BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Strategi Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) (Studi Kasus : Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjaun Pustaka

2.1.1 Pekarangan

  Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup (Sastrapradja,1979).

  Karakteristik lahan pekarangan dengan ditandai beberapa indikator penting, antara lain sebagai berikut : 1) Meliputi areal yang sempit atau terbatas. 2) Berisi aneka tanaman. 3) Letaknya dekat dengan rumah. 4) Hasilnya yang diperoleh digunakan untuk keperluan sehari-hari. 5) Pada umumnya tidak memerlukan modal besar (Rukmana, 2008).

  Sesuai dengan keadaan perekonomian terdapat pekarangan dalam beberapa tingkat : a)

  Di tempat-tempat yang masih terasing dari perniagaan teratur, pak tani harus mengusahakan sendiri apa yang diperlukan untuk keluarganya.

  b) Bila perekonomian lebih lancar dan peredaran uang menjadi lebih baik, maka jenis-jenis tanaman yang laku dijual dan diusahakan khusus dan timbullah yang dinamakan pekarangan perdagangan; sebagian hasilnya membeli bahan-bahan penghidupan yang tak tersedia.

  c) Di sekitar kota-kota besar atau di daerah dimana perhubungan dengan pusat-pusat konsumsi lancar, orang mengutamakan penanaman 2-3 jenis tanaman dalam susunan pekarangan. Tingkat ini adalah tingkat pekarangan tertinggi, peralihan kepada yang disebut kebun khusus, dimana satu jenis tanaman diusahakan untuk dijual.

  Menurut Dinas Perkebunan Rakyat dahulu, fungsi pekarangan adalah : 1. Penghasil makanan tambahan, yaitu tambahan pada makanan pokok

  (beras, jagung, ubi kayu). Makanan tambahan ini terdiri atas sayur- sayuran, sebagian juga dari umbi-umbi dan buah-buahan. Zat protein yang dihasilkan oleh pekarangan tidak banyak, namun sangat berharga, karena macam-macam protein daun sangat berharga sebagai penambah protein dari makanan pokok.

  2. Berbeda dengan sawah dan tegal yang memberi hasil pada waktu tertentu, pekarangan memberi hasil setiap hari, sehingga dapat menjadi sumber bahan makanan tetap atau sumber penghasilan uang.

  3. Pekarangan menghasilkan rempah-rempah, obat-obatan, keperluan rumah tangga dan bunga-bungaan.

  4. Pekarangan menghasilkan bahan-bahan bangunan, terutama bambu yang banyak ditanam di pingir-pinggir pekarangan.

  5. Pekarangan menghasilkan kayu bakar, baik dari pohon buah-buahan maupun dari kayu-kayuan yang ditanam sebagai kayu bakar.

  Pekarangan menghasilkan bahan-bahan dasar untuk berbagai kerajinan tangan.

7. Di beberapa daerah pekarangan menghasilkan pula ternak dan itik (Satiadiredja, 1978).

2.1.2 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

  Potensi lahan pekarangan di Indonesia mencapai 10,3 juta hektar, 14 persen dari luas lahan pertanian. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Sampai saat ini, sebagian besar lahan pekarangan masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditi pangan. Kementerian Pertanian melihat potensi ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik rumah tangga di perdesaan maupun di perkotaan melalui pengembangan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

  Rumah pangan lestari merupakan tempat tinggal keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana sehingga menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.

  Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.

  Pengelompokkan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik dalam menetapkan menata tanaman, ternak, dan ikan.

  Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain : sayuran, tanaman rempah dan obat, buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak, labu dan lainnya yang disesuaikan dengan lokasi setempat), serta berbagai sumber pangan lokal (ubi jalar, ubi kayu, ganyong, garut, talas, suweg, ubi kelapa, gembili). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan budidaya ikan dalam kolam dan ternak (Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2011).

  Prinsip dasar KRPL adalah : (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan) dan (iv) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

  Untuk menjaga keberlanjutan dan mendapatkan nilai ekonomi dari KRPL, pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan unit pengolahan dan pemasaran produk. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya penyelamatan hasil yang melimpah dan peningkatan nilai tambah produk.

  1. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari.

  2. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah ,sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA), ternak dan ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi kompos.

  3. Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal.

  4. Berkembangnya usaha ekonomi produktif keluarga untuk menopang kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan lestari dan sehat (Kementerian Pertanian, 2012).

  Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dilakukan melalui tahapan yaitu (1) pembentukan kelompok, (2) identifikasi kebutuhan, (3) penyusunan rencana kegiatan, (4) pelatihan, (5) pembuatan kebun bibit dan (6) penataan lingkungan kawasan.

1. Pembentukan Kelompok

  Pengembangan KRPL sebaiknya dilakukan oleh kelompok sebagai kumpulan individu yang mempunyai maksud yang sama dalam mencapai tujuan, baik kelompok yang baru dibentuk maupun kelompok yang telah terbentuk di wilayah tersebut, mengingat KRPL merupakan suatu kawasan. Kawasan tersebut dapat diwujudkan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga atau dalam satu Desa atau Kelurahan.

  Kelompok pelaksana pengembangan KPRL idealnya adalah (1) memiliki anggota yang berpengalaman di bidang budidaya tanaman, pengolahan dan Kebun Bibit, (3) anggota dengan kriteria lahan pekarangan sesuai strata yang ditetapkan yang dapat digunakan untuk pengembangan KRPL, (4) memiliki organisasi yang berfungsi dengan baik, (5) partisipasi dan semangat anggota tinggi terhadap kegiatan pengembangan KPRL.

  KPRL dikelola oleh kelompok dengan organisasi dan struktur organisasi yang jelas serta memiliki pengurus minimal ketua, sekretaris, bendahara serta seksi pengelola kebun bibit dan pemasaran hasil dan memiliki jadwal yang rutin untuk pertemuan atau aktifitas kelompok.

  2. Identifikasi Kebutuhan Identifikasi kebutuhan yang perlu diketahui antara lain adalah kebutuhan sarana dan prasarana, teknologi, komoditas tanaman dan air. Identifikasi kebutuhan ini dapat diperoleh melalui diskusi dalam suatu pertemuan kelompok atau pendalaman kepada beberapa anggota kelompok pada pertemuan terbatas.

  3. Penyusunan Rencana Kegiatan Penyusunan rencana kegiatan dilakukan secara partisipatif dan melibatkan seluruh pengurus dan angota kelompok yang dilakukan dengan cara mengisi formulir (blangko) secara bersama-sama dengan bimbingan dari petugas lapang atau penyuluh dan pengarahan dari kelurahan setempat. Rencana kegiatan yang disusun meliputi (1) desain Kebun Bibit dan manajemen pengelolaannya, (2) mewujudkan terbentuknya Rumah Pangan Lestari bagi anggota dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk tanaman sayuran dan pangan non beras, (3) penataan lingkungan kawasan dan implementasinya, (4) kegiatan promosi evaluasi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui pencapaian target hasil.

  4. Pelatihan Materi utama pelatihan adalah budidaya tanaman sayuran, tanaman pangan dan bidang peternakan, dan ditentukan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan.

  5. Pembuatan Kebun Bibit Melalui pengelolaan yang baik, kebun bibit dapat memberikan kesinambungan usaha budidaya tanaman bagi anggota dan keuntungan ekonomi bagi kelompok melalui usaha penjualan bibit dan tanaman.

  6. Penataan Lingkungan Kawasan Salah satu tujuan kebun bibit adalah menata lingkungan kawasan agar menjadi sejuk, hijau dan dapat digunakan sebagai media promosi kepada masyarakat kawasan atau orang lain. Desain untuk penataan tanaman pada lingkungan kawasan disusun secara bersama-sama seluruh warga masyarakat dalam kawasan dengan memperhatikan estetika dan kepentingan warga (BPTP Yogyakarta, 2012).

  Dalam penerapannya, MKRPL dibagi dalam 2 kelompok pekarangan yaitu kelompok pekarangan lahan perkotaan dan kelompok pekarangan lahan pedesaan.

  Basis komoditas dan contoh model budidaya MKRPL dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2.

  1 Rumah tipe 21 (luas tanah sekitar 36 m2), tanpa halaman

  Lestari (RPL) Menurut Kelompok Pekarangan Lahan Perkotaan No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

  Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak)

  • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun.
  • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih.
  • Pot/polibag
  • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak.
  • Benih/bibit
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis kucing.

  2. Rumah tipe 36 (luas tanah sekitar 72 m2), halaman sempit

  Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak)

  • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun.
  • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih.
  • Pot/polibag
  • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung.
  • Benih/bibit
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Sirih hijau/merah, Pegagan, Lidah buaya.
  • Buah : Jeruk, Mangga, Jambu, Belimbing.
  • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun.
  • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih.
  • Pot/polibag/t anam langsung
  • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam,

    Kangkung. Katuk, Kelor, Labu kuning.

