253948641 Rahasia Bisnis Orang Jepang

Rahasia Bisnis Orang Jepang
Oleh : Ann Wan Seng
Belajar dari :
Langkah Raksasa Sang Nippon Mengusai Dunia

01. Nilai Hidup Orang Jepang
“Rahasia kesuksesan orang Jepang terletak pada kemampuan mereka beradaptasi secara cepat”
Setelah bom atom Amerika menghunjam jantung Kota Jepang tahun 1945, semua pakar ekonomi
saat itu memastikan Jepang akan segera mengalami kebangkrutan. Namun, dalam kurun waktu
kurang dari 20 tahun, Jepang ternyata mampu bangkit dan bahkan menyaingi perekonomian negara
yang menyerangnya. Terbukti, pendapatan tahunan negara Jepang bersaing ketat di belakang
Amerika Serikat. Apalagi di bidang perteknologian, Jepang menjelma menjadi raksasa di atas
negara-negara besar dan berkuasa Iainnya. Dengan segala kekurangan secara fisik, tidak fasih
berbahasa Inggris, kekurangan sumber tenaga kerja, dan selalu terancam bencana alam rupanya
tidak menghalangi mereka menjadi bangsa yang dihormati dunia.
Ann Wan Seng menyingkap gaya hidup, gaya bekerja, semangat kerja pasukan, dan prinsip orang
Jepang yang membuahkan hasil mengagumkan di perekonomian negaranya. Tulisan ini tak hanya
memberi Anda teknik dan rahasia bisnis orang Jepang tetapi juga memberi inspirasi agar Anda mau
berubah.
“Mereka yang pernah mendaki Gunung Fuji, Iayak disebut orang bijak. Namun, mereka yang
mendaki untuk kedua kalinya, Iayak disebut orang bodoh.”

- Rahasia Pepatah Jepang -

Gunung Fuji dengan ketinggian 3.776 meter merupakan gunung tertinggi sekaligus simbol bagi
rakyat Jepang. Bentuknya yang megah semakin memantapkan julukannya sebagai gunung keramat.
Konon, wanita sempat dilarang keras mendaki gunung tersebut karena dewi Gunung Fuji akan
cemburu.
Gunung Fuji yang berarti “keabadian” menjadi pembangkit semangat bagi masyarakat Jepang untuk
terus berpikir kreatif tatkala keadaan mulai kian mustahil. Inilah salah satu faktor mengapa Jepang
bisa sukses menguasai dunia walau memiliki segunung kekurangan.

02. Jiwa besar dan Impian

Bangsa Jepang tidak pernah memiliki peradaban yang hebat dan sejarah yang bisa dibanggakan
seperti Negara-negara lain. Negaranya cantik dan indah, tetapi tidak memiliki hasil alam yang bisa
dimanfaatkan. Orangnya kecil dan pendek. Namun, di balik segala kekurangannya itu, mereka
berjiwa besar dan memiliki impian yang melebihi kemampuan geografisnya. Budayanya unik dan
nilai tradisinya memesona. Wanitanya seperti gadis pingitan yang sangat pemalu dan segan.
Prianya tegas dan garang seperti samurai yang siap perang. Gunung Fuji selalu menjadi sebutan
karena diselimuti salju putih dan mendamaikan siapa pun yang memandangnya.
Kita kenal bangsa Jepang karena mereka pernah menjajah tanah Melayu. Banyak yang membenci

bangsa Jepang karena kekejaman dan keganasan yang diIakukannya. Bagaimanapun, bangsa
Jepang kini sudah berubah. Kedatangan mereka tidak lagi ingin menjajah dan menguasai hasil
kekayaan negara yang mereka datangi. Kedatangan bangsa Jepang untuk berdagang dan mencari
peluang ekonomi baru. Mereka membuat perindustrian dan mendirikan Perusahaan-perusahaan di
semua tempat. Tujuannya hanya mencari keuntungan demi membangun kembali ekonominya
seperti sediakala. Tujuannya menjadi negara maju dan penguasa ekonomi dunia sudah tercapai.
Meskipun sudah menjadi sebuah negara kaya dan tersohor, tetapi mereka tidak pernah berhenti
bekerja. Mereka terus berusaha memperbaiki prestasi mereka di bidang ekonomi.
Faktor utama kesuksesan bangsa Jepang terletak pada budaya kerja, sistem etika, pengelolaan
yang bagus, kreativitas, dan semangat juang tinggi tanpa mengenal arti kekalahan. Mereka menjadi
kebanggaan Asia karena dapat mengatasi pihak Barat dari segi prestasi dan Produktivitasny.
Bangsa Jepang terkenal rajin dan optimis. Cara mengendalikan suatu masalah dan pekerjaan
berbeda dari gaya Barat. Keberhasilan bangsa Jepang sangat mengagumkan sehingga
menimbulkan berbagai pertanyaan seputar formula yang mereka gunakan. Kesuksesan Jepang
tersebut luar biasa, meskipun mereka pernah musnah saat Perang Dunia berakhir. Banyak
penelitian yang menyoroti budaya kerja dan rahasia kesuksesan bangsa Jepang. Hal ini terbukti
dengan banyak diterbitkannya buku-buku yang berkaitan dengan Jepang. Banyak aspek mengenai
bangsa Jepang yang disentuh, termasuk aspek pemikiran dan pengelolaan. Terdapat pula tulisan
yang terlalu bersifat teknik dan sukar dipahami karena diterjemahkan dari buku-buku yang
diterbitkan di Jepang. Karena itu, sejak tahun 1988, saya terus berinisiatif menuliskan secara umum

dan menyeluruh berbagai aspek budaya kerja dan formula kesuksesan bangsa Jepang. Sebagian
dalam tulisan ini pernah dimuat dalam majalah lokal.

Tulisan ini memberi tumpuan pada berbagai aspek dan perkara yang mendorong kesuksesan
bangsa Jepang. Formula kesuksesan bangsa Jepang yang diutarakan dalam tulisan ini bukan saja
sesuai untuk dilaksanakan, melainkan juga dasar untuk menjadi seorang pekerja yang cemerlang
dan pengusaha yang sukses. Untuk mencapai kesuksesan, kita perlu belajar dari bangsa yang lebih
maju dan hebat. Kita tahu bangsa Jepang pintar, hebat, dan berbakat. Kita juga tahu bahwa segala
kepandaian dan kehebatan bangsa Jepang ada pada diri kita, tetapi kita tidak menyadarinya.
Bangsa Jepang sadar dengan hal itu dan menggunakannya secara optimal. Hasilnya, mereka
sukses sampai hari ini. Toh banyak bangsa lain yang masih ketinggalan karena menyia-nyiakan
segala karunia Tuhan.
Tulisan ini dapat menjadi rujukan, panduan, dan motivasi agar kita dapat lebih dekat mengenal
bangsa Jepang. Hal positifnya, banyak rahasia dan formula yang dapat digali dari mereka. Formula
ini sebenarnya bukan rahasia lagi. Kita sudah mengetahuinya, tetapi kita tidak pernah
menggunakannya. Formula kesuksesan bangsa Jepang mudah dan lebih gampang daripada
formula matematika. Untuk mencapai sukses, formula ini harus digunakan dan dipraktikkan. Jika
tidak, maka akan tetap menjadi formula dan rahasia yang nantinya akan hilang oleh perubahan
waktu dan zaman. Jika bangsa Jepang bisa melakukannya, maka tidak ada alasan untuk kita gagal
melaksanakannya. Kekuasaan ada di tangan kita dan bukan terletak pada negara.


