Cara Menghafal Quran docx 1

Sabtu, 17 Agustus 2013
Resep Prof.Dr.Kudang Boro Menghafal Alquran Di Tengah
Kesibukan & Usia Lanjut
Faktor usia dan kesibukan bukan halangan untuk belajar dan menghafal Alquran.
Sosok yang satu ini telah membuktikannya. Adalah Prof.Dr Kudang Boro
Seminar, M.Sc. Guru Besar Teknik Teknologi Komputer Institut Pertanian Bogor
(IPB) ini punya kesabaran dan komitmen yang patut dicontoh. Ia menceritakan
bagaimana ia memulai belajar menghafal Al Quran di usia 40 tahun. KUDANG
memulai dari cerita saat ia pertama kali kuliah S1 di IPB jurusan pertanian pada
1979. Di awal kuliah, ia ikut ujian tulis mata kuliah Agama Islam. Saat itu ada
soal hanya diminta menuliskan surat Al Fatihah. “Saya nggak kerjakan. Jadi
selama setengah jam saya diam saja,” tuturnya. Kudang mengaku sejak kecil ia
hanya mendapat pendidikan agama hanya di sekolah SD, SMP dan SMA dan
Perguruan Tinggi (IPB), sedangkan di rumah belum tumbuh pendidikan agama
Islam di lingkungan keluarga. “Orang tua saya baru masuk Islam setelah saya
menyelesaikan tingkat persiapan bersama (akhir semester II pada 1980). Sejak
SD-SMA, saya hanya ikut-ikutan saja mengikuti pendidikan agama Islam. Setelah
menikah, baru saya belajar membaca al-Qur’an dari istri yang lebih lebih mahir
dari saya,” ungkap pria kelahiran Jember, 18 November 1959 ini. Awalnya ia
merasa cukup belajar mengaji al-Quran kepada sang istri. Kemudian ia mendapat
kesempatan studi S2 dan S3 di Kanada pada 1986. “Saya sempat depresi di awalawal tinggal di Kanada. Jauh dari anak istri. Lalu kultur yang sangat berbeda

dengan Indonesia. Belum lagi, ilmu yang saya pelajari menyimpang dari disiplin
ilmu sebelumnya. Sarjana saya pertanian. Tapi di Kanada saya memperdalam
komputer,” akunya saat bercerita di hadapan jamaah Masjid Ar Rahmah Jln. Teluk
Buli Surabaya (12 Januari 2013) lalu. Alquran=Software Hidup Dia melihat
dekadensi moral yang parah di negeri bagian utara benua Amerika itu. “Saya
pernah diminta hadiri pernikahan warga asli. Ternyata mereka sudah tinggal
serumah selama delapan tahun sebelum pernikahan. Hidup bebas antara pria dan
wanita serta dijual dan digunakannya alat-alat kontrasepsi secara terbuka memang
menyuburkan hubungan pria wanita tanpa ikatan pernikahan. Kultur yang serba
bebas seperti ini membuat saya stres,” lanjutnya. Ia kemudian mengibaratkan
kehidupan manusia seperti komputer yang baru bisa berfungsi jika dipasang
Sistem Operasi atau Operating System (OS) seperti Windows atau Linux. Tanpa
OS, komputer ibarat bangkai piranti keras yang tidak bermanfaat. Tingkat
kualifikasi dan kehandalan sebuah komputer sangat bergantung pada OS-nya.
Semakin handal dan canggih OS-nya, semakin tinggi pula pula kinerja komputer
itu. Jika komputer saja yang merupakan artifak (ciptaan manusia) memerlukan
OS, maka tentu manusia sebagai ciptaan (makhluk) Allah memerlukan OS yang
jauh lebih handal dan komprehensif. Agar manusia itu bisa menjalankan
fungsinya sesuai kehendak Pencipta-nya. “Lalu apakah sistem operasi untuk
manusia? Tidak lain adalah agama yang ditetapkan oleh Allah swt. yang


termaktub dalam Kitabullah (al-Quran) dan sunnah Rasulullah saw,” bebernya.
Tanpa sistem operasi, itu manusia ibarat hewan (akhlak & perilakunya), seperti
firman-NYA, “...Mereka itu ibarat binatang ternak, bahkan lebih buruk lagi...”
(QS. Al A'Raaf (7):179). Kualifikasi (kemuliaan) manusia di mata Allah
tergantung pada seberapa besar muatan agamanya tertanam atau ter-install pada
dirinya,” ulasnya. Dengan itulah ia bertekad untuk memperdalam agama Islam
yang inti sarinya ada di al-Qur’an dan as-Sunnah. Ia mengutip firman, “Dan Kami
turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim kecuali kerugian” (QS. Al Isra 82). Pucuk di cinta ulam tiba. Di Kanada, ia
kenal dengan seorang hafidz Al Quran asal Sudan. “Namanya Yahya Fadhlala. Dia
kokoh dalam beragama dan telah menikah dengan warga asli Kanada yang telah
terbimbing berbusana dan berbudaya muslimah. Malah istrinya itu lebih islami
ketimbang kebanyakan muslimah Indonesia saat itu. Hal ini menambah motivasi
bagi saya untuk belajar agama darinya,” ungkapnya. Ia pun mulai belajar
membaca al-Qur’an dari Yahya. Di situlah ia benar-benar merasakan perombakan
bagaimana membaca Alquran yang benar dengan berbagai tingkat kesulitan ia
hadapi. Karena bacaan yang ia miliki sebelumnya harus banyak dikoreksi. “Saya
semakin intensif belajar tidak saja al-Qur’an tetapi masalah agama yang lain. Ia

bersyukur justru di Kanada yang Islamnya sangat minoritas justru kesempatannya
besar memperdalam agama,” jelasnya. Pada 1993, Kudang kembali ke tanah air.
Semangat belajar Alquran masih sangat kuat hatinya. Ia pun mencari guru di
Jakarta. Dan dengan izin-Nya. “Saya bertemu dengan Ustadz KH Ahmad
Musyaffa, Alhafidz. Beliau punya sembilan saudara (laki dan perempuan) yang
kesemuanya hafal Alquran,” jelasnya. Kudang merasa nyaman belajar dengan
guru baru ini. “Karena saya diperlakukan bukan seperti santri reguler. Saya diberi
keringanan dan keleluasan waktu untuk belajar. Mungkin Ustadz Musyafffa
mempertimbangkan kalau saya punya profesi dan kesibukan sebagai pengajar dan
PNS. Jadi ya diberi diskon,” ucapnya sambil tersenyum. “Ustadz Musyaffa bilang
jam berapa saja saya mau datang ke rumahnyadi Jakarta, beliau siap menerima
saya. Pulang ngajar jam 9 malam atau bahkan jam 12 malam, beliau dengan sabar
dan tulus menerima. Saya pun tidak menyia-nyiakan kemudahan ini,” kenangnya.
4 Resep Jitu Ia membocorkan sejumlah resep belajar Alquran yang ia dapat dari
gurunya itu. Pertama, belajar Alquran -baik membaca apalagi menghafal- harus
berguru. Kedua, musti sabar tidak tergesa-gesa. Ketiga, mohon kepada Sang
Pemilik kalimat al-Qur’an, yaitu Allah swt. Ketiga resep itu, termaktub di ayat 1619 surat Al Qiyamah. “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan
Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah

bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah
penjelasannya.” Saat menghafal Alquran, sambungnya, kita harus benar-benar
patuh atas perintah guru. “Di sini kesabaran itu diuji. Misalnya sebelum
menghafal saya disuruh membaca dengan melihat kitab dan didengar serta
dikoreksi bacaan saya hingga 30 juz, dan itu berlangsung sekitar 3 tahun baru saya
diperbolehkan mulai menghafal al-Qur’an. Saya ikuti saja perintah guru,” ujarnya.

Kesabaran ektra sangat dibutuhkan saat menghafal. “Di ayat 16, Allah melarang
Nabi saw tergesa-gesa menghafal. Beliau diperintah untuk taat mengikuti Jibril.
Karena yang membuat kita hafal dan memperkokoh hafalan itu adalah Allah. Itu
janji Allah yang tersurat di ayat 17. Jika Nabi saja dilarang terburu-buru, apalagi
kita. Dengan demikian, kepatuhan terhadap guru dan kesabaran kita mengundang
pertolongan Allah. Lalu kita berdoa kepada Allah untuk memberi kekuatan
menghafal dan menjaganya,” urainya. Kudang telah membuktikan janji Allah ini.
Setelah 4 tahun membaca bin nadzor (melihat lembaran bukan menghafal), ia
mulai menghafal. “Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan satu putaran (khatam)
dalam 5 tahun. Padahal saat itu saya sudah usia 45 tahun lebih. Dua hari sekali
dari Bogor saya ke Jakarta untuk menghadap ustadz. Kalau ada kegiatan kampus
atau lainnya, saya usahakan ganti di lain hari,” ucapnya. “Saat ini saya sudah
putaran ketiga,” jelasnya. Mempertahankan bacaan adalah tugas yang terberat.

“Kuncinya menyediakan waktu untuk menderes bacaan & hafalan sebanyak dan
serutin mungkin dan sekuat menjaga diri dari perbuatan maksiat, itu pesan guru
saya. Al-Qur’an adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan. Tak
mungkin keduanya bisa bersatu,” tegasnya. Ada yang Lebih Tua Resep terakhir
yang ia beberkan adalah memperbanyak hadir dalam majelis Al-quran. “Kita perlu
sesering mungkin ikut acara khataman atau majelis Al-quran,” katanya. Atas
nasihat gurunya, Kudang mencoba menerapkan acara pengajian & khataman alQuran tiap pekan sekali di kampus. “Alhamdulillah ternyata ada mahasiswa,
dosen dan pegawai yang tertarik dan termotivasi untuk belajar al-Quran bahkan
ada yang sampai menghafalnya,” ungkapnya. “Yang pasti membaca dan
mendalami Alquran jangan sampai luntur. Dengan banyak ikut halaqah Al quran
akan menambah semangat. Usia bukan halangan untuk menghafal Alquran 30 juz.
Saya tidak pedulikan usia, pokoknya terus belajar. Guru saya menceritakan ada
seorang ibu yang mulai belajar menghafal di usia 50 tahun. Dan alhamdulillah dia
mampu walau memerlukan 15 tahun,” pungkasnya. Kita perlu yakin dengan
firman-Nya, “Kami telah memudahkan al-Qur'an untuk dipelajari. Maka adakah
orang yang mau mempelajarinya?" Ayat itu diulang sebanyak 4 kali di surat alQamar, yaitu di ayat 17,22,32, & 40. “Ini menunjukkan penekanan dan dorongan
kuat kepada kita bahwa al-Quran dijadikan mudah untuk dipelajari, asalkan
bersungguh-sungguh, istiqomah, dan tertib mengikuti prosedur yang benar,”
pungkasnya.{} PROFIL SINGKAT Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc
Guru Besar bidang Teknologi Komputer di Departemen Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) dan Departemen Ilmu Komputer,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FAMIPA), IPB.
Menyelesaikan studinya pada strata S1 di IPB tahun 1983, dan strata S2 serta S3
di Faculty of Computer Science University of New Brunswick Canada pada tahun
1989 dan 1993. Bidang riset yang ditekuni mencakup Information Engineering,
Software Engineering, Intelligent Systems, Distance Learning, Internetworking,
Computer-Based Instrumentation & Control Systems. Sejak menyelesaikan studi
doktornya, mendapat amanah untuk menjadi Ketua Departemen Teknik Pertanian
IPB (1997-2000), Ketua Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Keteknikan Pertanian
IPB (2000-2003), Kepala Bagian (Lab) Ergotron( 2008-kini), Kepala
Perpustakaan IPB (2003-2007), dan Direktur Komunikasi dan Sistem Informasi

IPB (2007-kini). Terlibat dalam tim desain & implementasi pembentukan
Departemen Ilmu Komputer IPB, Program Studi Magister Komputer IPB,
Program Studi Manajemen Teknologi Informasi untuk Perpustakaan IPB,
pembukaan program Doktoral Jalur Riset Ilmu Keteknikan Pertanian IPB, serta
pembentukan rumpun Departemen Teknik di IPB. Dalam bidang keprofesian,
menjabat Ketua HIPI/ ISAI (Himpunan Informatikan Pertanian
Indonesia/Indonesian Society of Agriculture Informatics) , presiden AFITA (Asian
Federation for Information Technology in Agriculture), dan anggota PERTETA