  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis kucing, Sirih hijau/merah, Pegagan, Lidah buaya,

    Sambiloto, Temulawak, Gempur batu.

  • Benih/bibit
  • Kolam mini
  • Buah : Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk nipis/Limau.
  • Pangan : Talas, Ubi jalar, Ubi kelapa, Garut, Ganyong atau tanaman pangan lokal lainnya.
  • Pemeliharaan ikan : Lelel/Nila/Gurame

  3. Rumah tipe 45 (luas tanah sekitar 90 m2), halaman sedang

  Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak)

  4. Rumah tipe 54 (luas tanah sekitar 120 m2), halaman luas

  Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak)

  • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor.
  • Toga : Kencur, Antana Gempur Batu, Daun jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih.
  • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Buncis tegak dan Bncis rambat katuk, Kelor, Labu kuning.
  • Pot/polibag/t anam langsung
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Sirih hijau/merah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto, Kumis kucing.
  • Benih/bibit
  • Buah : Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk Nipis/Limau, Mangga, Pisang.
  • Kolam mini
  • Pangan : Talas, Ubi jalar, Ubi Kayu, Ubi kelapa, Garut, Ganyong, Jagung atau tanaman pangan lokal lainnya.
  • Ternak unggas dalam kandang
  • Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame

  • Ternak : Ayam buras

  5. Lahan terbuka hijau

  • Tanaman buah
  • Intensifikasi pagar
  • Pelestarian tanaman pangan
  • Buah ; Mangga, Rambutan, Pohon salam, Belimbing sayur, Tanaman khas daerah/tanaman langka.
  • Katuk, Kelor, Labu kuning, Daun Mangkokan, Beluntas, Daun pandan, Sereh.
  • Pangan : aneka unbi, aneka talas, aneka jenis jagung dan serealia.

6. Kebun bibit Pot, rak, bedengan

  • Sayuran • Tanaman pangan Sumber : Kementerian Pertanian, 2012.

  1 Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman) Vertikultur

  Lestari (RPL) Menurut Kelompok Pekarangan Lahan Pedesaan No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

  • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor, Bawang Daun.

  (model gantung, tempel, tegak, rak)

  • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih.
  • Pot/polibag
  • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak.
  • Benih/bibit
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis kucing, Sirih hijau/merah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto

  2. Pekarangan sempit (<120 m2) Vertikultur (model gantung, tempel, tegak, rak)

  • Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada, Bokor.
  • Toga : Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong, Sirih.
  • Sayuran : Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung, Buncis tegak, Buncis rambat, Katuk, Kelor, Labu kuning
  • Pot/polibag
  • Benih/bibit
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak,Kumis kucing, Sirih hijau/merah, Pegagan, Lidah buaya, Sambiloto.
  • Pelestarian tanaman pangan
  • Buah : Jeruk nipis, Pepaya, Jambu.
  • Tanaman pangan : Talas, Ubi jalar, Ubi kayu, Ubi kelapa, Garut, Ganyong, Jagung, atau tanaman pangan lokal lainnya.
  • Kandang • Kolam terpal
  • Ternak ayam buras.
  • Pemeliharaan ikan.

  3. Rumah tipe 54 (luas tanah sekitar 120 m2), halaman luas Pot/polibag/tanam langsung Kandang Kolam Multisrata

  • Sayuran : Sawi, Cabai, Kenikir, Katuk, Kelor, Labu Kuning, Terong, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Kecipir, Tomat.
  • Toga : Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Jahe • Ternak kambing, domba dan atau ayam buras.
  • Pemeliharaan ikan lele/nila/gurame

  • Intensifikasi pekarangan : sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan.
  • Intensifikasi pagar : Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang, Nenas, Melinjo, Katuk, Kelor, Labu kuning, Ganyong, Garut.

  4. Pekarangan luas (>400 m2) Bedengan, Pot/polibag Kandang Kolam Multisrata

  • Sayuran : Sawi, Cabai, Kenikir, Katuk, Kelor, Labu Kuning, Terong, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Kecipir, Tomat, Buncis tegak dan rambat.
  • Toga : Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Jahe, Lidah buaya.
  • Ternak kambing, domba dan atau ayam buras.
  • Pemeliharaan ikan lele/nila/gurame

  • Intensifikasi pekarangan : sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan.

  Sumber : Kementerian Pertanian, 2012.

