Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA “Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa”

  LAMPIRAN

  Daftar Lampiran Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Informed Consent Lampiran 3 : Verbatim Partisipan I Lampiran 4 : Verbatim Partisipan II Lampiran 5 : Koding Partisipan I Lampiran 6 : Koding Partisipan II Lampiran 7 : Rekonstruksi Data Partisipan I

  Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA “Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa” I.

Data Keluarga Partisipan

  Nama Ayah : - Usia : - Pekerjaan : - Nama Ibu - : Usia : - Pekerjaan : - Jumlah Anak : - II.

  Data Diri Partisipan Nama : - Usia : - Pekerjaan : - Urutan kelahiran : - III.

  Riwayat ketunadaksaan a.

  Apa penyebab terjadinya ketunadaksaan? b. Bagaimana riwayat perkembangan fisik partisipan pada masa kecil, masa kanak- kanak, dan sampai pada masa remaja (masa kini)? c.

  Bentuk keterbatasan fisik apa saja yang dialami partisipan? d. Bagaimana reaksi partisipan terhadap ketunadaksaan yang dialami? e. Apakah partisipan sudah menerima kondisi ketunadaksaannya? IV.

  Keluarga a.

  Bagaimana reaksi keluarga terkait kondisi ketunadaksaan yang dialami partisipan? b. Apakah keluarga sudah menerima kondisi ketunadaksaan partisipan ? V. Gambaran Aspek – Aspek Family Matters Pada Partisipan 1.

  Awareness a.

  Seberapa sering partisipan terlibat dalam acara keluarga? b.

  Bagaimana reaksi orang lain ketika partisipan hadir disitu ? c. Apakah partisipan berpikir bahwa orang lain tidak mengiraukan kehadiran partisipan atau sebaliknya, mereka akan memberikan reaksi positif, seperti menyapa atau memberikan senyuman ? d. Apakah partisipan mengikuti kegiatan diluar rumah? e. Seberapa penting kegiatan itu bagi partisipan dan mengapa ? f. Ketika sedang berada di rumah, apa biasanya yang partisipan lakukan? g.

  Apakah partisipan terlibat dalam interaksi dengan orang tua ? h. Bagaimana hubungan partisipan dengan keluarga ? (orang tua & saudara kandung) 2.

  Importance a.

  Apakah partisipan pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan / masalah terkait dengan kondisi partisipan saat ini ? b.

  Seperti apa pengalaman/masalah itu ? c. Bagaimana reaksi partisipan terhadap pengalaman/masalah tersebut ? d.

  Seberapa jauh hal tersebut berpengaruh terhadap diri partisipan ? e. Bagaimana partisipan memandang dirinya sendiri terkait pengalaman/masalah itu? f. Bagaimana reaksi keluarga ketika partisipan mengalami hal tersebut ? g.

  Dukungan apa yang diberikan keluarga saat itu, dan seberapa berarti dukungan itu bagi partisipan ? i.

  Apa harapan keluarga terhadap partisipan, misalnya dalam hal pendidikan ataupun pekerjaan partisipan kelak ? j.

  Pencapaian / prestasi apa yang pernah partisipan raih hingga saat ini ? k.

  Apa bentuk apresiasi keluarga saat itu ? 3. Reliance b.

  Apakah partisipan menikmati peran tersebut ? c. Adakah masalah dalam mengerjakan peran tersebut ? jika ya,apa bentuk masalah tersebut dan mengapa ? d.

  Apakah keluarga pernah meminta bantuan kepada partisipan? e. Bagaimana perasaan partisipan saat itu ? f. Apakah partisipan berpikir bahwa partisipan mampu mengerjakannya? g.

  Jika ada diskusi dalam keluarga, apakah partisipan juga dilibatkan ? h. Apakah keluarga pernah meminta saran kepada partisipan i. Jika ya, misalnya dalam bentuk apa? j. Apakah partisipan pernah berpikir bahwa partisipan dapat memberikan manfaat dalam lingkungan ataupun bagi orang lain ?

  LAMPIRAN 2

  

INFORMED CONSENT

Pernyataan Pemberian Izin oleh Responden

  Judul Penelitian : Gambaran Family Matters Pada Remaja Tunadaksa Peneliti : Desy Christina M NIM : 091301042 Saya yang bertandatangan di bawah ini, dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

  Saya telah diminta dan telah menyetujui untuk diwawancarai sebagai responden dalam penelitian mengenai gambaran family matters pada remaja tunadaksa.

  Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya. Dengan demikian saya menyatakan kesediaan saya dan tidak berkeberatan memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya. Saya mengerti bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian saja.

  Medan, September 2013 (Responden)

  (Desy Christina. M)

  Lampiran 3 Partisipan I, Wawancara I Verbatim

  Iter (R) : “Apa penyebab yang membuat Lanang mengalami kecacatan ini?”

  Itee (I) :”Ya itu kan akibat..eee..kena gula dari bapak, turun ke Lanang yang menyebabkan dibawah lutut itu busuk ..jadi gak bisa ya gimana ya, gak bisa berfungsi lagi, gak bisa bergerak lagi, yaudah akhirnya diamputasi, dipotong, dan dibuang sebagian yang dibawah lutut itu.” R

  :”Nah, apa-apa saja yang kena selain lutut?”

  I :”Yang kena, eh ini (sambil menunjuk tangan kiri), jari sebelah kiri,empat,selain itu jempol kaki kiri..dah itu aja kak..”

  R :”Jadi waktu kecil perkembangan sama kayak orang normal ya?”

  I :”Enggak kak, beda. Kakinya satu besar satu kecil gitu. Busuk dia.”

  R :”Kalo belajar berjalannya gimana?”