(Perhimpunan Teknik Pertanian/ Indonesian Society of Agricultural Engineering).
Kesempatan menggali ilmu yang sangat berharga adalah kesempatan menimba
dan mendalami ilmu agama khususnya Al-Qur’an baik dalam membaca dan
mengkajinya sejak tahun 1996 hingga saat ini. Melalui bimbingan guru-guru yang
yang bersahaja (tawadhu’) dalam ketinggian ilmunya yang salah satunya
berperingkat hafiz (penghafal Al-Qur’an) tanpa meninggalkan profesi sebagai
akademisi, peneliti, dan pendidik. SUMBER BIODATA:
http://kseminar.staff.ipb.ac.id/biodata/
Diposkan oleh Achmad Yani di 01.23
Tidak ada komentar:

Metode Menghafal Al-Quran untuk Mahasiswa
Prolog
Sesuatu yang paling layak untuk dihafal adalah Al-Quran, ia merupakan firman
Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan
yang paling sering diulang-ulang oleh umat muslim. Mahasiswa sebagai calon
intelektual muslim hendaknya meletakkan hafalan Al-Quran sebagai prioritas
kegiatannya. Inilah intisari dari pemikiran Imam Yahya bun Syaraf An-Nawawi
dalam kitab “Al-Majmu”:
“ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah

menghafal Al Quran, karena ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama
salaf tidak akan mengajarkan hadis dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al
Quran. Kalau sudah hafal Al Quran, berhati-hatilah dalam menyibukkan diri
mempelajari hadis dan fiqh atau pelajaran lainnya, yakni kesibukan yang bisa
menyebabkan hilangnya sebagian hafalan Al Quran atau beerpotensi lupa. “ Imam
Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Faktanya tidak semua orang yang memiliki niat untuk menghafalkan al-Quran
mampu merealisasikan niatnya, juga tidak semua orang yang menghafal bisa
tuntas sampai 30 juz, dan tidak semua orang yang hafal 30 juz mampu membaca
“bil ghaib” dengan lancar dan baik. Demikian juga, tidak semua hafidz diberikan
karunia untuk menjadikan hafalannya sebagai dzikir yang selalu dilantunkannya
secara istiqamah sampai akhir hayatnya. Untuk itul, perlu kiranya seorang
mahasiswa melakukan pengaturan (manajemen) secara sistematis, agar target
yang direncanakan bisa tercapai.
A. Manajemen niat
Bagi mereka yang pernah menghafal, baik hingga selesai maupun berhenti di
tengah perjalanan, pasti mempunyai motivasi-motivasi tertentu, atau paling tidak,
ada mitos-mitos yang menggerakkan hati dan pikiran untuk menghafal.
Adakalanya mereka termotivasi oleh adanya pemuliaan, penghormatan dari
masyarakat, kemudian tergerak hatinya untuk meraih ‘prestise’ tersebut. Atau juga

karena tergiur dengan predikat sebagai calon penghuni surga yang kelak bila
meninggal jasadnya akan tetap utuh. Bisa juga termotivasi oleh hidup
“glamour”nya para hafidz yang sering mendapatkan job “khataman” serta pulang
dengan membawa berkat dan amplop tebal.
Patut disyukuri memang, gara-gara motivasi dan mitos di atas, banyak dari
mereka yang akhirnya bisa hafal al-Quran dengan baik. Hanya saja, secara
normatif-etis mitos-mitos itu jelas tidak bisa dibenarkan secara aqidah sebab lebih
mendahulukan li ajlin naas-nya daripada li ajlillaah. Ini berbahaya, al-Quran yang
semestinya sebagai al-huda, al-furqan, adz-dzikr telah dimanipulasi menjadi

sumber penghasilan (ma’isyah), atau sebagai wahana unjuk kehebatan dan
kesalehan. Biarlah, yang sudah terjadi biarlah berlalu, selanjutnya ditata kembali
dengan niat yang lebih ikhlas.
Sebenarnya yang paling esensi dari al-Quran adalah pesan yang dikandungnya.
Ibarat secarik kertas yang berisi route perjalanan bagi seorang musafir. Kalau
kertas tersebut hanya dibaca keras dan tidak berusaha difahami isinya, sangat
mungkin orang itu akan tersesat. Demikian halnya seorang muslim yang hanya
menjadikan al-Quran sebagai mantra, jimat, ornamen, dan tidak memposisikannya
sebagai pesan ilahi, oleh Allah ia laksana keledai yang dipundaknya dipenuhi
buku-buku, kamatsalil himar yahmilu ashfara.

Konsekuensi dari motivasi yang salah tersebut, sering seorang hafidz itu
menonjolkan performance inklusif agar dimuliakan orang lain atau dia enggan
bekerja ‘kasar’ sebagaimana orang kebanyakan, khawatir akan menurunkan
kredibilitas kehafidzannya. Lebih-lebih lagi, na’udzubillah, ada hafidz yang
mempromosikan diri supaya diundang khataman, sambil melakukannya dengan
bacaan hadr (super cepat) dan membayangkan berapa honor yang akan
diterimanya. Bisa jadi, akhirnya dia pulang menggerutu, bila ternyata bisyarah
yang diterimanya lebih kecil dari yang terbayang. Tidak sedikit pula, hafidz yang
‘malas’ memahami isi kandungan al-Quran, bahkan isi surat-surat pendek pun
tidak tahu artinya, meski sudah hafal puluhan tahun.
Hendaknya yang dijadikan target utama dari menghafal adalah kemamampuan
memahami al-Quran. Kompetensi hafalan merupakan wasilah (media) efektif
untuk lebih memahami al-Quran secara holistik (menyeluruh). Tidak sebaliknya,
sesuatu yang semestinya sebagai media dijadikan tujuan (ghayah).
Lalu mengapa al-Quran itu dihafal? Untuk meluruskan penyelewengan motivasi
di atas, berikut ini disajikan motivasi-motivasi (bukan mitos) menghafal,
berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi disertai argumentasi rasional yang logis.
1. Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi yang membaca,
memahami dan mengamalkannya.
?????????? ?????????? ????????? ??????? ?????? ???????????? ???????? ????????

????? (???? ????)
Bacalah al-Quran karena kelak ia akan menjadi penolong bagi pembacanya
2. Al-Qur’an menjadi hujjah (pembela) bagi pembacanya dan sebagai pelindung
dari azab dunia dan akherat.
???????????? ??????? ???? ???? ???????? (???? ??? ????)