  Richard vancil (dari Harvard University) merumuskan konsep strategi sebagai berikut : “... Strategi sebuah organisasi, atau sub unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang dimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa :

1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.

  2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan, yang atau ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan dan

  3. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut. Tujuan sesuatu strategi adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing.

  Organisasi yang bersangkutan masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang di dalam lingkungan, yang memungkinkannya menarik keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang kekuatannya (Nisjar dan Winardi, 1997).

  Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2009), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT

  (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness).

  Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model, yaitu :

a. Matrik Faktor Strategi Internal

  Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

  • Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).
  • Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 5 (sangat penting), 4 (penting), 3 (cukup penting), 2 (kurang penting) dan 1 (tidak penting).
  • Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom

  3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan.

  • Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3 untuk memperoleh skoring pada kolom 4.
  • Jumlah skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skoring pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagamana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

  Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

  Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dlam membuat tabel EFAS.

  • Susunlah dalam kolam 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).
  • Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolam 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari 5 (sangat penting), 4 (penting), 3 (cukup penting), 2 (kurang penting) dan 1 (tidak penting).
  • Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolam

  3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan.

  • Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring pada kolom 4.
  • Jumlah skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skoring pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor strategi eksternalnya. Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

  Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut : a.

  Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertical (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

  b.

  Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

  • Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y >0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar dari pada peluang maka nilainya y < 0.
  • Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

  BERBAGAI PELUANG

  3.Mendukung strategi

  1. Mendukung strategi

   Tun-around agriesif

  KELEMAHAN KEKUATAN EKSTERNAL

  INTERNAL

  4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi Defensive diversifikasi

  BERBAGAI ANCAMAN

  Gambar 1 Diagram Analisis SWOT memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy ).

  Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

  Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri

  microcomputer.

  Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

  • • Tentukan faktor-faktor

    kekuatan internal

  • Tentukanfaktor kelemahan internal

  Threats (T)

  2. Strategi ST Yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

  Yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kegiatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

  Keterangan kombinasi strategi dari matrik SWOT adalah sebagai berikut : 1. Strategi SO

  Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

  Strategi WT

  

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman.

  Strategi ST

  Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

  Strategi WO

  

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

  Strategi SO

  Opportunities (O)

  Weaknesses (W)

  IFAS EFAS Strengths (S)

  Tabel. 3 Matrik SWOT

  SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang menghadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis seperti yang dijelaskan dalam tabel 3 :

  • Tentukan faktor peluang eksternal
  • Tentukan faktor ancaman eksternal

  3. Strategi WO Strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

  Straegi WT Yaitu strategi yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2005).

2.3 Kerangka Pemikiran

  Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) merupakan suatu teknologi tepat guna yang memanfaatkan pekarangan rumah sebagai media untuk menanam berbagai macam tanaman pangan. Selain bersifat subsisten (dikonsumsi sendiri), produk dari teknologi ini juga dapat dijual atau bersifat komersial (dijual). Teknologi ini menerapkan pola intensifikasi pertanian yaitu dengan lahan terbatas dapat menghasilkan produksi yang maksimal (intensifikasi pertanian).

  Di Sumatera Utara sendiri, teknologi ini baru dikembangkan di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011.

  Dan di Kotamadya Medan sendiri baru 3 kecamatan yang menerapkannya, yaitu : Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan Tuntungan.

  Jikalau dilihat dari berbagai manfaatnya, teknologi ini layak untuk dikembangkan dan untuk merancang strategi pengembangannya diperlukan alat analisis yang tepat. Dalam penelitian ini, Analisis SWOT digunakan sebagai alat analisis untuk menentukan strategi yang akan diterapkan dengan melihat faktor internal (Kekuatan/Strength dan Kelemahan/Weakness) dan faktor eksternal (Peluang/Opportunity dan Ancaman/Threat). Pada akhirnya dengan melihat kedua faktor tersebut, didapat strategi pengembangan yang tepat untuk mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Keterangan : →

  : menyatakan hubungan

  Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

(MKRPL)

  

Analisis SWOT

Faktor Internal

  Faktor Eksternal Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Ancaman (Threat) Peluang (Opportunities)

  

Strategi Pengembangan MKRPL

Dokumen yang terkait

Strategi Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) (Studi Kasus : Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan)

4 93 65

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Permintaan Daging Sapi Di Kota Medan

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Beras Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Strategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 1 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Peranan Istri Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)

0 2 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Desa Silantom Julu Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Tingkat Daya Saing Karet Indonesia

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITAN - Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Cincau Hitam Di Kota Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)

0 0 15