BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1 Pengertian Air - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pedagang Minuman Dalam Memilih Jenis Es Batu Di Pasar Tradisional Sentral Kota Medan Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

  2.1.1 Pengertian Air

  Air secara kimiawi yang mempunyai formula (H O) yang merupakan gabungan dua

  2

  atom hidrogen dengan 1 atom oksigen. Air dapat ditemukan dalam fase padat, cair, dan gas. Pada

  o

  tekanan atmosfer (76 cm - Hg) air menjadi padat bila didinginkan sampai O C dan mendidih

  o

  pada 100

  C. Dalam keadaan murni air bersifat netral. Air dapat melarutkan berbagai zat. Air itu

  o

  sendiri terpecah menjadi unsur – unsur hidrogen dan oksigen pada suhu 2500

  C. ahli kebersihan melihat dari sudut lain dia hanya mempunyai perhatian dari bentuk cair dari air. Cairan itu harus diangkut dari sumbernya ketempat yang memerlukannya seperti kerumah, kantor, pabrik dan tempat- tempat lain yang memerlukan air. Air harus bebas dari dari berbagai macam bakteri yang berbahaya, air harus tidak berwarna, relatif tidak berbau dan cukup lunak atau bebas dari garam – garam mineral (Pandia Setiaty dkk, 1995).

  2.1.2 Kegunaan Air

  Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup yakni manusia, hewan serta tumbuh – tumbuhan. Manfaat air bermacam – macam misalnya untuk minum, untuk pembawa zat makanan pada tumbuhan, zat pelarut, pembersih dan sebagainya. Oleh karena itu penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air yang bersih mutlak diperlukan, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit – penyakit pada pencernaan (Pandia Setiaty dkk, 1995).

  Peningkatan kualitas air minum dengan proses pengolahan terhadap air yang akan digunakan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan, terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Proses pengolahan yang dimaksud dapat dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang rumit dan lengkap, sesuai dengan tingkat pencemaran air tersebut dan pemanfaatannya. Semakin tercemar air tersebut maka akan semakin rumit pula tingkat pengolahan yang dibutuhkan yang berarti akan semakin banyak pula teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut. Maka proses pengolahan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut dapat dipakai sebagai sumber persediaan air atau tidak bagi kebutuhan tertentu (Pandia Setiaty dkk, 1995).

  Peningkatan kualitas air merupakan syarat kedua setelah kualitas air. Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air masyarakat tersebut. Menurut WHO, jumlah air yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai syarat kesehatan adalah 84,4 liter perhari. Kebutuhan air tersebut cukup untuk memenuhi keperluan kesehatan, minum, memasak dan mencuci.

2.2 Air Minum

2.2.1 Pengertian Air Minum

  Menurut Depkes RI, 2002. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum. Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Seperti telah diuraikan terdahulu, manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, produksi pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum / bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.

  Di Indonesia penyediaan air bersih telah mulai diperbaiki sejak pelita I perbaikan ini dimulai dengan liputan. Indonesia memulainya dengan melakukan rehabilitasi fasilitas yang ada, dan kemudian dilakukan pembangunan fasilitas baru.sampai tahun 1990, penyediaan air bersih

  (PAB) dikelola oleh dua Departemen utama, yakni Departemen pekerjaan umum untuk masyarakat perkotaan dan Departemen Kesehatan untuk masyarakat daerah pedesaan. Namun, sejak pelita ke V semua urusan konstruksi dan teknis PAB menjadi tanggung jawab Departemen pekerjaan umum, sedangkan Departemen kesehatan meningkatkan kualitas manusia pemanfaat PAB. Laporan resmi pada akhir Pelita IV tentang liputan masyarakat dengan PAB menyebutkan bahwa liputan PAB diperkotaan mencapai 65% dan dipedesaan mencapai 30% . karena penduduk pedesaan merupakan 70% dari seluruh penduduk Indonesia, maka liputan PAB diseluruh Indonesia hanya mencakup 44% saja. Sedangkan liputan untuk sanitasi adalah 31% diperkotaan dan 25% dipedesaan, sehingga liputan sanitasi untuk seluruh Indonesia adalah 26,8%. Evaluasi dampak kesehatan dari usaha disektor ini selama kurun waktu 1969 – 1990 menunjukkan bahwa liputan PAB dan Sanitasi (PAB&S) terus naik, akan tetapi insiden penyakit bawaan air juga naik (Juli Soemirat Slamet,1994).

  Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan pada konsumen, karena air baku belum tentu memenuhi standard, maka sering kali dilakukan pengelolahan air untuk memenuhi standard air minum. Tergantung kualitas air bakunya, pengelolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengelohan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman maka desinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka pengelohan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Ataupun mungkin diperlukan suatu pra pengolahan seperti pra-khlorinasi, aerasi, dan seterusnya (Juli Soemirat Slamet,1994).

  .2.2 Kualitas Air Minum Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

  Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh dan dapat merugikan secara ekonomis. Air minum seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakikatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (water-borne diseases).

  Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada didalam air minum agar tujuan PAB dapat tercapai. Standar sedemikan akan berlainan dari Negara ke Negara, tergantung pada keadaan sosio-kulturar termasuk kemajuan teknologi suatu Negara. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, perlu didapatkan cara-cara pengelolahan air yang relative murah (teknologi tepat guna), sehingga kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat dikatakan baik atau memenuhi standar internasional tetapi terjangkau oleh masyarakatnya. Hal ini penting karena syarat air minum ini merupakan salah satu syarat dasar untuk dapat menarik wisatawan dari mancanegara. Akan tetapi dari manapun asalnya suatu standar parameternya selalu dibagi kedalam beberapa bagian antara lain :Parameter fisik, parameter kimia, parameter biologis dan parameter radiologis (Juli Soemirat Slamet, 1994).

2.2.3 Standar Air Minum

  Di Indonesia standar air minum yang berlaku dibuat pada tahun 1975 yang kemudian diperbaiki pada tahun 1990. Menurut berbagai pihak yang berwenang masih banyak penyediaan air minum yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan pengetahuan, teknologi sosial, ekonomi ataupun budaya. Dengan sendirinya, dapat diharapkan bahwa penyakit bawaan air di Indonesia masih terdapat banyak dan tergolong salah satu dari sepeluh penyakit utama. Penyakit bawaan air ini tidak saja disebabkan oleh air minum yang tidak memenuhi standar tetapi dipengaruhi pula oleh berbagai faktor sebagai berikut : 1.

  Air buangan yang lebih berbahaya tetapi tidak dikelola, sehingga meskipun air memenuhi standard tetapi penyakit bawaan air masih akan tetap banyak.

  2. Air minum yang bersih sering kali perlu ditampung dirumah ataupun diangkut dari kran umum kerumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali.

  Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum, yaitu peraturan tentang berbagai parameter yang diperbolehkan dalam air minum. Standar kualitas air minum biasanya berbeda pada setiap Negara, tergantung pada keadaaan sosial kultural termasuk kemajuan teknologi suatu Negara. Kualitas air yang digunakan sebagai sumber air minum sebaiknya memenuhi persyaratan baik secar fisik, kimia dan biologis sesuai dengan standar mutu air minum menurut Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

1. Secara Fisik

  Kualitas air yang baik secara fisik adalah sebagai berikut : a.

  Tidak bewarna : Sumber air minum harus jernih, air yang bewarna berarti mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Kadar warna yang diperbolekan adalah tidak lebih dari 15 TCU.

  b.

  Temperaturnya normal Air yang baik seharusnya memiliki temperatus yang sama dengan udara yaitu sekitar 20

  o

  • – 26

  C. air memiliki perbedaan temperature mencolok biasanya mengandung zat-zat tertentu atau memungkinkan terjadinya proses yang menghasilkan atupun menyerap

  o energi dalam air. Suhu yang diperbolehkan adalah lebih kurang 3 C dari suhu udara.

  c.

  Rasanya tawar Rasa asam, pahit, manis maupun asin didalam air menggambarkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin biasanya saja disebabkan oleh garam-garaman dan rasa asam biasanya disebabkan oleh adanya asam organik dan asam anorganik.

  d.

  Tidak berbau Air yang baik tidak berbau apapun, air yang berbau busuk mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung bahan organik yang sedang diuraikan oleh mikro organisme.

  e.

  Jernih atau tidak keruh Air yang baik tidak mengandung partikel-partikel koloid yang menyebabkan air menjadi keruh. Angka kekeruhan yang diperbolehkan tidak boleh lebih dari 5 NTU.

  f.

  Tidak mengndung zat padatan.

  Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, meskipun air itu secara kasat mata nampak jernih. Karena saat air di masak sampai mendidih, zat padatan tersebut akan larut dan menurunkan kualitas air minum. Total zat padatan yang diperbolehkan tidak lebih dari 500mg/liter (Kusnaedi, 2010).

  b.

  Pesyaratan kimia a. pH netral air minum yang baik harus memiliki pH netral, jika pH ari rendah maka air akan bersifat asam, demikian sebaliknya jika pH air tinggi maka air akan bersifat basah. pH yang diperbolehkan adalah 6,5 – 8,5.

  b.

  Tidak mengandung bahan kimia beracun c.

  Tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Alumunium (kadar maksimalnya 0,2 mg/I), Besi (kadar maksimalnya 0,3 mg/I), mangan (kadar maksimalnya 0.4 mg/I), Tembaga (kadar maksimalnya 2 mg/I), Merkuri (kadar maksimalnya 0,001 mg/I), Seng (kadar maksimalnya 3 mg/I).

  d.

  Tidak mengandung bahan organik Kandungan bahan-bahan organik pada air minum dapat membahayakan kesehatan.

  3. Persyaratan Mikrobiologis Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya bakteri golongan coli (kadar

  • maksimum yang diperbolehkan adalah 0), salmonella typhi, vibrio cholera.
  • phytoplankton coliform, dadocera.

  Tidak mengandung kuman-kuman non pathogen, seperti actinomycetes,

2.3 Hubungan Air Dengan Kesehatan

  Menurut Peraturan Pemerintah Nomor : 20 Tahun 1990, air di golongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu : 1.

  Golongan A : Air yang dapat dipergunakan sebagsai Air baku untuk minum.

  2. Golongan B : Air yang dapat dipergunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

  3. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

  4. Golongan D : Air yang dapat dipergunakan sebagai keperluan pertanian dan dapat di manfaatkan untuk usaha perkotaan, industry dan pembangkit tenaga air.

  Untuk kelangsungan hidup manusia air sangat dibutuhkan terutama air minum. Air yang memenuhi syarat kesehatan tentunya memberi manfaat yang sangat tidak ternilai. Akan tetapi air yang dikonsumsi oleh masyarakat masih banyak yang belum memenuhi syarat-syarat kesehatan yang telah ditetapkan, sehingga pada akhirnya air tersebut bukan memberi manfaat akan tetapi justru menimbulkan kerugian bagi kesehatan.

  Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kategori yaitu (Kusnoputranto, 2000) : 1.

   Water Borne Disease

  Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana kuman pathogen terdapat di dalam air minum. Di antara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit kolera, penyakit typoid, penyakit hepatitis, infektiosa, penyakit disentri, dan penyakit gastroenteritis.

2. Water Washed Disease

  Adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangsan air untuk pemeliharaan hygiene perorangan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu ; a.

  Penyakit infeksi saluran pencernaan, misalnya diare. Penyakit dalam kelompok ini serupa dengan yang terdapat dalam water borne disease yaitu kolera, typoid, hepatitis.

  Berjangkitnya penyakit ini erat dengan tersedianya air untuk makan, minum, dan memasak, serta untuk kebersihan alat-alat makan.

  b.

  Penyakit kulit dan selaput lender. Penyakit yang termasuk golongan ini antara kain penyakit infeksi fungsi pada kulit, penyakit conjunctivitis(trachoma). Berjangkitnya penyakit ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan. c.

  Penyakit infeksi yang di timbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir.

  Insekta penyakit akan sangat mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan umum tidak terjamin.

  3. Water Base Disease

  Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebahagian siklus hidupnya berada di air seperti Schistosomiasis. Larva Schistosomiasis hidup di dalam air.

  Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi Curcuma dan dapat menembus kaki manusia yang berada di dalam air tersebut. Air ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia seperti mandi, mencuci, menangkap ikan dan sebagainya.

  4. Water Related Insecta Vectors

  Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever, dan lain sebagainya.

  Nyamuk sebagai vector penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila di lingkunganya banyak genangan-genangan air seperti gentongan air, pot, kaleng-kaleng bekas dan sebagainya sebagai tempat perindukannya.

2.4 Pengertian Es batu

  Kata es diambil dares biasa disebut "air batu" (Rachmad revanz dalam Wikipedia, 2010).

  Es batu adalah air yang membeku. Pembekuan ini terjadi bila air didinginkan dibawah C (273,150K, 320F) pada tekanan atmosfer standard. es dapat dibentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai - 30 C pada tekanan yang lebih rendah (Wikipedia, 2010).