Dan al-Quran merupakan hujjah atau pembelamu kelak
3. Pembaca al-Qur’an, khususnya penghafal al-Quran yang kualitas dan kuantitas
bacaannya lebih tinggi, akan bersama malaikat dan selalu melindunginya dan
mengajak pada kebaikan.
?????? ??????? ???????? ?????????? ?????? ??????? ???? ???? ??????????? ??????
???? ??????????? (???? ???????)
Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran dan menjaganya, akan
ditemani para malaikat yang mulia dan baik
4. Penghafal al-Qur’an akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah, yaitu
terkabulkannya segala harapan tanpa harus memohon/berdoa.
??????? ???????? ????? ??????? ???? ???????? ?????????? ????????? ???? ???????
???? ???????????? ???????? ??? ??????? ????????????? (???? ????)
Allah berfirman (dalam Hadis Qudsi: Barang siapa yang disibukkan oleh al-Quran
dan mengingat Allah sehingga lupa memohon, maka aku akan memberinya
sesuatu yang terbaik
5. Penghafal al-Qur’an yang membiasakan mujawwad atau murattal akan
ditinggikan derajatnya di sisi Allah dan menempati posisi tertinggi di surga nanti.
??????? ????????? ?????????? ??????? ????????? ????????? ????? ?????? ????????
? ??? ?????????? ??????? ???????????? ?????? ????? ????? ???????? ????? ?
(???? ???????)
Dikatakan pada pembaca al-Quran, bacalah, naiklah dan tartilkanlah bacaanmu
sebagaimana engakau mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu di surga sesuai
dengan ayat terakhir yang engkau baca
6. Penghafal al-Qur’an berhak untuk diprioritaskan menjadi imam atau pemimpin,
bahkan sampai ia mati kelak.
??????? ????????? ???????????? ????????? ???????
(???? ????) ??? ???? ??? ? ????? ??????? ???????
(?) ????? ???????? ?????? ????????????? ???? ??????? ?????? ??? ?????? ???????
????? ??????? ?????????? ???????? ??????? ??????????? ??????? ??????? ????? ??
????????? ????????? ??? ????????? (???? ???????)
Yang berhak menjadi imam shalat adalah orang yang paling baik bacaannya
(banyak hafalannya) (HR. Muslim), Rasulullah pernah mengumpulkan dua korban
perang Uhud dalam satu kain kafan, lalu berkata: siapa dari keduanya yang paling
banyak hafalannya? Setelah ditunjukkan, beliau mendahulukannya untuk

dimasukkan di liang lahat (HR Bukhari).
7. Penghafal al-Qur’an paling layak untuk menjadi teladan atau idola.
??? ?????? ?????? ????? ??????????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ??????? ?
??? ?????? ????????? ???????? ????????? ??????? ?????? ?????? ??????????? ????
?????? ????????? ???????????? (???? ???????) ??? ???? ???? ????? ???? ?????????
??????? ????????? ??? ??????????? ??????????? ????????? ?????????? ?????? ????
????? ????? ??????????? ?????? ??????????? ??? ???????????? ???????????
(???? ??? ????)
Tidaklah hasud dibolehkan kecuali pada dua orang; (1) orang yang dikarunia
kemampuan al-Quran dan membacanya sambil qiyamul lail dan (2) orang yang
dikarunia harta lalu dia bersedekahsiang dan malam (HR. Bukhari), Diantara
wujud pengagungan pada Allah adalah memuliakan orang tua muslim dan
penghafal al-Quran yang tidak melampaui batas serta memuliakan raja yang adil
(HR. Abu Dawud)
8. Penghafal al-Qur’an, berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak.
???? ?????? ??????? ???? ??????? ??????? ?????? ???? ???????? ????????????? ??
?????? ???????????? ??? ??????? ??? ?????? ???????? ?????? ?????? ??????? ????
?? ??????? ?????? ? (???? ???????)
Barang siapa membaca satu huruf dari al-Quran maka dia mendapatkan satu
kebaikan dan satu kebaikan bernilai 10 kebaikan, seperti alim lam mim masingmasing bernilai 10 kebaikan.
9. Penghafal al-Qur’an bisa membaca dan memahami al-Qur’an di manapun dan
dalam situasi apapun, dia tidak selalu tergantung dengan mushaf, tempat, waktu,
dan posisi tertentu, sehingga di kantor, di kendaraan, di pasar, bahkan sambil
tiduran pun ia bisa membaca dan memahami al-Quran. Juga aktivitas otak yang
tidak terganggu oleh konsentrasi melihat (mushaf), semakin mudah melakukan
tadabburdengan al-Quran.
10. Penghafal al-Qur’an punya daya nalar argumentatif yang komprehensif dan
mendalam. Sebagai al-huda (petunjuk), al-Qur’an sarat dengan nilai-nilai moral,
kebenaran ilmiah, inspirasi untuk berkreasi, terutama dalil-dalil hukum Islam.
Dengan demikian, dia sangat lihai mengulas maksud dari sebuah ayat, dan
mensintesiskan ayat dengan teori serta mengelaborasikan korelasi antar ayat.
11. Menghafalkan al-Qur’an hukumnya wajib kifayah, menurut Imam Zarkasyi,
Assuyuthi dll, sebab ia bisa menjaga Al-Quran dari kesalahan bacaan dan
penulisan, sehingga orisinalitas Al-Quran tetap terjaga dari berbagai upaya tahrif
(pemalsuan, perubahan). Jadi, keberadaan penghafal al-Quran adalah sebagai
penggugur kewajiban dan dosa umat muslim di kawasan tertentu.

12. Penghafal al-Qur’an menghabiskan sebagian besar waktunya (umurnya) untuk
mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah, hal
itu menjadikan hidupnya penuh keberkahan dan Allah memposisikannya sebagai
manusia terbaik.
?????????? ???? ????????? ?????????? ??????????? (???? ???????)
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Quran
13. Penghafal al-Qur’an dijaga dari godaan nafsu, sebab kesibukan dzikir pada
Allah (termasuk baca al-Quran) akan menghalangi syetan untuk menguasai
nafsunya.
?????? ?????? ???? ?????? ??????????? ????????? ???? ?????????? ?????? ???? ??
????? ( ?????? : 36(
Barang siapa lalai dari ingat Allah, akan kami kuasakan atasnya syaitan yang
menemaninya
14. Penghafal al-Qur’an termasuk dalam tujuh golongan yang diberi naungan
Allah ketika tidak ada lagi tempat bernaung di akherat dari dahsyatnya panas
neraka.
???????? ??????????? ??????? ??? ??????? ?????? ??? ????? ?????? ???????
…. ???????? ?????? ??? ????????? ??????? ???????? ???????? ????????? ??? ?????
??????? ? (???? ???????)
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, (diantaranya) pemuda
yang tumbuh besar dalam suasana ibadah pada Allah dan seorang laki-laki yang
hatinya selalu bergantung pada masjid.
15. Penghafal al-Qur’an adalah manusia pilihan Allah yang akan dititipi ilmu di
dadanya.
???? ???? ???????? ?????????? ??? ??????? ????????? ??????? ?????????
(???????? : 29)
Bahkan al-Quran merupakan kemukjizatan yang nyata yang dititipkan Allah di
dada orang yang berilmu
16. Membaca al-Qur’an merupakan obat stress, depresi dan lain-lain.
?????? ???????? ???? ??????? ??????? ???? ????????? ??????? ???????????? ?????
? ???????????? ??????? (?? : 24)

