MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI STU

MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI
STUDI KASUS PADA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PRODUK LAYANAN:
PENGEMBALIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI KEPADA ORANG PRIBADI
PEMEGANG PASPOR LUAR NEGERI (VAT REFUND FOR TOURIST)

Disusun untuk Ujian Akhir Semester (UAS)
Matakuliah Nilai dan Risiko TI
Dosen: Dr. Ing. Ir. Suhardi MM., ERMCP.

Oleh :
Abdul Rohman | NIM. 23513140

MAGISTER INFORMATIKA
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA (STEI)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013

Abstraksi
Teknologi Informasi (TI) selain dapat dipandang sebagai aset organisasi

yang perlu dijaga dan dilindungi juga mengandung risiko bisnis bagi organisasi.
Kehadiran teknologi informasi selain dapat membantu organisasi dalam upaya
mencapai tujuan organisasi juga menghadirkan risiko yang perlu dikelola dengan
baik. Tulisan ini akan membahas mengenai peranan teknologi informasi pada
organisasi dan penanganan risiko yang mungkin timbul karena penggunaan
teknologi tersebut.
Paper ini ditulis berdasarkan analisa terhadap studi kasus pada Direktorat
Jenderal Pajak – Kementrian Keuangan Republik Indonesia khususnya
menyangkut layanan pengembalian pajak pertambahan nilai kepada orang pribadi
pemegang paspor luar negeri ( VAT refund for tourist).

1

I.

MODEL TEKNOLOGI INFORMASI

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai unsur pelaksana pemerintah,
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 dan
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010, mempunyai tugas membantu presiden

dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan
negara. Kemenkeu mempunyai fungsi:
a. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan dan
kekayaan negara;
b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian keuangan;
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan kementerian keuangan;
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
kementerian keuangan di daerah;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional;
f. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Visi Kementerian Keuangan RI
...“Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya dan
akuntabel dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang
sejahtera, demokratis dan berkeadilan”...

Misi Kementerian Keuangan
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Kementerian Keuangan RI mempunyai
tiga misi, yaitu:

1. Misi Fiskal
Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati
(prudent), dan bertanggung jawab

2

2. Misi Kekayaan Negara
Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan
asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien dan bertanggung
jawab
3. Misi Penguatan Kelembagaan
a. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan adminstrasi
publik sesuai dengan tuntutan masyarakat
b. Membangun dan mengembangkan sdm yang amanah, profesional,
berintegritas tinggi dan bertanggung jawab
c. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang
modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, Kementerian Keuangan
berpedoman pada nilai-nilai sebagai berikut:

1. Integritas – Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan
benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
2. Profesionalisme – Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik
dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.
3. Sinergi – Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang
produktif serta kemitraan yang hermonis dengan pra pemangku
kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
4. Pelayanan – Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku
kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat
dan aman.
5. Kesempurnaan – Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bdang
untuk mejadi dan memberikan yang terbaik.

3

1. Indikator Kinerja Kunci (Public Value), Ukuran dan Target Kinerja
Instansi
Tabel 1. Indikator Kinerja Kunci, Ukuran dan Target
Kementrian Keuangan Republik Indonesia
No


Indikator Kinerja

1

Pendapatan negara
yang optimal

2

Pelaksanaan
belanja negara yang
optimal

3

4

5


Pembiayaan dalam
jumlah yang cukup
efisien dan aman
bagi
kesinambungan
fiskal
Utilisasi kekayaan
negara yang
optimal
Perimbangan
keuangan yang adil
dan transparan

Ditjen
DJP,
DJBC,
DJPb.
DJA

Perspective

Stakeholder

Ukuran
1

Jumlah pendapatan negara

2

Persentase dana blokir (tanda
bintang)
Persentase penyerapan
Belanja Negara dalam DIPA
K/L
Persentase pemenuhan target
pembiayaan melalui utang
yang cukup
Persentase pencapaian target
effective cost


3

DJPU,
DJA

4

5

Pengelolaan
keuangan negara
yang akuntabel

8

9

3,00

%


90,00

%

100,00

%

100,00

Nilai kekayaan negara yang
diutilisasi

Triliun

102,56

DJPb,
DJA,


7

Indeks pemerataan keuangan
antar daerah
Persentase ketepatan jumlah
penyaluran dana transfer ke
daerah
Persentase Perda DPRD yang
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Indeks jumlah LK K/L dan LK
BUN yang andal dengan opini
audit yang baik

Indeks

0,80

8


Semua

10

Industri pasar
modal dan jasa
keuangan non bank
yang stabil, tahan
uji dan likuid

Tingkat kepuasan
pengguna layanan
yang tinggi
Kajian dan rumusan
kebijakan yang
berkualitas

%

6

11

7

Triliun

Target
2013
1.357,35

DJA

9

6

Satuan

12

13

Semua

Customer

14

Semua

Internal
Process

15
16

Rata-rata indeks opini BPK RI
atas LK BA 15, LK BUN, dan LK
BA 999
Rata-rata tingkat kesehatan
perusahaan efek, asuransi,
dan pembiayaan
Persentase nilai transaksi efek
yang tidak memenuhi
persyaratan minimum MKBD
yang berpotensi mengganggu
perdagangan saham di bursa
Indeks kepuasan pengguna
layanan
Deviasi proyeksi indikator
ekonomi makro
Deviasi proyeksi APBN

%

100,00

%

90,00

WTP

80,00

WDP

4,00

Indeks

97,62

-

4 (WTP)