  I :”Itu sama kayak yang lain kak, cuman pas udah pinter berjalan itu udah berbeda.”

  R :”Diamputasi usia berapa?”

  I :”Dua minggu.”

  R :”Jadi kalo kondisi seperti ini, apalah kegiatan yang susah Lanang lakukan?”

  I :”Ya berolahraga lah kak.”

  R :”Kalo yang sehari-hari?”

  I :”Kalo yang sehari-hari enggak ada kak”. R

  :”Jadi, kapanlah Lanang tahu atau menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari fisik Lanang sendiri?”

  I :”Dari sejak SD lah kak..”

  R :”Dari usia berapa ya?”

  I :”Enam tahun..”

  R :”Kalo Lanang ingat waktu itu gimana?”

  I :”Ya ada rasa gengsi gitu sama orang yang sempurna, ada rasa,ee apa iri gitu lihat

  R :”Nanya gak sama orang tua kenapa begini?”

  I :”Dari usia lima tahun..”

  R :”Semangat dari?”

  I :”Yaa..eee..apa ya..(diam sejenak)..semangat …”

  R :”Apa yang membuat Lanang menerimanya?

  I :”….ya terima ajalah kak. Dah dikasih Tuhan kayak gini..ya udah..apalagi mau dibilang.”

  R :”Nah, kemarin reaksi Lanang sendiri gimana pas menyadari kondisi Lanang mengalami kecacatan fisik seperti ini?”

  I :”Kalo SMP kelas tiganya baru pake kaki palsu, pas kelas satu dan dua masih pake tongkat dan sampek SMA sekarang lah kak..”

  R :”Oke, masuk SMP?”

  I :”SD pake sepeda ke sekolahnya, kalo kayak biasa pake tongkat.”

  R :”Setelah itu, masuk usia SD?”

  I R :”Dari usia ?”

  I :”Enggak kak, gak nanya..”

  R :”Nah, jadi dulu pada saat masa anak-anak jalannya kayak biasa gitu atau gimana?”

  I :”Iya,anggap aja kayak orang sempurna gitu.”

  R :”Berarti Lanang beraktivitas gitu ajalah ya?”

  I :”Usianya kira-kira delapan atau sembilan tahun gitu lah kak.”

  R :”Sampai usia berapa orang tua gak ngasih tahu?”

  I :”Enggak kak.”

  R :”Jadi orang tua gak ngasih tahu?”

  I :”Karena udah dinilai sama orang diluar sana,dan tahu dari orang itu juga..”

  R :”Kenapa?”

  I :”Semangat dari orang tua, teman-teman semua..yang ngasih…pokoknya yang ngasih semangatlah., biar saya bisa maju gitu walaupun keadaan kayak gini..”

  R :”Dan nerima kondisi yang sekarang ini?”

  I :”Enggak begitu?”

  R :”Lanang ikut kegiatan diluar rumah gak?”

  I :”Iya kak..”

  R :”Oh berarti kalo sama keluarga enggak ya..dan kalo ada acara keluarga Lanang ikut ajalah ya?”

  I :”Pernah..sama teman sekolah, sama teman bermain, sama teman dekat ginilah..”

  R :”Nah pernah punya pengalaman ditolak gak, maksudnya reaksi orang itu kayakny a negatif sama Lanang?”

  I :Iya kak..”

  Lanang?”

  R “Berarti da sama sekali merasa bahwa semua keluarga udah menerima keadaan

  I :”Enggak begitu..”

  R :”Jadi meskipun acara keluarga diadakan diluar, juga gak pernah berpikir begitu?”

  :”Kalo didalam acara keluarga merasa begitu?”

  I :”Nerima..”

  I takut gitu gak diterima atau dicela gitu..” R

  R :”gimana bisa diceritakan gak pas ngerasa gitu?”

  I :”eeee,pernah..”

  R :”Saat itu pernah berpikir gak kalo keberadaan Lanang nanti ditolak orang?”

  I :”Sering..”

  R :”Nah, Lanang kalo ada acara keluarga sering ikut gak?”

  I :”dalam acara wirid gitu, arisan keluarga, idul fitri..”

  R :”Kalo ngomongi tentang tradisi didalam keluarga, kita kan sering ngumpul- ngumpul dengan keluarga, biasanya dalam keluarga ini kumpul- kumpulnya dalam acara apa?”

  I :”Gak lagi..”

  R :”Kalo masih gabung sama orang-orang yang normal, masih ngerasa minder?”

  I :”Gak ada kak”.

  R :”Dari sejak dulu, dari SD,SMP, dan sampai sekarang sama sekali gak ada?”

  I :”Belajar, nonton TV, main komputer..itulah kak.”

  I :”Yak karena takut nyusain gitu.”

  :”Kenapa?”

  I :”Enggak juga kak”. R

  R :”Kalau lagi ada masalah?”.

  I :”Enggak kak.”

  :”Lanang itu terbuka gak sih sama keluarga?”

  I :”(sambil berpikir)..Ya, eeee..karena gak ada yang mau dibicarainlah kak..hehe”. R

  R :”Kenapa kira-kira?”

  I :”Kurang kak.”

  R :”Kalau interaksi dengan orang tua atau sama kakak gimana?”

  R :”Kalo dirumah biasanya ngapain?”

  I :”Gak ada..”

  I :”Iya kak.”

  R :”Berarti Lanang itu banyak menghabiskan waktu dirumah?”

  I :”Maunya ikut,eee, latihan bola gitu..eee..silat,ya sejenis itulah kak.”

  R :”Maunya ikut apa?”

  I :”Sebenarnya mau sih.”

  R :”Tapi kalau keinginan dari diri sendiri?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Oh,berarti hanya karena merasa tidak mampu ajalah ya?”