Barang siapa yang berpaling dari mengingat aku, maka kehidupannya akan sempit
dan kami kumpulkan di hari kiamat dalam keadaan buta
????????? ????????? ????????????? ??????????? ???????? ??????? ????? ????????
??????? ??????????? ?????????? (????? : 28)
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat
Allah, ingatlah bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenang
17. Penghafal al-Qur’an selalu berlatih untuk kerja keras dan disiplin. Menghafal
al-Quran butuh kerja keras, disiplin, istiqamah selama satu tahun lebih, kebiasaan
disiplin dan konsisten ini menjadi modal penting dalam menggapai kesuksesan
hidup.
18. Al-Qur’an mudah dihafal oleh orang tua, muda, anak-anak dan oleh orang
yang tidak faham bahasa Arab sekalipun.
???????? ?????????? ???????????? ?????????? ?????? ???? ????????? (????? : 22)
Dan sungguh kami mudahkan al-Quran untuk diingat adakah orang yang mau
mengingat?
Jadi, pertama kali yang harus diperhatikan oleh orang yang ingin menghafal AlQuran adalah mengikhlaskan niatnya hanya untuk Allah semata. Dengan niat
ikhlas, Allah akan membantu menjauhkan kita dari rasa malas dan bosan. Suatu
pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus berlangsung. Berbeda kalau
niatnya hanya untuk mengejar materi atau hanya ingin ikut musabaqah, atau
karena hal lain. Hendaknya ia melakukan shalat Hajat dengan memohon kepada
Allah agar dimudahkan dalam menghafal Al-Quran. Waktu shalat hajat ini tidak
ditentukan dan doa’anya pun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini
sebagaimana diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
??? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ??? ???? ??? ??? (???? ??? ????)
“ Bahwasanya Rasulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung
mengerjakan shalat. “
Memperbanyak do’a untuk menghafal Al-Quran. Do’a ini memang tidak terdapat
dalam hadis, akan tetapi seorang muslim boleh berdo’a menurut kemampuan dan
bahasanya masing-masing. Mungkin anda berdo’a seperti ini :
????? ????? ???? ?????? ?????? ??????? ?????? ???? ????? ?????? ?????? ??? ????
? ???? ????? ??? ?? ???? ????????

“ Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk menghafal Al-Quran, dan berilah aku
kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridha dan
tuntunan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih “.
B. Manajemen waktu
Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada peribadi
masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
?? ????? ??? ? ??? ???? ????? ??? ??? ???? ? ?????? ??????? ? ?????? ? ?????????
??????? ??????? ??? ?? ??????
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam
agama ini kecuali dia akan sampai, makanya amalkan agama ini dengan benar,
perlahan-lahan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan
malam (untuk mengerjakannya) “ ( HR Bukhari )
Umumnya, orang yang menghafalkan al-Quran di pesantren-pesantren
menghabiskan waktu 3-4 tahun dengan program takhashshus (tahfidz
intensif/sebagian besar waktunya untuk menghafal). Sebenarnya, kalau seseorang
mampu mengatur waktu dengan baik, pasti akan jauh lebih cepat dari waktu
tersebut. Misalnya, dalam sehari dia menambah hafalan dua halaman, maka dalam
kurun waktu sepuluh bulan (atau max. 12 bulan) sudah tuntas 30 juz. Atau paling
tidak setengah halaman perhari, maka dalam waktu 40 bulan (3 tahun 4 bulan atau
max. 4 tahun). Tentu, dengan syarat setiap waktu terbuang harus diganti atau
dirangkap tanpa kompromi.
Untuk konteks mahasiswa, pengaturan waktu memang lebih rumit dibanding
dengan peserta program takhashshus di pesantren. Mahasiswa memiliki beban
ganda yang berat. Terkait dengan perkuliahan, dia harus mempersiapkan
matakuliah setiap hari (min. 1 jam), mengikuti perkuliahan (rata-rata 4 jam sehari
selama 5 hari), mempersiapkan ujian UTS, UAS, kuis (min. 2 jam),
menyelesaikan tugas membuat makalah individu atau kelompok (min. 5 jam).
Berikut ini gambaran perbandingan kegiatan harian antara mahasiswa tahfidz dan
mahasiswa bukan tahfidz:
Tabel 1: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa non Tahfidz dalam 24 Jam
Kegiatan Alokasi waktu Prosentase
Persiapan materi kuliah, ujian dsb 2 jam 8,3 %
Mengikuti perkuliahan, seminar dsb 4 jam 16, 6 %
Menyelesaikan tugas, membuat artikel dsb 1 jam 4,1 %
Organisasi, silaturrahmi, pertemuan dsb 2 jam 8,3 %
Istirahat, sholat, makan dsb 3 jam 12,5 %