  Es batu juga merupakan komponen utama dalam pembuatan minuman dingin dengan fungsi memberikan rasa segar pada minuman, mengingat suhu di Indonesia yang cukup tinggi 30 derajat Celsius permintaan akan minuman dingin yang bercampur es cukup tinggi, hampir 70% penujualan minuman adalah minuman dalam keadaan dingin. Sebagai komponen utama minuman dingin es juga ikut mnentukan apakah minuman tersebut layak dikonsumsi atau tidak. Bila es yang digunakan higineis maka minuman dingin yang dihasilkan pun higienis.

  Pembuatan es batu dari air mentah akan tampak berwarna putih karena masih banyak gas yang terperangkap di dalamnya. Biasanya, es batu yang dibuat dari air mentah adalah es batu balok. Es ini jelas-jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air sungai atau laut yang tercemar. Es dari air matang akan terlihat bening karena gas di dalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Bahaya pembuatan es batu dari air mentah yaitu dalam air mentah ada banyak jenis bakteri salah satunya adalah bakteri E-Coli dan Salmonella.

  Menurut Syamsir, 2010 menyatakan bahwa pembekuan didasarkan pada dua prinsip, yaitu :

  1.Suhu yang sangat rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat aktifitas enzim dan reaksi kimiawi.

  2. Pembentukan kristal es yang menurunkan ketersediaan air bebas didalam pangan sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat.

2.4.1. Sumber Bahan Baku Es Batu

  Menurut SNI 01-4872.1-2006, sumber bahan baku es batu adalah:

  1. Air yang berasal dari perusahaan air minum (PDAM)

  2. Air tanah

  3. Perairan umum

  4. Air laut yang tidak tercemar dan telah mengalami perlakuan sehingga memenuhi persyaratan mutu air minum.

  2.5 Proses pembuatan es batu balok

  Proses pembuatan es batu balok berada di pabrik di sebelah pelabuhan belawan, sumber air berasal dari air laut yang berada dekat pabrik lalu diolah dan dicetak dalam bentuk balok .

  2.6 Jenis Es Batu

  1. Es batu Kristal

  2. Es batu balok

  2.7 Pencemaran Air

  2.7.1. Pengertian pencemaran air

  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan no.173/Menkes/VII/77 Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zatt ke dalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat menggangu atau membahayakan kesehatan masyarakat (Mukono, H.J., 2006).

  Menurut Peraturan Pemerintah RI no.20 tahun 1990 Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan, yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Mukono, H.J., 2006).

  2.7.2. Beberapa faktor yang mempengaruhi Pencemaran air

  a. Mikroorganisme Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme pathogen dan non pathogen didalamnya. Danau atau sungai yang terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik. Mikroorganisme heterotropik akan menggunkan bahan organic tersebut untuk metabolism, misalnya bakteri coliform.

  b. Curah hujan Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan didalamnya.

  c. Kecepatan aliran air Bila suatu badan memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi (Mukono, H.J., 2006).

2.7.3 Bakteri Escherichia coli sebagai indikator pencemaran air

  Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara

  normal di dalam kotoran manusia maupun hewan. E.coli juga bisa menjadi kuman opurtunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan transveler diarrhea. Klasifikasi ilmiah

  1. Superdomain : Phylogenetica

  2. Filum : Proteobacteria

  3. Kelas : Gamma Proteobacteria

  4. Ordo : Enterobacteriales

  5. Famili : Enterobacteriaceae

  6. Genus : Escherichia

  7. Spesies : Escherichia coli Escherichia coli bersifat gram negatif berbentuk batang dan tidak membentuk spora.

  

Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 nm, tersusun tunggal, berpasangan. E.coli

  tumbuh pada suhu udara 10-40C, dengan suhu optimum 37C. pH optimum pertumbuhannya adalah 7,0-7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi (Supardi, 1999).

  Escherichia terdiri dari spesies yaitu : Escherichia coli dan Escherichia hermanii.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berbentuk batang pendek (kokobasil) gram negatif,

  tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbiria dan bersifat motile. Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0- 6,0 μm dan lebar 1,1 -1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus (Supardi, 1999). Escherichia coli mempunyai antigen O, H dan K. Pada saat ini telah ditemukan : 150 tipe antige O, 90 tipe antigen K dan 50 tipe antigen H. Antigen K dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu : L, A dan B. Escherichia coli memiliki waktu generasi yang cukup singkat yaitu berkisar 15-20 menit (Depkes RI, 1991).

  Escherichia coli yang pada umumnya menyebabkan penyakit diare di seluruh dunia.

  Penyakit lain yang disebabkan oleh E.coli adalah:

  1. Infeksi saluran kemih mulai dari cystisis sampai pyelonephritis, E.coli merupakan penyebab lebih dari 85% kasus.

  2. Pneumonia, E.coli menyebabkan 50% kasus.

  3. Meningitis pada bayi baru lahir.

  4. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.

  Escherichia coli menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut. Ada empat golongan

  penyebab penyakit pada manusia yaitu:

  1. Entero Phatogenic Escherichia coli (EPEC) adalah penyebab penting diare pada bayi. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga bersifat kronik.

  2. Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini berkisar 8- 24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah, dehidrasi serupa dengan kolera.

  3. E.coli Enterohemoragic (EHEC) menghasilkan verotoksin. EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik, bentuk diare yang berat, dan dengan sindroma uremia hemolitik.

  4. Entero Invasive Escherichia coli (EIEC) dimana sel-sel Escherichia coli mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi 8-44 jam (rata-rata 26 jam) dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah.

2.8. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

  Menurut Adam (2004), Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan dan minuman penting baik untuk mempertahankan kehidupan. Makanan dan minuman memberikan energi dan bahan – bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan, untuk bekerja dan untuk mempertahankan tubuh dari penyakit.

  Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang (penjamah), dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan (Depkes RI, 2004). Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia (Budiman, 2007).

  Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin baik segi kualitas maupun kuantitas diperlukan adanya tindakan, diantaranya adalah sanitasi makanan dan minuman.

  Makanan dan minuman yang sehat akan membuat tubuh menjadi sehat namun makanan yang sudah terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit. Dengan demikian makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah terjamin baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya (Ismunandar, 2010).

2.9. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

  Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat, peralatan, orang dan bahan makanan. Selain itu terdapat enam prinsip santasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI, 2004).

2.10. Teori Perubahan Perilaku

  Menurut teori Lawren Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

a. Faktor faktor predisposisi (Predisposing factor)

  Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakatjuga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya orang hamil tidak boleh disuntik, karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah (Soekidjo, 2003).

  b.

   Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor)

  Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin (Soekidjo, 2003).

c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing faktor).

  Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat bukannya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh yang dianggap berpengaruh di masyarakat, lebih-lebih petugas kesehatan. Disamping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil (Soekidjo, 2003).

2.11. Teori Simpul

  Komponen Masyarakat Sehat/Sakit

  Sumber Lingkungan

  Penyakit Variabel lain yang berpengaruh

  Gambar 1 : Diagram Skematik Patogenesis Penyakit

  Simpul 1 : Sumber penyakit Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan).

  Simbul 2 : Media transmisi Penyakit Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada hakikatnya hanya ada 5 komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media penyakit, yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga, manusia/langsung. Media trsmisi tidk akan memiliki potensi penyakit kalau didalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.

  Simpul 3 : Perilaku Pemajanan Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain,masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal sebagai proses hubungan interaktif. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan yaitu jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengndung potensi bahaya penyakit.

  Simpul 4 : Kejadian Penyakit Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguaun kesehatara. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya (Achmadi, U.F., 2008).

  2.12 . Kerangka Konsep

  Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Faktor Independen Faktor Dependen 1.

  Pendidikan 2. Pengetahuan

  Pedagang minuman dalam memilih jenis es batu

3. Sikap 4.

  Tindaka Pada penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang minuman dalam memilih es batu di pasar tradisional

  Sentral kota Medan. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah pedagang minuman dalam memilih es batu di pasar tradisional Sentral kota Medan.

2.13. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis Penelitian ini adalah : 1. : Ada hubungan antara tingkat pendidikan dalam memilih es batu

  Ha Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dalam memilih es batu

  2. : Ada hubungan antara pengetahuan dalam memilih es batu Ha

  Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dalam memilih es batu 3. : Ada hubungan antara sikap dalam memilih es batu

  Ha Ho : Tidak ada hubungan antara sikap dalam memilih es batu

  4. : Ada hubungan antara tindakan dalam memilih es batu Ha

  Ho : Tidak ada hubungan antara tindakan dalam memilih es batu