Rancang Bangun eGampong Aplikasi untuk D
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
ISSN: 2088-9984
Rancang Bangun eGampong: Aplikasi untuk
Diseminasi Informasi tingkat Desa
Fathia Sabrina1, Rahmad Dawood2, dan Khairul Munadi2
1
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Syiah Kuala
2
Telematics Research Center, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak—Desa atau gampong, dalam bahasa Aceh, merupakan kesatuan masyarakat hukum yang berwenang dalam
batasan wilayah dan sistem tata kelola tersendiri. Dari hasil contextual design atas kebutuhan sistem informasi pada
desa-desa di Aceh, salah satunya, terungkap perlunya proses diseminasi informasi yang lebih eisien dan efektif
dalam tingkatan desa. Saat ini proses diseminasi informasi masih bersifat konvensional dengan cara: mendatangi
satu-persatu rumah warga, mengumandangkan melalui pengeras suara mesjid/meunasah, atau menyebarkan
kertas-kertas peng-umuman. Dengan proses diseminasi informasi yang masih konvensional ini banyak warga yang
telat menerima informasi desa atau bahkan tidak menerimanya sama sekali. Oleh karena itu dirasakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat lebih mengeisienkan proses diseminasi informasi tersebut, dimana aplikasi
eGampong merupakan prototipe yang dibangun untuk lebih mengeisienkan proses tersebut. Tulisan ini akan
memaparkan rancang bangun aplikasi eGampong yang bersifat low-maintenance serta yang berbasis teknologi SMS
dan layanan Google.
Kata kunci: eGovernment, Desa, Gampong, Aceh, Diseminasi Informasi, ICT4D, M4D, SMS
I.
diterima atau bahkan tidak diterima sama sekali.
Sebagai solusi untuk menanggulangi ketidakefektifan
dan ketidakeisienan proses diseminasi informasi yang
saat ini diterapkan oleh desa-desa, tulisan ini menawarkan
aplikasi eGampong yang bersifat low-maintenance
dan berbasis teknologi SMS dan layanan Google. Di
eGampong, proses diseminasi informasi dilakukan
melalui teknologi SMS dimana para warga desa akan
menerima informasi melalui SMS dari aparat desa mereka
masing-masing. Pemilihan teknologi SMS dikarenakan ini
merupakan layanan minimal yang pasti dimiliki oleh semua
jenis dan tipe handphone. eGampong juga menyediakan
layanan pengarsipan informasi yang telah didiseminasikan
dengan memakai sejumlah layanan Google. Pemilihan
layanan Google karena selain bersifat gratis sekaligus juga
menghilangkan perlunya perangkat komputasi tambahan
yang harus dimiliki desa untuk mengarsipkan informasi
yang telah didiseminasikan. Aplikasi eGampong bersifat
low-maintenance karena membutuhkan pengawasan
minimal dari warga maupun aparat desa. Selain proses
instalasi awal, eGampong dapat dibiarkan untuk berjalan
dengan sendirinya secara otomatis. Pengawasan yang
paling sering dilakukan oleh warga atau aparat desa
adalah untuk memeriksa apakah pulsa masih tersedia
agar eGampong tetap dapat mengirimkan SMS dan untuk
proses pengisian pulsa itu sendiri, yang bisa dilakukan
oleh handphone lain.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun
2005, desa, atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Aceh
sebagai gampong, merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat
setempat dalam batas-batas wilayahnya. Meskipun
batasan wilayah dan anggota dalam struktur pemerintahan
ini lebih kecil cakupannya dibandingkan pada tingkat
kecamatan, tugas dari aparatur di desa penting untuk
dikelola dengan baik karena pemerintahan desalah yang
berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Dari hasil proses contextual design [1] terhadap
kebutuhan sistem informasi pada desa-desa di Aceh
terungkap bahwa proses diseminasi informasi dalam
lingkup desa masih memakai cara-cara konvensional,
diantaranya dengan cara: kepala desa mendatangi rumah
warga satu-persatu, mengumandangkan melalui pengeras
suara mesjid/ meunasah terdekat, atau menyebarkan
kertas-kertas pengumuman. Proses diseminasi informasi
yang konvensional seperti ini sering kali menyebabkan
keterlambatan dalam penyampaian informasi disamping
juga kurang efektif dan eisien, contohnya: kepala desa
tidak mungkin mendatangi semua rumah warganya
dalam waktu yang singkat, pengeras suara hanya mampu
menyebarkan pengumuman dalam jangkauan jarak
tertentu, dan kertas-kertas pengumuman mudah sekali
tercecer atau rusak karena cuaca. Dengan proses diseminasi
informasi demikian, informasi–informasi penting terkait
data dan layanan masyarakat pada desa tersebut juga telat
48
ISSN: 2088-9984
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
II.
yang dilakukan bersama-sama dengan para pemakai untuk
memperbaiki prototipe yang telah dihasilkan [9].
Secara khusus, penerapan contextual design dalam
penelitian ini dimulai dengan melakukan wawancara pada
delapan orang yang terdiri atas aparat dan warga desa
serta mengamati baik proses kerja yang dilakukan oleh
aparat desa maupun interaksi yang terjadi antara aparat
ini dengan warganya. Hasil wawancara dan pengamatan
ini kemudian dikonsilidasi dan dianalisa dengan memakai
afinity notes dan afinity diagram, sesuai dengan
langkah-langkah dalam proses contextual design, untuk
mengidentiikasi kebutuhan dari para pemakai. Dari hasil
analisis kebutuhan diatas, dilakukan perancangan sistem
kerja baru untuk mengantisipasi tahapan kerja yang telah
ada. Setelah cara kerja baru yang lebih baik didapatkan,
dilanjutkan dengan perancangan sistem sesuai dengan
cara kerja baru. Perancangan sistem direpresentasikan
dalam bentuk sejumlah diagram UML [10], yaitu: Activity
diagram untuk menunjukkan proses-proses kerja yang
terjadi pada sistem yang sedang digunakan dan sistem
kerja yang baru, Use-case Diagram untuk menunjukkan
perilaku pengguna terhadap sistem, dan Deployment
Diagram serta Component diagram untuk menjelaskan
teknologi yang akan digunakan pada sistem secara lebih
terperinci. Dari rancangan awal ini prototipe eGampong
dibangun.