Tidur 8 jam 33 %
Bersih-bersih baju, kamar, kerja bakti dsb 2 jam 8,3 %
Hiburan, belanja, jalan-jalan dsb 2 jam 8,3 %
Total 24 jam 100 %
Tabel di atas menunjukkan relatif longgarnya waktu mahasiswa untuk belajar,
ibadah, santai dan istirahat. Dengan alokasi seperti ini saja mahasiswa yang
komitmen dan konsisten melakukan kegiatan ilmiah dan diniyah, pasti akan
mencapai kesuksesan.
Adapun mereka yang mengambil program tahfidz penuh (30 juz), minimal harus
menyisihkan waktunya min. 9 jam perhari dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2: Durasi Ideal Waktu Mahasiswa Tahfidz
Kegiatan Durasi
Penambahan hafalan baru 1 hal 1 jam
Pengulangan hafalan baru 1/2 juz 1 jam
Setoran hafalan 2 jam
Pengulangan harian 3 juz 2 jam
Latihan fashohah, terjemah, tafsir 1 jam
Total 9 jam
Setelah waktu untuk tahfidz ditambahkan dalam kegiatan harian, maka komposisi
waktu kegiatan menjadi seperti berikut:
Tabel 3: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa Yang Mengikuti Tahfidz
Kegiatan Alokasi waktu Prosentase
Persiapan materi kuliah, ujian dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 %
Mengikuti perkuliahan, seminar dsb 2 jam (4-2 jam) 8,3 %
Menyelesaikan tugas, membuat artikel dsb 1 jam 4,1 %
Organisasi, silaturrahmi, pertemuan dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 %
Istirahat, sholat, makan dsb 2 jam (3-1 jam) 8,3 %
Tidur 5 jam (8-3 jam) 20,8 %
Bersih-bersih baju, kamar, kerja bakti dsb 2 jam 8,3 %
Hiburan, belanja, jalan-jalan dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 %
Tahfidz 9 jam 37,5 %
Total 24 jam 100 %
Dari tabel di atas, secara jelas diketahui bahwa mahasiswa yang akan
menghafalkan al-Quran penuh (30 juz) harus siap melakukan riyadlah (latihan
lahir batin) dan mujahadah (sungguh-sungguh) yang mungkin sangat melelahkan.
Tidur yang biasanya memakan waktu 8 jam dalam sehari semalam, harus
dikurangi menjadi 5 jam. Demikian juga semua kegiatan yang sifatnya rekreatif,

penyaluran hobbi semaksimal mungkin dikurangi, apalagi sekadar ngrumpi,
ngobrol, cuci mata dan sebagainya, mutlak harus ditinggalkan. Ibnu Athaillah
(dalam kitab “Al-Hikam”) mengingatkan pada para pencari kemuliaan:
??? ???? ?? ??????? ???? ?? ???? ?? ???? ???????
” Bagaimana mungkin ada akan mendapatkan hal yang luar biasa bila anda tidak
keluar dari kebiasaan “
Apabila seorang mahasiswa memiliki tekad kuat untuk menghafal penuh, maka
sebaiknya disusun target secara sistematis sebagaimana contoh di bawah ini:
Contoh target program hafalan 30 juz (dari nol) selama 4 tahun kuliah
Bulan ke
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12
Tahun pertama
(semester 1-2)
Fashahah
1-10
Fashahah
11-20
Fashahah
21-30
Tahfidz Juz 1 Tahfidz Juz 2 Tahfidz Juz 3
Tahun kedua
(semester 3-4)
Tahfidz Juz 4-5 Tahfidz Juz 6-7 Tahfidz Juz 8-9 Tahfidz Juz 10-11 Tahfidz Juz 1213 Tahfidz Juz 14-15
Tahun ketiga
(semester 5-6)
Tahfidz Juz 16-17 Tahfidz Juz 18-19 Tahfidz Juz 20-21 Tahfidz Juz 22-23 Tahfidz
Juz 24-25 Tahfidz Juz 26-27
Tahun keempat
(semester 7-8)
Tahfidz Juz 28 Tahfidz Juz 29 Tahfidz Juz 30 Murajaah 1-10 Murajaah
11-20

Murajaah 21-30
Pada tahun pertama (semester 1 dan 2) biasanya mahasiswa mendapat beban
matakuliah yang banyak (sekitar 24 sks), belum lagi program intensif bahasa dan
matrikulasi yang padat, sehingga dirancang enam bulan pertama (semester 1)
mahasiswa hanya latihan fashahah, tajwid, dan tanda waqaf saja, mulai juz awal
sampai khatam, kemudian pada semester kedua mulai menghafal sedikit demi
sedikit, yakni dalam setiap dua bulan ditargetkan satu juz saja.
Pada tahun kedua ditargetkan satu bulan satu juz, berarti minimal perhari harus
tambah hafalan satu halaman sehingga dalam waktu 20 hari (dengan asumsi satu
juz ada 20 halaman untuk al-Quran pojok mushaf Madinah atau terbitan menara
kudus), sudah genap satu juz dan sisanya dipakai untuk melancarkan.
Setelah mahasiswa memasuki semester 7-8, biasanya mereka sangat disibukkan
oleh program KKN, PPL, penulisan skripsi. Untuk itu target hafalan dikurangi
dari dua menjadi satu juz perdua-bulan. Pada enam bulan terakhir pada tahun
keempat, terdapat sisa waktu yang cukup untuk menyelesaikan target atau kalau
sudah selesai, mereka harus banyak melakukan murajaah dengan harapan dalam
setiap dua bulan (dari 6 bulan terakhir) mampu melancarkan minimal sepuluh juz
yang telah dihafal. Bisa saja, melakukan pentashihan ke beberapa guru al-Quran
di beberapa pondok pesantren.
Adapun waktu yang sangat tepat untuk melakukan murajaah (pengulangan)
hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan shalat–shalat sunnah, baik di
masjid maupun di kamar ma’had/kos. Hal ini dikarenakan saat shalat seseorang
fokus menghadap Allah, dan fokus inilah yang membantu kita dalam mengulangi
hafalan. Berbeda ketika di luar shalat, seseorang cenderung untuk bosan berada
dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya melihat kanan atau
kiri, atau akan melihat obyek yang dianggap menarik, atau bahkan temannya akan
menghampirinya dan mengajaknya ngobrol. Berbeda dengan orang yang sedang
shalat, temannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus
menunggu hingga shalatnya usai dan tidak berani mendekat.
C. Manajemen strategi/metode
Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal AlQuran, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan kondisi
masing-masing. Di sini akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh
sebagian penghafal, dan terbukti sangat efektif, yaitu:
Metode Pertama: Menghafal satu persatu halaman (menggunakan Mushaf
Madinah atau menara Kudus). Kita membaca satu halaman yang akan kita hafal
sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai
menghafalnya. Setelah hafal satu halaman, baru kita pindah kepada halaman
berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman

berikutnya kecuali telah mengulangi halaman-halaman yang sudah kita hafal
sebelumnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita
hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat
tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama,
dan begitu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat
berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya.
Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah
diterangkan pada metode pertama.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al-Quran agar
sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a) Memperbaiki Makhraj Huruf.
b) Memperbaiki Harakat Huruf .
Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita
melakukantasmi’ (memperdengarkan) kepada seorang ustadz Al-Quran, agar
beliaau membenarkan bacaan kita yang salah. Kalau itu tidak dilakukan, maka
mungkin kesalahan yang timbul akan terus terbawa dalam hafalan kita tanpa
disadari.
Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indera
yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan
tetapi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan
dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis, sebagaimana yang diterapkan
di sebagian daerah di Maroko, yakni dengan menuliskan hafalan di atas papan
kecil yang dipegang oleh murid, setelah mereka menghafalnya di luar kepala, baru
tulisan tersebut dicuci dengan air.
Menggunakan satu jenis mushaf Al-Quran juga dapat menguatkan hafalan. Jangan
sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lain. Karena mata kita akan
ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu
posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh
penyair dalam tulisannya :
????? ???? ??? ????? ?? ???? ????? ????? ???? ???? ??????
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu
mushaf untuk anda selama hidupmu. “
Ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah: Mushaf Madinah atau
terkenal dengan Al-Quran pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20
halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah

(Mushaf Pojok) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al-Quran, banyak
dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan
Al-Quran sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf
seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al-Quran. Ada juga model lain,
seperti mushaf Al-Quran yang dipakai oleh sebagian orang Mesir, ada juga
mushaf yang dipakai oleh sebagian orang Pakistan dan India, bahkan ada model
mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al-Quran di
Indonesia yang dicetak oleh Penerbit Menara Kudus.
Faktor lain yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa
(mutasyabih). Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang
serupa (mutasyabih), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya.
Ayat yang ada di juz lima misalnya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang
semestinya ada di surat Al-Ma-idah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu
seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa (mutasyabihah)
yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
1- ( ????? ??????? ???? ???????? ??????? ? ?????? 173 < ————
> ? ????? ??????? ???????? ??????? ???? ) ??????? 3 ? ???????? 145? ? ????? 115
2(????? ??????????? ??????? ??????????? ???????? ??????? ????????????? ???????
????? ???? ????) ?????? : 61
3- (?? ????? ?????? ????? ??????? ????????????? ???????????? ???? ??) ?? ????? :
21
4(????? ??????????? ??????? ??????????? ???????? ??????? ????????????? ???????
? ???? ??) ?? ???? : 112
Untuk melihat ayat–ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap boleh
dirujuk buku–buku Mutasyabihat Al-Quran, karya Abul Husain bin Al Munady,
Pedoman Ayat Mutasyabihat, karya KH. Mustain Syafi’i dll.
D. Manajemen istiqamah
Setelah Al-Quran dihafal secara penuh (30 juz), seringkali seorang hafidz
disibukkan oleh studinya, atau menikah atau sibuk dengan pekerjaan, dan tidak
lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an
yang sudah dihafalnya beberapa tahun, akhirnya hanya tinggal kenangan saja. ia
merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi.
Yang terpenting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang mampu
menghafal Al-Quran dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling
penting adalah bagaimana kita melestarikan hafalan tersebut agar tetap terus ada

dalam dada kita. Sering diungkapkan bahwa tugas seorang hafidz adalah menjaga
hafalan. Istilah “menjaga hafalan” ini sebenarnya cenderung negatif, sebab
dikesankan bahwa seorang hafidz itu tugasnya seperti petugas security (Satpam)
yang hanya menjaga tidak menikmati apa yang dijaganya. Bayangan yang muncul
dibenak masyarakat umum, bahwa menghafal al-Quran itu identik dengan
menambah beban hidup menjadi lebih berat. Saatnya kita rubah istilah tersebut
dengan “melestarikan hafalan atau menikmati al-Quran”, sehingga tidak dianggap
sebagai beban, melainkan sebagai sarana hiburan diri.
Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang
yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk melestarikan hafalan
diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan
waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga
hafalan Al-Quran, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.
Mengulangi hafalan perlu dilakukan dalam shalat lima waktu. Seorang muslim
tentunya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu, hal ini hendaknya
dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya
setiap shalat dibagi menjadi dua bagian, sebelum shalat dan sesudahnya.
Misalnya, sebelum shalat: sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah.
Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid
sebelum azan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian
setelah shalat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da shalat atau dzikir pagi pada
shalat shubuh dan setelah dzikir selepas shalat Asar. Seandainya saja, ia mampu
mengulangi hafalannya sebelum shalat sebanyak seperempat juz dan sesudah
shalat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia boleh mengulangi
hafalannya sebanyak dua juz setengah.
Kalau istiqamah seperti ini, maka dia boleh mengkhatamkan hafalannya setiap
dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia mampu
menyempurnakan setengah juz setiap hari pada shalat malam atau shalat-shalat
sunnah lainnya, berarti dia boleh menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan boleh
mengkhatamkan Al-Quran pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama
dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali. Ada sebagian
orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan
shalat tahajud. Biasanya dia menghabiskan shalat tahajudnya selama dua jam.
Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut
ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia boleh menyelesaikan satu juz
dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia boleh menyelesaikan dua
sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam
halaqah para penghafal Al-Quran. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga
hari sekali, dan setiap peserta wajib mendengarkan hafalannya kepada temannya
lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu mengkhatamkan Al-Quran
setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya boleh terlaksana jika masing-masing

dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
E. Manajemen tempat
Tempat yang kondusif akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kesuksesan
menghafal. Mereka yang tinggal di lingkungan yang cuek atau bahkan anti dengan
bunyi-bunyian al-Quran akan merasa canggung untuk menghafal setiap saat.
Sebaliknya mereka yang tinggal di pesantren khusus tahfidz, akan merasakan
sebuah lingkungan yang kondusif, mau menghafal kapan saja dan dimana saja dan
dengan cara apapun, tidak ada problem.
Secara umum, tempat yang paling kondusif untuk menghafal adalah masjid.
Namun, kadang masing-masing orang memiliki selera dan tingkat kejenuhan yang
berbeda, sehingga diperlukan alternatif tempat lain yang sunyi, seperti: di sawah,
sungai, gunung, pesisir. Ada juga yang menghafal di dekat makam ulama-ulama
terkenal, seperti di makam syeikh Hasyim Asyari Jombang yang sering dipakai
tempat menghafal oleh santri-santri Pesantren “Madrasatul al-Quran”.
Ketika seseorang sudah hafal dan lancar, tempat tidak lagi menjadi soal. Sebab, ia
bisa melakukan murajaah di manapun; di atas pesawat, motor, mobil atau di
tempat keramaian sekalipun. Terutama, saat al-Quran sudah dapat dimasukkan ke
ponsel (HP), dengan begitu tidak ada lagi rasa “sungkan” membawa dan membaca
al-Quran di tengah kerumunan massa. Tentu, itu dilakukan dengan suara pelan
yang tidak sampai mengusik atau menyita perhatian orang lain.
F. Manajemen tahsin (memperindah bacaan)
Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah meningkatkan intensitas
mendengar bacaan Al-Quran murattal dari qori’-qor’ terkenal yang bagus suara
dan bacaannya melalui kaset, MP3 atau HP. Kalau boleh, tidak hanya sekadar
mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan
serius dan teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – Alhamdulillah – banyak
program TV yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al-Quran murattal dari
seorang qori’ yang bagus. Bisa juga mendapatkan audio atau video murottal dari
internet di situs:www.Mp3Quran.net, atau dengan mengetikkan nama qori’ yang
dikehendaki pada situs: www.youtube.com, kemudian URLnya dikopi ke
www.youddl.com dan siap didownload.
DAFTAR RUJUKAN
1. Imam Nawawi, Al Majmu’, (Beirut, Dar Al Fikri, 1996) Cet. Pertama
2. Hadis riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), disahihkan oleh Syekh Al Bani dalam
Sahih Sunan Abu Daud

3. Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al-Quran, ( Kairo,
Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ketiga
4. Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al-Quran, ( Kairo, Dar
Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama
5. Imam Nawawi, At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran

Kamis, 10 Juni 2010
Metode menghafal al Qur’an
Ditulis pada Agustus 2, 2007 oleh dkmfahutan
Berikut ini adalah salah satu dari metode bagi anda yang mau menghafal ayat-ayat
dalam al Qur’an. Tapi yang perlu diperhatikan sebelumnya bahwa,
Obat terbesar dalam menghafal dan memahami adalah taqwa kepada Allah SWT.
“Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajarimu”
Imam Syafi;i berkata, “Aku mengadukan perihal keburukan hafalanku kepada
guruku, yang bernama Imam Waki’, lalu guruku berwasiat agar aku menjauhi
maksiat dan dosa. Guruku kemudian berkata: ‘Muridku, ketahuilah bahwa ilmu
adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang
maksiat’”.
Adapun langkah-langkah menghafal al Qur’an, sebagai berikut:
Hendaklah permulaan hafalan al Qur’an dimulai dari surat An Naas lalu al Falaq,
yakni kebalikan dari urutan surat-surat al Qur’an. Cara ini akan memudahkan
tahapan dalam perjalanan menghafal Al Qur’an serta memudahkan latihan dalam
membacanya di dalam shalat baik.
Membagi hafalan menjadi dua bagian. Pertama, hafalan baru. Kedua, membaca al
Qur’an ketika shalat.
Mengkhususkan waktu siang, yaitu dari fajar hingga maghrib untuk hafalan baru.
Mengkhususkan waktu malam, yaitu dari adzan Maghrib hingga adzan Fajar
untuk membaca al Qur’an di dalam shalat.
Membagi hafalan baru menjadi dua bagian: Pertama hafalan. Kedua,
pengulangan. Adapun hafalan, hendaknya ditentukan waktunya setelah shalat fajar
dan setelah Ashar. Sedangkan pengulangan dilakukan setelah shalat sunnah atau
wajib sepanjang siang hari.
Meminimalkan kadar hafalan baru dan lebih memfokuskan pada pengulangan
ayat-ayat yang telah dihafal.
Hendaklah membagi ayat-ayat yang telah dihafal menjadi tujuh bagian sesuai
jumlah hari dalam sepekan, sehingga membaca setiap bagian dalam shalat setiap
malam.
Setiap kali bertambah kadar hafalan, maka hendaklah diulangi kadar pembagian
pengelompokan pekanannya agar sesuai dengan kadar tambahan.
Hendaklah hafalannya persurat. Jika surat tersebut panjang, bisa dibagi menjadi
beberapa ayat berdasarkan temannya. Tema-tema yang panjang juga bisa dibagi
menjadi dua bagian atau lebih. atau dapat juga dikumpulkan surat-surat atau tematema yang pendek menjadi satu penggalan. Yang penting pembagian tersebut tidak
asal-asalan, bukan berdasarkan berapa halaman atau berapa barisnya.

Tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan sama sekali melewati surat apapun
sampai ia menghafalnya secara keseluruhan, seberapa pun panjangnya. Dan
setelah menghafalnya secara keseluruhan, maka hendaklah diulang-ulang
beberapa kali dalam tempo lebih dari satu hari.
Apabila di tengah shalat malam mengalami kelemahan dalam hafalan sebagian
surat, maka hendaklah dilakukan pengulangan kembali disiang hari di hari
berikutnya. Dalam kondisi seperti ini, tidak dibenarkan memulai hafalan baru.
Kebanyakan hal seperti ini terjadi di awal-awal hari setelah menyelesaikan
hafalan baru.
Sangat dianjurkan sekali untuk memperdengarkan surat-surat yang akan
digunakan dalam shalat malam kepada orang lain.
Sangat baik mendidik anggota keluarga dengan metode ini. Caranya dengan
membuat jadwal pekanan bagi setiap anggota keluarga dan memperdengarkan
hafalan kepada mereka di siang hari, mengingatkan kepada mereka, memotivasi
mereka untuk membacanya ketika shalat malam, serta membekali mereka supaya
bisa berlatih sehingga tumbuh berkembang diatas al Qur’an. Dan al Qur’an bisa
menjadi teman bagi mereka yang tidak bisa lepas darinya dan tidak kuasa untuk
berpisah dengannya. Serta bisa menjadi lentera yang menerangi jalan kehidupan
mereka.
Hendaklah memperhatikan cara membacanya. Bacaan harus tartil (perlahan) dan
dengan suara yang terdengar oleh telinga. Bacaan yang tergesa-gesa walaupun
dengan alasan ingin menguatkan hafalan baru adalah bentuk pelalaian terhadap
tujuan membaca al Qur’an (untuk memperoleh ilmu, untuk diamalkan, untuk
bermunajat kepada Allah, untuk memperoleh pahala, untuk berobat dengannya).
Tujuan dari menghafal al Qur’an bukanlah untuk menghafal lafadz-lafadznya
dalam jumlah yang banyak. tetapi tujuannya adalah mengulang-ulang surat yang
telah dihafal dalam shalat dengan niatan, mentadabburi al Qur’an. tetapi apabila
mampu menghafal banyak surat sesuai apa yang telah disebutkan diatas, itu lebih
utama dari pada sedikit menghafal. Yang terpenting adalah menerapkan kaidah
diatas. Apabila menurutmu waktu sangat sempit maka ambillah kadar yang sedikit
namun terus diulang-ulang.
Diposkan oleh Achmad Yani di 12.20
Tidak ada komentar: