BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pemertahanan Bahasa Batak Toba Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat arbitrer yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Bloomfield dalam Sumarsono, 2004:18).

  Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, menyatakan, dan mengungkapkan isi pikirannya. Dalam pengertian yang populer, bahasa adalah percakapan, Hidayat (dalam Sobur, 2004: 274); Wibowo (dalam Sobur, 2004: 274) berpendapat bahwa dalam wacana linguistik, bahasa diartikan sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa dan pikiran saling berkaitan erat.

  Anwar (1990: 86) mengatakan bahwa bahasa menentukan bukan hanya budaya tetapi juga cara dan jalan pikiran manusia.

  Bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan itu.Sebagai produk sosial atau budaya, tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya, termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat (Sumarsono,2004:20). Kebudayaan manusia tidak akan dapat terjadi tanpa bahasa, dengan kata lain bahasalah faktor yang memungkinkan terbentuknya kebudayaan (Nababan, 1991:50).

  Dari keterangan di atas, maka bahasa berfungsi dalam kebudayaan sebagai (1) wadah aspirasi sosial (2) wadah penyingkapan budaya dan teknologi (3) sarana pemeliharaan dan pelestarian budaya.

  Sebagai alat komunikasi, bahasa justru memiliki kelemahan karena persinggungan dengan bahasa lain. Dalam hal ini, bahasa daerah sering saling mempengaruhi dengan bahasa daerah lain dalam satu daerah yang berdekatan, atau adanya pengaruh bahasa luar terhadap bahasa daerah. Pengaruh itu bisa saja oleh bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

  Menurut Siregar (1998:2) pemertahananbahasa adalah penggunaan bahasa yang terjadi pada suatu masyarakat bahasa yang masih terus menggunakan bahasanya pada ranah-ranah penggunaan bahasa yang biasanya secara tradisi dikuasai oleh bahasa tersebut. Sering dijumpai kasus kebahasaan dalam masyarakat bahwa penggunaan bahasa asli oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya bahasa lain yang mempunyai fungsi yang lebih tinggi.

  Istilah bilingualisme disebut juga kedwibahasaan (Chaer, 1995:84). Fishman (dalam Chaer, 1995) mengemukakan pengertian bilingualisme sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

  Dalam masyarakat yang berganda bahasa akan terdapat berbagai macam pola kedwibahasaan yang terdiri dari unsur-unsur berikut: (1) bahasa yang dipakai, (2) bidang (domain) kebahasaan, (3) teman berbahasa. Jadi, pola kedwibahasaan itu menjawab pertanyaan : bahasa mana yang dipakai orang, untuk bidang kebahasaan apa, dan kepada siapa? Pola-pola kedwibahasaan, dalam arti profil kemampuan dan bahasa-bahasa apa yang dipakai, dapat berubah bergantung pada faktor-faktor dalam masyarakat dan tempat tinggal penutur-penutur (Nababan, 1991:36).

  Sumarsono (2004:231) mengatakan pergeseran bahasa berarti, suatu guyup (komunitas) meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain.

  Faktor pendorong pergeseran bahasa yaitu kedwibahasaan, migrasi atau perpindahan penduduk, perkembangan ekonomi, dan sekolah.

  Menurut Sumarsono (2002:363) sikap bahasa adalah tata keyakinan yang relatif berjangka panjang sebagian mengenai bahasa tertentu, mengenai objek bahasa yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu, dengan cara yang disenanginya. Ditmar (dalam Sumarsono 2002:363) mengemukakan pengertian sikap bahasa ditandai oleh sejumlah ciri yang antara lain meliputi: pemilihan bahasa dalam masyarakat multilingual, distribusi perbendaharaan bahasa, perbendaan-perbendaan dialektikal dan problema yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar individu.

  Pemertahanan bahasa terjadi pada suatu masyarakat bahasa yang masih terus menggunakan bahasanya pada ranah-ranah penggunaan bahasa yang biasanya secara tradisi dikuasai oleh bahasa tersebut.Sementara itu, pergeseran bahasa terjadi apabila masyarakat bahasa itu mulai meninggalkan bahasa yang digunakan dan beralih menggunakan bahasa lainnya.Pemertahanan bahasa merupakan ciri khas masyarakat dwibahasa atau multibahasa yang dapat terjadi pada masyarakat yang mempertahankan penggunaan beberapa bahasa untuk fungsi yang berbeda pada ranah yang berbeda pula.Berhasil tidaknya suatu pemertahanan bahasa tergantung pada dinamika masyarakat pemakai bahasa tersebut dalam kaitannya terhadap perkembangan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat tersebut. Pemertahanan bahasa banyak ditentukan oleh kerentanan masyarakat terhadap proses industrialisasi, urbanisasi, politik bahasa nasional dan tingkat mobilisasi anggota masyarakat bahasa itu (Siregar, 1998:2-3). Setiap bahasa di dunia ini tidak luput dari tantangan, termasuk bahasa daerah.Tantangan itu perlu diantisipasi dengan perencanaan, pemikiran konseptual, intelektual, dan penuh kearifan.Tantangan yang dimaksud di sini bisa bersifat internal dan bisa juga bersifat eksternal. Tantangan yang bersifat eksternal antara lain arus globalisasi. Tantangan internal antara lain datangnya dari penutur bahasa sebenarnya yang bersumber dari sikap, kesadaran berbahasa yang kemudian tercermin dalam perilaku berbahasa. Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah di Sumatera Utara yang terutama dipertuturkan di daerah sekitardan sekitarnya, meliputi Bahasa Batak Toba termasuk dalamaat ini diperkirakan terdapat lebih dari 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakauk menuliskannya.