03. Kebangkitan Jepang
Jepang diakui sebagai negara termaju,
. . . . dan pengendali utama Negara-negara industri.
KEBERHASILAN BANGSA JEPANG dalam bidang ekonomi sangat mengagumkan. Siapa sangka

setelah mengalami kehancuran dahsyat dalam Perang Dunia II, Jepang mampu bangkit kembali
dengan kekuatan yang luar biasa. Jepang muncul sebagai negara paling maju di wilayah Asia Timur.
Hanya dalam dua dekade setelah peristiwa pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang
berhasil menempatkan dirinya di kalangan negara yang berpengaruh dalam perekonomian dunia.
Negeri Matahari Terbit itu membuktikan pada dunia bahwa mereka mampu membangun kembali
perekonomian mereka yang hancur. Dahulu Jepang tidak dikenal dan tidak dipandang sebagai
negara maju, tetapi sekarang, negara itu menjadi contoh dan teladan Negara-negara yang
berpengaruh di dunia.

Awalnya, mutu produk Jepang dianggap paling rendah. Namun, sekarang, produk Jepang dianggap
sebagai produk terbaik dan berkualitas. Jepang telah diakui sebagai negara termaju dan salah satu
pengendali utama negara-negara industri.
Ukuran kemajuan Jepang dapat diukur dari pendapatan per kapita dan taraf hidup rakyatnya yang
menempati posisi kedua tertinggi di dunia, Pada pertengahan era 1990-an, Produk Nasional Bruto

(PNB) Jepang mencapai US$ 37,5 miliar atau 337,5 triliun rupiah. Angka tersebut sekaligus
menempatkan posisi Jepang di belakang Swiss yang memiliki PNB tertinggi di dunia. Simpanan
khusus Swiss yang berjumlah US$ 113,7 miliar merupakan yang tertinggi di dunia.
Selain memiliki simpanan khusus yang tinggi, Jepang juga tidak memiliki utang luar negeri.
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS), kedudukan ekonomi Jepang lebih kuat
dan kokoh. Meskipun AS dikenal sebagai negara penguasa ekonomi nomor satu di dunia,
sebenarnya AS menanggung utang luar negeri yang besar. Pengeluaran AS bukan hanya
mengalami defisit yang besar, tetapi juga menghadapi masalah inflasi yang tinggi.
Berbeda deng keadaan Jepang. Negara Jepang bukan hanya memiliki tingkat inflasi rendah,
melainkan juga tingkat pengangguran yang rendah. Rakyat Jepang hidup mewah dan bersenangsenang dengan pendapatan rata-rata tahunan lebih dari empat puluh ribu dolar AS per tahun.
Pelayanan pendidikan dan kesehatan di Jepang merupakan yang terbaik di dunia. Oleh karena
itulah, semua penduduknya dapat membaca dan menulis.
Kemampuan Jepang bangkit dari kerusakan akibat perang dan kehancuran perekonomian dianggap
sebagai sebuah keajaiban. Meski demikian, keberhasilan yang dirasakan Jepang tidak dicapai
dalam waktu singkat. Sebenarya, tidak ada satu keajaibanpun yang membantu perkembangan dan
kemajuan perekonomian Jepang. Semua diperoleh dari hasil kerja dan usaha keras rakyat Jepang
untuk memulihkan kembali harga diri bangsa dan negara yang telah tercemar. Segala kesenangan,
kemewahan, dan kekayaan negara itu diperoleh dengan usaha yang tidak kenal lelah, disiplin ketat,
dan semangat kerja keras yang diwarisi secara turun-menurun.
Bangsa Jepang memiliki semangat pantang menyerah. Mereka tidak takut dengan cobaan dan

kesusahan. Mereka sanggup berhadapan dengan segala cobaan demi mencapai tujuannya. Mereka
juga teguh menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Jika melakukan suatu pekerjaan maka
mereka melakukannya dengan sungguh agar mendapatkan hasil yang terbaik.

Bangsa Jepang sulit menerima kekalahan. Bagi mereka, kalah tidak berarti mati. Kekalahan dapat
ditebus kembali dengan kemenangan dan keberhasilan dalam bidang lain. Jika kalah, maka mereka
mau kalah dengan penuh harga diri.
Mereka tidak mau dihina. Bagi mereka, lebih baik mati daripada menjadi bangsa yang dihina dan
terhina.
Bangsa Jepang lebih memilih mati dan bunuh diri daripada menanggung malu akibat kekalahan dan
kegagalan. Zaman dahulu pahlawan Jepang yang dikenal dengan sebutan samurai akan melakukan
harakiri atau bunuh diri dengan menusukkan pedang ke bagian perut jika kalah dalam pertarungan.
Hal itu justru memperlihatkan usaha mereka menebus kembali harga diri yang hilang akibat kalah
dalam pertarungan. Semangat samurai masih kuat tertanam dalam sanubari bangsa Jepang.
Namun, saat ini harakiri tidak lagi dilakukan. Semangat dan disiplin samurai tersebut sekarang
digunakan bangsa Jepang untuk membangun kembali ekonomi yang runtuh pada pertengahan
tahun 1940-an.
Untuk menjadi bangsa yang hebat dan dihormati, bangsa Jepang melalui berbagai pengalaman
pahit dan berliku. Bangsa Jepang tidak pernah menyerah dengan segala kekurangan dan
kelemahan pada diri mereka.

Meskipun sumber alamnya minimal, terancam gempa bumi, dan sering dilanda angin topan, mereka
menggunakan segala potensi yang ada untuk membangun negara mereka agar sebanding dengan
negara yang kaya dengan sumber alam. Mereka pintar memanfaatkan dan memberdayakan segala
sumber yang ada.
Namun, mereka tidak boros. Semua sumber alam tersebut dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Mereka juga tidak suka membuang-buang waktu dan selalu tepat waktu.
Sikap itulah yang membantu Jepang bangkit dan mampu bersaing di pasar ekonomi bebas dan
dunia perniagaan. Bangsa Jepang memaksimalkan apa yang mereka miliki karena permukaan
wilayah yang bergunung-gunung dan tidak bisa lebih banyak lagi mengeksploitasi hasil alam
mereka.
Di Jepang, persaingan dalam penggunaan tanah untuk tempat tinggal dan pertanian sangat ketat.
Akan tetapi, hal itu tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menjelajahi sumber-sumber baru di
negara lain. Jepang juga memiliki sumber daya manusia yang cukup dan berkualitas untuk
membangun sektor industri dan mendirikan perusahaan-perusahaan industri. Faktor tersebut juga

menjadikan Jepang sebagai perusahaan raksasa bertaraf multinasional, dan menjadi penuntun serta
pemacu pada keberhasilan ekonominya.
[Fakta Menarik]
Sikap Positif Orang Jepang :