%

87,86

%

15,00

Indeks

3,92

%

5,00

%

5,00

4

17
18
19

10

Pengelolaan
keuangan dan
kekayaan negara
yang efektif dan
efisien

Semua

20
21
22
23

24

11

12

Peningkatan
edukasi masyarakat
dan pelaku
ekonomi
Pengawasan dan
penegakan hukum
yang efektif

Semua

25

DJP,
DJBC,
DJA,
DJPb

26

27

28
13

Pembentukan SDM
yang
berkompetensi
tinggi

Semua

Learning
and
Growth

29

30

31
14

Penataan organisasi
yang andal

Semua

32
33
34
35

15

16

Perwujudan TIK
yang terintegrasi
dan andal

Semua

Pengelolaan
Anggaran yang
Semua
optimal
Sumber: Kementrian Keuangan – LAKIP 2012

36
37
38

Deviasi proyeksiexercise Iaccount
Deviasi penetapan dana
transfer ke daerah
Jumlah kebijakan tentang
peningkatan penerimaan
negara
Rata-rata persentase realisasi
janji layanan unggulan
Persentase tingkat akurasi
perencanaan kas
Persentase pemenuhan target
risiko portofolio utang
Penyelesaian LKPP dan
Rancangan UU PPAPBN
secara tepat waktu
Persentase penyelesaian BMN
Kemenkeu yang bermasalah
dengan kategori rusak berat
atau hilang
Tingkat efektivitas edukasi
dan komunikasi

Rata-rata persentase
kepatuhan dan penegakan
hukum
Indeks ketepatan waktu
penyelesaian tindak lanjut
Instruksi Presiden
Persentase ketepatan pola
penarikan dana DIPA K/L
Persentase pejabat yang telah
memenuhi standar
kompetensi jabatannya
Persentase diklat yang
berkontribusi terhadap
peningkatan kompetensi
Rasio jam pelatihan
dibandingkan jam kerja
Persentase mitigasi risiko
yang selesai dijalankan
Indeks reformasi birokrasi
Indeks kepuasan pegawai
Persentase policy
recommendation hasil
pengawasan yang
ditindaklanjuti
Persentase integrasi TIK
Kemenkeu
Persentase akurasi data
SIMPEG
Persentase penyerapan DIPA
Kementerian Keuangan

%

5,00

%

5,00

Buah

5,00

%

100,00

%

90,00

%

100,00

Indeks

3,00
(tepat
waktu)
50,00

%

Indeks

75,56

%
60,79
Indeks

80,00
(tepat
waktu)

%

80,00

%

82,50

%

85,00

%

2,50

%

70,00

Indeks

92,00

Indeks

3,04

%

85,00

%

60,00

%

100,00

%

95,00

5

2. Layanan Direktoral Jenderal Pajak
Pada instansi Direktorat Jenderal Pajak, terdapat 16 layanan unggulan yang
terdiri atas:
1. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pendaftaran Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dalam 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pendaftaran
NPWP diterima secara lengkap atau 1(satu) hari kerja sejak informasi
pendaftaran melalui Sistem e-Registration diterima Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), sepanjang permohonan pendaftaran NPWP diisi secara
lengkap.
2. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dalam 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.
3. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
4. Pelayanan Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP)
5. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan Pajak
Pengasilan (PPh), PPN, dan Pajak dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) dalam 9 (sembilan) bulan sejak tanggal surat
permohonan diterima.
6. Pelayanan Penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh
Pasal 22 Impor dalam 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan
diterima lengkap.
7. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
8. Pelayanan Pendaftaran Obyek Pajak Baru dengan Penelitian Kantor
dalam 3 (tiga) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.
9. Pelayanan Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Obyek dan Subjek PBB
dalam 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

6

10. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
Pemotongan PPh Pasal 23 dalam 1 (satu) bulan sejak permohonan WP
diterima secara lengkap.
11. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB Pemotongan PPh Atas Bunga
Deposito dan Tabungan Serta Diskonto SBI yang Diterima atau
Diperoleh Dana Pensiun Yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri
Keuangan dalam 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima secara
lengkap.
12. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB PPh atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dalam 3 (tiga) hari kerja
sejak tanggal surat permohonan SKB PPh atas Penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan diterima secara lengkap.
13. Pelayanan Penyelesaian Permohonan SKB PPN atas Barang Kena Pajak
(BKP) Tertentu dalam 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan
diterima secara lengkap.
14. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Keberatan PBB dalam 9 (sembilan)
bulan sejak surat permohonan diterima.
15. Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi dalam 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya
berkas permohonan lengkap.
16. Terakhir, layanan unggulan keenambelas adalah Pelayanan Penyelesaian
Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak
Benar dalam 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas lengkap
permohonan WP.
Pada pembahasan berikutnya, penulis akan memfokuskan pada pelayanan
nomor 3 yakni pelayanan penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kepada orang pribadi pemegang
paspor luar negeri atau dikenal dengan istilah Value Added Tax (VAT)
refund for tourist.

7

VAT refund for tourist adalah proses Pengembalian Pajak Pertambahan

Nilai kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing) dengan
menerbitkan Faktur Pajak Khusus oleh PKP Toko Retail.
Yang berhak mengajukan VAT refund adalah:


Bukan WNI atau bukan Permanent Resident of Indonesia , yang
tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 2 (dua) bulan sejak



tanggal kedatangannya
Bukan kru maskapai penerbangan (Pasal 1 angka 1 PMK76/PMK.03/2010)

Syarat Pengajuan VAT refund:




Nilai PPN paling sedikit Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)



sebelum keberangkatan ke luar daerah pabean

Pembelian barang dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

PPN tercantum dalam 1 (satu) Faktur Pajak Khusus dari 1 (satu)
Toko Retail pada 1 (satu) tanggal yang sama. (Pasal 6 PMK76/PMK.03/2010)

8

3. Deskripsi Rantai Nilai Instansi

Penulis menggunakan model value chain M. Porter. Model value chain Porter
mengidentifikasi aktivitas bisnis perusahaan menjadi dua kelompok aktivitas

aktivitas pendukung

Infrastruktur: anggaran, kebijakan/regulasi dan payung hukum, SOP
Sumberdaya Manusia: Diklat PBJ, Diklat Teknis, Pengukuran Kinerja, Pegawai Baru,
kursus bahasa asing

Pengembangan Teknologi: arsitektur jaringan, teknologi informasi, website, sistem
informasi

Pengadaan: pengadaan barang/jasa, pembangunan tempat pelayanan
Input

Operation

 Pendaftaran
PKP
 Penerimaan
berkas klaim
turis asing

 Pemeriksaan
berkas PKP
 Pemeriksaan
berkas klaim
turis asing

Output

Marketing

Penerbitan SK
penunjukan/pen
olakan PKP
 Penerbitan SK
pengembalian
Kelebihan Pajak

 Sosialisasi
pelayanan kepada
turis asing
 Sosialisasi
penjaringan toko
retail



Service
 Perencanaan
layanan
 Penyediaan
layanan
 Evaluasi
layanan

Pelayanan
VAT refund
yang
mudah,
aman dan
nyaman

aktivitas utama

Gambar 1. Rantai nilai proses
besar yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung.

3.1. Identifikasi aktivitas utama pelayanan pengembalian PPN untuk
turis asing (VAT refund for tourist)


Aktivitas input
Kegiatan ini berupa penjaringan/pendaftaran toko retail ( merchant )
yang berpartner dalam menyediakan layanan VAT refund, baik melalui
petugas di kantor pelayanan pajak maupun melalui VAT refund online
yang disediakan di website: http://vatrefund.pajak.go.id

9

Kegiatan ini juga termasuk penerimaan berkas klaim dari turis asing.
Pihak yang dilayani di sini adalah:
o PKP yang ingin masuk dalam skema VAT refund
o Orang pribadi pemegang passport luar negeri (turis asing)



Aktivitas operasi
Kegiatan ini terdiri atas pemeriksaan berkas Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan pemeriksaan berkas klaim turis asing:

Pemeriksaan berkas PKP
o Pemeriksaan masukan berkas PKP apakah telah memenuhi syarat
adminstrasi berupa:
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Nomor Surat Pengukuhan PKP
c. Alamat email yang valid
d. Nomor Surat Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang
e. NPWP cabang yang dipusatkan
o KPP mengirimkan surat pemberitahuan PIN dan Surat Keputusan
Penunjukan PKP Toko retail atau Surat Penolakan ke alamat PKP
sesuai dengan alamat yang tertera pada Master File Nasional
Direktorat Jenderal Pajak
o PKP Toko Retail melakukan aktivasi melalui website vatrefund
DJP dengan cara memasukkan NPWP, PIN dan alamat surel/email
PKP Toko retail sebagaimana pada saat melakukan pendaftaran

Pemeriksaan berkas klaim turis asing
o Pemeriksaan/penelitian kelengkapan berkas klaim turis asing agar
memenuhi syarat administrasi berupa:
a. Faktur pajak khusus

10

Meliputi

pemeriksaan

jumlah

minimum

VAT

sebesar

Rp 500.000,- dalam satu faktur pajak pada tanggal transaksi
yang sama, barang yang dibeli tidak lebih dari satu bulan
sebelum keberangkatan, barang yang dibeli bukan termasuk
makanan/minuman, produk tembakau, senjata api, bahan
peledak dan barang yang dilarang dibawa dalam pesawat.
b. Passport
Meliputi pemeriksaan lama tinggal tidak lebih dari 2 (dua)
bulan sejak

tanggal

kedatangan,

bukan kru

maskapai

penerbangan
c. Boarding pass



Aktivitas output
Kegiatan ini terdiri atas penerbitan SK penunjukan/penolakan PKP dan
penerbitan SK Pengembalian Kelebihan Pajak.

Penerbitan SK penunjukan/penolakan PKP
Setelah proses pemeriksaan berkas PKP maka dilanjutkan dengan:
o Kantor Pusat DJP melalui sistem VAT refund mengirim User ID
dan Password PKP Toko Retail ke alamat email PKP Toko retail
setelah PKP melakukan aktivasi
o PKP Toko retail melakukan pendaftaran toko retail dengan
memasukkan UserID Login Toko, Nama Toko dan Nomor
teleponnya
o Kantor Pusat DJP melalui sistem VAT refund mengirim User ID
dan Password untuk Toko Retail ke alamat surel PKP

11

Penerbitan SK Pengembalian Kelebihan Pajak
Setelah proses pemeriksaan berkas klaim turis asing dirasa memenuhi
syarat

administrasi

maka

maka

kemudian

diterbitkan

SK

Pengembalian Kelebihan Pajak



Aktivitas pemasaran
Kegiatan ini meliputi sosialisasi penjaringan kepada toko retail
(merchant) agar mau berpartisipasi dalam skema VAT refund.
Sosialisasi layanan juga ditujukan kepada turis asing yang masuk ke
Indonesia. Sosialisasi dilakukan di berbagai media seperti majalah,
koran, televisi dan situs internet. Sosialisasi juga dilakukan di entry
point (pintu gerbang) turis asing masuk ke Indonesia



Aktivitas purna jasa
Kegiatan ini meliputi peningkatan pelayanan melalui berbagai metode
seperti memperbaharui sistem pelayanan dan peningkatan kualitas
pelayanan pegawai, dsb.

3.2. Identifikasi aktivitas pendukung pelayanan pengembalian PPN
untuk turis asing (VAT refund for tourist)


Aktivitas infrastruktur perusahaan
Kegiatan

ini

meliputi

penyediaan

anggaran,

perumusan

kebijakan/peraturan dan penyediaan payung hukum pelaksaan kegiatan
pelayanan. Termasuk penyediaan Standar Prosedur Operasi ( Standar
Operating Procedur )

12



Aktivitas sumberdaya manusia
Kegiatan ini meliputi peningkatan kualitas sdm melalui berbagai diklat
baik teknis maupun administrasi, termasuk kursus bahasa asing.



Aktivitas pengembangan teknologi
Kegiatan ini meliputi penyiapan teknologi, arsitektur jaringan, website
dan sistem informasi



Aktivitas pengadaan barang/jasa
Kegiatan ini meliputi pembangunan tempat pelayanan di exit point,
pengadaan dan penyiapan barang dan kelengkapan pendukung yang
dibutuhkan termasuk komputer, jaringan, ATK dsb.

4. Identifikasi Organizational Capabilities

Kapabilitas (capability) adalah kemampuan tertentu atau kapasitas yang
dimiliki bisnis untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu. Area yang
merupakan kapabilitas kunci bagi kesuksesan instansi digambarkan dengan
tanda bintang (

)

Berdasarkan layanan penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kepada orang pribadi pemegang
paspor luar negeri atau VAT refund for tourist, berikut disajikan kapabilitas
yang diperlukan organisasi untuk mencapai target kinerja yang dimaksud
yakni: tingkat kepuasan pengguna layanan yang tinggi (8), peningkatan ratarata persentase realisasi janji layanan unggulan (10), Peningkatan edukasi
masyarakat dan pelaku ekonomi (11), sehingga pada akhirnya akan
mendorong Pendapatan negara yang optimal (1).

13

Tabel 2. Kapabilitas organisasi

1

2

3

4

Operational
Capability

Membangun suatu sistem pelayanan pengembalian
PPN kepada turis asing (VAT refund for tourist)
sehingga memudahkan baik bagi merchant (toko
retail yang bekerja sama menyediakan layanan
dengan menerbitkan faktur pajak khusus) untuk
melakukan aktivasi maupun bagi turis asing dalam
melakukan klaim.

Communicational
Capability

Membangun suatu sistem pelayanan yang
memberikan kemudahan akses informasi baik bagi
merchant penyedia layanan VAT refund maupun
turis asing yang masuk ke Indonesia.

Partnering
Capability

Innovation
Capability

Membangun kerjasama dengan toko retail, sebagai
merchant, yang menerbitkan faktur pajak khusus
kepada turis asing yang berbelanja di tokonya.
Membangun kerjasama dengan pihak Angkasapura
(Bandara) untuk membangun tempat pelayanan VAT
refund for tourist.
Layanan ini merupakan layanan baru di Indonesia.
Pertama kali diberlakukan mulai tahun 2010 dan
masih terus dikembangkan baik penambahan tempat
pelayanan (exit point), toko retail maupun sistem
pelayanan dan teknologi yang digunakan.

14

5. Model Nilai TI layanan pengembalian PPN untuk turis asing ( VAT
refund for tourist) Ditjen Pajak – Kementerian Keuangan RI

Hubungan antara sumberdaya TI dengan performa organisasi pemerintahan
dijembatani oleh kapabilitas organisasi. Dengan kata lain, efektivitas
penggunaan dan penyebaran sumberdaya TI mendorong kapabilitas
organisasi yang pada akhirnya akan menciptakan nilai bagi organisasi dan
publik (Pang, 2011).

Sumberdaya

TI

Kapabilitas
Organisasi

Performa
Organisasi

Gambar 2. Model nilai TI

Sehingga, jika digambarkan lebih jauh, hubungan ketiganya menjadi:

Kapabilitas Organisasi
Sumberdaya
TI

Operasional
Communicational

Public
Value

Partnering
Innovation

Gambar 3. Model hubungan sumberdaya TI, kapabilitas dan public value

15

Dalam kasus pelayanan VAT refund yang saat ini berjalan (existing) adalah:
Tabel 3. Sumberdaya, kapabilitas dan public value saat ini
Sumberdaya TI

Aplikasi:
VAT refund online

Kapabilitas

Operasional

Data/Informasi:
Data merchant
Infrastruktur:
Website,
webserver
Manusia:
Divisi TI

Communicational

Partnering
Innovation

Public Value
Otomasi: memberi kemudahan
proses
pendaftaran
merchant
dalam skema VAT refund for
tourist, kemudahan aktivasi dan
permohonan VAT refund tanpa
harus datang ke kantor pelayanan
pajak (KPP). Proses menjadi lebih
cepat dan mudah.
Pelayanan mudah diakses dari
mana saja karena sudah berbasis
web
Kolaborasi dengan toko retail
(merchant) dan Angkasapura
(bandara)
Merupakan pelayanan baru untuk
VAT refund secara online

Sistem yang ada saat ini belum sepenuhnya berjalan secara otomatis. Masih
ada beberapa proses yang dilakukan secara manual. Untuk itu masih
diperlukan pengembangan seperti VAT refund online integrated system, VAT
refund mobile, dan pengembangan database server.

16

6. Kebutuhan sumberdaya TI
Tabel 4. Identifikasi sumberdaya TI baru layanan VAT refund
Existing
Sumberdaya TI
Public Value
Otomasi:
memberi
kemudahan
proses
pendaftaran
merchant dalam
skema VAT
refund for
tourist,
kemudahan
dalam aktivasi
dan permohonan
VAT refund
tanpa harus
Aplikasi:
VAT refund online datang ke kantor
pelayanan pajak
(KPP). Proses
Data/Informasi:
menjadi lebih
Data merchant
cepat dan
mudah.
Infrastruktur:
Website,
Pelayanan
Web server
mudah diakses
dari mana saja
Manusia:
karena sudah
SDM
berbasis web
Kolaborasi
dengan toko
retail (merchant)
dan Angkasapura
(bandara)
Merupakan
pelayanan baru
untuk VAT
refund secara
online

>>>
Kapabilitas

Operasional

Future
Public Value
Sumberdaya TI

Kemudahan turis
asing dalam
melakukan klaim.
Otomasi sistem
terintegrasi tanpa lagi
memerlukan berkas
fisik seperti faktur
pajak khusus,
passport dan boarding
pass. Data belanja dan
VAT yang dibayar turis
asing tercatat semua
dalam database
sistem .

Kemudahan akses
informasi merchant
yang ikut
Communicational berpartisipasi dalam
skema VAT refund
melalui aplikasi
mobile
Menambah jumlah
merchant yang ikut
skema VAT refund
Partnering
serta menambah exit
point sebagai tempat
pelayanan klaim.

Innovation

Aplikasi:
VAT refund
online
integrated
system,
VAT refund
mobile
Data/informasi:
Data turis, data
merchant, data
transaksi
Infrastruktur:
Website,
Enterprise
database
server
Manusia:
SDM

Mengembangkan
aplikasi berbasis
mobile

17

II. MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI
Setiap organisasi, dengan berbagai aktifitas kegiatannya, menghadapi
banyak risiko yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Risiko-risiko tersebut harus dikelola dengan baik agar tujuan organisasi
tercapai. Proses manajemen risiko membantu proses pembuatan keputusan dengan
menghitung ketidakpastian dan kemungkinan kejadian di masa depan serta
pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen risiko Teknologi Informasi (TI) adalah kemampuan organisasi
dalam mengurangi risiko-risiko TI yang mungkin akan menghambat pencapaian
tujuan organisasi terkait dengan pemanfaatan TI itu sendiri. Mengingat
pentingnya TI dalam mendukung tercapainya rencana strategis bisnis, maka
organisasi harus mengelola seluruh sumberdaya TI sebagai aset organisasi.
Sumberdaya TI meliputi aplikasi, informasi, infrastruktur dan sumberdaya
manusia. Untuk itu, pada sebuah proses penilaian risiko, organisasi harus
melakukan evaluasi atas segala hal yang mengancam sumberdaya TI melalui
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan risiko potensial, baik kecenderungan
atau probabilitas terjadinya maupun besarnya dampak (PBI, 2009).
Manajemen risiko terdiri atas aplikasi logis dan metode sistematis yang
berkaitan dengan (IEC/ISO 31010, 2009):
a. Komunikasi dan konsultasi seluruh proses
b. Pembangunan konteks
c. Penilaian risiko melalui identifikasi, evaluasi dan evaluasi
d. Perlakuan terhadap risiko
e. Monitoring dan evaluasi risiko

18

Penentuan konteks

Penilaian risiko
Identifikasi risiko
Komunikasi
dan
konsultasi

Analisis risiko

Monitoring
dan review

Evaluasi risiko

Perlakuan risiko

Gambar 4. Alur proses manajemen risiko ISO 31000

1. Komunikasi dan Konsultasi
Kesuksesan penilaian risiko tergantung pada efektifitas komunikasi dan
konsultasi dengan para stakeholder. Keterbatasan pada penelitian ini adalah
bahwa data dan informasi mengenai proses, input dan aktifitas didapat dari
website Ditjen Pajak tanpa ada komunikasi dan konsultasi langsung dengan
stakeholders.

2. Penentuan konteks
Konteks manajemen risiko TI ini mencakup semua capabilities dan core
competence dari sumberdaya TI yang dihasilkan oleh layanan VAT refund dari
Ditjen Pajak – Kemenkeu RI, termasuk klasifikasi kriteria risiko yang
ditimbulkan. Evaluasi risiko yang mungkin terjadi dalam penggunaan
sumberdaya TI dilakukan dengan metode probability matrix (IEC/ISO 31010,
2009).

Sumber
daya TI

Org.
capability

Org. Core
competence

Tujuan TI
(Konteks manajemen risiko TI)

Competitive
advantage

Org. target

Tujuan bisnis

Gambar 5. Cakupan manajemen risiko TI
19

Tabel 5. Sumberdaya TI, kapabilitas dan core competens layanan VAT refund
No

Sumberdaya TI
Capability
VAT refund online integrated Menangani proses
system
pendaftaran
dan
klaim
dengan
VAT refund online mobile
efektif dan efisien
Data detail turis,
Data turis, data merchant, data
merchant
dan
transaksi
transaksi
Informasi lengkap
Website
mengenai
VAT
refund
Proses dilakukan
dengan efektif dan
Database server
efisien
Responsif,
SDM
berkompeten

1
2
3

4

5
6

Core competence
Proses mudah dan
dapat
diakses
dimana saja
Proses cepat dan
mudah tanpa perlu
bukti fisik
Kepuasan
dan
kenyamanan turis
Kepuasan
dan
kenyamanan turis
Kepuasan
dan
kenyamanan turis

Kecenderungan dapat diukur dengan suatu kriteria pengukuran, yaitu
nilai

kuantitatif dari kecenderungan terjandinya

risiko.

Kuantifikasi

kecenderungan dapat berupa ukuran terjadinya risiko dalam satuan waktu
seperti frekuensi kejadian setiap hari, setiap minggu, setiap bulan atau setiap
tahun. Pada layanan VAT refund ini, penulis menetapkan kriteria pengukuran
kecenderungan seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 6. Kriteria pengukuran likelihood risiko layanan VAT refund
Level

Frekuensi kejadian

Potensi terjadi

1

Hampir tidak pernah terjadi

Potensi terjadi sangat kecil

2

Jarang terjadi

Potensi terjadi kecil

3

Cukup sering terjadi

Potensi terjadi sedang

4

Sering terjadi

Potensi terjadi dalam jangka panjang

5

Sangat sering terjadi

Potensi terjadi tinggi dalam jangka pendek

Dampak dapat dikuru dengan suatu kriteria pengukuran dampak, yaitu
suatu nilai kuantitatif dari pengukuran dampak terjadinya risiko. Pada tulisan
ini digunakan kriteria pengukuran dampak seperti tampak pada tabel 7.

20

Tabel 7. Klasifikasi dampak layanan VAT refund
Nilai

Potensi gangguan terhadap proses bisnis

1

Tidak menyebabkan gangguan terhadap operasional proses
bisnis

2

Proses bisnis mengalami gangguan namun aktifitas tugas
pokok dapat dijalankan secara normal

3

Proses bisnis mengalami gangguan yang menyebabkan
sebagian bisnis mengalami penundaan

4

Proses bisnis mengalami gangguan yang menyebabkan aktifitas
bisnis mengalami penundaan

5

Proses bisnis mengalami gangguan total hingga keseluruhan
proses bisnis tidak tercapai

Penentuan nilai risiko dikategorikan menjadi 3 ukuran yaitu Low,
Medium dan High. Matriks hasil kombinasi antara likelihood (kemungkinan
kejadian) dengan dampak yang ditimbulkan digambarkan seperti pada gambar
berikut:

frekuensi

5

Medium Medium

High

High

High

4

Low

Medium

High

High

High

3

Low

Low

Medium

High

High

2

Low

Low

Medium Medium

1

Low

Low

Low

1

2

3

High

Medium Medium
4

5

dampak

Gambar 6. Matriks penentuan nilai risiko

21

3. Penilaian risiko
a. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko dilakukan melalui pembuatan daftar risiko ( risk
register ). Proses yang dilakukan adalah penentuan klasifikasi risiko aset,

identifikasi risiko dan evaluasi risiko yang terkait dengan aset, dan analisis
kerawanan.
Secara lengkap, risk register ditampilkan pada tabel 8.

b. Analisis risiko
Analisis risiko dilakukan dengan metode probability matrix seperti
pada IEC/ISO 31000 dan IEC/ISO 31010. Matriks ini mengkombinasikan
antara kemungkinan kejadian (lihelihood/frekuensi) dengan dampak yang
ditimbulkan sehingga kemudian didapatkan level risiko seperti dijelaskan
sebelumnya pada bagian penentuan konteks (lihat tabel 6, tabel 7 dan
gambar 6).
Secara lengkap, hasil analisis risiko dapat dilihat pada tabel 8.

c. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan dengan memetakan nilai peluang dan
dampak

ke

dalam

sebuah

probability

criteria

matrix,

yang

menghubungkan antara peluang kejadian dan dampak yang dihasilkan.
Pengukuran kecenderungan, dampak dan nilai risiko dasar dibagi menjadi
dua tahap yakni Inheren dan Residual. Tahap inheren adalah keadaan
sebelum adanya perlakuan terhadap risiko, sedangkan tahap residual
adalah keadaan setelah adanya perlakuan terhadap risiko.
Perbandingan evaluasi risiko sebelum adanya perlakuan (inheren) dan
setelah perlakuan (residual) dapat dilihat pada gambar 7.

22

4. Perlakuan risiko
Risiko yang diidentifikasi pada risk register kemudian tangani dengan
baik. Tindakan penanganan ini dideskripsikan sesuai saran dari ahli pada
bidang yang bersangkutan. Beberapa saran penanganan risiko ini merupakan
tindakan pencegahan agar risiko tidak terjadi. Namun untuk beberapa risiko
yang tidak bisa diprediksi dan dicegah, penanganannya berupa tindakan
recovery.

Perlakuan risiko yang diambil dapat dilihat pada tabel 8.

5. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara simultan (bersamaan)
ketika setiap langkah dari proses penilaian risiko dilakukan. Proses monitoring
ini selayaknya melibatkan berbagai pihak termasuk stakeholder. Keterbatasan
dari tulisan ini, seperti diungkapkan sebelumnya, bahwa tidak ada komunikasi
dan konsultasi yang melibatkan stakeholder sehingga proses monitoring dan
evaluasi ini pun tidak melibatkan pemangku kepentingan.

residual

inheren
5

5

4

a

3

d

b,f,g,h,i

2

c

e

frekuensi

frekuensi

4

3
2

c,d,g

b,e,f,h,i

a

1

1
1

2

3
dampak

4

1

5

Keterangan gambar:
a. Faktur belanja hilang
b. Database tidak dapat diakses
c. Data bocor
d. Sistem VAT refund tidak dapat diakses
e. Website down

e.
f.
g.
h.

2

3
dampak

4

5

Hardware rusak
OS tidak dapat diakses
CS kurang memuaskan
Divisi IT kurang kompeten

Gambar 7. Matriks evaluasi risiko layanan VAT refund
23

Tabel 8. Risk Register pelayanan VAT refund
Inheren

No

Aset

Deskripsi
Risiko

3

Analisis
Kerawanan

4

Kecenderungan

Dampak

(min=1,
max=5)

(min=1,
max=5)

5

6

Residual
Nilai
Risiko
Akhir

Kontrol yang
ada

7

8

Kecenderungan

Dampak

(min=1,
max=5)

(min=1,
max=5)

9

10

Nilai
Risiko
Akhir

Nilai Risiko
Diharapkan

11

12

1

2

1

Data transaksi

faktur
belanja
hilang

Bukti fisik
sering tercecer
/ hilang. Turis
tidak
membawa
bukti fisik yang
diperlukan.

4

5

High

Data transaksi
disimpan di
database
server

2

4

Medium

Low

2

data turis,
data merchant
dan data
transaksi

database
tidak dapat
diakses,
karena rusak
atau
serangan
virus

maintenance
dilakukan
begitu ada
masalah

3

4

High

1.
Maintenance
dilakukan
sebulan 1 kali
2. Update
antivirus tiap
bulan

2

3

Medium

Low

3

data turis,
data merchant
dan data
transaksi

Data bocor
ke pihak
yang tidak
berwenang

Keamanan
data jaringan
belum optimal
sehingga bisa
disadap (dicuri)
pihak lain

2

3

Medium

Maintenance
ke vendor
untuk
optimalisasi
security

2

2

Low

Low

24

4

Sistem
jaringan
internet

Sistem VAT
refund tidak
dapat
diakses

Jaringan
mengalami
gangguan

3

3

Medium

evaluasi
terhadap
jaringan
internet,
maintenance
jaringan
sebulan 1 kali

2

2

Low

Low

5

Website

Website
down

Serangan virus
atau hacker

2

4

Medium

2

3

Medium

Low

6

Hardware
PC/Komputer,
printer,
monitor

Hardware
rusak

Kerusakan fisik

3

4

High

2

3

Medium

Low

7

Software
seperti OS dan
aplikasi
pendukung
lainnya

OS tidak
dapat
diakses

Serangan virus
atau kesalahan
konfigurasi

3

4

High

1. Update
antivirus tiap
bulan
2.
Maintenance
dilakukan dua
minggu sekali.
1.
Maintenance
dari pihak
vendor tiap 6
bulan
2.
Maintenance
dilakukan
divisi TI tiap
bulan
1.
Maintenance
dari divisi TI
tiap bulan
2. Update
antivirus tiap
bulan

2

2

Low

Low

25

8

SDM

Customer
Service
kurang
memuaskan

Informasi
salah, kurang
cekatan,
komunikasi
kurang

3

4

High

Pelatihan
komunikasi
dan customer
service

2

3

Medium

Low

9

SDM

Staf Divisi TI
kurang
berkompeten

Keahlian
bidang
jaringan,
programming,
security dan
teknis lain
masih kurang,
pegawai masih
baru

3

4

High

Pelatihan
teknis divisi TI

2

3

Medium

Low

26

KESIMPULAN
Dintjen Pajak – KemenKeu RI memiliki tujuan “Menjadi pengelola
keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya dan akuntabel dan terbaik di
tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis dan
berkeadilan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Ditjen Pajak menyelenggarakan
Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) kepada Orang Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri
atau dikenal dengan istilah Value Added Tax (VAT) refund for tourist.
Layanan VAT refund didukung oleh beberapa sumberdaya TI untuk
mencapai tujuan TI yang akan mendukung tujuan organisasi. Sumberdaya TI yang
digunakan antara lain:
1. Aplikasi : VAT refund online integrated system, VAT refund mobile
2. Data/informasi: data turis, data merchant, data transaksi
3. Infrastruktur: website, enterprise database server
4. SDM: staf CS dan divisi TI
Berdasarkan hasil analisis penilaian risiko layanan VAT refund, terlihat
bahwa layanan ini memiliki risiko seperti: hilangnya faktur belanja, database yang
tidak dapat diakses, data bocor ke pihak yang tidak berwenang, sistem VAT
refund tidak bisa diakses, website down, kerusakan hardware dan software, CS
kurang memuaskan dan divisi TI yang kurang kompeten.
Terhadap risiko tersebut, kemudian ditentukan perlakuan untuk masingmasing risiko yang dihadapi. Pengukuran dampak dan kemungkinan kejadian
(likelihood) risiko menunjukkan bahwa setelah dilakukan perlakuan, risiko-risiko
tersebut dapat dikurangi.

27

REFERENSI

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor: 11/25/2009 Tentang
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor: 5/8/PBI/2003 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Bank Indonesia. Jakarta.
IEC. International Standard ISO 31000 first edition 2009-11-15. 2009. IEC
publication. Geneva
IEC. International Standard IEC/ISO 31010 edition 1.0 2009-11. 2009. IEC
publication. Geneva
Kementerian Keuangan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2010-2014. 2010. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Kementerian Keuangan. Standar Prosedur Operasi (Standard Operating
Procedure) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan Kementerian Keuangan.
2010. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Kementerian Keuangan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
2012. 2013. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Pang, M. S. (2011). Information technology and value creation in the public
sector organizations. The University of Michigan.
Porter, Michael E., Competitive Advantage. 1985, Ch. 1, pp 11-15. The Free
Press. New York.
http://www.pajak.go.id
http://vatrefund.pajak.go.id

28

Lampiran

TENTANG VAT REFUND
Pajak Pertambahan Nilai / Value Added Tax
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris,
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk
jenis pajak tidak langsung, artinya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang
bukan penanggung pajak atau dengan kata lain penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum
utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8
Tahun 1983 berikut perubahannya yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994, UndangUndang No. 18 Tahun 2000, dan Undang_Undang No. 42 Tahun 2009.
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena pajak
sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18/2000 tidak dikenakan
PPN.
Pengembalian PPN / VAT refund
Dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai, diatur hal
baru tentang adanya ketentuan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi turis asing atas
PPN yang sudah dibayar untuk pembelian barang kena pajak yang akan dibawa ke luar
Indonesia. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 16E ayat (1) sampai dengan ayat (5). Bunyi Pasal
16E ayat(1) pada UU tersebut sebagai berikut: "Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar atas pembelian Barang Kena Pajak yang
dibawa ke luar Daerah Pabean oleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat
diminta kembali"
VAT refund dimulai di Indonesia sejak 2010, pada tahun 2011 mengalami penambahan
tempat pelayanan dan toko retail yang ikut berpartisipasi dalam skema tersebut. Dalam
rangka memperluas tempat pelayanan VAT refund for tourists, perlu menambah bandar udara
sebagai tempat pelayanan tersebut selain di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, Bandar
Udara Ngurah Rai, Bali, dan Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik tahun 2010, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Sumatera Utara
memiliki kunjungan wisata cukup banyak. Di samping itu Kementerian Perhubungan telah
menetapkan Bandar Udara Juanda Surabaya dan Bandar Udara Polonia Medan sebagai
bandar udara internasional yang memperbolehkan penerbangan langsung dari dan ke luar
negeri.
29

Lampiran

Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas maka mulai 1 september 2011 Bandar Udara
Juanda Surabaya dan Bandar Udara Polonia Medan ditetapkan sebagai tempat pelayanan VAT
refund for tourists melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor 287/KMK.03/2011. Seiring
dengan dibukanya tempat pelayanan VAT refund for tourists yang baru tersebut maka
Direktur Jenderal Pajak melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor Kep-156/pJ/2011
menunjuk 5 toko retail di Jawa Timur dan 4 toko retail di Sumatera Utara sebagai toko retail
yang ikut berpartisipasi dalam program VAT refund for tourists, selain 20 toko retail di
Jakarta, 10 toko retail di Bali, dan 10 toko retail di Yogyakarta yang telah ditunjuk
sebelumnya. Perluasan tempat pelayanan VAT refund for tourists sebagai exit point bagi turis
asing dan penambahan toko retail yang ikut berpartisipasi dalam skema pelayanan tersebut,
diharapkan mampu menambah nilai pelayanan dalam rangka memberikan daya tarik bagi
turis asing untuk berkunjung ke Indonesia dan sekaligus memicu pertumbuhan perdagangan
dalam negeri.

Cara PKP ikut skema VAT refund
PKP Toko Retail yang ingin ikut dalam skema VAT refund harus terlebih dahulu mengajukan
permohonan untuk mendapatkan PIN, user ID dan password memalui website VAT refund
DJP di http://vatrefund.pajak.go.id
Prosedurnya:
1. PKP
melakukan
pendaftaran
melalui
website
VAT
refund
DJP
(http://vatrefund.pajak.go.id) dengan memasukkan:
a. Nomor Pokok Wajib Pajak
b. Nomor Surat Pengukuhan PKP
c. Alamat surat elektronik (surel) yang valid
d. Nomor Surat Keputusan Pemusatan Tempat PPN Terutang
e. NPWP cabang yang dipusatkan
2. KPP mengirimkan surat pemberitahuan PIN dan Surat Keputusan Penunjukan PKP Toko
retail atau Surat Penolakan ke alamat PKP sesuai dengan alamat yang tertera pada Master
File Nasional Direktorat Jenderal Pajak.
3. PKP Toko Retail melakukan aktivasi melalui website vatrefund DJP dengan cara
memasukkan NPWP, PIN dan alamat surel/email PKP Toko retail sebagaimana pada saat
melakukan pendaftaran
4. Kantor Pusat DJP melalui sistem VAT refund mengirim UserID dan Password PKP Toko
Retail ke alamat surel PKP Toko retail setelah PKP melakukan aktivasi
5. PKP Toko retail melakukan pendaftaran toko retail dengan memasukkan UserID Login
Toko, Nama Toko dan Nomor teleponnya

30

Lampiran

Persyaratan PPN dapat diminta kembali
Pasal 16E ayat (2) UU PPN memberikan persyaratan PPN dan PPnBM yang dapat direstitusi
atau diminta kembali, yaitu:
a. Nilai PPN minimal Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan dapat disesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah;
b. Pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum
keberangkatan ke luar Daerah Pabean; dan
c. Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU
PPN, kecuali pada kolom NPWP dan alamat pembeli diisi dengan nomor paspor dan
alamat lengkap di negara yang menerbitkan paspor atas penjualan kepada orang
pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak mempunyai NPWP.
Mekanisme Pengembalian
Pasal 16E ayat (3) UU PPN mengatur tentang mekanisme bagaimana orang asing atau turis
asing dalam bahasa yang sederhana dapat melakukan restitusi PPN dan PPnBM. Berdasarkan
ketentuan ini, permintaan kembali dilakukan pada saat turis asing tersebut meninggalkan
Indonesia dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bandara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Adapun dokumen yang harus ditunjukkan pada saat melakukan permintaan kembali atas PPN
dan PPnBM yang sudah dibayar, sesuai dengan ketentuan Pasal 16E ayat (4) UU PPN adalah:
 Paspor;
 Pas naik (boarding pass) untuk keberangkatan ke luar Daerah Pabean;
 Faktur Pajak.

31