LATAR BELAKANG
eGovernment adalah suatu teknologi informasi yang
digunakan oleh instansi pemerintahan dalam usaha untuk
mengubah hubungan antara masyarakat, pelaku bisnis
dan bagian-bagian dalam pemerintahan. Teknologi seperti
internet, mobile computing, dan Wide Area Network ini
berfungsi untuk menyediakan layanan pemerintahan bagi
masyarakat, meningkatkan interaksi antara pemerintah
dengan pelaku bisnis dan industri, menyediakan akses
informasi yang lebih baik, serta meningkatkan kualitas
manajemen pemerintahan. Interaksi antara masyarakat
dengan pemerintah biasanya terjadi pada kantor
pemerintahan, namun dengan adanya teknologi informasi
dan komunikasi pusat pelayanan pemerintah dapat
berlokasi dekat dengan masyarakat. [2]
Selama ini aplikasi eGovernment, terutama di
Indonesia, masih sedikit yang langsung menyentuh
pemeritahan di tingkat desa. Umumnya, aplikasi
eGovernment di Indonesia lebih diperuntukan kepada
pelayanan pemerintahan di tingkat kabupaten/kotamadya
(e.g. layanan izin satu atap), propinsi (e.g. ePlanning), atau
pusat (e.g. eKTP). Segelintir aplikasi eGovernment untuk
tingkat pemerintahan desa yang ada saat ini, diantaranya:
Sistem Informasi Desa (SID) [3] yang aplikasinya lebih
ke mengelola sumber daya ditingkat desa [4], Sistem
Informasi Manajemen Desa (SiMaDe) [5] yang aplikasinya
lebih ke layanan perizinan dan surat-menyurat ditingkat
desa, dan Sistem Administrasi dan Informasi Desa (SAID)
[6] yang lebih ke aplikasi basis data tingkat desa untuk
dipergunakan dalam perencanaan pembangunan desa.
Kesemua aplikasi ini diperuntukan untuk mempermudah
kerja para aparat desa baik dalam melayani perizinan dan
surat-menyurat maupun untuk melengkapi data ditingkat
desa agar bisa melakukan perencanaan yang lebih baik.
Dari hasil penelusuran kami, belum ada aplikasi yang
bertujuan untuk memfasilitasi/melancarkan komunikasi
antara aparat desa dengan warganya.
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk
melengkapi dan memperkaya aplikasi eGovernment
ditingkat pemerintahan desa yang dapat menunjang dan
melancarkan interaksi antara aparat desa dengan warganya.
IV. ANALISA KEBUTUHAN
Dari hasil wawancara, yang dilakukan pada tahap
penggalian kebutuhan, dapat disimpulkan ada empat peran
penting dalam implementasi rancangan aplikasi ini, yaitu:
1) Geuchik (kepala desa) dan sekdes (sekretaris desa),
merupakan perangkat desa yang memiliki kedudukan
tertinggi dan yang bertanggung jawab dalam tata kelola
desa;
2) Kadus (kepala dusun) dan keplor (kepala lorong),
sebagai pihak tertinggi dalam cakupan wilayah dusun dan
lorong. Peran-peran ini dibawah koordinasi geuchik dan
sekdes;
3) Warga tetap, sebagai warga yang berdomisili tetap
pada suatu desa. Warga tetap menerima dan membutuhkan
informasi serta pelayanan dari perangkat desa dalam
jangka waktu yang panjang.
4) Warga tidak tetap, sebagai warga yang berdomisili
tidak tetap pada suatu desa. Warga tidak tetap menerima
dan membutuhkan informasi dan pelayanan dari
perangkat desa dalam kurun waktu singkat, selama mereka
berdomisili dalam desa tersebut.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan, salah satu
keluhan utama yang diutarakan baik warga maupun aparat
adalah adalah dalam proses diseminasi informasi dalam
desa yang masih bersifat konvensional, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu warga tetap desa setempat:
“terkadang [informasi] tidak sampai ke warga, karena kita
tinggal di ujung desa/perbatasan, jadi sampai infonya dua
hari kemudian”.
Kondisi proses diseminasi informasi saat ini dapat
III. METODE PENELITIAN
Untuk tahapan penggalian dan analisa kebutuhan,
pengembangan prototipe eGampong menerapkan proses
contextual design [1]. Contextual design adalah sebuah
proses penggalian dan analisa kebutuhan yang terstruktur,
terdeinisi dengan baik, dan berbasis kebutuhan para
pemakai (user-centered). Proses contextual design terdiri
atas beberapa metode, diantaranya: metode pengumpulan
data yang dilakukan langsung dari para pemakai (user)
di lapangan, metode konsolidasi dan interpretasi data
yang sistematis dan terstruktur, metode penggunaan data
dan brainstorming [7] untuk menghasilkan prototipe
[8] yang sesuai kebutuhan para pemakai, serta metode
pengujian dan penyempurnaan prototipe secara iteratif
49
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
ISSN: 2088-9984
Gambar 1. Activity diagram proses diseminasi konvensional.
Gambar 2. Activity diagram usulan proses diseminasi informasi yang
baru.
dilihat pada activity diagram di Gambar 1. Mulanya
informasi diperoleh oleh geuchik dari masyarakat maupun
pihak pemerintah kecamatan. Setelah diterima oleh
geuchik, informasi tersebut harus disampaikan kembali
kepada masyarakat lainnya yang biasanya dilakukan
melalui tiga media utama, seperti yang diungkapkan oleh
sekdes sebagai berikut: “[Pengumuman disebarkan] lewat
pengeras suara mesjid, ditempelkan di papan pengumuman
di depan kantor desa dan ditempelkan di setiap lorong
desa, atau disampaikan melalui masing-masing kepala
dusun”.