Tidak mudah menyerah



Tidak takut pada cobaan dan kesusahan



Menjaga harga diri dan kehormatan bangsa



Melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh



Kekalahan dapat ditebus dengan kemenangan dan keberhasilan dalam bidang lain




Orang Jepang pintar memanfaatkan sumber alam yang ada

04. Bagaimana Jepang Menjadi Nomor Satu

Hasil pertanian Jepang merupakan yang tertinggi di dunia.
BERBEDA DENGAN INDONESIA, Jepang tidak memiliki hasil dan sumber daya alamnya sendiri. Oleh

karena itu, Jepang bergantung pada sumber-sumber dari negara lain. Negara tersebut tidak hanya
mengimpor minyak bumi, biji besi, batu arang, kayu, dan sebagainya. Bahkan, hampir delapan puluh
lima persen sumber tenaganya berasal dari negara lain. Hasil pertanian Jepang adalah yang
tertinggi di dunia. Selain itu, Jepang juga mengimpor tiga puluh persen bahan makanan dan negara
lain untuk memenuhi konsumsi makanan penduduknya. Namun, di Jepang pertanian masih menjadi
sektor utama meskipun telah dikenal sebagai negara industri yang maju.
Seperti telah disebutkan, persaingan penggunaan tanah di Jepang sangat tinggi dan ketat. Karena
permukaan yang bergunung gunung para petani harus memaksimalkan penggunaan tanah untuk
menghasilkan makanan secara produktif. Bangsa Jepang tidak suka pemborosan. Karena itu,
mereka memanfaatkan waktu dan sumber daya alam sebaik-baiknya. Semuanya digunakan secara
maksimal dengan tahapan yang maksimal pula. Coba bayangkan mereka menanam padi di halaman

rumah mereka dan tidak menyia-nyiakan sejengkal tanahpun tanpa menghasilkan sesuatu Selain
itu, keadaan negara yang sedemikian rupa mendorong bangsa Jepang untuk menggunakan sumber
yang sedikit untuk mendapatkan hasil yang banyak.

Sektor lapangan pekerjaan, pendidikan, dan sektor kehidupan lainnya juga ikut mengalami
persaingan yang ketat. Hal itu dlsebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah jumlah penduduk
yang padat dan perubahan sosial. Para penduduk pun dituntut bekerja keras untuk memenuhi
keperluan yang menjamin kelangsungan hidup mereka. Bangsa Jepang tidak menjadikan keadaan
geografis yang kurang baik sebagai alasan mereka tidak bisa maju. Bencana alam, seperti gempa
bumi, gunung meletus dan angin topan, juga tidak menghalangj mereka menjadi bangsa yang kuat
dan dihormati.
Bangsa Jepang berhasil membuktikan mereka dapat menciptakan keajaiban dalam bidang ekonomi
dalam keadaan yang serba kekurangan dan dengan sumber daya alam terbatas. Akan tetapi,
keajaiban dalam bidang ekonomi itu tidak muncul tiba-tiba dan diperoleh dalam sekejap. Keajaiban
itu datang dari hasil kerja keras dan komitmen penduduknya selama beratus-ratus tahun. Tanpa
kesungguhan dan keyakinan, bangsa Jepang mustahil dapat membangun kembali negaranya yang
hancur akibat Perang Dunia II dan mampu berada dalam posisi seperti saat ini.
Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tahan terhadap cobaan. Mereka tidak mudah tunduk pada
kekalahan dan kegagalan. Mereka juga tidak mudah putus asa dan menyerah begitu saja. Bagi
bangsa Jepang, kalah dan gagal setelah berjuang lebih mulia daripada mati sebelum berperang atau

mencoba. Tidak ada keberhasilan yang diperoleh tanpa curahan keringat dan pengorbanan. Dengan
kesungguhan, disiplin, kerja keras, dan semangat Bushido yang diwarisi secara turun-temurun,
akhirnya Jepang menjadi penguasa perekonomian nomor satu di dunia.
Banyak negara di Asia yang menjadikan ke berhasilan Jepang sebagai sumber inspirasi mereka.
Akan tetapi, tidak satu pun yang mampu mencontoh dan mengulang secara utuh keberhasilan
Jepang. Mencontoh keberhasilan Jepang tanpa menerapkannya melalui tindakan tentu saja tidak
memberikan basil apa-apa. Bangsa Jepang cepat dan tanggap bertindak, Sehingga mereka cepat
bangkit dari kehancuran. Mereka tidak menunggu peluang datang, tetapi mencari dan menciptakan
sendiri peluang tersebut. Sekali mendapatkan peluang, mereka tidak melepaskannya.
Banyak negara yang berusaha mengikuti langkah Jepang. Salah satunya adalah Korea Selatan.
Seperti halnya Jepang, Korea Selatan juga mengalami ke hancuran ekonomi yang dahsyat akibat
perang saudara dengan Korea Utara. Ketika saudara kandungnya itu masih berhadapan dengan
kemiskinan, perekonomian Korea Selatan telah berkembang dengan pesat, sehingga muncul
sebagai penguasa baru dalam perekonomian Asia. Namun, kemajuan ekonominya masih belum
dapat mengalahkan Jepang. Negara Jepang dianggap sebagai pemimpin utama dan penguasa
nomor satu perekonomian di benua kita. Korea Selatan berpotensi menjadi negara seperti Jepang,
tetapi perlu waktu lama untuk mengambil alih kedudukan Jepang. Saat ini, Korea Selatan sedang

mengikuti Jepang dengan jarak dekat dan Jepang pun berlari tanpa menunjukkan rasa letih. Jepang
juga telah jauh meninggalkan negara-negara tetangganya dan terus memperbesar jarak demi
mempertahankan kedudukannya sebagai penguasa ekonomi nomor satu.
[Fakta Menarik]
Rahasia Jepang Menjadi Penguasa Nomor Satu Di Dunia :



Kesungguhan



Disiplin



Kerja keras



Semangat “Bushido”



“Keajaiban” Jepang bukan karena Sulap.



Bangsa Jepang tidak menunggu peluang datang, tetapi mencari dan menciptakan sendiri
peluang tersebut.

05. Mengapa Tidak Seperti Jepang
Menjelang tahun 1978, gaji pekerja Jepang
lebih tinggi daripada gaji pekerja AS dan
berkali-kali lebih tinggi daripada gaji pekerja
negara-negara Asia lainnya.
MENGAPA KOREA SELATAN, Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Indonesia tidak dapat menjadi

seperti Jepang? Apakah karakter bangsa Jepang tidak dimiliki bangsa lain? Padahal, berdasarkan
ciri fisik dan keadaan geografis, setengah negara tersebut yang lebih baik daripada Jepang.
Beberapa penelitian dilakukan untuk menjelaskan hal itu. Namun, sebagian besar penjelasan
tersebut dianggap ketinggalan zaman dan tidak dapat digunakan dalam konteks sekarang. Sebagai
contoh, keberhasilan ekonomi Jepang pernah dikaitkan dengan gaji buruh dan pekerja yang rendah.
Namun, menjelang tahun 1978, gaji pekerja Jepang lebih tinggi daripada gaji pekerja AS dan berkalikali lebih tinggi daripada gaji pekerja negara-negara Asia lainnya.
Walaupun biaya pengeluaran di Jepang meningkat, negara itu masih dapat mempertahankan
kedudukannya sebagai salah satu penguasa perekonomian utama di dunia. Pada saat para pekerja
di negara-negara industri Eropa Barat dan AS mengalami penurunan produktivitas, para pekerja
Jepang menunjukkan prestasi yang cukup mengagumkan. Pada tahun 1975, setiap sembilan hari,
seorang pekerja di Jepang menghasilkan sebuah mobil senilai seribu Poundsterling. Padahal,
pekerja di perusahaan Leyland Motors, Inggris, memerlukan waktu empat puluh tujuh hari untuk
menghasilkan sebuah mobil bernilai sama. Kecekatan, keahlian, dan kecepatan pekerja Jepang
jelas melebihi pekerja di negara mana pun. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Jepang dapat
pulih dan membangun kembali negaranya dengan cepat, walaupun seluruh sendi perekonomiannya
lumpuh setelah dikalahkan Sekutu yang dipimpin oleh AS dalam Perang Dunia II.
Seorang pekerja Jepang rata-rata dapat melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan lima
sampai enam orang. Di Indonesia, untuk memperbaiki jalan kampung yang rusak, mungkin
diperlukan lima belas orang. Mulai dari pihak yang menerima pengaduan, memberi arahan, yang
mengangkat peralatan, pemandu, hingga yang bertanggung jawab mengolah ter [aspal], dan yang
menutupi jalan yang rusak. Di Jepang, pekerjaan itu dapat di kerjakan oleh tiga orang saja. Oleh
karena itu, pekerja Jepang digaji tinggi karena mereka dapat menyelesaikan pekerjaan yang
seharusnya dikerjakan lebih dari satu orang orang. Saat bekerja, orang Jepang tidak banyak bicara
dan bertingkah. Hal yang penting bagi mereka adalah mempersiapkan pekerjaan dan tugas yang
diberikan.