  I :”Karena merasa kurang bisa gitu untuk jalani kegiatan itu, merasa kurang sanggup, kurang..fisiknya kurang memadai, aturannya …….masih sempurna tapi kan gak bisa juga awak pikirkan gitu?”

  R :”Kenapa?”

  R :”Pernah ngomongin hal yang pribadi sama orang tua, sama kakak, atau sama abang misalnya.”

  I :”Enggak kak.Tertutuplah.”

  :”Oh oke.Kalo hubungan Lanang dengan kakak Lanang gimana?”

  :”Mamak bukannya dirumah?”

  I :”Ya karena mamak jarang dirumah juga, kerja kan, jadi jarang komunikasi lah”. R

  :”Kenapa?”

  I :”Sama mamak kurang juga”. R

  R :”Sama mamak?”

  I :”Sama abang kurang karena sering diluar gitu, jarang pulang gitu.”

  R :”Kalo sama abang.”

  I :”Ya sering bercanda-bercanda sering cerita apa gitu, pokoknya dekatlah.”

  R :”Dekat nya bagaimana?”

  I :”Eee..dekat.”

  I :”Iya bilangnya sama abang ajalah kak gak sama mamak”. R

  R :”Ngerasa nyaman gak kalo begitu?”

  R :”Loh, tapi kan harus dibayar”.

  I :”Biasanya ya tentang uang sekolah gitu kak, ya dipanggil guru, disuruh panggil orang tua. Gak L anang bilang tapi, Lanang selesain sendirilah”.

  R :”Masalah sekolah apa?”

  I :”Ya itu tadilah kak, yang cela-celaan itu,masalah sekolah.”

  R :”Oh, biasanya masalah apa yang Lanang simpan?”

  I :”Ya itu tadi lah kak takut nyusahin orang tua.”

  R :”Kalo ngerasa gak nyaman kenapa gak coba diungkapin aja?”

  I :”Ya kayak ada ngerasa ganjal gitu, mau ngungkapin aja tapi gak bisa diungkapin.”

  R :”Yang membuat gak nyaman itu apa?”

  I :”Ya kalo dibilang nyaman sih enggak kak.”

  I :”Ya kalo ada kerjaan kan entah dari orang ada apa-apa kan keluar gitu, pulang sekolah mamak jemput kakak, paling malam ajalah.”

  R :”Jadi kalo menurut Lanang hubungan dengan mamak dekat atau enggak?”

  I :”Deket kak dibandingin sama mamak.”

  I :”Yaudah gak dijawab pergi ajalah kak.”

  R :”Jadi Lanang bilang apa?”

  I :”Ya, „Kau ngapain gabung-gabung sama kami, kau gak punya kaki, kakimu pun tung‟ yaudah gitulah kak.”

  R :”Apa kata mereka?”

  I :”Dicela.”

  R :”Masalah apa yang pernah Lanang alami atau hal yang tidak enak ketika gabung ama teman- teman.”

  I :”Banyak.”

  R :”Kalo disekolah Lanang banyak temannya gak?”

  I :”Ya..kayak gak terima aja gitu kak, pengennya selalu sama.”

  R :”Jadi pas bapak meninggal gimana perasaan Lanang waktu itu?”

  :”Gimana hubungan sama bapak?”

  I :”Ya kalo dibilang deket, bisa, kalo dibilang tidak deket ya bisa juga..hahaha

  I :”Kelas 3 SD”. R

  R :”Waktu itu Lanang kelas berapa?”

  I :”Usia 30 tahun kak.”

  R :”Bapak meninggal usia berapa?”

  I :”Karena takut nyusahin tadi lah kak.”

  R :”Karena apa?”

  I :”Iya memang kak, tapi jarang-jarang cerita aja gitu kak.”

  R :”Bukannya mamak orangnya terbuka ya?”

  I :”Hmm..apa ya dalam hal sering- sering cerita gitu, kurang komunikasi gitu kak.”

  R :”Kalo Lanang bilang bisa dibilang tidak dekat itu dalam hal apa?”

  R :”Itu kejadiannya waktu kapan?”

  R :”SMA?”

  I :”Kurang kak..hehe (sambil tertawa)”. R

  :Oh, bertahan berapa lama?”

  I :”Enggak kak.”. R

  R :”Oya, tapi sekarang udah gak lagi?”

  I :”SMP kelas 3 kak?”

  :”Kapan?”

  I :”Udah kak”. R

  :”Udah pernah pacaran?”

  :”Kalo sama cewek?”

  I :”SMA enggak kak.”

  I :”Percaya diri”. R

  R :”Kalo dalam pergaulan sama temen-temen percaya diri gak?”

  I :”Ya karena Lanang yakin, Lanang bisa sukses dari mereka, dengan kekurangan seperti ini kenapa gak bisa sukses.”

  R :”Kenapa bilang percaya diri?”

  I :”Percaya diri?”

  R :”Lanang orangnya percaya diri gak?”

  I : ”Ya..(diam sejenak)..gak taulah bilangnya gimana kak..(diam), bisa dibilang sakit hatilah kalo bisa dibilang…gitulah kak.”.

  R :” Jadi apa yang Lanang rasakan ketika dikatakan seperti itu?”

  I :”8 bulan kak..hahaha (tertawa)”

  Partisipan I, Wawancara II

  I :”Enggak.”

  R :”Biasanya semangat dan motivasi dalam hal apa?”

  I :”Semangat, motivasi kak.”

  R :”Dukungan apa yang diberikan dari keluarga kepada Lanang?”

  I :”Sempat juga sih patah semangat (nada suara rendah),ya kenapa aku berbeda dari orang itu, kenapa aku begini.”

  R :”Nah, tadi kan Lanang bilang temen – temen ngejekin. Seberapa jauh lah hal itu mempengaruhi Lanang?”

  I :”Ya, didatangin gitu orang itu, ya dimarah-marahi lah.”

  R :”Marahnya gimana?”

  I :”Ya mamak pasti marah..hahaha (sambil tertawa kecil).”

  R :”Apa reaksi orang tua saat itu?”

  R :”Gak melawan?”

  Iter (R) :”Bisa diceritakan gak, apakah Lanang pernah mengalami pengalaman yang tidak enak, terkait dengan kondisi ini?”.

  I :”Terima aja apa yang dibilang.”

  R

  I :”Menerima apa adanya lah kak.”

  R :”Bagaimana reaksi Lanang waktu itu?”

  I :”Gak ada kak.”

  R :”SMP, SMA gak ada?”.

  I :”SD kak.”

  R :”Peristiwanya kapan?”

  Itee (I) :”Pernah. Tentang ..(berpikir sejenak), gimana dibilang ya, eeee, diejekin gitu.”

  I :”Emm,gimana yah, misalnya motivasi untuk maju, dengan keadaan seperti ini

  R :”Nah, kira-kira apa harapan keluarga terhadap Lanang?”

  R :”Oh pakaian kotor Lanang yang cuci?”

  I :”Ya nyuci gitu kak, haha (tertawa).”

  R :” haha (tertawa), asik misalnya ngerjain apa?”

  I :”Ya asik aja ngerjain itu kak, haha (sambil tertawa).”

  R :”Kenapa?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Oya, menikmati peran itu kah?”

  I :”Gak ada kak..”

  R :”Ada merasa kesulitan dalam mengerjakannya?”

  I :”Iya kak.”

  I :”Misalnya ada pakaian kotor nyuci.”

  I :”Ya kedepannya sukses..”

  I R :”Oh, jadi tugasnya dirumah kerjain tugas sekolah, beres-beresin rumah, tempat tidur, trus ada lagi?”

  R :”Oke..kalo dirumah tugas Lanang apa?”

  I :”Enggak.”

  R :”Apakah hal itu mempengaruhi diri Lanang?”

  I :”Belum ada sih.”

  R :”Nah, prestasi apa yang pernah Lanang capai sampai saat ini.”

  I :”Ya pandangan Lanang sendiri sih nanggapinya sih bagus.”

  R :”Bagaimana Lanang memandang hal itu?”

  I :”Membebaskan kak.”

  R :”Oke, apakah keluarga ada menetapkan Lanang harus jadi begini..atau begitu.., atau apakah keluarga memberikan kebebasan kepada Lanang?”

  R :”Selain itu apa lagi?”

  R :”Ada gak tugas yang Lanang gak bisa lakukan?”

  R :”Bagaimana perasaan Lanang ketika ada orang lain meminta bantuan Lanang?”

  I :”Ngumpul kak.”

  R :”Biasanya kalo lagi ngobrol-ngobrol gitu semuanya ngumpul?”

  I :”Masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah keuangan gitu lah kak.”

  R :”Biasanya tentang apa?”

  I :”Sering.”

  R :”Nah, kalau dirumah itu sering diskusi-diskusi keluarga gak?”

  I :”Sejauh ini sih bisa dilakuin kak?”

  R :”Oke. Ada gak satu pekerjaan dimana Lanang berpikir bahwa Lanang gak bisa ngerjain itu?”

  I :”Mau sih bantunya kak, gak merasa keberatan, itu aja sih.”

  I :”Bisa kak.”

  I :”Dirumah?”

  I R :”Hmm, Lanang bisa melakukannya?”

  R :”Dalam hal apa?”

  I :”Pernah.”

  R :”Oke. Biasanya kalo mamak, atau keluarga, atau abang, atau kakak Lanang itu pernah gak minta bantuan sama Lanang?”

  I :”Gak ada kak.”

  R :”Ada masalah dalam melakukan tugas itu?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Semua tugas Lanang berarti bisa dilakukan?”

  I :”(berpikir sejenak)..gak ada sih.”

  R :”Iya dirumah.”

  R :”Lanang pernah kasih saran tentang masalah-masalah yang dihadapi atau keluarga yang meminta saran Lanang, atau bagaimana?”

  I :”Biasanya Lanang sendiri sih kak yang kasih saran, bukan mereka minta.”

  I :”Itu tadi kak karena gak bisa.”

  I :”Ada kak.”

  R :”Oh. Itu disekolah sekarang ada?”

  I :”Tentang kelistrikan kak.”

  R :”Ngomong-ngomong tadi tentang audio video, itu tentang apa tadi?”

  R :”Iya, berarti gak ada yang perlu disesalkan kan, hanya karena mungkin kondisinya yang tidak memungkinkan.”

  I :”Gak ada sih kak?”

  R :”Enggak kan.Berarti salah siapa? Ada yang disalahkan disitu?”

  I :”Enggak juga sih (tertawa kecil)”

  R :”Apakah itu salah Lanang makanya gak bisa?”

  R :”Apa yang Lanang sesalkan?”

  R :”Apakah Lanang pernah berpikir „apakah aku ini berguna bagi orang lain‟?”

  I :”Ya gimana ya, bisa dibilang,eee, nyesal juga sih karena gak bisa, karena yang di cita- citain gak bisa dijalani, gak bisa untuk mencapainya.”

  :”Oh jadi tidak bisa. Perasaan Lanang bagaimana?”

  Itu aja sih.” R

  I :”Dalam hal (berpikir sejenak), ada sih yang dalam kerjaan itu yang gak bisa dilakuin, misalnya kayak,ee, kemaren sih sempat pengen masuk ke audio video itu yang tentang listrik-listrik itu kak,kendalanya itu gak bisa disitu, tentang-tentang listrik, memang kepikiran juga kesitu kan, tapi gak bisa. Sempat putus asa juga sih, soalnya dulu pernah kepikiran disitu.

  R :”Baik dalam hal apa?”

  I :”Sejauh ini bisa dibilang..eee.bisa dibilang baik, bisa dibilang enggak.”

  R :”Oh gitu. Oke, sekarang coba Lanang ungkapkan tentang siapa Lanang dalam pandangan Lanang sendiri.”

  I :”Enggak sih kak.”

  R :”Kalau sering, berarti ada dong satu waktu tidak berpikir seperti itu?”

  I :”Pernah, sering pun kak.”

  R

  I :”Iya kak.”

  I :”Itu aja sih kak.”

  R :”Tapi belum pernah ngalamin pengalaman ditolak sama lingkungan kan?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Itu dari pikiran sendiri ya?”

  I :”Kalo sama temen-temen biasa-biasa sih percaya diri. Tapi kalo sama temen baru, kenalan gitu, itu rasanya kurang gitu, kayak gak diterima aja gitu.”

  R :”Oke,karena keadaan Lanang yang seperti ini. Kemaren Lanang pernah bilang kalau Lanang sudah menerima kondisi Lanang yang sekarang ini, tetapi Lanang tidak percaya diri. Bisa diceritakan kenapa bisa s eperti itu?”

  I :”Dengan keadaan seperti inilah kak.”

  R :”Kenapa?”

  I :”Enggak kak.”

  R :”Nah, Lanang itu orangnya percaya diri gak?”

  R :”Terus?”

  R :”Oke. Sekarang Lanang jurusan apa?”

  I :”Ya karena liat keadaan gini kak, takut ada yang gak nerima,..”

  R :”Kenapa susah bersosialisasi?”

  I :”Pendiam, susah bersosialisasi gitu sih kak.”

  R :”Terus?”

  I :”Saya ini orangnya pemalu, sabar, eee, sejauh itu aja sih kak.”

  R :”Oke, coba bisa ceritain tentang diri Lanang? Misalnya „aku ini orangnya seperti ini, atau seperti itu‟ gitu.”

  I :”Iya kak.”

  R :”Oh. Berarti bisa disimpulkan bahwa Lanang sebenarnya ingin ke audio video daripada yang komputer dan jaringan. Oke, berarti tidak dapat karena kondisi yang seperti ini ya.”

  I :”Komputer dan jaringan kak.”

  I :”Iya belum kak.”

  R :”Berarti Lanang itu susah bersosialisasi, pemalu, sabar. Oke, sekarang kakak coba ambil yang susah bersosialisasi dan pemalu. Hal itu disebabkan karena apa?”

  I :”Terus berguna buat orang, itu aja sih kak.”

  R :”Kenapa?”

  I :”(berpikir sejenak) percaya kak.”

  R :”Sejauh ini Lanang percaya kalo Lanang bisa mencapai cita-cita?”

  I :”Gak tiap hari sih kak. Misalnya ada ngumpul-ngumpul, ada wirid gitu, rupanya ada yang lebih (kurang) dari Lanang.”

  R :”Lanang liatnya tiap hari?”

  I :”Yang membuat yakin,eee, liat-liat orang disekitar juga lah kak, ada yang lebih dari Lanang gini, ada yang lebih kurang dari Lanang gitu.”

  R :”Apakah yang membuatmu yakin bahwa Lanang nerima kondisi saat ini?”

  I :”Sudah kak.”

  R :”Oke. Sudah menerima kah kondisi saat ini?”

  R :”Terus?”

  I :”Karena keadaan tadilah kak.”

  I :”Naikkan orang tua haji.”

  R :”Apakah ada hal yang lain yang bisa membuat Lanang bangga, atau adakah syarat Lan ang untuk membuat Lanang bangga dengan diri Lanang sendiri?”

  I :”Terutama membahagiakan orang tua sih (diam sejenak), itu sih yang utama.”

  R :”Apa yang bisa membuat Lanang bangga dengan diri Lanang?”

  I :”(diam sejenak) belum ada yang bisa dicapai kak. Gitu sih kak.”

  R :”Kenapa?”

  I :”(diam sejenak). Sejauh ini belum sih, belum ada yang bisa dibanggain.”

  R :”Lanang bangga dengan diri Lanang sendiri?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Oke, takut ditolak gitu ya.”

  I :‟Eee, karena apa ya (berpikir),susah jelasinnya kak.”

  R : ”Oke, kita kan punya tujuan hidup, punya cita-cita, dan kakak tanya apakah Lanang percaya dapat mencapai apa yang Lanang cita-cita kan itu, dan Lanang jawab percaya.

  I :”Dekat kak?”

  I :”Pengen sih.”

  R :”Pengen punya sahabat?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Temannya itu cuman teman „say hello‟ aja?”

  I :”Kurang lebih 20 gitulah kak.”

  R :”Berapa orang kira?”

  I :”Enggak. Teman biasa-biasa ajalah kak.”

  R :”Disekolah?”

  I :”Enggak kak.”

  R :”Iya dekat.”

  R :”Lanang punya sahabat?”

  Hal apa yang membuat Lanang percaya?”

  I :”Insyaallah bisa.”

  R :”Kira-kira bisa didapatkan dua hal ini?”

  I :”Berguna untuk semua orang.”

  R :”Tujuan hidupnya jadi apa?”

  I :”Ahli komputer.”

  R :”Cita-citanya apa?”

  I :”Iya.”

