Optimalisasi Jaringan Irigasi Untuk Swas

PPS UNHAS
Program Studi Teknik Sipil
Konsentrasi Teknik Keairan

ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
DI TINGKAT LAHAN SAWAH DAN
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
UNTUK MENCAPAI SWASEMBADA
PANGAN NASIONAL
Disusun
Disusun oleh
oleh ::

HENDRIK PRISTIANTO
NIM
NIM :: P2301208004
P2301208004

TUGAS
TUGAS MATA
MATA KULIAH

KULIAH IRIGASI
IRIGASI
LANJUTAN
LANJUTAN

PENDAHULUAN
1. Definisi Topik

Sesuai dengan PP 20
/ 2006 ttg IRIGASI



Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan
pembuangan air irigasi
 Pengelolaan Jaringan Irigasi adalah kegiatan yang meliputi
operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di
daerah irigasi.

 Operasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuanganya,
termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi
mengumpulkan
data, danmemantau
dan
pintu/bangunan,
Pemeliharaan adalah
upaya menjaga
mengamankan
mengevaluasi
jaringan irigasi agar selalu berfungsi dengan baik guna
memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya.
 Rehabilitasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.

Fungsi IRIGASI menurut PP 20 / 2006
mendukung

produktifitas
usaha
tani
guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat,khususnya petani yang diwujudkan
melalui
keberlanjutan
sistem
irigasi
dengan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
Pengelolaan
saluran
primer
&
sekunder

Pemerintah Pusat, Propinsi , Kota / Kabupaten

Pengelolaan saluran tersier  Perkumpulan Petani
Pengguna Air (P3A)

SWASEMBADA PANGAN NASIONAL
(Soepriyanto,2006) :
ADALAH kemampuan suatu negara dengan
segala sumberdaya sendiri untuk mencukupi
kebutuhan pangannya secara mandiri.

SWASEMBADA PANGAN adalah masalah
strategis yang menjadi prioritas persoalan
negara, bukan sektoral
KETAHANAN
PANGAN

KETAHANAN
NASIONAL

KEDAULATAN
NEGARA


MASALAH DI TINGKAT LAHAN SAWAH

1
(GANJAR,200
1)

Konversi Lahan Sawah Beririgasi Teknis (50.000 ha/thn)

Investasi dlm pemb. Jaringan irigasi

?

MASALAH DI TINGKAT LAHAN SAWAH

2
(Suroso,2007
)

Kolam

Perikanan di lahan
sebelah hulu

Diversifikasi Usaha Tani Tanpa Memperhatikan Neraca Air

3
(Hasanudd
in,
2003)

Lahan Untuk Budidaya
tanaman non pangan

Konversi Lahan budidaya pangan (sawah) mjd non pangan

MASALAH DI TINGKAT LAHAN SAWAH

4
(Hendri,200
7)


Salah satu lumbung padi
nasional

Industri
& Perumahan

Badan Pertanahan Nasional  di Pulau Jawa
konversi lahan sawah beririgasi sangat
signifikan
Mengancam ketersediaan beras nasional

?

MASALAH DI TINGKAT JARINGAN IRIGASI
1. Permasalahan OP Irigasi dan konflik antar
petani (CIDES , 2008)
2.

Kurangnya daya dukung jaringan

bangunan irigasi, (Haryo, 2008)

dan

3. Kinerja prasarana irigasi yang dikelola oleh
pemerintah masih terbatas pada 4,8 juta hektar dari
total 5,7 juta hektar pada lahan irigasi sawah.
(Hilman,2006)
4. Data Tahun 2003 menyebutkan, untuk jaringan
irigasi telah dibangun seluas 5,7 juta Ha. Namun
lebih dari 50 % telah mengalami kerusakan.
(Soepriyanto,2006) dan data tahun 2005 terdapat
1,5 juta ha jaringan irigasi yang rusak. (CIDES,2008)

PEMBAHASAN
1. Alternatif solusi masalah di tingkat lahan sawah
STATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN
(BAPPENAS,2006)
Karakteristik Wilayah
Urgensi Kendali

Prioritas Sasaran
Instrumen kebijakan yang sesuai berdasarkan
I.

Status
ancaman
konversi pada level
sangat tinggi
(Jateng, DIY , Jatim
dan Bali)

II.

Status
ancaman
konversi pada level
tinggi
(SumBar,
NTB
dan

SulSel)
III.

Status
ancaman
konversi pada level
sedang - rendah
(Sumsel,Kalbar,Sulut,
Gorontalo)

Sangat tinggi

1.

2.
3.
tinggi

1.
2.

3.

sedang

1.
2.

Pembatasan dan pengendalian
luasan, jenis, dan lokasi alih
fungsi
Pengurangan dampak negatif dari
alih fungsi
Memperkecil peluang alih fungsi
pada seluruh lahan di luar sasaran

urutan prioritas
1.
Kompensasi terhadap kerugian akibat
hilangnya manfaat dari sifat multifungsi
2.
Pengembangan/rehabilitasi infrastruktur
3.
Bantuan teknis pengembangan teknologi
4.
Kebijakan harga (subsidi input dan output)
5.
Asuransi pertanian
6.
Keringan pajak

Memperkecil peluang alih fungsi
lahan sawah
Mengurangi dampak alih fungsi
lahan sawah
Pembatasan dan pengendalian
luasan, jenis, dan lokasi alih fungsi

1.
2.
3.
4.

Bantuan teknis pengembangan teknologi
Pengembangan/rehabilitasi infrastruktur
Kebijakan harga (subsidi input dan output)
Kompensasi terhadap kerugian akibat
hilangnya manfaat dari sifat multifungsi

Memperkecil peluang alih fungsi
lahan sawah
Pembatasan dan pengendalian
luasan, jenis, dan lokasi alih fungsi

1.
2.
3.