Proses sistem diseminasi diatas memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya seperti yang disampaikan oleh
seorang warga kos: “Pengumuman dengan kertas cepat
rusak dan banyak masyarakat yang tidak membaca
pengumuman tersebut. Pengumuman dalam dua hari dapat
jatuh dan rusak karena terkena hujan atau ditiup angin”.
Kekurangan lainnya pada proses konvensional ini seperti
yang diungkapkan seorang warga tetap: “[Pengumuman
dengan pengeras suara mesjid] tidak kedengaran, kecuali di
waktu Maghrib karena sudah sepi. Biasanya pengumuman
memang disampaikan lewat kepala lorong”.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, dari
hasil analisa dan brainstorming, penelitian ini mengajukan
proses diseminasi informasi baru dengan memanfaatkan
teknologi SMS dan layanan Google. Activity diagram
proses diseminasi informasi baru ini dapat dilihat pada
Gambar 2.
Proses masuknya informasi bermula dari penyampaian
informasi baik oleh masyarakat maupun kecamatan.
Informasi dari masyarakat akan langsung dikirim
ke geuchik untuk ditentukan kepada siapa informasi
tersebut harus disebarkan. Sedangkan jika informasi
dari kecamatan dalam bentuk surat maka langsung
diserahkan ke kantor desa atau melalui pihak perangkat
desa. Selanjutnya proses penyebaran informasi dimulai
dengan menyarikan informasi apa yang perlu disebarkan
ke warga dan menentukan kemana informasi tersebut
akan dikirimkan. Informasi yang telah didiseminasikan
kemudian diarsipkan online di situs desa.
Proses diseminasi informasi baru ini menggunakan
SMS sebagai perantara penyampaian informasi karena
SMS merupakan layanan minimal yang pasti dimiliki
oleh semua tipe handphone. Semua SMS yang dikirim
diarsipkan pada datastore-nya Google App Engine (GAE)
agar dapat diakses kembali oleh pihak yang kehilangan
atau tidak mendapatkan informasi. Dipilihnya layanan
GAE karena Google menyediakan layanan GAE secara
cuma-cuma dan dapat dipakai tanpa butuh perangkat
komputer tambahan. Sedangkan SMS gateway dipilih
karena sifat perangkatnya yang low-maintenance dimana
dapat dibiarkan bekerja sendiri tanpa memerlukan
pemantauan yang rumit, sekedar memeriksa dan mengisi
pulsa secara berkala.
V.
RANCANGAN SISTEM
Berdasarkan activity diagram proses diseminasi
informasi yang baru, fungsionalitas ini akan
diimplementasikan oleh sistem dengan memakai
teknologi SMS, untuk proses distribusi informasi, dan
dengan memakai berbagai layanan Google, untuk proses
pengarsipan informasi serta untuk ditampilkan dalam situs
desa. Dari activity diagram ini juga, peran-peran dalam
sistem nantinya dapat disederhanakan dari empat peran
yang telah diidentiikasi pada tahap analisa kebutuhan
menjadi hanya dua peran, yaitu: peran perangkat desa dan
peran masyarakat umum. Peran perangkat desa merupakan
gabungan peran-peran awal berikut: peran geuchik dan
sekdes serta peran kadus dan keplor. Sedangkan peran
masyarakat umum merupakan gabungan peran-peran awal
berikut: peran warga tetap dan peran warga tidak tetap.
Fungsionalitas lengkap yang ada dalam sistem ini dapat
dilihat pada use-case diagram pada Gambar 3.
50
ISSN: 2088-9984
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
Gambar 4. Component diagram proses diseminasi informasi yang baru.
disebarkannya
kepada
nomor-nomor
handphone
masyarakat yang telah terdaftar. Oleh SMS gateway juga,
SMS ini kemudian dimuat ke datastore milik aplikasi pada
GAE dari system ini melalui jalur Internet. Di datastore
inilah SMS diarsipkan untuk kemudian bias diakses kapan
saja dan oleh komponen mana saja yang memelurkannya.
SMS yang telah diarsip ini kemudian diambil oleh Blogger
untuk ditampilkan pada halaman situs desa.
VI. IMPLEMENTASI
Berdasarkan component diagram diatas, situs
desa yang berbasis Blogger, akan menampung salinan
informasi yang telah didiseminasika, seperti tampak pada
Gambar 5 (bagian Pesan Terkini). Sedangkan halaman
yang berisikan salinan informasi yang didiseminasikan
akan tampak seperti Gambar 6.
Pada situs ini terdapat juga menu yang bisa dipilih
untuk menampilkan data SMS yang telah didiseminasikan
oleh komponen SMS Gateway atas permintaan perangkat
desa yang telah diarsipkan pada GAE, sebagaimana
yang dijelaskan pada penjelasan use-case diagram dan
component diagram sebelumnya. Aplikasi tampilan
SMS pada sidebar maupun pada menu ini dibuat dengan
mengambil masukan dari GAE dan mengubah datanya ke
dalam format JSON agar dapat diakses oleh Blogger untuk
Gambar 3. Use-case diagram proses diseminasi informasi yang baru.
Dalam use-case diagram ini, sebelum perangkat
desa dapat mengakses situs (use-case nomor 5, 6, dan
7), perangkat desa diharuskan untuk otentikasi terlebih
dahulu melalui proses login dengan memakai akun yang
telah dibuatkan sebelumnya untuk mereka. Sedangkan
informasi dalam bentuk SMS yang pernah didiseminasikan
oleh perangkat desa melalui sistem (use-case nomor 2)
akan ditampilkan secara langsung ke situs desa. Situs desa
dapat diakses oleh seluruh pengguna tanpa perlu login
terlebih dahulu.
