keterhubungan antara ketiga wilayah tersebut,

selain Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah juga menghubungkan dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hubungan eksternal kota yang menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan Kota Semarang - Surakarata - Yogyakarta diarahkan melalui jalan arteri, sedangkan jalan penghubung Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya melalui jalan kolektor. Jalan lokal menghubungkan Kecamatan Kartasura dengan kota-kota kecamatan dan desa-desa pusat pertumbuhan di sekitarnya. Pergerakan eksternal di Kecamatan Kartasura sangat dipengaruhi oleh pergerakan transportasi bus-bus AKAP ataupun AKDP luar kota, sehingga pergerakan lalu lintas cukup padat terjadi di jalan arteri kolektor ataupun pintu-pintu gerbang kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.

b. Pergerakan Internal Sementara pergerakan internal Kecamatan Kartasura sebagian besar menuju kawasan terbangun di Kecamatan Kartasura seperti permukiman, perdagangan dan jasa, serta pemerintahan dan industri yang tersebar di pusat pengembangan kota. Antar pusat pengembangan, antara pusat pengembangan dengan pusat kota dan kawasan khusus (kawasan industri, terminal, perkantoran, pasar, dan lain-lain) dihubungkan dengan jalan kolektor. Untuk pusat pengembangan atau pusat kota dengan pusat sarana fasilitas umum, pusat kegiatan masyarakat, pusat lingkungan dihubungkan dengan jalan lokal. Pergerakan internal Kecamatan Kartasura meliputi angkutan yang menghubungkan dengan beberapa kota kabupaten, kota kecamatan, dan desa-desa pusat pertumbuhan, jenis pelayanan dalam pergerakan internal meliputi trayek bus perkotaan, dan bus pedesaan. Menurut Tamin (2000: 497) bahwa sistem jaringan transportasi harus mengintegerasikan semua pusat kegiatan dalam konteks regional, yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kota yang berada disekitarnya, yang merupakan suatu kesatuan sistem kota yang berinteraksi satu sama lain dan yang saling menghubungkan anatar wilayah kota, permukiman, daerah komersial dan rekreasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 4.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Analisis Keberadaan Terminal

Dalam menentukan keberadaan terminal mengacu pada parameter dari Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pasal 12 tentang lokasi terminal tipe B. Mengacu pada keputusan tersebut keberadaan lokasi terminal tipe B harus memenuhi 5 (lima) persyaratan, untuk menganalisis keberadaan terminal dilakukan dengan menggunakan analisis peta dan analisis survey lapangan yang kemudian dihubungkan menggunakan analisis hubungan spasial (interrelationship concept analysis) analisis ini bertujuan untuk menghubungkan ke lima indikator, sehingga dapat diketahui kriteria ideal atau tidak ideal Terminal Kartasura tipe B jika ditinjau dari 5 (lima) indikator tersebut.

a. Terletak Dalam Jaringan Trayek Antar Kota Dalam Propinsi Sebagai sarana yang diperuntukan untuk pemenuhan pelayanan perhubungan, tentunya Terminal Kartasura mampu berperan sebagai tempat pertukaran jenis angkutan. Jenis angkutan yang diperuntukan terhadap keberadaan Terminal Kartasura tersebut adalah angkutan bus AKAP dan AKDP, dari persyaratan lokasi terminal maka sebuah terminal tipe B harus terletak dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Terminal Kartasura saat ini melayani trayek AKAP ataupun AKDP, untuk jumlah trayek AKDP di Terminal Kartasura melayani 247 jaringan trayek.

Tabel 9. Jaringan Trayek (AKDP) Terminal Kartasura Tahun 2012

No Jenis Bus

Jaringan Trayek

Jumlah Armada

1 AKDP  Solo – Kartasura – Salatiga – Bawen – Semarang PP 80 2 AKDP

Pedesaan Jurusan Barat

 Kartasura – Colomadu – Mangu – Sambi – Simo PP  Kartasura – Randusari – Kopeng – Sepet – Logerit –

Boyolali PP

3 AKDP Pedesaan Jurusan Timur

 Kartasura – Yosodipuro – Honggowongso – Gading –

Sukoharjo PP  Kartasura - Jongke – Solo baru – Sukoharjo PP

4 AKDP Pedesaan Jurusan Selatan

 Kartasura - Delanggu – Cokro – Kr. Anom – Klaten PP  Kartasura – Delanggu – Penggung – Pedan – Cawas –

Jentir – Bulu – Watukelir PP

5 Bus Perkotaan

 Kartasura – Gladag – Psr. Gede – Panggung – Palur  Kartasura – Makamhaji – Jongke – Gemblegan –

Panggung – Palur  Kartasura – Jl. Dr.Moewardi – Mon. Pers – Jebres – Palur

Sumber: UPT Terminal Kartasura Setelah diketahui jaringan trayek yang ada di Terminal Kartasura kemudian dilakukan analisis dengan bantuan peta, dari analisis tersebut dapat diketahui jaringan trayek yang ada dan melewati Terminal Kartasura. Dari hasil analisis diketahui bahwa Terminal Kartasura terletak di jaringan trayek AKDP. Berdasarkan persyaratan lokasi terminal tipe B, maka dapat disebutkan jika Terminal Kartasura sudah ideal dan memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B yaitu terletak dalam jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Hasil akhir dari jaringan trayek yang ada di Terminal Kartasura ditampilkan dalam bentuk peta. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) Terminal Kartasura Tahun 2012 dapat dilihat peta 5.

b. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang - kurangnya kelas IIIB

Terminal Kartasura mempunyai 4 (empat) akses pintu yaitu, pintu masuk barat, pintu masuk dan keluar timur, pintu keluar utara, serta pintu keluar selatan yang semuanya dihubungkan melalui jalan lokal sebagai akses penghubung menuju jalur utama. Dalam menganalisis apakah Terminal Kartasura terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan minimal IIIB, dari data jaringan jalan yang diperoleh dari data sekunder kemudian dilakukan analisis dengan bantuan peta, dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa Terminal Kartasura tidak terletak pada jaringan jalan arteri ataupun kolektor dengan kelas jalan minimal IIIB. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka dapat disebutkan jika keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal dan Terminal Kartasura mempunyai 4 (empat) akses pintu yaitu, pintu masuk barat, pintu masuk dan keluar timur, pintu keluar utara, serta pintu keluar selatan yang semuanya dihubungkan melalui jalan lokal sebagai akses penghubung menuju jalur utama. Dalam menganalisis apakah Terminal Kartasura terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan minimal IIIB, dari data jaringan jalan yang diperoleh dari data sekunder kemudian dilakukan analisis dengan bantuan peta, dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa Terminal Kartasura tidak terletak pada jaringan jalan arteri ataupun kolektor dengan kelas jalan minimal IIIB. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka dapat disebutkan jika keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal dan

Lokasi terminal model off street jika ditinjau dari aksesibilitasnya sangat merugikan terhadap pelayanan kepada pengguna baik penumpang dan operator kendaraan. Perkembangan terminal pada lokasi off street dapat terganggu jika pada jarak jangkauan terdekat terdapat terminal dengan model lokasi on street yang lebih mempunyai tingkat pelayanan dari segi aksesibilitasnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan lokasi model off street. Terminal yang berlokasi off street mampu berkembang jika keberadaan terminal tersebut independen atau berdiri sendiri.

Gambar 5. Lokasi Terminal Terhadap Jaringan Jalan Keberadaan terminal pada prinsipnya dimaksudkan untuk menyediakan tempat konsentrasi penumpang dan kendaraan, sehingga lokasi terminal hendaknya dapat dicapai dengan mudah oleh penumpang maupun kendaraan umum. Lokasi terminal hendaknya terletak pada titik kritis perpindahan moda angkutan, yang pada umumnya berupa perpotongan jalan (simpang jalan arteri atau perpotongan dua kelas jalan). Jika lokasi terminal bersifat off street, maka diperlukan adanya akses yang memberikan kemudahan terhadap rute lalu lintas utama guna mendukung kemudahan pencapaian dari dan ke terminal. Rasyidin dalam Sihono (2006: 50) dengan demikan

Lokasi on street Jaringan jalan

Terminal

Lokasi off street Jalan utama

Jalan akses

Terminal Terminal

c. Jarak Antara Dua Terminal Penumpang Tipe B atau Dengan Terminal Penumpang tipe A, Sekurang - kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau Lainnya

Jarak terdekat Terminal Kartasura dengan Terminal Tirtonadi Surakarta yang tipe A adalah 10, 8 km, jarak dihitung berdasarkan rute perjalanan yang dilalui bus dari Terminal Tirtonadi Surakarta ke Terminal Kartasura, rute yang dilalui merupakan rute utama dimana potensi dijalan tersebut terdapat area pusat aktivitas penumpang. Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan analisis peta maka dapat disebutkan jika lokasi Terminal Kartasura tidak ideal atau tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B, karena jika dihitung jarak antara Terminal Tirtonadi tipe A ke Terminal Kartasura tipe B adalah 10,8 km. Jarak yang sangat dekat dengan Terminal Tirtonadi Surakarta sangat mempengaruhi perkembangan Terminal Kartasura karena pada jarak jangkauan terdekat terdapat terminal dengan model on street yaitu Terminal Tirtonadi Surakarta yang mempunyai aksesibilitas yang lebih baik. Kecenderungan ini akan mengurangi kinerja Terminal Kartasura, karena dengan demikian jumlah penumpang dapat berkurang karena adanya tempat akumulasi yang lebih potensial di Terminal Tirtonadi Surakarta. Untuk lebih jelasnya mengenai jarak Terminal Tirtonadi tipe A dengan Terminal Kartasura tipe B dapat dilihat pada peta 7.

d. Tersedia Lahan Sekurang - kurangnya 3 ha Untuk Terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha Untuk Terminal di Pulau Lainnya

Sesuai dengan struktur kota dan sistem jaringan kota, lokasi terminal harus memperhatikan ketersedian lahan, kemudahan pencapain, dan disesuaikan dengan sistem jaringan jalan dalam kota. Terminal Kartasura berlokasi di pinggiran pusat kota, hal ini bertujuan untuk mengurangi beban jaringan jalan dalam kota dengan cara memisahkan arus regional dan lokal. Diharapkan lokasi terminal yang berada di daerah pinggiran memberikan kemudahan bus luar kota untuk menuju terminal. Dari hasil analisis survey lapangan Terminal Kartasura mempunyai luas lahan total 6,8 ha, yang semuanya merupakan areal terminal berupa fasilitas sarana-prasarana penunjang Sesuai dengan struktur kota dan sistem jaringan kota, lokasi terminal harus memperhatikan ketersedian lahan, kemudahan pencapain, dan disesuaikan dengan sistem jaringan jalan dalam kota. Terminal Kartasura berlokasi di pinggiran pusat kota, hal ini bertujuan untuk mengurangi beban jaringan jalan dalam kota dengan cara memisahkan arus regional dan lokal. Diharapkan lokasi terminal yang berada di daerah pinggiran memberikan kemudahan bus luar kota untuk menuju terminal. Dari hasil analisis survey lapangan Terminal Kartasura mempunyai luas lahan total 6,8 ha, yang semuanya merupakan areal terminal berupa fasilitas sarana-prasarana penunjang

e. Mempunyai Akses Jalan Masuk atau Jalan Keluar ke dan dari Terminal Dengan Jarak Sekurang - kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di Pulau Lainnya, Dihitung dari Jalan ke Pintu Keluar atau Masuk Terminal

Terminal Kartasura mempunyai beberapa akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, yaitu pintu masuk dan keluar timur, pintu masuk barat, pintu keluar utara, dan pintu keluar selatan. Dari data hasil analisis survey lapangan jarak akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sebagai berikut:

 Pintu masuk dan keluar timur : 900 m  Pintu masuk barat

: 1 km

 Pintu keluar utara : 175 m  Pintu keluar selatan : 350 m

Berdasarkan persyaratan tersebut, maka dapat disebutkan jika keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal atau tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe

B, karena dari hasil analisis survey lapangan menunjukan bahwa jarak akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal lebih dari 50 m jika dihitung dari jalan pintu masuk atau keluar terminal dari akses ke jalan utama. Kondisi ini sangat berpengaruh pada aksesibilitas ke jalur utama kurang terakses dengan baik, faktor lain kurang berkembangnya Terminal Kartasura adalah lokasi terminal tidak berada pada jalur utama perkembangan kota dan lokasi terminal cenderung bersifat off street. Terminal Kartasura yang berfungsi khusus melayani angkutan manusia antar kota harusnya dalam penempatanya diusahakan pada lokasi yang semudah mungkin untuk diakses oleh penumpang dan kendaraan secara efisien, cepat, dan ekonomis. Dalam penempatan terminal sebaiknya di sepanjang rute utama transportasi ataupun dekat dengan lokasi pusat kegiatan atau aktivitas kota. Lokasi potensial di sepanjang rute B, karena dari hasil analisis survey lapangan menunjukan bahwa jarak akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal lebih dari 50 m jika dihitung dari jalan pintu masuk atau keluar terminal dari akses ke jalan utama. Kondisi ini sangat berpengaruh pada aksesibilitas ke jalur utama kurang terakses dengan baik, faktor lain kurang berkembangnya Terminal Kartasura adalah lokasi terminal tidak berada pada jalur utama perkembangan kota dan lokasi terminal cenderung bersifat off street. Terminal Kartasura yang berfungsi khusus melayani angkutan manusia antar kota harusnya dalam penempatanya diusahakan pada lokasi yang semudah mungkin untuk diakses oleh penumpang dan kendaraan secara efisien, cepat, dan ekonomis. Dalam penempatan terminal sebaiknya di sepanjang rute utama transportasi ataupun dekat dengan lokasi pusat kegiatan atau aktivitas kota. Lokasi potensial di sepanjang rute

Adapun hasil kajian keberadaan Terminal Kartasura yang dilakukan pada 5 (lima) indikator dari Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pasal 12 tentang lokasi terminal tipe B, dapat dibuat matrik pada tabel 10.

Tabel 10. Matrik Kriteria Lokasi Terminal

No

Indikator / Kriteria Penilaian

Kriteria Sudah

Tidak

1 Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi

2 Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang - kurangnya kelas IIIB

3 Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang - kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan

30 km di Pulau lainnya

4 Tersedia lahan sekurang - kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya

5 Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang - kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal

Sumber: Hasil Analisa

 Simbol ( √ ) mengindikasikan jika lokasi terminal sudah ideal memenuhi persyaratan Simbol ( - ) mengindikasikan jika lokasi terminal tidak ideal memenuhi persyaratan

Penilaian kriteria keberadaan terminal seperti pada tabel diatas, menunjukan bahwa keberadaan Terminal Kartasura tidak ideal atau tidak memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B, karena dari 5 (lima) indikator lokasi dari Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan, pasal 12 tentang lokasi terminal tipe B, hanya 2 (dua) indikator yang ideal atau memenuhi persyaratan sebagai terminal tipe B.

Temuan studi yang dapat disimpulkan dari kondisi di lapangan dan analisis di atas adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Terminal Kartasura mengalami penurunan baik dari segi jumlah penumpang dan jumlah trayek angkutan, sehingga hal ini tentunya berdampak terhadap pelayanan kepada penumpang dan operasional kendaraan bus karena a. Perkembangan Terminal Kartasura mengalami penurunan baik dari segi jumlah penumpang dan jumlah trayek angkutan, sehingga hal ini tentunya berdampak terhadap pelayanan kepada penumpang dan operasional kendaraan bus karena

b. Lokasi terminal yang bersifat off stret (diluar jaringan jalan) mengindikasikan bahwa perkembangan Terminal Kartasura sangat tergantung pada jenis aktivitas dan sistem pergerakan pada jalur utama dan jalur akses yang menghubungkan terminal.

c. Jarak antara Terminal Tirtonadi Surakarta tipe A dengan Terminal Kartasura tipe

B yaitu 10,8 km, dengan jarak yang sangat dekat dengan Terminal Tirtonadi Surakarta sangat mempengaruhi perkembangan Terminal Kartasura karena pada jarak jangkauan terdekat terdapat terminal dengan model on street yaitu Terminal Tirtonadi Surakarta yang mempunyai aksesibilitas yang lebih baik.

d. Akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal yang sangat jauh dari jalan utama yaitu lebih dari 50 m, mempengaruhi pula terhadap kurang terbukanya akses menuju ke jalur utama dengan baik, sehingga berpengaruh terhadap minat bagi pengguna terminal karena dipengaruhi oleh aksesibilitas yang kurang baik.