Pengembangan/rehabilitasi infrastruktur
Bantuan teknis pengembangan teknologi
Kebijakan harga (subsidi input dan output)

PEMBAHASAN
2. Alternatif solusi masalah di tingkat jaringan irigasi
1.Memperkuat komitmen pemerintah pusat dan pemerintah
propinsi,
pemerintah
kabupaten/kota
sesuai
dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya yang telah di atur
dalam undang-undang.
2.Optimalisasi OP jaringan irigasi dengan pendanaan yang
layak (sebesar 120.000-150.000 per ha)
3.Mempertahankan daya tampung waduk dan rehabilitasi
fungsi embung / situ.
4.Rehabilitasi secara terus menerus terhadap jaringan irigasi
yang telah terbangun.
5.Optimalisasi potensi irigasi air tanah
6.Peningkatan water efficiency untuk mengantisipasi dampak
perubahan iklim yang dapat merubah pola curah hujan.
(CIDES,2008)

PEMBAHASAN
2. Alternatif solusi masalah di tingkat lahan jaringan irigasi

Water efficiency dapat dilakukan dengan
(CIDES,2008) :
1.Intermitten Irrigation, yaitu dengan pengembangan
dan pengenalan teknis pemberian air dengan metode
System of Rice Intensification (SRI).
2.Water Re-use/penggunaan kembali air buangan dari
sawah di hulu untuk dipakai di daerah hilir.
3. Lining saluran untuk mengurangi kebocoran.

PERLUNYA EFISIENSI PEMAKAIAN AIR (Ganjar,2001)
Hasil Penelitian thn 1977  Eff saluran primer &
sekunder = 70%-87%, eff sal tersier = 77%-81%, shg
besar effisiensi total sampai di lahan = 40% - 60 %.
Saat ini  eff sal irigasi lebih rendah lagi , krn :
1. Biaya OP dr pemerintah dikurangi
2. Blm optimalnya penyerahan wewenang dr Pem.
Pusat ke PEMDA
3. Blmpemberian
siapnya P3A
menerima
Program
Penyerahan
Untuk
air irigasi
petani
masih
senang
Irigasi (PPI)genangan yang tinggi sampai 15 cm
menggunakan
secara terus menerus (CONTINOUS FLOW).
Rekomendasi dari berbagai hasil penelitian 
PEMBERIAN AIR MACAK-MACAK (sekitar 1 cm), sudah
memberikan hasil yang tidak berbeda dg pemakaian
genangan tinggi.

PEMBAHASAN

DA

M

PA
R

IT

un

tu

kl
ah
an
ke
r

in g

2. Alternatif solusi masalah di tingkat lahan jaringan irigasi
Pemanfaatan teknologi DAM PARIT untuk
lahan kering . Pengalaman menunjukkan
bahwa aplikasi pengembangan dam parit di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY); Jawa
Tengah (Semarang); Jawa Barat (PuncakBogor) telah meningkatkan produktivitas
lahan dan menurunkan debit puncak serta
memperpanjang
waktu
respon
daerah
aliran
sehingga
dapat Gunungkidul,
mengurangi
Di
Sub sungai
DAS Bunder,
Kabupaten
resiko aplikasi
banjir.
DIY,
dam
parit
telah
dapat
mengubah jenis tanaman yang diusahakan
dari padi gogo menjadi padi sawah, dan
dapat memperpanjang masa tanam selama 4
Sedangkan aplikasi dam parit bertingkat di
bulan.
Jawa Tengah telah dapat menurunkan debit
puncak
berkisar
antara
45-90%
dan
memperpanjang waktu respon DAS 12-60

PEMBAHASAN
3. Pentingnya setiap propinsi berswasembada beras
1. Swasembada beras/pangan secara berkelanjutan  TIAP propinsi
memprogramkan untuk berswasembada(kecuali DKI Jakarta.
Sekarang yang terjadi adalah beberapa propinsi di luar Jawa yang
wilayahnya luas dan jumlah penduduknya jarang justru mengalami
defisit penyediaan pangan. (Sumarno, 2006)
2. Bagi propinsi yang komposisi pangan penduduknya 100% beras,
maka langkah untuk dapat mencapai swasembada pangan :
a) mempertahankan produktifitas sawah
sebesar 2,75 ton
beras/ ha (produksi 4,58 ton GKG/ha) dan menambah 22,785 ha
luas areal sawah per 3 tahun,
b) meningkatkan produktifitas sawah dari 2,75 menjadi 2,98
ton beras/ha
ton GKG/ha)
3. Bagi
propinsi(5 yang
komposisi pangan penduduknya adalah
beras+jagung+ubi kayu, maka langkah yang diambil yaitu
meningkatkan proporsi diversifikasi pangan non beras, yaitu 60%
+35%+5%.
4. Peran propinsi surplus beras adalah menopang kebutuhan beras
DKI Jakarta dan mengisi kebutuhan propinsi lain yang sedang
kosong beras, karena adanya perbedaan masa panen

PENUTUP
KESIMPULAN :
1. Optimalisasi peran dan pengelolaan jaringan irigasi untuk
mendukung dan mencapai swasembada pangan nasional
demi ketahanan pangan nasinal dapat terwujud dengan
partisipasi aktif dari semua pihak baik dari pemerintah
pusat, daerah dan masyarakat Indonesia.

SARAN :
1.Diharapkan
pemerintah
konsisten
dalam
mengawal
implementasi peraturan-peraturan di bidang irigasi dan
pengelolaan sumber daya air demi terpenuhinya kebutuhan
air irigasi bagi seluruh masyarakat