  Kecamatan Pangururan merupakan ibukota Kabupaten Samosir.Samosir merupakan salah satu daerah di kawasan Danau Toba yang merupakan daerah tujuan wisata. Sabagai daerah tujuan wisata yang dikunjungi banyak wisatawan, baik wisatawan domestik ataupun mancanegara masyarakat Kecamatan Pangururan tidak hanya menggunakan bahasa daerah, yakni bahasa Batak Toba sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan pemersatu antarsuku juga memiliki peranan penting dalam masyarakat kecamatan Pangururan. Sebagai bahasa yang saling berdampingan dan saling melengkapi, peneliti tertarik untuk menelaah tentang pemertahanan bahasa Batak Toba pada masyarakat penduduk Kecamatan Pangururan. Di Pangururan komunikasi antara orang tua dan anak di dalam rumah tidak hanya menggunakan bahasa etnis orang tua (bahasa daerah) begitu juga dengan komunikasi anak dan teman-temannya.Hal ini berarti ranah penggunaan bahasa Batak Toba telah menyempit karena telah diisi oleh bahasa Indonesia. Siregar (1998:64) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa di dalam kelompok anak, bahasa Indonesia lebih banyak digunakan kepada ayah dan ibu. Demikian juga halnya kepada saudara laki-laki dan saudara perempuan, bahasa yang lebih banyak digunakan adalah bahasa Indonesia.Kepada teman sekelompok etnis bahasa yang digunakan juga lebih banyak bahasa Indonesia.Dengan demikian, pada kelompok anak telah terjadi pergeseran bahasa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Hal tersebutlah yang menjadi motivasi peneliti melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan penggunaan Bahasa Batak Toba sebagai bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional serta mendeskripsikan bagaimana pemertahanan bahasa Batak Toba di wilayah yang mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba dilihat dari pola penggunaan bahasa dan pola sikap bahasanya.

  Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak, antara orang tua dengan orang tua, dan antara anak dengan teman-temannya. Adanya perbedaan bahasa yang digunakan saat berkomunikasi akan dilihat dari bagaimana pola bilingualisme penduduk dalam menggunakan bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia.

  Rumusan Masalah

  Masyarakat Batak Toba yang ada di Pangururan tidak hanya menggunakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa pengantar untuk berkomunikasi, baik dalam situasi formal maupun percakapan sehari-hari. Masyarakat Batak Toba yang ada di Pangururan juga telah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pemertahanan bahasa Batak Toba di Kecamatan Pangururan berdasarkan pola kedwibahasaannya? Bagaimanakah sikap masyarakat etnis Toba dalam mempertahankan bahasanya?

  Batasan Masalah

  Peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan hanya pada persentase pemertahanan bahasa berdasarkan pola kedwibahasaan, yakni (1) bahasa yang dipakai, (2) bidang (domain) kebahasaan, (3) teman berbahasa dan sikap penduduk Kecamatan Pangururan terhadap bahasa Batak Toba di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

  Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut: Mendeskripsikan sikap masyarakat yang berada di Kecamatan Pangururan terhadap bahasa Batak Toba sebagai identitas dan peninggalan budaya yang masih ada dalam masyarakat.

  Mendeskripsikan pola pemertahanan bahasa Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

  Manfaat Penelitian

  1.4.2.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dalam penelitian ini ialah: Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang pemertahanan Bahasa Batak Toba.

  Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain dalam mengkaji sikap dan pemertahanan bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir.

  Memberikan gambaran kebahasaan di Indonesia khususnya Kabupaten Samosir untuk peningkatan mutu pengajaran bahasa demi mempertahankan bahasa-bahasa daerah yang masih ada.

  1.4.2.2 Manfaat Praktis Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru tentang pemertahanan Bahasa Batak Toba di Samosir.

  Sebagai sumbangan bagi masyarakat untuk menambah wawasan pengetahuan masyarakat atau pembaca dalam memahami penelitian tentang pemertahanan dan sikap bahasa.