Berita yang disediakan oleh perangkat desa kepada
masyarakat tidak selamanya berbentuk SMS, ada
Informasi penting yang tidak mungkin disampaikan dalam
SMS karena keterbatasan panjang karakter. Oleh karena
itu eGampong menyediakan itur untuk menampilkan
berita yang dapat dimuat oleh perangkat desa dalam situs
desa. Kesemua berita ini bersifat publik dan dapat dibaca
oleh semua pengguna.
Implementasi
teknis
untuk
merealisasikan
activity diagram dan use-case diagram diatas akan
mempergunakan tiga komponen utama, yaitu: Blogger,
GAE, dan SMS Gateway. Blogger dan GAE merupakan
dua layanan Google yang disediakan secara Cuma-cuma.
Component diagram implementasi teknis ini dapat dilihat
pada Gambar 4.
Dalam component diagram system ini, SMS akan
masuk dan diterima oleh SMS gateway yang kemudian
Gambar 5. Situs eGampong.
51
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
ISSN: 2088-9984
3.
4.
5.
Gambar 6. Fungsionalitas pengarsipan informasi yang didiseminasikan.
6.
adanya eGoverment adalah dalam proses diseminasi
(penyebaran) informasi.
Proses diseminasi informasi konvensional saat ini
memiliki beberapa kekurangan yaitu: pengumuman
lewat pengeras suara kurang terdengar dan
pengumuman yang ditempelkan sering tercecer.
eGampong dirancang untuk mengatasi masalah pada
proses diseminasi informasi konvensional dengan
cara memanfaatkan teknologi SMS untuk distribusi
informasi.
eGampong dibangun dengan menggunakan 3
komponen utama, yaitu: Blogger, GAE, dan SMS
Gateway.
eGampong dengan komponen utama diatas bersifat
low-maintenance karena hanya membutuhkan
pengecekan pulsa secara berkala dan dapat diakses
oleh seluruh masyarakat karena hanya menggunakan
SMS, tanpa membutuhkan perangkat tambahan.
REFERENSI
[1]
K. Holtzblatt, J. B. Wendell, and S. Wood, Rapid Contextual
design: A How-to Guide to Key Techniques for User-Centered
Design. San Francisco, CA: Morgan Kaufman, 2005.
[2]
“Deinition
of
E-Government.”
[Online].
Available:http://web.worldbank.org/
I ONANDC OMMUNI C AT I ONANDT E C HNOL OGI E S/
EXTEGOVERNMENT/....[Accessed: 4-June-2013]/
[3]
“Lumbung
Komunitas”
[Online].
Available:
lumbungkomunitas.net. [Accessed: 11-June-2014].
[4]
R. Jahja, Haryana, D. Mariana, and M. Rendra, Sistem Informasi
Desa: Sistem Informasi dan Data untuk Pembaruan Desa.
Yogyakarta, Indonesia: COMBINE Resourse Institution (CRI),
2012.
[5]
“SiMaDe (Sistem Informasi Manajemen Desa)” [Online].
Available:
http://deni-simade.blogspot.com.
[Accessed:
5-January-2013].
[6]
“Sistem Administrasi dan Informasi Desa” [Online]. Available:
http://mitraturatea.wordpress.com/2013/07/16/sistemadministrasi-dan-informasi-desa. [Accessed: 5-June-2014].
[7]
C. Wilson, Brainstorming and Beyond: A User-Centered Design
Method. Oxford, UK: Morgan Kaufman, 2013.
[8]
S. Houde and C. Hill, “What do Prototypes Prototype?,” in
Handbook of Human-Computer Interaction, 2nd Edition., M. G.
Helander, T. K. Landauer, and P. V. Prabhu, Eds. Amsterdam,
The Netherlands: North Holland, 1997, pp. 367–381.
[9]
K. Holtzblatt and H. R. Beyer, “Contextual design,” in
Encyclopedia of Human-Computer Interaction, M. Soegaard and
R. F. Dam, Eds. Aarhus, Denmark: The Interaction-Design.org
Foundation, 2011.
[10]
M. Fowler, UML Distilled: A Brief Guide to the Standard Object
Modeling Language, 3rd Edition. Boston, MA.: Addison-Wesley,
2004.
[11]
“Welcome to python.org” [Online]. Available: http://www.
python.org. [Accessed: 19-February-2014].
[12]
“Gammu.” [Online]. Available:
[Accessed: 13-Jun-2009]
Gambar 7. Keluaran dari SMS Gateway.
bisa ditampilkan pada situs desa.
Komponen SMS Gateway itu sendiri dibangun
memakai bahasa Python [11] dengan mempergunakan
library open source SMS Gateway bernama Gammu [12].
SMS Gateway akan menerima perintah-perintah tertentu
dari nomor yang telah terdaftar sebagai kepala desa, serta
memproses SMS tersebut sesuai dengan perintah yang
tertera dalam SMS. SMS Gateway berjalan berbasis text
dimana sampel keluarannya dapat dilihat pada Gambar 7.
Perintah-perintah yang dapat diterima oleh SMS
gateway saat ini adalah: INFO yang akan dibalas dengan
daftar perintah yang dapat digunakan oleh kepala desa,
TAMBAH untuk menambah nomor handphone
warga pada daftar penerima SMS, HAPUS
untuk menghapus nomor handphone
warga yang sebelumnya sudah terdaftar, dan UMUMKAN
untuk menyebarkan pesan kepada
nomor yang telah terdaftar dan memuatnya ke situs desa
untuk diarsip serta ditampilkan pada halaman situs desa.
VII. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapat
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perangkat desa memerlukan adanya aplikasi
eGoverment untuk memenuhi kebutuhan administrasi
serta komunikasi pada desa tersebut.
2. Salah satu aspek penting yang membutuhkan
52
http://
http://www.gammu.org.