Jadi, jika ada negara yang ingin seperti Jepang, mereka juga perlu memiliki pekerja yang mampu
mengerjakan berbagai pekerjaan dalam waktu yang sama. Pekerja di Jepang tidak hanya mampu
bekerja dengan baik, tetapi mau bekerja lembur tanpa bayaran lebih. Bagi mereka, yang terpenting
adalah pekerjaan tersebut dapat selesai secepatnya. Mereka tidak terlalu memikirkan imbalan
karena imbalan tersebut dapat diperoleh dengan menunjukkan prestasi yang memberi semangat
dan ketika perusahaan memperoleh keuntungan.
Berbeda dengan pekerja di Indonesia yang sangat bergairah menuntut berbagai gaji dan bonus
tanpa mencoba berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Konsep untuk membayar
terlebih dahulu dari bekerja kemudian haruslah diubah. Pekerja Jepang layak menerima gaji tinggi
karena kualitas kerja mereka. Di samping itu, sikap dan cara kerja mereka juga sepantasnya
mendapatkan gaji tinggi. Pekerja di Indonesia perlu mencontoh sikap kerja bangsa Jepang jika ingin
menjadi negara maju.
Bangsa Jepang berusaha menjadi nomor satu dalam semua bidang. Mereka juga bekerja sungguhsungguh untuk mencapainya. Sikap positif ini sebaiknya diterapkan dalam hati dan sanubari kita
semua. Sikap ini berhasil mengubah pandangan masyarakat dunia pada barang produksi Jepang.
Sebelum perang, barang produksi Jepang dianggap tidak berkualitas dengan mutu pembuatan amat
rendah. Begitu juga setelah perang, barang berlebel Made in Japan tidak laku di pasaran dan sering
dilecehkan jika dibandingkan dengan produksi dan Barat.
Pada awal era 1950-an, radio, perekam pita, dan peralatan hi-fi dari Jepang tidak dapat menyaingi
produksi AS dan menembus pasar dunia. Namun, bangsa Jepang tidak putus asa. Para peneliti dan
pekerja Jepang terus berusaha memperbaiki produk mereka. Mereka terus melakukan berbagai
penelitian untuk meningkatkan mutu produksinya, sehingga produk mereka diakui sebagai yang
terbaik di dunia. Hal serupa juga terlihat dan barang barang produksi seperti jam tangan, motor,
barang elektrik, kapal, tekstil, dan sebagainya.
Jika Jepang dapat menjadi nomor satu dan menciptakan keajaiban dalam bidang ekonomi, tidak ada
alasan bagi negara lain untuk tidak bisa mendapatkan kedudukan yang sama. Bukankah ada
pepatah lama yang mengatakan “di mana ada kemauan, di situ ada jalan” dan “mau seribu daya,
tidak mau seribu alasan”. Jepang bisa, negara lain juga pasti bisa. Walaupun tidak bisa sama persis
seperti Jepang, tetapi negara lain dapat meniru Jepang. Bangsa Jepang juga meniru dari Barat
sebelum mereka dapat menghasilkan produk dan barang yang jauh lebih baik daripada yang
ditirunya.
[ Fakta Menarik ]

Beberapa Produk Terbaik Jepang Yang Diakui Dunia :


Jam tangan



Kendaraan bermotor



Perangkat listrik



Kapal



Tekstil

06. Organisasi Jepang
Dalam organisasi Jepang, setiap anggota,
baik tingkat bawah, tengah, maupun atas,
memiliki peran yang sama.
ORGANISASI JEPANG tidak menyukai individu atau pekerja yang banyak tingkah dan mementingkan

diri sendiri. Menurut mereka, kesuksesan sebuah organisasi tidak boleh dianggap sebagai
kesuksesan individu, tetapi hasil kerjasama kelompok. Bagi bangsa Jepang, perundingan dan
pembicaraan akan menghasilkan keputusan yang baik. Mereka melibatkan orang lain dalam perkara
yang hendak diperbincangkan. Dalam organisasi Jepang, setiap anggota, baik tingkat bawah,
tengah, maupun atas, emiliki peran dan kepentingan yang sama. Hubungan antar individu tanpa
melihat jabatan dan kedudukan membuat hubungan menjadi erat dan saling melengkapi satu sama
lain.
Setiap tingkatan dan bagian dalam organisasi sama-sama penting. Tidak ada pihak, termasuk
pengelola yang boleh menganggap dirinya sebagai golongan paling penting dalam organisasi. Ini
berbeda dengan organisasi barat. Dalam organisasi Barat, terdapat jurang besar antara pengelola
dan bawahan. Kedua golongan itu dipisahkan dinding yang terkadang menimbulkan masalah
komunikasi yang serius. Mereka bukan hanya dipisahkan oleh keduidukan dan status, melainkan
juga oleh ruangan kantor. Untuk bertemu dengan pengelola, ada proses birokrasi tertentu seperti
janji pertemuan yang harus dilalui oleh bawahan.
Dalam organisasi Jepang, pengelola berawal dari posisi bawahan dan naik secara perlahan. Oleh
karena itulah, kebanyakan pengelola organisasi Jepang lebih akrab dan memahami bawahannya
ketimbang pengelola di AS. Sistim kenaikan pangkat seperti itu memiliki banyak kelebihan, karena
memberikan kesempatan bagi para pengelola terhadap keseluruhan organisasi dan operasi.