2. Analisis Kinerja Terminal

Dalam melakukan analisis mengenai kinerja terminal dengan menggunakan dua aspek kinerja, yaitu kinerja pelayanan dan kinerja operasional. Kinerja pelayanan diperoleh dari membagikan angket kepada penumpang bus dan operator kendaraan (awak bus) untuk mengetahui persepsi penumpang dan operator kendaraan (awak bus) dalam hal pelayanan terminal, sedangkan kinerja operasional terminal pada angkutan umum menggunakan indikator kinerja operasional terminal.

a. Penilaian Kinerja Pelayanan Terminal Penilaian indikator kinerja pelayanan terminal dengan cara membagikan angket kepada penumpang dan operator kendaraan yang berada di dalam terminal. Indikator yang digunakan dalam menilai kinerja pelayanan adalah sebagai berikut:

1) Penilaian Kinerja Pelayanan Terhadap Penumpang Penilaian terhadap kinerja pelayanan terhadap penumpang ini dilakukan untuk mengetahui persepsi penumpang terhadap pelayanan kinerja Terminal Kartasura, untuk menentukan kelas klasifikasi menggunakan metode pensekoran sebagai berikut:

Tabel 11. Metode Pensekoran Untuk Penumpang Bus

Untuk 100 Responden

Penumpang Bus

Sumber: Hasil Analisis

a) Penilaian Terhadap Pengelolaan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pengelolaan, yaitu penilaian terhadap waktu menunggu antara kedatangan dan keberangkatan angkutan umum, untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 172 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 12).

Tabel 12. Pensekoran Terhadap Waktu Menunggu

Sumber: Hasil Analisis

b) Penilaian Terhadap Pelaksanaan dan Pengawasan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan dan pengawasan menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, penilaian terhadap ketepatan jadwal kedatangan atau keberangkatan dan pengutan jasa pelayanan pungutan terminal, untuk 100 responden penumpang b) Penilaian Terhadap Pelaksanaan dan Pengawasan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan dan pengawasan menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, penilaian terhadap ketepatan jadwal kedatangan atau keberangkatan dan pengutan jasa pelayanan pungutan terminal, untuk 100 responden penumpang

Tabel 13. Pensekoran Terhadap Ketepatan Jadwal

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap pengutan jasa pelayanan

pungutan terminal untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 137 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 14).

Tabel 14. Pensekoran Terhadap Pungutan Jasa Pelayanan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

c) Penilaian Terhadap Pemeliharaan Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pemeliharaan yaitu penilaian terhadap kebersihan terminal untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 160 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 15).

Tabel 15. Pensekoran Terhadap Kebersihan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sumber: Hasil Analisis

Tabel 16. Pensekoran Terhadap Layanan Informasi dan Tarif

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap rambu dan papan informasi untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 154 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 17).

Tabel 17. Pensekoran Terhadap Penilaian Rambu dan Papan Informasi

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

e) Penilaian Terhadap Penertiban Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap penertiban yaitu, penilaian terhadap penindakan tegas petugas bagi yang melanggar untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 126 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 18).

Tabel 18. Pensekoran Terhadap Penindakan Tegas Petugas

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

f) Penilaian Terhadap Sumber Daya Manusia Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sumber daya manusia yaitu, penilaian terhadap sikap petugas terminal dalam melayani penumpang untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 174 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 19).

Tabel 19. Pensekoran Terhadap Sikap Petugas Terminal

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

g) Penilaian Terhadap Kemampuan Teknis Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap kemampuan teknis yaitu, penilaian kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 197 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah sedang (lihat tabel 20).

Tabel 20. Pensekoran Terhadap Kemampuan Petugas Terminal

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sumber: Hasil Analisis

Tabel 21. Pensekoran Terhadap Jaminan Keamanan dan Keselamatan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

i) Penilaian Terhadap Fasilitas Utama Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap fasilitas utama menggunakan tiga atribut pertanyaan yaitu, penilaian areal keberangkatan dan kedatangan, areal tunggu penumpang, serta loket penjualan karcis untuk 100 responden penumpang bus terhadap areal kedatangan dan keberangkatan adalah sebesar 152 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 22).

Tabel 22. Pensekoran Terhadap Areal Keberangkatan dan Kedatangan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Penilaian terhadap areal tunggu penumpang untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 165 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah

adalah buruk (lihat tabel 23).

Tabel 23. Pensekoran Terhadap Areal Tunggu Penumpang

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sedangkan untuk penilaian terhadap areal tunggu penumpang untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 142 yang artinya menurut persepsi

penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 24). Tabel 24. Pensekoran Terhadap Loket Penjualan Karcis

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis j) Penilaian Terhadap Fasilitas Penunjang

Berdasarkan Tabel 11 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap fasilitas penunjang menggunakan enam atribut pertanyaan yaitu, penilaian kamar kecil/toilet, musholla, kios warung/kantin, tempat parkir kendaraan pribadi, bangunan kantor terminal, dan kondisi taman untuk 100 responden penumpang bus terhadap kamar kecil/toilet adalah sebesar 163 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah buruk (lihat tabel 25).

Tabel 25. Pensekoran Terhadap Kamar Kecil/Toilet

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

Penilaian terhadap musholla untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 180 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah sedang (lihat tabel 26).

Tabel 26. Pensekoran Terhadap Musholla

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Penilaian terhadap kios warung/kantin untuk 100 responden penumpang bus

adalah sebesar 157 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah buruk (lihat tabel 27).

Tabel 27. Pensekoran Terhadap Kios/Kantin

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Penilaian terhadap tempat parkir kendaraan pribadi/pengantar untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 175 yang artinya menurut persepsi

penumpang bus adalah adalah sedang (lihat tabel 28). Tabel 28. Pensekoran Terhadap Parkir Kendaraan Pribadi/Pengantar

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

Penilaian terhadap bangunan kantor terminal untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 182 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah sedang (lihat tabel 29).

Tabel 29. Pensekoran Terhadap Bangunan Kantor Terminal

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Penilaian terhadap kondisi taman untuk 100 responden penumpang bus adalah sebesar 154 yang artinya menurut persepsi penumpang bus adalah adalah buruk

(lihat tabel 30). Tabel 30. Pensekoran Terhadap Kondisi Taman

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Hasil analisis persepsi terhadap penumpang pada setiap indikator pelayanan

diatas dapat menentukan kinerja pelayanan terminal, hasil penjumlahan semua angka diatas itulah yang digunakan untuk menentukan persepsi penumpang terhadap kinerja pelayanan terminal (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 31)

Tabel 31. Hasil Penilaian Indikator Pelayanan Untuk Penumpang

Variabel

Indikator

Atribut Pertanyaan

Skor Persepsi

Penumpang Keandalan

kedatangan dan keberangkatan angkutan umum

172 Sedang

 Pelaksanaan/Pengawasan 2. Ketepatan jadwal kedatangan

dan keberangkatan

177 Sedang

 Pelaksanaan/Pengawasan 3. Pungutan

4. Kebersihan terminal

160 Buruk

Keresponsifan (responsiveness)

 Sistem Informasi

5. Layanan informasi dan tariff

164 Buruk

 Sistem Informasi

6. Rambu dan papan informasi

154 Buruk

 Penertiban

7. Penindakan tegas bagi yang melanggar

126 Buruk Jaminan

(assurance)

 Sumber Daya Manusia

8. Sikap petugas terminal dalam melayani penumpang

174 Sedang

 Kemampuan Teknis

9. Kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas angkutan umum

197 Sedang

 Pelaksanaan/Pengawasan 10. Jaminan keamanan dan

keselamatan

175 Sedang Berwujud

(tangible)

 Fasilitas Utama

11. Areal keberangkatan dan kedatangan

152 Buruk

12. Areal tunggu penumpang

165 Buruk

13. Loket penjualan karcis

142 Buruk

 Fasilitas Penunjang

14. Kamar kecil/toilet (bersih)

163 Buruk

15. Musholla (bersih)

198 Sedang

16. Kios warung kantin (bersih)

157 Buruk

17. Tempat parkir kendaraan pribadi/pengantar

175 Sedang

18. Bangunan kantor terminal

182 Sedang

19. Kondisi taman (bersih)

154 Buruk

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan hasil penilaian indikator pelayanan untuk penumpang dapat diketahui bahwa pelayanan terbaik menurut persepsi penumpang di Terminal Kartasura adalah waktu menunggu antara kedatangan dan keberangkatan angkutan umum, ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan, kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas angkutan umum, jaminan keamanan dan keselamatan, kondisi musholla, tempat parkir kendaraan pribadi atau pengantar serta bangunan kantor terminal. Sedangkan pelayanan paling rendah adalah pungutan jasa pelayanan terminal, kebersihan terminal, layanan informasi dan tariff, rambu dan papan informasi, penindakan tegas bagi yang melanggar, areal keberangkatn dan kedatngan, areal tunggu penumpang, loket karcis, kamar kecil/toilet, kios warung/kantin, serta kondisi taman. Secara rinci perbandinganya ditampilkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 6. Perbandingan Hasil Penilaian Indikator Pelayanan Untuk Penumpang Keterangan:

1. Waktu menunggu antara kedatangan dan keberangkatan angkutan umum 2. Ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan 3. Pungutan jasa pelayanan terminal 4. Kebersihan terminal 5. Layanan informasi dan tariff 6. Rambu dan papan informasi 7. Penindakan tegas bagi yang melanggar 8. Sikap petugas terminal dalam melayani penumpang 9. Kemampuan petugas terminal mengatur lalu lintas angkutan umum 10. Jaminan keamanan dan keselamatan 11. Areal keberangkatan dan kedatangan 12. Areal tunggu penumpang 13. Loket penjualan karcis 14. Kamar kecil/toilet (bersih) 15. Musholla (bersih) 16. Kios warung kantin (bersih) 17. Tempat parkir kendaraan pribadi/pengantar 18. Bangunan kantor terminal 19. Kondisi taman (bersih)

Untuk pelayanan paling rendah di terminal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kondisi sarana-prasarana penunjang yang ada di terminal kurang memadai dan kurang terawat dengan baik sehingga tidak mampu dimanfaatkan oleh penumpang dalam menggunakan fasilitas tersebut dalam pelayanan menggunakan terminal sebagai objek pertukaran moda transportasi. Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan terminal maka perlu adanya perbaikan pelayanan diantaranya perbaikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Baik Sedang 172 177

Grafik Hasil Penilaian Indikator Pelayanan Untuk Penumpang

pada fasilitas sarana-prasarana yang ada diterminal dan penambahan beberapa fasilitas ataupun perbaikan dibeberapa bagian, sehingga akan meningkatkan pelayanan terhadap penumpang semakin baik dan akan meningkatkan fungsi dari Terminal Kartasura semakin berkembang.

2) Penilaian Kinerja Pelayanan Terhadap Operator Kendaraan Penilaian terhadap kinerja pelayanan terhadap operator kendaraan ini dilakukan untuk mengetahui persepsi operator kendaraan terhadap pelayanan kinerja Terminal Kartasura, untuk menentukan kelas klasifikasi menggunakan metode pensekoran sebagai berikut:

Tabel 32. Metode Pensekoran Untuk Operator Kendaraan

Untuk 91 Responden operator (awak bus)

Sumber: Hasil Analisis

a) Penilaian Terhadap Pengelolaan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pengelolaan, yaitu penilaian terhadap pelataran kedatangan dan keberangkatan angkutan umum sesuai rute dan jurusan untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 162 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 33).

Tabel 33. Pensekoran Terhadap Pelataran Sesuai Rute dan Jurusan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sumber: Hasil Analisis

Tabel 34. Pensekoran Terhadap Pelataran Keberangkatan Angkutan Umum

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap ruang sirkulasi angkutan di

terminal untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 166 yang artinya menurut menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 35).

Tabel 35. Pensekoran Terhadap Ruang Sirkulasi

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

c) Penilaian Terhadap Pemeliharaan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pemeliharaan, yaitu penilaian terhadap kondisi jalan untuk 91 responden operator kendaraan terhadap kondisi jalan adalah sebesar 157 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 36).

Tabel 36. Pensekoran Terhadap Kondisi Jalan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

d) Penilaian Terhadap Sistem Informasi Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sistem informasi menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu informasi pelayanan di terminal serta rambu dan marka di terminal sesuai dengan persyaratan, untuk 91 responden operator kendaraan terhadap informasi pelayanan di terminal adalah sebesar 125 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 37).

Tabel 37. Pensekoran Terhadap Layanan Informasi dan Tarif

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

Sedangkan skor penilaian atribut pertanyaan terhadap rambu dan marka di terminal sesuai dengan persyaratan untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 129 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 38).

Tabel 38. Pensekoran Terhadap Penilaian Rambu dan Marka

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sumber: Hasil Analisis

Tabel 39. Pensekoran Terhadap Letak Pintu Masuk dan Keluar

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

f) Penilaian Terhadap Sumber Daya Manusia Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap sumber daya manusia yaitu, penilaian terhadap kemampuan petugas mengatur lalu lintas angkutan umum di terminal untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 189 yang artinya menurut operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 40).

Tabel 40. Pensekoran Terhadap Kemampuan Petugas

Responden (%) Penilaian

1 Buruk

SEDANG (150, 7 - 211, 2)

Sumber: Hasil Analisis

g) Penilaian Terhadap Kemampuan Teknis Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap kemampuan teknis yaitu, penilaian petugas keamanan selalu siap siaga untuk 91 responden operator kendaraan adalah sebesar 144 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 41).

Tabel 41. Pensekoran Terhadap Petugas Keamanan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis

h) Penilaian Terhadap Pelaksanaan/Pengawasan Berdasarkan Tabel 32 maka skor yang dihasilkan untuk atribut pertanyaan terhadap pelaksanaan/pengawasan menggunakan dua atribut pertanyaan yaitu, penilaian pemungutan retribusi angkutan umum dan pelayanan kesehatan, untuk

91 responden operator kendaraan terhadap pemungutan retribusi angkutan umum adalah sebesar 167 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah sedang (lihat tabel 42).

Tabel 42. Pensekoran Terhadap Jaminan Keamanan dan Keselamatan

Responden (%) Penilaian

Sumber: Hasil Analisis Sedangkan skor penilaian terhadap pelayanan kesehatan untuk 91 responden

operator kendaraan adalah sebesar 116 yang artinya menurut persepsi operator kendaraan adalah buruk (lihat tabel 43).

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Disparitas Pendapatan Dan Pengembangan Sektor Unggulan Antar Wilayah Di Kawasan Bregas Tahun 2007-2011

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Xi Smk Negeri 4 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Naskah Drama Pelacur Dan Sang Presiden Karya Ratna Sarumpaet (Analisis Struktur, Gender, Dan Nilai Pendidikan)

0 1 6

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Antara Iklim Sekolah Dan Harga Diri Dengan Perilaku Kekerasan Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri Karangpandan

0 0 14

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Oleh Badan Lingkungan Hidup Di Daerah Istimewa Yogyakarta

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Desain Interior Hotel Butik Di Kotagede Yogyakarta (Dengan Pendekatan Revitalisasi Bangunan Heritage)

0 0 13

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS BLOG UNTUK MATERI STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR SMA KELAS XI

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Peran Stakeholders Dalam Penanggulangan Hiv/Aids Bagi Wanita Pekerja Seks (Wps) Di Kota Semarang

0 0 13

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum - Estimasi Matriks Asal Tujuan Perjalanan Menggunakan Model Gravity Dengan Fungsi Hambatan Tanner Di Kota Surakarta

0 0 43