ISSN: 2088-9984
Rancang Bangun eGampong: Aplikasi untuk
Diseminasi Informasi tingkat Desa
Fathia Sabrina1, Rahmad Dawood2, dan Khairul Munadi2
1
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Syiah Kuala
2
Telematics Research Center, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak—Desa atau gampong, dalam bahasa Aceh, merupakan kesatuan masyarakat hukum yang berwenang dalam
batasan wilayah dan sistem tata kelola tersendiri. Dari hasil contextual design atas kebutuhan sistem informasi pada
desa-desa di Aceh, salah satunya, terungkap perlunya proses diseminasi informasi yang lebih eisien dan efektif
dalam tingkatan desa. Saat ini proses diseminasi informasi masih bersifat konvensional dengan cara: mendatangi
satu-persatu rumah warga, mengumandangkan melalui pengeras suara mesjid/meunasah, atau menyebarkan
kertas-kertas peng-umuman. Dengan proses diseminasi informasi yang masih konvensional ini banyak warga yang
telat menerima informasi desa atau bahkan tidak menerimanya sama sekali. Oleh karena itu dirasakan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat lebih mengeisienkan proses diseminasi informasi tersebut, dimana aplikasi
eGampong merupakan prototipe yang dibangun untuk lebih mengeisienkan proses tersebut. Tulisan ini akan
memaparkan rancang bangun aplikasi eGampong yang bersifat low-maintenance serta yang berbasis teknologi SMS
dan layanan Google.
Kata kunci: eGovernment, Desa, Gampong, Aceh, Diseminasi Informasi, ICT4D, M4D, SMS
I.
diterima atau bahkan tidak diterima sama sekali.
Sebagai solusi untuk menanggulangi ketidakefektifan
dan ketidakeisienan proses diseminasi informasi yang
saat ini diterapkan oleh desa-desa, tulisan ini menawarkan
aplikasi eGampong yang bersifat low-maintenance
dan berbasis teknologi SMS dan layanan Google. Di
eGampong, proses diseminasi informasi dilakukan
melalui teknologi SMS dimana para warga desa akan
menerima informasi melalui SMS dari aparat desa mereka
masing-masing. Pemilihan teknologi SMS dikarenakan ini
merupakan layanan minimal yang pasti dimiliki oleh semua
jenis dan tipe handphone. eGampong juga menyediakan
layanan pengarsipan informasi yang telah didiseminasikan
dengan memakai sejumlah layanan Google. Pemilihan
layanan Google karena selain bersifat gratis sekaligus juga
menghilangkan perlunya perangkat komputasi tambahan
yang harus dimiliki desa untuk mengarsipkan informasi
yang telah didiseminasikan. Aplikasi eGampong bersifat
low-maintenance karena membutuhkan pengawasan
minimal dari warga maupun aparat desa. Selain proses
instalasi awal, eGampong dapat dibiarkan untuk berjalan
dengan sendirinya secara otomatis. Pengawasan yang
paling sering dilakukan oleh warga atau aparat desa
adalah untuk memeriksa apakah pulsa masih tersedia
agar eGampong tetap dapat mengirimkan SMS dan untuk
proses pengisian pulsa itu sendiri, yang bisa dilakukan
oleh handphone lain.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun
2005, desa, atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Aceh
sebagai gampong, merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat
setempat dalam batas-batas wilayahnya. Meskipun
batasan wilayah dan anggota dalam struktur pemerintahan
ini lebih kecil cakupannya dibandingkan pada tingkat
kecamatan, tugas dari aparatur di desa penting untuk
dikelola dengan baik karena pemerintahan desalah yang
berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Dari hasil proses contextual design [1] terhadap
kebutuhan sistem informasi pada desa-desa di Aceh
terungkap bahwa proses diseminasi informasi dalam
lingkup desa masih memakai cara-cara konvensional,
diantaranya dengan cara: kepala desa mendatangi rumah
warga satu-persatu, mengumandangkan melalui pengeras
suara mesjid/ meunasah terdekat, atau menyebarkan
kertas-kertas pengumuman. Proses diseminasi informasi
yang konvensional seperti ini sering kali menyebabkan
keterlambatan dalam penyampaian informasi disamping
juga kurang efektif dan eisien, contohnya: kepala desa
tidak mungkin mendatangi semua rumah warganya
dalam waktu yang singkat, pengeras suara hanya mampu
menyebarkan pengumuman dalam jangkauan jarak
tertentu, dan kertas-kertas pengumuman mudah sekali
tercecer atau rusak karena cuaca. Dengan proses diseminasi
informasi demikian, informasi–informasi penting terkait
data dan layanan masyarakat pada desa tersebut juga telat
48
ISSN: 2088-9984
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
II.
yang dilakukan bersama-sama dengan para pemakai untuk
memperbaiki prototipe yang telah dihasilkan [9].
Secara khusus, penerapan contextual design dalam
penelitian ini dimulai dengan melakukan wawancara pada
delapan orang yang terdiri atas aparat dan warga desa
serta mengamati baik proses kerja yang dilakukan oleh
aparat desa maupun interaksi yang terjadi antara aparat
ini dengan warganya. Hasil wawancara dan pengamatan
ini kemudian dikonsilidasi dan dianalisa dengan memakai
afinity notes dan afinity diagram, sesuai dengan
langkah-langkah dalam proses contextual design, untuk
mengidentiikasi kebutuhan dari para pemakai. Dari hasil
analisis kebutuhan diatas, dilakukan perancangan sistem
kerja baru untuk mengantisipasi tahapan kerja yang telah
ada. Setelah cara kerja baru yang lebih baik didapatkan,
dilanjutkan dengan perancangan sistem sesuai dengan
cara kerja baru. Perancangan sistem direpresentasikan
dalam bentuk sejumlah diagram UML [10], yaitu: Activity
diagram untuk menunjukkan proses-proses kerja yang
terjadi pada sistem yang sedang digunakan dan sistem
kerja yang baru, Use-case Diagram untuk menunjukkan
perilaku pengguna terhadap sistem, dan Deployment
Diagram serta Component diagram untuk menjelaskan
teknologi yang akan digunakan pada sistem secara lebih
terperinci. Dari rancangan awal ini prototipe eGampong
dibangun.
LATAR BELAKANG
eGovernment adalah suatu teknologi informasi yang
digunakan oleh instansi pemerintahan dalam usaha untuk
mengubah hubungan antara masyarakat, pelaku bisnis
dan bagian-bagian dalam pemerintahan. Teknologi seperti
internet, mobile computing, dan Wide Area Network ini
berfungsi untuk menyediakan layanan pemerintahan bagi
masyarakat, meningkatkan interaksi antara pemerintah
dengan pelaku bisnis dan industri, menyediakan akses
informasi yang lebih baik, serta meningkatkan kualitas
manajemen pemerintahan. Interaksi antara masyarakat
dengan pemerintah biasanya terjadi pada kantor
pemerintahan, namun dengan adanya teknologi informasi
dan komunikasi pusat pelayanan pemerintah dapat
berlokasi dekat dengan masyarakat. [2]
Selama ini aplikasi eGovernment, terutama di
Indonesia, masih sedikit yang langsung menyentuh
pemeritahan di tingkat desa. Umumnya, aplikasi
eGovernment di Indonesia lebih diperuntukan kepada
pelayanan pemerintahan di tingkat kabupaten/kotamadya
(e.g. layanan izin satu atap), propinsi (e.g. ePlanning), atau
pusat (e.g. eKTP). Segelintir aplikasi eGovernment untuk
tingkat pemerintahan desa yang ada saat ini, diantaranya:
Sistem Informasi Desa (SID) [3] yang aplikasinya lebih
ke mengelola sumber daya ditingkat desa [4], Sistem
Informasi Manajemen Desa (SiMaDe) [5] yang aplikasinya
lebih ke layanan perizinan dan surat-menyurat ditingkat
desa, dan Sistem Administrasi dan Informasi Desa (SAID)
[6] yang lebih ke aplikasi basis data tingkat desa untuk
dipergunakan dalam perencanaan pembangunan desa.
Kesemua aplikasi ini diperuntukan untuk mempermudah
kerja para aparat desa baik dalam melayani perizinan dan
surat-menyurat maupun untuk melengkapi data ditingkat
desa agar bisa melakukan perencanaan yang lebih baik.
Dari hasil penelusuran kami, belum ada aplikasi yang
bertujuan untuk memfasilitasi/melancarkan komunikasi
antara aparat desa dengan warganya.
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk
melengkapi dan memperkaya aplikasi eGovernment
ditingkat pemerintahan desa yang dapat menunjang dan
melancarkan interaksi antara aparat desa dengan warganya.
IV. ANALISA KEBUTUHAN
Dari hasil wawancara, yang dilakukan pada tahap
penggalian kebutuhan, dapat disimpulkan ada empat peran
penting dalam implementasi rancangan aplikasi ini, yaitu:
1) Geuchik (kepala desa) dan sekdes (sekretaris desa),
merupakan perangkat desa yang memiliki kedudukan
tertinggi dan yang bertanggung jawab dalam tata kelola
desa;
2) Kadus (kepala dusun) dan keplor (kepala lorong),
sebagai pihak tertinggi dalam cakupan wilayah dusun dan
lorong. Peran-peran ini dibawah koordinasi geuchik dan
sekdes;
3) Warga tetap, sebagai warga yang berdomisili tetap
pada suatu desa. Warga tetap menerima dan membutuhkan
informasi serta pelayanan dari perangkat desa dalam
jangka waktu yang panjang.
4) Warga tidak tetap, sebagai warga yang berdomisili
tidak tetap pada suatu desa. Warga tidak tetap menerima
dan membutuhkan informasi dan pelayanan dari
perangkat desa dalam kurun waktu singkat, selama mereka
berdomisili dalam desa tersebut.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan, salah satu
keluhan utama yang diutarakan baik warga maupun aparat
adalah adalah dalam proses diseminasi informasi dalam
desa yang masih bersifat konvensional, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu warga tetap desa setempat:
“terkadang [informasi] tidak sampai ke warga, karena kita
tinggal di ujung desa/perbatasan, jadi sampai infonya dua
hari kemudian”.
Kondisi proses diseminasi informasi saat ini dapat
III. METODE PENELITIAN
Untuk tahapan penggalian dan analisa kebutuhan,
pengembangan prototipe eGampong menerapkan proses
contextual design [1]. Contextual design adalah sebuah
proses penggalian dan analisa kebutuhan yang terstruktur,
terdeinisi dengan baik, dan berbasis kebutuhan para
pemakai (user-centered). Proses contextual design terdiri
atas beberapa metode, diantaranya: metode pengumpulan
data yang dilakukan langsung dari para pemakai (user)
di lapangan, metode konsolidasi dan interpretasi data
yang sistematis dan terstruktur, metode penggunaan data
dan brainstorming [7] untuk menghasilkan prototipe
[8] yang sesuai kebutuhan para pemakai, serta metode
pengujian dan penyempurnaan prototipe secara iteratif
49
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
ISSN: 2088-9984
Gambar 1. Activity diagram proses diseminasi konvensional.
Gambar 2. Activity diagram usulan proses diseminasi informasi yang
baru.
dilihat pada activity diagram di Gambar 1. Mulanya
informasi diperoleh oleh geuchik dari masyarakat maupun
pihak pemerintah kecamatan. Setelah diterima oleh
geuchik, informasi tersebut harus disampaikan kembali
kepada masyarakat lainnya yang biasanya dilakukan
melalui tiga media utama, seperti yang diungkapkan oleh
sekdes sebagai berikut: “[Pengumuman disebarkan] lewat
pengeras suara mesjid, ditempelkan di papan pengumuman
di depan kantor desa dan ditempelkan di setiap lorong
desa, atau disampaikan melalui masing-masing kepala
dusun”.
Proses sistem diseminasi diatas memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya seperti yang disampaikan oleh
seorang warga kos: “Pengumuman dengan kertas cepat
rusak dan banyak masyarakat yang tidak membaca
pengumuman tersebut. Pengumuman dalam dua hari dapat
jatuh dan rusak karena terkena hujan atau ditiup angin”.
Kekurangan lainnya pada proses konvensional ini seperti
yang diungkapkan seorang warga tetap: “[Pengumuman
dengan pengeras suara mesjid] tidak kedengaran, kecuali di
waktu Maghrib karena sudah sepi. Biasanya pengumuman
memang disampaikan lewat kepala lorong”.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, dari
hasil analisa dan brainstorming, penelitian ini mengajukan
proses diseminasi informasi baru dengan memanfaatkan
teknologi SMS dan layanan Google. Activity diagram
proses diseminasi informasi baru ini dapat dilihat pada
Gambar 2.
Proses masuknya informasi bermula dari penyampaian
informasi baik oleh masyarakat maupun kecamatan.
Informasi dari masyarakat akan langsung dikirim
ke geuchik untuk ditentukan kepada siapa informasi
tersebut harus disebarkan. Sedangkan jika informasi
dari kecamatan dalam bentuk surat maka langsung
diserahkan ke kantor desa atau melalui pihak perangkat
desa. Selanjutnya proses penyebaran informasi dimulai
dengan menyarikan informasi apa yang perlu disebarkan
ke warga dan menentukan kemana informasi tersebut
akan dikirimkan. Informasi yang telah didiseminasikan
kemudian diarsipkan online di situs desa.
Proses diseminasi informasi baru ini menggunakan
SMS sebagai perantara penyampaian informasi karena
SMS merupakan layanan minimal yang pasti dimiliki
oleh semua tipe handphone. Semua SMS yang dikirim
diarsipkan pada datastore-nya Google App Engine (GAE)
agar dapat diakses kembali oleh pihak yang kehilangan
atau tidak mendapatkan informasi. Dipilihnya layanan
GAE karena Google menyediakan layanan GAE secara
cuma-cuma dan dapat dipakai tanpa butuh perangkat
komputer tambahan. Sedangkan SMS gateway dipilih
karena sifat perangkatnya yang low-maintenance dimana
dapat dibiarkan bekerja sendiri tanpa memerlukan
pemantauan yang rumit, sekedar memeriksa dan mengisi
pulsa secara berkala.
V.
RANCANGAN SISTEM
Berdasarkan activity diagram proses diseminasi
informasi yang baru, fungsionalitas ini akan
diimplementasikan oleh sistem dengan memakai
teknologi SMS, untuk proses distribusi informasi, dan
dengan memakai berbagai layanan Google, untuk proses
pengarsipan informasi serta untuk ditampilkan dalam situs
desa. Dari activity diagram ini juga, peran-peran dalam
sistem nantinya dapat disederhanakan dari empat peran
yang telah diidentiikasi pada tahap analisa kebutuhan
menjadi hanya dua peran, yaitu: peran perangkat desa dan
peran masyarakat umum. Peran perangkat desa merupakan
gabungan peran-peran awal berikut: peran geuchik dan
sekdes serta peran kadus dan keplor. Sedangkan peran
masyarakat umum merupakan gabungan peran-peran awal
berikut: peran warga tetap dan peran warga tidak tetap.
Fungsionalitas lengkap yang ada dalam sistem ini dapat
dilihat pada use-case diagram pada Gambar 3.
50
ISSN: 2088-9984
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
Gambar 4. Component diagram proses diseminasi informasi yang baru.
disebarkannya
kepada
nomor-nomor
handphone
masyarakat yang telah terdaftar. Oleh SMS gateway juga,
SMS ini kemudian dimuat ke datastore milik aplikasi pada
GAE dari system ini melalui jalur Internet. Di datastore
inilah SMS diarsipkan untuk kemudian bias diakses kapan
saja dan oleh komponen mana saja yang memelurkannya.
SMS yang telah diarsip ini kemudian diambil oleh Blogger
untuk ditampilkan pada halaman situs desa.
VI. IMPLEMENTASI
Berdasarkan component diagram diatas, situs
desa yang berbasis Blogger, akan menampung salinan
informasi yang telah didiseminasika, seperti tampak pada
Gambar 5 (bagian Pesan Terkini). Sedangkan halaman
yang berisikan salinan informasi yang didiseminasikan
akan tampak seperti Gambar 6.
Pada situs ini terdapat juga menu yang bisa dipilih
untuk menampilkan data SMS yang telah didiseminasikan
oleh komponen SMS Gateway atas permintaan perangkat
desa yang telah diarsipkan pada GAE, sebagaimana
yang dijelaskan pada penjelasan use-case diagram dan
component diagram sebelumnya. Aplikasi tampilan
SMS pada sidebar maupun pada menu ini dibuat dengan
mengambil masukan dari GAE dan mengubah datanya ke
dalam format JSON agar dapat diakses oleh Blogger untuk
Gambar 3. Use-case diagram proses diseminasi informasi yang baru.
Dalam use-case diagram ini, sebelum perangkat
desa dapat mengakses situs (use-case nomor 5, 6, dan
7), perangkat desa diharuskan untuk otentikasi terlebih
dahulu melalui proses login dengan memakai akun yang
telah dibuatkan sebelumnya untuk mereka. Sedangkan
informasi dalam bentuk SMS yang pernah didiseminasikan
oleh perangkat desa melalui sistem (use-case nomor 2)
akan ditampilkan secara langsung ke situs desa. Situs desa
dapat diakses oleh seluruh pengguna tanpa perlu login
terlebih dahulu.