Kesempatan dan pengalaman itu membantu mereka memahami dan mengendalikan jalannya
organisasi. Di samping itu, mereka juga dapat bekerja sama dan menambah kesetiaan para
bawahan kepada pengelola. Itu sebabnya pekerja-pekerja di Jepang lebih setia kepada pengelola
daripada pekerja di Barat.
Sistim tersebut menjadikan setiap pekerja menjabat posisi yang lebih tinggi bukan berdasarkan
kedudukan dan hubungan dengan pihak pengelola, melainkan prestasi, hasil, kemampuan, dan
sikap terhadap pekerjaan. Mereka yang naik jabatan melalui cara itu memiliki hubungan
interpersonal yang kuat dengan bawahannya. Sudah menjadi hal biasa bagi pengelola Jepang untuk
mengundang bawahannya ke ruang kantor dan meminta bantuan mereka. Sikap ini membuat para
pekerja merasa selalu dihargai dan menganggap diri mereka penting bagi organisasi. Sikap
berterus-terang mengurangi konflik antara pihak pengelola dan bawahannya.
Secara tradisi, para pemimpin eksekutif Jepang telah diajarkan agar selalu mengamalkan sikap
saling membantu dengan pekerja sebagai suatu kumpulan manusia yang besar. Mereka tidak
melihat dunianya sebagai suatu yang terasing, tetapi meletakkan diri mereka dalam hubungan
berbentuk bulatan yang berlapis-lapis. Setiap individu menempatkan dirinya bersama-sama orang
lain yang dekat dengannnya dalam lapisan yang terdalam. Sikap saling tergantung tersebut
mempunyai peran penting dalam tim kerja Jepang.
Tim kerja merupakan pondasi dasar dalam organisasi usaha Jepang untuk membentuk interaksi
antara anggota tim dan pengelola. Pemimpin tim haruslah individu yang dapat diterima para
anggotanya untuk menjaga keharmonisan dan semangat di antara mereka. Melalui tim kerja yang
seperti itu, hubungan emosi dan pribadi dipupuk dan dibangun untuk menngkatkan semangat dan
motivasi anggota. Tim tersebut juga memberikan dukungan moral untuk mempertahankan kesetiaan,
disiplin, dan semangat kerja para anggotanya.
[ Fakta Menarik ]
Keistimewaan Sistim Organisasi Jepang :


Membuka kesempatan pengelola kepada pengelolaan organisasi



Para bawahan memiliki hubungan interpersonal yang kuat.



Meningkatkan prestasi dan hasil.

Dalam organisasi Jepang,
pengelola berawal dari posisi bawahan.

Sikap berterus terang mengurangi konflik
antara pihak pengelola dan bawahan.
Tim kerja merupakan pondasi dasar
dalam organisasi Jepang.

07. Seni Pengolalaan Jepang
Bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka
sebagai anggota organisasi
dan perkumpulan tertentu jika memperkenalkan diri.

BIASANVA, seseorang memperkenalkan diri berdasarkan identitas negara atau keturunannya.

Bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka sebagai anggota organisasi dan perkumpulan
tertentu saat memperkenalkan diri. Mereka bangga jika dikaitkan dengan organisasi besar dan
berprestasi, tempat mereka bekerja. Semangat inilah yang menjadi tonggak utama kekuatan
organisasi perdagangan bangsa Jepang. Mereka bangga bila dapat mencurahkan kesetiaannya
pada organisasi besar dan berpengaruh. Oleh karena itu, mereka selalu melakukan dan
memberikan yang terbaik kepada organisasi tempat mereka bekerja.
Bangsa Jepang memiliki semangat kebersamaan yang kuat. Semangat inilah yang memunculkan
Jepang sebagai penguasa ekonomi dunia yang berpengaruh pada masa sekarang. Mereka bukan
saja dapat menyaingi negara barat, melainkan juga berhasil bangkit dari keruntuhan dan kekalahan
akibat perang dalam waktu singkat. Semangat kebersamaan bangsa Jepang sangat besar, sehingga
segala keputusan yang dibuat mencerminkan sikap perkumpulan dan organisasi yang didukungnya.
Untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan perusahaannya, bangsa Jepang juga sanggup
mengorbankan pendapat pribadi, masa istirahat, gaji, dan sebagainya.
Sikap dan pengelolaan bangsa Jepang berbeda dengan negara Barat yang memberikan ruang
sebesar-besarnya kepada anggota organisasi untuk berpendapat dan mengemukakan pandangan.
Dalam organisasi Jepang, pendapat anggota dianggap penting dan diberi perhatian sewajarnya.
Kesediaan bangsa Jepang mengorbankan hak itu, termasuk kehidupan pribadi, membuat organisasi
mereka bergerak lancar tanpa banyak halangan. Halangan-halangan tersebut bisa berupa hal yang
selalu dicetuskan para bawahan seperti tuntutan kenaikan gaji, bonus, cuti, dan lain sebagainya.

Selain itu, kemauan orang Jepang menjadi hamba organisasinya merupakan faktor kesuksesan
negara itu menjadi penguasa besar dalam bidang ekonomi dan industri. Walaupun cara pengelolaan
itu melemahkan bangsa Jepang sebagai seorang individu, tetapi dari sisi lain, cara itu berhasil
menghasilkan organisasi yang mantab dan kuat. Para pengusaha Jepang memainkan peran penting
dalam memberikan perhatian lebih kepada anggota organisasi. Mereka percaya, jika keperluan
anggota dipenuhi dengan baik, maka mereka dapat menyelesaikan banyak pekerjaan yang masih
tertinggal. Sikap dan gaya pengelolaan seperti ini tidak dilakukan para eksekutif di AS yang lebih
senang membedakan kebutuhan individu dan organisasi. Seni pengelolaan Jepang menitik beratkan
kepentingan setiap anggotanya tanpa memandang pangkat dan kedudukan. Oleh karena itulah,
para pekerja di Jepang selalu melakukan percakapan dalam bentuk lingkaran sehingga semua
dapat ikut ambil bagian dan memberi pendapatnya masing-masing.
Dalam sistem kepengelolaan Jepang, individu tidak penting jika jika dibandingkan dengan
perkumpulan dan organisasi. Sikap lain bangsa Jepang yang patut diperhatikan adalah mereka tidak
suka membuat keputusan tanpa berpikir terlebih dulu. Keputusan harus dibuat secara kolektif
dengan pertimbangkan semua pendapat. Bukan berarti para eksekutif Jepang tidak memiliki
kemampuan dan kekuasaan untuk bertindak. Mereka tidak takut mengambil risiko. Hanya saja
mereka tidak mau mengambil keputusan dan tindakan yang merugikan organisasi.
Sebagai contoh, perusahaan Matsushita menanamkan semua modalnya dalam pengelolaan Philips,
walaupun tidak memiliki sumber yang cukup untuk membuat kajian mendalam karena perang baru
berakhir. Untuk melahirkan barisan pengelolaan yang berkualitas dan setia dengan sepenuh hati
kepada organisasi tidaklah mudah, karena diperlukan modal yang banyak untuk menghasilkan
kepengelolaan gaya Jepang. Seni kepengelolaan Jepang juga perlu dipelajari. Hal yang lebih
penting adalah setiap organisasi di Indonesia perlu memberikan perhatian kepada pembangunan
manusia dan nilai kemanusiaan dalam kepengelolaan mereka. Jika hal ini dapat dilakukan, maka
organisasi tidak perlu lagi takut dan ragu-ragu dengan kesetiaan para pekerjanya. Tanpa elemenelemen ini sulit bagi organisasi mana pun di dunia untuk menandingi organisasi di Jepang atau yang
beroperasi di negara-negara lain.
[ Fakta Menarik ]

Kelebihan Seni Pengelolaan Jepang :


Menitikberatkan kepada kepentingan setiap anggota



Senantiasa melakukan dialog



Tidak membuat keputusan secara sewenang-wenang.
“Kemauan bangsa Jepang menjadi
hamba organisasinya merupakan fakor
kesuksesan Negara itu menjadi penguasa besar
dalam bidang ekonomi dan industri.”
“Dalam sistim pengelolaan Jepang,
individu tidak penting jika dibandingkan
dengan perkumpulan dan organisasi.”