  R :”Oke, berarti semangat itu sudah ada dalam diri Lanang sehingga Lanang yakin bisa mendapatkan yang Lanag mau.”

  I :”Dari diri sendiri.”

  R :”Semangat dari siapa?”

  I :”Ya..semangat itulah kak yang membuat yakin. Tidak pantang menyerah.”

  R :”Kenapa belum dapat sahabat?”

  I :”Belum ada yang merasa enak aja kak untuk didekati, untuk dikawani.”

  I :”Yah gak ngerasa aja kak.”

  R :”Tapi itu tidak terjadi karena kondisi tadi ya?”

  I :”Sebenarnya suka.”

  R :”Dan suka bersosialisasi juga?”

  I :”Suka bercanda orangnya kak.”

  R :”Kalo bisa digali, sebenarnya sifat Lanang itu seperti apa ya?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Oke, karena kondisi yang akhirnya membuat Lanang susah bersosialisasi ya. Berarti sifat pendiam itu juga sebenarnya karena kondisi juga yang menyebabkan, bisa dikatakan seperti itu?”

  I :”Punya kak.”

  R :”Oke, berarti kalo dirumah sama kelurga aja, kalo disekolah sama temen, tapi temen biasa. Dan kalo kakak bisa ambil kesimpulan Lanang itu susah bersosialisasi karena kondisi Lanang saat ini. Kalo sebenarnya Lanang itu punya keinginan gak untuk be rsosialisasi?”

  R

  R :”Lanang disekolah bagaimana hubungan sosialisasinya?”

  I :”Enggak.”

  R :”Merasa kesepian?”

  I :”Enggak kak.”

  R :”Dilingkungan rumah gak ada teman juga?”

  I :”Ya kumpul-kumpul gitu aja sih kak.”

  :”Kalo gabung biasanya kalian ngapain?”

  ”Kadang-kadang sih gabung.” R

  :”Tidak bergabung dengan teman yang lain?” I :

  .” R

  I :”Ya gitu tadi kak susah bersosialisasi jadi disekolah itu paling tidur, dikelas itu diem, main handphone

  I :”Iya kak.”

  Partisipan I, Wawancara 3

  Iter (R) :”Kemaren Lanang bilang bahwa Lanang itu susah untuk bersosialisasi, nah alasanya kenapa?”

  Itee (I) :”Karena keadaan. Karena malu juga dengan keadaan..jadi susah bersosialisasi kak.”

  R :”\ Kenapa harus malu?”

  I :”Karena keadaan ini kak.”

  R :”Alasan lain selain keadaan, ada lagi dek?”

  R :”Gak ada kak.” :”Oke, berarti hal yang membuat Lanang susah bersosialisasi adalah hanya karena keadaan ya dek.”

  I :”Iya kak.”

  R :”Lanang sejauh ini sudah menerima kondisi Lanang atau ada fase dimana kadang nerima kadang enggak, atau sudah sepenuhnya kah menerima, atau bagaimana?”

  I :”Ya kalau dibilang sudah nerima, ya sudah nerima kak (nada suara rendah).”

  R :”Apakah sepenuhnya menerima atau ada masa Lanang gak nerima?”

  I :”Ada masa kak.”

  R :”Pada saat kapan, atau pada situasi seperti apa Lanang itu jadi tidak nerima kondisi?”

  I :”Situasi kayak mendekati cewek gitu kak (sambil tersenyum)..gitu lah paling yang hambatannya kak.”

  R :”Cewek aja?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Nah kalo kita ngomongin kembali ke masa kecil, Lanang pernah gak nanya sama mamak, sama bapak dulu, perihal ketunadaksaan?”

  I :”Enggak kak.”

  R

  I :”Mmmm kenapa ya (sambil berpikir sejenak).”

  R :”Kenapa?”

  I :”Gak ada kak.”

  R :”Sama teman-teman gimana, ada masalah?”

  I :”Gak ada sih, itu aja.”

  :”Selain itu masalah apa lagi yang Lanang hadapi?”

  I :”Kalo misalnya masalah sekolah..kalo bayar-bayar uang sekolah, jadi diambil dari uang jajan dikumpul-kumpulin. Kadang-kadang juga minta uang jajan lebih sama mamak untuk menutupi itu.” R

  R :”Masalah apa yang biasanya Lanang hadapi?”

  I :”(sambil berpikir) Sejauh ini bisa sih.”

  R :”Sejauh ini apakah masalah yang Lanang hadapi bisa diselesaikan sendiri?”

  I :”Yah karena takut nyusahin juga.”

  I :”Kalo misalnya ada masalah kan gak mau cerita gitu, misalnya ada ama kawan- kawan masalah gak mau cerita..gitulah.”

  R :”Apa gak ingin tahu gitu dek?”

  R :”Bisa diceritakan tertutup nya bagaimana?”

  I :”Kalo dengan keluarga tertutup kak.”

  R :”Nah Lanang gimana dikeluarga, apakah terbuka dengan keluarga atau gimana dek?”

  I :”Ya karena support-support dari kawan juga. Ya gitulah kak.”

  R :”Oke. Nah, tadi Lanang bilang kalo sudah menerima kondisi Lanang. Apa yang membuat Lanang menerima?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Oh takut membebani gitulah ya?”

  I :”Yan tar kalo nanya kan, „kenapa aku begini, orang lain gak ngalamin seperti itu‟ kan pasti itu yang ditanyakan. Takut kepikiran gitu kak orang tua.”

  R :”Kira-kira kenapa dek?”

  I :”Gak ingin tahu memang Lanang.”

  R

  I :”(berpikir sejenak) Gak kak.”

  I :”Patah semangat, pernah.”

  I :”Maksudnya gimana kak?”

  R :”Kalau dengan mamak bagaimana?”

  I :”Ya mereka mengerti gitu kak. Eh dalam hal semuanya.”

  R :”Baiknya seperti apa?”

  I :”Baik lah kak.”

  R :”Oke. Ngomong-ngomong bagaiman hubungan Lanang terhadap abang dan kakak Lanang?”

  I :”Enggak sih kak.”

  R :”Oh, selain itu ada pengalaman yang lain?”

  I :”(berpikir sejenak) Kapan ya. Oh pas waktu SD sih kak, yang ada teman yang ngejekin Lanang kar ena kondisi kayak gini, ngompas Lanang, terus bilang „kaki puntung‟ gitu sama Lanang.”

  R :”Kapan, dan situasi apa yang terjadi pada saat itu?”

  R :”Oiya Lanang pernah ngalamin keadaan dimana Lanang patah semangat?”

  R :”Oke. Ngomong-ngomong hal apa yang bisa membuat Lanang percaya diri?”

  I :” Iya kak.”

  R :”Oke, berarti hal yang membuat Lanang percaya diri adalah teman-teman yang menerima Lanang apa adanya dan juga dukungan dari keluarga?”

  I :”Gak kak. Pokoknya gak mempengaruhilah hal itu”

  Lanang percaya diri, misalnya prestasi gitu?”

  R :”Oke, selain penerimaan dari kawan-kawan Lanang, ada kah hal lain yang membuat

  I :”Kalo gak ada keluarga ya mana mungkin Lanang bisa seperti sekarang ini kak.”

  R :”Kenapa?”

  I :”Penting. Penting kali pun.”

  R :”Trus seberapa penting dukungan keluarga buat Lanang?”

  I :”Bisa percaya diri?Hmm apa ya,ya itu tadi kawan-kawan bisa nerima dengan keadaan seperti ini. Hmm..itu sih yang paling penting.”

  R

  I :”Hmm, kurang sih kak.”

  R :”Nah kalo disekolah temannya banyak gak?”

  I :”Gak ada kak, tapi dikota ada, di Teladan dirumah yang dulu.”

  R :”Gak ada teman-teman disini?”

  I :”Sama aja sih kak.”

  R :”Biasa aja. Kalo dirumah pergaulannya gimana?”

  I :”Biasa aja kak.”

  R :”Apakah tidak punya sahabat itu mempengaruhi Lanang?”

  I :”Gak ada ka, cuma teman gitu aja.”

  R :”Sahabat gak ada ya?”

  I :”(sambil berpikir) Hmm disekolah sekitar 20 an lah kak.”

  I :”Bisa dibilang iya, bisa dibilang gak juga sih kak.”

  R :”Kurangnya kenapa?”

  R :”Berarti Lanang orangnya pendiam?”

  I :”Enggak ada kak, emang pengen gitu aja.”

  R :”Apa ada rasa takut tertolak dari teman-teman?”

  I :”Gak ada sebabnya sih kak, emang pengen dikelas aja.”

  :”Kenapa?”

  I :”Kalo disekolah kurang dekat kak ama kawan-kawan. Gitu-gitu ajalah kak pokonya, kumpul-kumpul aja. Kalo jam istirahat paling dikelas aja main-main handphone, itu aja sih kak, gak pernah keluar, jarang.” R

  R :”Kalo disekolah pergaulan Lanang gimana?”

  I :”Gak bisa diungkapin lah kak, benar-benar ibu yang terhebatlah kak.”

  R :”Tapi kasih sayang mamak ini menurut Lanang gimana?”

  I :”Hmm, gimana ya..pokoknya kurang lah kak, karena kan dirumah Lanang tertutup, jarang cerita-cerita. Paling kalo ngumpul-ngumpul gitulah kak, ketawa- ketawa.”

  R :”Oya, jadi Lanang sehari-hari itu ngapain aja biasanya?”

  I :”Tiap hari online dirumah, kadang ke Teladan nongkrong disana, kumpul- kumpul karena disitu rumah dulu kan,jadi main-main kesitu. Disitulah paling banyak kawan, soalnya dari kecil disana ka, 3 SMP lah kak baru pindah kemari.” R

  I :”Menikmati kak.”

  R :”Nilai apa yang ditanam oleh bapak dan mamak sejak dulu ke Lanang?”

  I :”Kalo dukungan, dalam hal pendidikan gitu kak, cita-cita kan pengen jadi ahli komputer, sejak kecil udah dibelikan komputer gitu kak. Dan semangat. Gitu sih kak.”

  R :”Oke. Nah, kalo kita balik kembali ke keluarga, sejauh ini dukungan apa yang udah keluarga kasih ke Lanang?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Itu yang paling penting buat Lanang?”

  I :”Hmm ngerti keadaan, gak saling ejek gitu kak. Itu sih.”

  R :”Baiknya gimana?”

  I :”Baik sih kak, sejauh ini mereka bisa menerima. Baik sih.”

  R :” Oh gitu ya. Gimana sih sikap teman-teman Lanang ke Lanang sendiri, sejauh yang Lanang lihat, baik itu teman disekolah, ataup un di Teladan?”

  R :”Sejauh ini menikmati bersama mereka?”

  :”Oh berarti sebenarnya temannya ada dong?”

  I :”Ya dirumah kawan gitu, nongkrong-nongkrong. Sebenarnya sih tiap minggu ada acara gitu dirumah kawan, patungan buat manggang- manggang apa gitu. Gitu sih kak.”

  R :”Biasanya kalo ngumpul ngapain?”

  I :”Hari minggulah kak, kumpul-kumpul.”

  R :”Oh jadi kalo Lanang ngumpul kesana pas kapan?”

  I :”Hmm berapa ya, lima puluhan gitu adalah.”

  R :”Berapa orang kalian?”

  I :”(sambil tertawa kecil) Iya kak.”

  R :”Oh berarti kalo kakak ambil secara keseluruhan berarti teman Lanang ada, kayak gank gitu?”

  I :”Ada, tapi gak disini.”

  I

  R :”Gitu ya. Nah, kalo kerjaan Lanang dirumah biasanya ngapain?”

  I :”Ya nonton televisi, online, ngerjain PR, kadang nyuci, bersihkan rumah, karena kan kak dirumah gak ada orang, kakak kuliah, trus bantuin mamak lah, beresin tempat tidur. Gitu sih.” R

  :”Merasa terganggu dengan itu dek atau ada masalah dalam mengerjakannya?”

  I :”Enggak kak, bisa semua.”

  Lampiran 4 Partisipan 2, Wawancara I

  I :”Ya biasa-biasa gitu lah kak, belajar pake tongkat.”

  I :”Pernah kak.”

  R :”Pernah bertanya dalam hati mengenai kondisi Yumi ?”

  I :”Enggak kak, Yumi biasa aja. Ah gak apa-apalah gitu kan ka.”

  R :”Nah, Yumi gak pernah terlintas sedikit pun, melihat kondisi Yumi ketika bergabung dengan teman- teman Yumi, berpikir bahwa Yumi berbeda?”

  I :”Yang ngajarin papa kak.”

  R :”Yang ngajarin siapa dek?”

  I :”Dari usia 3 tahun kayaknya kak.”

  R :”Pake tongkatnya dari usia berapa?”

  R :”Seingat Yumi bagaimana dulu waktu Yumi kecil, waktu belajar jalan, anak- anak, masuk usia sekolah SD, SMP, itu bagaimana?”

  Iter (R) :”Apa penyebab terjadinya kecacatan fisik yang Yumi alami?”

  I :”Emm,enggaklah kak (sambil tersenyum kecil).”

  Yumi?”

  I R :”Oke, jadi waktu kecil bagaimana, Yumi gak bertanya-tanya dengan kondisi

  R :”Berarti sampai sekarang Yumi belum tau apa yang menyebabkan kondisi Yumi saat ini?”

  I :”Ya gitulah kak, gak pernah Yumi nanya.”

  R :”Kenapa?”

  I :”Gak kak, gak pernah.”

  R :”Yumi gak pernah nanya sama mama?”

  Itee (I) :”Emm..gak tau kak.”

  R :”Bisa gak diceritakan bagaimana ketika itu dek?”

  R :”Pada usia berapa terlintas di pikiran Yumi?”

  R :”Dan setau Yumi ini bawaan lahir atau karena kecelakaan misalnya?”

  R :”Kenapa Yumi bilang udah?”

  I :”Udah kak.”

  R :”Yumi sudah nerima kondisi Yumi sekarang ini?”

  I :”Ya ada juga sih. Ya gitu lah kak. (sambil tertawa kecil).”

  R :”Kalau gabung sama teman-teman merasa seperti itu?”

  I :”Kalau minder pasti ada kak.”

  R :”Apakah merasa minder ketika itu?”

  I :”Ya gitu lah kak (sambil tertawa kecil)

  R :”Reaksi Yumi sendiri ketika menyadari kondisi Yumi yang berbeda dari yang lain itu bagaimana?”

  I :”Bawaan lahir kak, gitu kata mamak.”

  I :”Enggak kak.”

  I :”Usia 12 tahun kak, pas SMP kak.”

  R :”Selain itu ada lagi?”

  I :”Kaki sebelah kiri kak.”

  R :”Oiya kalo kakak boleh tahu yang mengalami kecacatan bagian tubuh mana aja dek?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Berarti sebelumnya Yumi tidak menyadari nya ya dek dan menganggapnya sebagai sesuatu yang normal?”

  I :”Dari kecil kak, sekitar 10 atau 11 tahun.”

  R :”Yumi menyadarinya ketika usia berapa?”

  I :”Iya kak.”

  R :”Berarti Yumi menyadari bahwa ada yang berbeda dengan kondisi Yumi?”

  I :”Pernah sih kak, cuman gak terlalu kali, biasa-biasa aja. Yaudalah terima ajalah, udah takdir dari Tuhan, gitu sih kak Yumi mikirnya.”

  R :”Ketika SD pernah gak?”

  I :”Karena Yumi yakin, kalo, kalo ini kan udah ditakdirkan Tuhan gitu kan kak, gak bisa berubah, gak menyesali apa yang udah terjadi, terima aja apa adanya gitu kak.”

  R :”Kalau keluarga sendiri bagaimana reaksi nya terhadap kondisi Yumi, apakah mereka sudah nerima?”

  R :”Nah, kalau ada acara-acara keluarga Yumi itu sering ikut gak?”

  I :”Ya mereka sayang sama Yumi. Sayang, terus pengertian, ya gitu kak.”

  R :”Lalu, bagaimana respon keluarga besar Yumi, selain papa, mama, kakak, dan abang Yumi, bagaimana reaksi mereka terhadap Yumi?”

  I :”Enggak kak, gak pernah Yumi kayak gitu.”

  R :”Nah, pernah kah Yumi berpikir ketika Yumi ada didalam acara keluarga, Yumi akan dtolak?”

  I :”Dengan mama.”

  :”Biasanya perginya dengan siapa?”

  I :”Contohnya kemaren pas tahun baru kemaren kan ada yang meninggal, ya Yumi ikut ke situ. Kalau ada arisan keluarga Yumi ikut, kalau ada yang pesta Yumi selalu ikut kak.Se lalu ikut.” R

  R :”Contohnya kemana?”

  I :”Sering.”