Berita yang disediakan oleh perangkat desa kepada
masyarakat tidak selamanya berbentuk SMS, ada
Informasi penting yang tidak mungkin disampaikan dalam
SMS karena keterbatasan panjang karakter. Oleh karena
itu eGampong menyediakan itur untuk menampilkan
berita yang dapat dimuat oleh perangkat desa dalam situs
desa. Kesemua berita ini bersifat publik dan dapat dibaca
oleh semua pengguna.
Implementasi
teknis
untuk
merealisasikan
activity diagram dan use-case diagram diatas akan
mempergunakan tiga komponen utama, yaitu: Blogger,
GAE, dan SMS Gateway. Blogger dan GAE merupakan
dua layanan Google yang disediakan secara Cuma-cuma.
Component diagram implementasi teknis ini dapat dilihat
pada Gambar 4.
Dalam component diagram system ini, SMS akan
masuk dan diterima oleh SMS gateway yang kemudian
Gambar 5. Situs eGampong.
51
Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014
ISSN: 2088-9984
3.
4.
5.
Gambar 6. Fungsionalitas pengarsipan informasi yang didiseminasikan.
6.
adanya eGoverment adalah dalam proses diseminasi
(penyebaran) informasi.
Proses diseminasi informasi konvensional saat ini
memiliki beberapa kekurangan yaitu: pengumuman
lewat pengeras suara kurang terdengar dan
pengumuman yang ditempelkan sering tercecer.
eGampong dirancang untuk mengatasi masalah pada
proses diseminasi informasi konvensional dengan
cara memanfaatkan teknologi SMS untuk distribusi
informasi.
eGampong dibangun dengan menggunakan 3
komponen utama, yaitu: Blogger, GAE, dan SMS
Gateway.
eGampong dengan komponen utama diatas bersifat
low-maintenance karena hanya membutuhkan
pengecekan pulsa secara berkala dan dapat diakses
oleh seluruh masyarakat karena hanya menggunakan
SMS, tanpa membutuhkan perangkat tambahan.
REFERENSI
[1]
K. Holtzblatt, J. B. Wendell, and S. Wood, Rapid Contextual
design: A How-to Guide to Key Techniques for User-Centered
Design. San Francisco, CA: Morgan Kaufman, 2005.
[2]
“Deinition
of
E-Government.”
[Online].
Available:http://web.worldbank.org/
I ONANDC OMMUNI C AT I ONANDT E C HNOL OGI E S/
EXTEGOVERNMENT/....[Accessed: 4-June-2013]/
[3]
“Lumbung
Komunitas”
[Online].
Available:
lumbungkomunitas.net. [Accessed: 11-June-2014].
[4]
R. Jahja, Haryana, D. Mariana, and M. Rendra, Sistem Informasi
Desa: Sistem Informasi dan Data untuk Pembaruan Desa.
Yogyakarta, Indonesia: COMBINE Resourse Institution (CRI),
2012.
[5]
“SiMaDe (Sistem Informasi Manajemen Desa)” [Online].
Available:
http://deni-simade.blogspot.com.
[Accessed:
5-January-2013].
[6]
“Sistem Administrasi dan Informasi Desa” [Online]. Available:
http://mitraturatea.wordpress.com/2013/07/16/sistemadministrasi-dan-informasi-desa. [Accessed: 5-June-2014].
[7]
C. Wilson, Brainstorming and Beyond: A User-Centered Design
Method. Oxford, UK: Morgan Kaufman, 2013.
[8]
S. Houde and C. Hill, “What do Prototypes Prototype?,” in
Handbook of Human-Computer Interaction, 2nd Edition., M. G.
Helander, T. K. Landauer, and P. V. Prabhu, Eds. Amsterdam,
The Netherlands: North Holland, 1997, pp. 367–381.
[9]
K. Holtzblatt and H. R. Beyer, “Contextual design,” in
Encyclopedia of Human-Computer Interaction, M. Soegaard and
R. F. Dam, Eds. Aarhus, Denmark: The Interaction-Design.org
Foundation, 2011.
[10]
M. Fowler, UML Distilled: A Brief Guide to the Standard Object
Modeling Language, 3rd Edition. Boston, MA.: Addison-Wesley,
2004.
[11]
“Welcome to python.org” [Online]. Available: http://www.
python.org. [Accessed: 19-February-2014].
[12]
“Gammu.” [Online]. Available:
[Accessed: 13-Jun-2009]
Gambar 7. Keluaran dari SMS Gateway.
bisa ditampilkan pada situs desa.
Komponen SMS Gateway itu sendiri dibangun
memakai bahasa Python [11] dengan mempergunakan
library open source SMS Gateway bernama Gammu [12].
SMS Gateway akan menerima perintah-perintah tertentu
dari nomor yang telah terdaftar sebagai kepala desa, serta
memproses SMS tersebut sesuai dengan perintah yang
tertera dalam SMS. SMS Gateway berjalan berbasis text
dimana sampel keluarannya dapat dilihat pada Gambar 7.
Perintah-perintah yang dapat diterima oleh SMS
gateway saat ini adalah: INFO yang akan dibalas dengan
daftar perintah yang dapat digunakan oleh kepala desa,
TAMBAH untuk menambah nomor handphone
warga pada daftar penerima SMS, HAPUS
untuk menghapus nomor handphone
warga yang sebelumnya sudah terdaftar, dan UMUMKAN
untuk menyebarkan pesan kepada
nomor yang telah terdaftar dan memuatnya ke situs desa
untuk diarsip serta ditampilkan pada halaman situs desa.
VII. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapat
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perangkat desa memerlukan adanya aplikasi
eGoverment untuk memenuhi kebutuhan administrasi
serta komunikasi pada desa tersebut.
2. Salah satu aspek penting yang membutuhkan
52
http://
http://www.gammu.org.