8. Tradisi dan Transisi
Salah satu keistimewaan Jepang
adalah kemajuan tidak mengubah
sedikit pun cara hidup rakyatnya.
SALAH SATU KEISTIMEWAAN JEPANG adalah kemajuan tidak mengubah sedikit pun cara hidup

rakyatnya. Meskipun dikenal sebagai salah satu negara paling maju di dunia, rakyat Jepang masih
menerapkan sebagian besar cara hidupnya sesuai tradisi. Nilai-nilai tradisional masih dapat dilihat
dari sikap, cara berpikir, bekerja, berpakaian, bahasa, dan makanan mereka.
Bangsa Jepang sadar bahwa untuk mencapai kemajuan, mereka harus mampu menyesuaikan nilai
tradisi dengan nilai baru dari luar. Setiap bangsa pasti akan mengalami masa transisi ketika dunia
mengalami perubahan pesat. Tradisi berubah menjadi modern. Ini fenomena yang bersifat global
dan tidak satu negara pun yang dapat menghindarinya.
Dalam masa perubahan atau transisi, bangsa yang tidak mampu melakukan penyesuaian pasti akan
menghadapi berbagai masalah. Misalnya krisis identitas, konflik antar bangsa dan penjajahan
bentuk baru. Kelebihan bangsa Jepang: adalah mereka mampu menyesuaikan diri dengan segala
perubahan tanpa kehilangkan identitas dan jati diri yang telah mengakar kuat.
Kemajuan dan pembangunan di Jepang dalar kurun 50 tahun ini membawa banyak perubahan pada
cara hidup penduduknya. Peningkatan taraf hidup dan biaya hidup menyebabkan harga barang di

Jepang sebagai yang termahal di dunia. Banyak protes yang dilakukan masyarakat Jepang
menanggapi masalah itu. Golongan yang merasakan akibatnya adalah yang pendapatannya tidak
pernah mencukupi keperluan hidupnya. Menurut sebuah penelitian, perbandingan biaya hidup di
TOKYO hampir melebihi 1,5 kali lipat biaya hidup di New York, Paris, dan Berlin.

Biaya hidup yang terlalu tinggi menjadi kenyataan yang harus dihadapi bangsa Jepang. Namun
mereka sudah terbiasa dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut cara yang mereka
lakukan adalah bekerja lebih keras daripada bangsa lain.
Bangsa Jepang sangat mementingkan pekerjaan mereka karena pekerjaan memberikan jaminan
sosial pada mereka. Mereka sanggup menghabis sebagian besar waktunya di tempat kerja dan
jarang pulang cepat ke rumah. Pulang cepat menghasilkan banyak makna dari konotasi negatif
bahwa orang tersebut diberhentikan atau sudah tidak bekerja.
Tidak mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jepang. Bagi mereka yang baru pertama kali
ke Jepang mungkin akan mengalami goncangan budaya. Cara hidup bangsa Jepang berbeda
dengan bangsa Asia yang lain. Mereka senantiasa bergerak gesit dan berjalan cepat. Mereka selalu
mengejar waktu. Kehidupan di Jepang serba cepat dan tidak ada istilah lamban dalam kamus
kehidupan mereka. Saat berada dalam bus ataupun kereta api, mereka tidak membuang waktu.
Waktu yang ada mereka gunakan untuk membaca, meskipun bahan bacaan mereka adalah komik
atau majalah.
Sejak dulu, bangsa Jepang terbiasa tidak membuang-buang waktu. Sikap seperti itu masih
diterapkan, meski telah hidup dalam dunia modern yang mementingkan kepuasan pribadi.
Karena sikap tidak suka membuang waktu itu pula, bangsa Jepang bekerja dan mencari nafkah
sepanjang waktu. Bagi yang ingin meniru cara hidup bangsa Jepang, harus bisa berhemat.
Menabung merupakan salah satu budaya mereka. Gaji mereka tinggi, tapi tidak setara dengan biaya
hidup yang sangat tinggi pula. Keadaan itu tidak hanya memaksa mereka berhemat, tapi mereka
juga harus melakukan penyesuaian pada setiap perubahan dalam ke hidupan sehari-hari.
Perubahan itu meliputi bidang teknologi dan industri seperti kendaraan dan barang elektronik.
Setiap hari terdapat teknologi dan barang baru di pasaran. Perkembangan dan perubahan teknologi
di Jepang sangat cepat sehingga sulit dikejar negara-negara lain. Makanya Jepang menjadi
pemimpin industri teknologi dan keilmuan. Siapa sangka, dan negara yang kaya dengan tradisi dan
bergantung pada pertanian, Jepang mampu menguasai teknologi tingkat tinggi. Pihak Barat dikenal
sebagai pencipta dan pelopor teknologi, tapi biasanya perusahaan-perusahaan Jepang yang

bertanggung jawab memasarkan teknologi itu. Teknologi itu milik orang Barat, tapi Jepang yang
menguasai dan mendominasi penggunaan dan penjualannya.
Setiap orang mampu menguasai teknologi jika mereka pandai menggunakannya. Bagi Jepang,
persoalan tradisi dan transisi tidak penting. Hal yang lebih utama adalah bagaimana caranya
menjual teknologi sebagai suatu produk yang diperlukan setiap orang. Jepang berhasil
melakukannya dan mendahului bangsa lain di Asia untuk memanfaatkan segala ciptaan teknologi
dari Barat.
[ Fakta Menarik ]
Cara Hidup Bangsa Jepang :


Bergerak cepat



Berjalan cepat



Selalu mengejar waktu



Serba cepat



Tidak membuang waktu

Peningkatan taraf dan biaya hidup
menyebabkan harga barang di Jepang
sebagai yang termahal di dunia.
Menurut sebuah penelitian,
perbandingan biaya hidup di Tokyo
hampir melebihi 1,5 kali lipat biaya hidup
di New York, Paris dan Berlin
Bagi yang ingin meniru gaya hidup
orang Jepang, harus bisa berhemat

09. Budaya Kerja Bangsa Jepang (1)
Malaysia memperkenalkan asas memandang
ke Timur pada awal era 1980-an dengan
menjadikan Jepang sebagai contoh.
BANGSA JEPANG dikenal sebagai bangsa terproduktif di dunia. Mereka juga berhasil membangun

negaranya dari sisa-sisa keruntuhan dan kehancuran. Mereka terkenal dengan sikap rajin dan
pekerja keras. Jadi, tidak heran jika pekerja Jepang mampu bekerja dalam waktu yang panjang
tanpa mengenal lelah, bosan, dan putus asa. Mereka bukan hanya mampu bekerja dalam jangka
waktu yang lama, melainkan juga mampu mencurahkan perhatian, jiwa, dan komitmen pada
pekerjaan yang dilakukannya. Karakter dan budaya kerja keras merupakan faktor penting
keberhasilan bangsa Jepang dalam bidang ekonomi, industri, dan perdagangan.
Bangsa Jepang tidak menganggap tempat kerja hanya sekadar tempat mencari makan, tetapi juga
menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan kehidupannya. Kesetiaan mereka pada
perusahaan melebihi kesetiaannya pada keluarga sendiri. Mereka selalu berusaha memberikan
kinerja terbaik pada perusahaan, pabrik, atau tempat mereka bekerja. Budaya kerja seperti itu tidak
lahir dan terwujud dengan begitu saja. Budaya itu dipupuk dan dilatih selama berabad-abad,
sehingga akhirnya mengakar dalam pemikiran dan jiwa mereka.
Di Jepang, setiap pekerja mengetahui tugas dan perannya di tempat kerja. Mereka tidak bekerja
sebagai individu, tetapi dalam satu pasukan, sehingga tidak ada jurang yang tercipta di antara
mereka. Mereka tidak bersaing, tetapi bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas. Di Jepang,
semua pekerja tidak memandang pangkat dan berada pada kedudukan yang sama.
Jabatan tinggi atau rendah tidak penting dalam etika dan pengelolaan kerja bangsa Jepang. Di
tempat kerja, meja pegawai dan atasan diletakkan dalam suatu ruang terbuka tanpa pemisah. Tidak
ada dinding pemisah seperti kebanyakan ruang kantor di Indonesia.
Pengelola tidak dipisahkan dari bawahan mereka. Tidak ada ruangan khusus untuk golongan
pengelola.
Tempat duduk dan meja di susun dan diletakkan berdekatan dengan pengelola bagiannya agar
memudahkan bawahannya menghubungi mereka. Dengan demikian, mereka dapat berinteraksi,
berkomunikasi, dan bertukar pendapat kapan saja.

Susunan ruangan kantor seperti itu bukan agar atasan mengawasi bawahannya. Melainkan lebih
berfungsi sebagai tempat dan saluran untuk berbincang dan bertukar pandangan. Walau begitu,
duduk dalam keadaan rapat tidak digunakan untuk membicarakan hal yang tidak berguna. Mereka
hanya berbicara dan bercanda setelah jam kerja.
Cara yang digunakan bangsa Jepang adalah salah satu cara membentuk dan menjalin hubungan
erat antar pekerja. Semua pekerja mempunyai tugas dan tanggung jawab penting, sehingga mereka
tidak merasa asing. Selain itu, antar sesama, mereka memiliki ikatan emosi yang kuat. Begitu juga
dengan rasa sentimen dan keterikatan mendalam terhadap perusahaan, pabrik, dan tempat kerja
mereka.
Karakter dan budaya kerja keras
merupan faktor penting keberhasilan bangsa Jepang
dalam bidang ekonomi, industri dan perdagangan.
Jabatan tinggi atau rendah tidak penting
dalam etika serta pengelolaan kerja bangsa Jepang
Orang Jepang mau kerja lembur
meskipun tidak dibayar.
10. Budaya Kerja Bangsa Jepang (2)
Bangsa Jepang sanggup bekerja lembur, meskipun tidak dibayar. Itu merupakan wujud kesetiaan
dan komitmen mereka pada perusahaan. Kesungguhan dan sikap kerja keras pekerja Jepang tidak
dapat ditandingi oleh bangsa-bangsa lain sehingga mereka sanggup mengorbankan kepentingan
pribadi dan juga waktu bersama keluarga. Meskipun pekerja Jepang bekerja lima hari seminggu,
catatan jam kerja mereka paling tinggi dibandingkan pekerja Eropa Barat dan AS.
Akan tetapi, kesejahteraan ekonomi dan sosial yang pekerja Jepang dirasakan menyebabkan
adanya sedikit penurunan dalam jam kerja mereka. Meskipun begitu, jumlah itu tetap yang tertinggi
di dunia.
Pada tahun 1960, rata-rata jam kerja pekerja Jepang adalah 2.450 jam/tahun. Pada tahun 1992,
jumlah itu menurun menjadi 2.017 jam/tahun. Namun, jumlah jam kerja itu masih lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata jam kerja di negara lain, misalnya Amerika (1.957 jam/tahun), Inggris
(1.911 jam/tahun), Jerman (1.870 jam/tahun), dan Prancis (1.680 jam/tahun).

Perkiraan tersebut berdasarkan penggunaan jam kerja secara maksimal dan produktif. Kerajinan
dan kemauan bangsa Jepang untuk bekerja melebihi jam kerja membuahkan hasil positif, yaitu
membantu perkembangan dan pertumbuhan pesat ekonomi Jepang. Dalam hal itu, tidak ada yang
memperkirakan bahwa Jepang dapat bangkit dan pulih kembali dalam waktu yang begitu singkat
setelah mengalami masa-masa sulit pada era 1940 - 1950an.
Keberhasilan tersebut menarik perhatian dan keinginan banyak negara, termasuk Malaysia, untuk
mempelajari formula keberhasilan Jepang tersebut. Pada era 1980-an, Malaysia memperkenalkan
asas memandang ke Timur dengan menjadikan Jepang sebagai contoh dan teladan dalam
keberhasilan ekonomi. Azas itu diperkenalkan dengan tujuan rakyat Malaysia dapat mempelaiari dan
mengikuti etika kerja orang Jepang.
Budaya kerja bangsa Jepang yang diperkenalkan melalui azas ini antara lain pencatatan waktu,
senam pagi sebelum bekerja, bekerja dalam tim, dan penjelasan singkat rnempelajari cara kerja
sebelum memulai kerja. Kaidah dan etika kerja tersebut merupakan ciri-ciri dan budaya kerja di
Jepang. Akan tetapi, budaya kerja tersebut tidak berhasil diterapkan dalam budaya kerja orang
Malaysia.
Untuk menerapkan budaya kerja orang Jepang, diperlukan sikap konsisten dan komitmen tinggi.
Jika tidak dilaksanakan sungguh maka akan sia-sia belaka. Sebenarnya, budaya dan kebiasaan
kerja bangsa Jepang dapat diterapkan dalam suatu negara dengan cara menyesuaikannya dengan
budaya dan kebiasaan masyarakat setempat.
Budaya kerja Jepang tidak sulit diterapkan, asalkan setiap orang mau mengubah sikap. Sikap rajin,
optimis, kreatif, dan tepat waktu, merupakan ciri-ciri bangsa maju. Bangsa Jepang maju karena
mereka rajin. Begitu juga dengan bangsa Cina. Mereka juga rajin seperti Jepang, meskipun tidak
melebihi Jepang. Bangsa Jepang memiliki semangat kerja tinggi. Saat melakukan suatu pekerjaan,
mereka selalu bersemangat. Sebenarnya, potensi tersebut dimiliki semua bangsa. Namun, tidak
semua negara mampu mengelola potensi itu dengan baik. Bangsa Jepang menggunakan potensi itu
dengan baik, Sehingga mereka maju. Mereka menjadikan potensi itu sebagai budaya yang di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, setiap bangsa perlu mengubah sikap dengan cara membentuk sikap, budaya kerja,
dan cara hidup seperti halnya bangsa Jepang. Dengan demikian, keberhasilan dan kemajuan dapat
dicapai. Akan tetapi, setiap bangsa juga perlu mempertahankan jati diri mereka seperti seperti
halnya Jepang. Perubahan sikap tidak menghilangkan jati diri Jepang sebagai bangsa berdaulat,
tetapi menjadikan mereka sebagai bangsa yang mampu bersaing.

[ Fakta Menarik ]
Budaya Kerja Bangsa Jepang Melalui Azas Memandang Ke Timur :


Pencatatan waktu



Bekerja dalam tim



Senam sebelum bekerja



Mempelajari cara kerja sebelum memulai kerja

Pada tahun 1960, rata-rata jam kerja
pekerja Jepang adalah 2.450jam/tahun
Pada era 1980-an, Malaysia memperkenalkan
asas memandang ke Timur dengan menjadikan
Jepang sebagai contoh dan teladan
dalam keberhasilan ekonomi.
Sikap rajin, optimis, kreatif dan tepat waktu
merupakan ciri-ciri bangsa maju.
Berani mengubah sikap menjadikan bangsa Jepang
lebih maju dan lebih mampu bersaing.

12. Mengelola Bisnis Cara Jepang
Sebelum mengadakan bisnis dengan bangsa lain,
sebaiknya pelajarilah hal-hal yang
berkaitan dengan bangsa tersebut.
URUSAN BISNIS juga memerlukan kemahiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan sosial

budaya suatu masyarakat. Setiap masyarakat memiliki cara hidup, budaya, dan adat masingmasing. Begitu juga adat istidat dan pandangan hidup setiap bangsa; antara satu dengan yang lain
berbeda-beda.

Terkadang ada suatu hal yang dianggap sensitif oleh satu masyarakat, tetapi dianggap biasa oleh
masyarakat lainnya. Jadi, sebelum mengadakan hubungan bisnis dengan bangsa lain, sebaiknya
pelajarilah hal-hal yang berkaitan dengan bangsa tersebut. Kegagalan memahami dan menguasai
aspek-aspek asas ini bisa menghambat urusan bisnis dan menemui jalan buntu.
Untuk menjadi pengusaha yang berhasil, seseorang harus mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat setempat. Penyesuaian itu dapat dilakukan dengan berinteraksi dan berkomunikasi. Jika
tidak, maka urusan bisnis tersebut dapat mengalami kesulitan.
Kesulitan yang akan dihadapi orang yang melakukan bisnis dengan orang Jepang adalah sikap
etnosentrisme mereka, yakni menganggap golongan ataupun kebudayaan bangsanya lebih unggul
dibandingkan yang lain. Sikap tersebut terbentuk karena mereka terlalu mengagungkan budaya
bangsanya. Kemana saja orang Jepang pergi dan dimana saja mereka berada, mereka tetap
mempertahankan tradisi dan budayanya. Malah mereka berusaha mengembangkan budaya itu
sehingga dapat diterima oleh orang lain. Bagi bangsa Jepang, budaya dan tradisi menjadi lambang
identitas dan mereka bangga dengan hal itu.
Permasalahan yang biasanya dialami oleh pihak yang berbisnis dengan orang Jepang adalah
masalah bahasa dan perbedaan budaya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara
memahami beberapa aspek dan masalah yang berkaitan dengan budaya bisnis masyarakat Jepang.
Bagi pengusaha yang akan mengadakan urusan bisnis di Jepang, harus mau menghadapi beberapa
permasalahan dalam kebiasaan orang Jepang menjalankan bisnisnya. Cara menghadapinya ada
beberapa cara. Pertama, mempelajari cara yang tepat untuk mengawali hubungan dengan sebuah
perusahaan, organisasi, dan firma Jepang. Kedua, mengetahui dengan pasti cara menjaga dan
memupuk hubungan bisnis yang telah terjalin. Ketiga, mencari cara melanggengkan hubungan
tersebut agar berjalan lancar.
Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan saat menjalankan urusan bisnis di Jepang. Di
antaranya adalah jangan terlalu mengandalkan hubungan komunikasi melalui surat-menyurat.
Usahakan agar dapat bertemu langsung dengan pihak yang akan dijadikan rekan bisnis. Orang
Jepang lebih senang menjalankan bisnis dalam situasi yang tidak terlalu formal. Mereka suka
bersantai dan bersenang-senang karena hal itu dapat mengurangi ketegangan saat menjalankan
usaha. Agar dapat terlibat dalam percakapan, orang yang akan berbisnis dengan orang Jepang
hendaknya menguasai bahasa Jepang dengan baik. Jika tidak, maka gunakanlah penerjemah
sehingga komunikasi berjalan lancar. Orang Jepang tidak suka menggunakan bahasa Inggris. Selain
tidak menguasai bahasa tersebut, orang Jepang sangat bangga dengan bahasa ibunya.

Untuk memulai hubungan bisnis baru, seseorang dapat menggunakan kartu nama. Saat
menjalankan bisnis, pakaian dan tingkah laku harus sopan dan teratur. Citra diri seseorang perlu
dijaga agar dapat memberikan pandangan positif kepada orang lain.
Dalam berbisnis dengan orang Jepang, biasanya, proses perundingan memakan waktu lama.
Namun, setelah persetujuan dicapai, proses pelaksanaannya menjadi mudah dan lancar.
Hal itu disebabkan orang Jepang sangat berhati-hati dan selalu berusaha mendapatkan keterangan
yang jelas mengenai suatu hal sebelum membuat keputusan. Orang Jepang tidak suka membuangbuang waktu. Oleh karena itu, saat berbisnis dengan orang Jepang, ketepatan waktu perlu dijaga.
Masalah lain mungkin dapat dikompromikan dengan orang Jepang, tetapi tidak soal waktu.
Orang yang dapat mengatur waktu dianggap dapat dipercaya dan diharapkan. Jika orang tidak
menepati waktu dan sering ingkar janji, akan menghadapi masalah saat berbisnis dengan orang
Jepang. Berbisnis dengan orang Jepang tidak dapat dilakukan dengan begitu saja. Setiap orang
yang ingin berbisnis di Jepang harus menyiapkan diri terlebih dahulu. Apa pun bentuk urusan bisnis
yang akan dijalankan, orang Jepang ingin mendapatkan keterangan yang tepat, jelas, dan terperinci.
Saat menjalankan bisnis, orang Jepang melakukannya dengan serius. Mereka juga tidak suka
beromong-kosong karena setiap urusan bisnis harus berakhir dengan keputusan yang tepat. Urusan
bisnis itu akan berhasil jika ada keputusan dan gagal jika tidak ada keputusan
[Fakta Menarik]
Tips Saat Menjalankan Bisnis Di Jepang :


Pelajari cara yang tepat untuk mengawali hubungan dengan sebuah perusahaan



Ketahui dengan pasti cara menjaga dan memupuk hubungan bisnis yang telah terjalin



Cara-cara untuk melanggengkan hubungan tersebut agar berjalan lancar



Jangan mengandalkan hubungan komunikasi melalui surat-menyurat
Seseorang harus mampu menyesuaikan diri
dengan masyarakat setempat
Agar menjadi pengusaha yang berhasil
Orang Jepang tidak suka
berbahasa Inggris

Mempersiapkan terlebih dahulu
sebelum berbisnis di Jepang
13. Budaya Bisnis Bangsa Jepang
Biasanya orang Jepang memulai hubungan
perundingan dengan hal yang tidak berkaitan
dengan topik utama yang akan
diperbincangkan.
CARA ORANG JEPANG berbisnis sedikit berbeda dengan cara orang Barat. Kata “ya” yang diucapkan

pengusaha Jepang tidak selalu bermakna setuju. “ya” memiliki banyak makna. Kata tersebut dapat
bermakna pengusaha tersebut paham terhadap masalah yang diperbincangkan, tetapi hal itu belum
tentu ia setuju atau mau menerima bisnis yang ditawarkan.
Berurusan bisnis dengan orang Jepang tidak semudah berurusan bisnis dengan orang Cina. Setiap
perkataan yang diucapkan orang Jepang memiliki banyak pengertian. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika banyak orang yang pertama kali berbisnis dengan orang Jepang merasa kecewa
dengan perundingan yang dilakukan.
Biasanya, orang Jepang memulai hubungan perundingan dengan hal yang tidak berkaitan dengan
topik utama yang akan diperbincangkan. Terkadang, dengan sengaja, mereka tidak memberikan
jawaban secara ter