2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran PKn - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar PKN Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping pada Siswa Kelas 4 Tahun Pelaran 2016/2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn.

  Pendidikan Kewarganegaraan Negara (PKN) adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negaranya yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik. PKn adalah pendidikan kewarganegaraan yang menyangkut status formal warga negara. Menurut Azis Wahab Pendidikan Kewarganegaraan adalah media pengajaran yang membuat siswa sadar, cerdas, dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005: 7) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga negaranya berpikir kritis dan bertindak demokratis melalui kesadaran terhadap generasi muda dengan membentuk kehidupan masyarakat yang menjamin hak-hak warga masyarakat.

  Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan tujuan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, tau, dan mau berpikir kritis serta bertindak demokratis dalam kehidupan masyarakat yang menjamin hak-hak warga negara. Mata pelajaran PKn merupakan media pengajaran yang dapat membuat siswa sadar, cerdas, dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara, menghindari perilaku korupsi dan nepotisme. Sunarso, dkk (2008:1) PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam konteks ide, nilai, konsep, dan moral pancasila.

2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran PKn

  Mata pelajaran PKn adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk membekali siswa untuk mengembangkan penalaran dalam aspek nilai dan diperoleh, diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki rasa untuk mempertahankan NKRI. Pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat (Samsuri, 2011: 28). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) No.22 Tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfokus untuk membentuk warga negara agar lebih memahami serta dapat melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai warga negara yang memiliki karakter, kecerdasan, ketrampilan.

  Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007: 4) pendidikan kewarganegaraan untuk penyiapkan siswa agar bisa mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warga negara termasuk dalam sekolah, pengajaran dan belajar. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang dapat mengembangkan penalaran dalam aspek nilai dan moral, bertanggung jawab, memahami dan melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik, berkarakter, cerdas, dan terampil.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan PKn

  Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan agar siswa mempunyai kemampuan berkembang secara positif dan memiliki sikap demokratis dalam membentuk diri berdasarkan karakter-karakter yang dimiliki oleh setiap masyarakat agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya sebagai berikut (Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, 2010: 7-8): 1.

  Berpikir secara kritis, kreatif dan rasional dalam menanggapi setiap isu kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia,

2. Berpartisipasi aktif, bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam

  4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada berbagai macam karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Dari tujuan pembelajaran PKn diatas diharapkan siswa mampu berkembang secara positif dan demokrasi, ikut berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan kewarganegaraan. Saat menanggapi setiap isu yang terjadi siswa diharpakan mampu berpikir kritis, kreatif, dan rasional, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan bijaksana.

2.1.1.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn.

  Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi beberapa aspek diantaranya (Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, 2010: 7-8): a.

  Persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun, cinta lingkungan, kebanggaan, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

  b.

  Norma, hukum, dan peraturan yang meliputi tata tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib sekolah, norma yang berlaku di masyarakat. Peraturan- peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

  c.

  Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

  d.

  Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

2.1.2 Model Pembelajaran Mind Mapping

  Model Mind Mapping diperkenalkan pertama kali oleh Tony Buzan pada tahun 1970- an, dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Mind Mapp” merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran.

  

Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah model mencatat kreatif untuk mengingat

  berbagai macam informasi. Catatan yang sudah dikumpulkan dari berbagai macam informasi dibuat dengan membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, topik utama ditengah dan subtopik dengan perinciannya menjadi cabang-cabangnya. Dari cabang

  • –cabang tersebut berkembang sampai ke materi yang lebih kecil. Selain itu, Mind Mapping adalah alat yang dapat membantu daya ingat yang lebih tajam sesuai dengan imajinasi siswa.

  Menurut Porter & Hernacki (2008:152-159), Mind Mapping disebut juga dengan Peta Pemikiran yang merupakan model mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind Mapping menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Mind Mapping digunakan untuk membantu penulisan esai/ tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep yang dapat membuat siswa paham dengan materi PKn. Mind Mapping digunakan untuk membentuk, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan mengklarifikasikan topik utama, sehingga siswa dapat mengerjakan tugas- tugas dengan baik. Swadarma (2013:2) Mind Mapping adalah teknik grafis yang memungkinkan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak dengan memberikan kata kunci secara umum dan dapat menghasilkan catatan yang memberikan banyak informasi dalam satu halaman dengan memperlihatkan hubungan antar berbagai konsep dan ide.

  Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping merupakan model mencatat informasi yang kreatif untuk mengingat seluruh informasi yang diperoleh. Dari catatan-catan yang sudah terkumpul dengan

  2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping.

  Ada beberapa ahli yang menyebutkan pengertian Mind Mapping. Menurut Caroline Edward (2009:64) Mind Mapping merupakan cara memasukan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak yang bekerja secara alami dalam otak, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas otak manusia. Menurut Melvin L. Silberman (2005: 177) Mind Mapping adalah cara kreatif untuk siswa dalam menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Berbeda dengan Bobby De Porter, menurutnya

  

Mind Mapping atau peta pikiran adalah pemanfaatan keseluruhan dari otak yang

  menggunakan visual dan grafik untuk membentuk kesan antara otak kiri dan otak kanan yang terlibat dalam mempermudah memasukan informasi ke dalam otak.

  Windura (2008:16) Mind Mapping merupakan model pencatatan untuk keseluruhan dari suatu topik, serta hubungan relatif antar masing-masing komponen dan mekanisme penghubungannya. Zarkasyi (2015:76) Mind Mapping adalah model pembelajaran yang mempelajarai teknik mengingat sesuatu dengan menggunakan peta pemikiran agar informasi yang didapat lebih mudah dan dapat diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional.

  Dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah peta pemikiran yang digunakan untuk memasukan suatu informasi yang didapat siswa dengan menggunakan cara yang kreatif secara individual untuk menghasilkan suatu ide kreatif, dan mencatat pelajaran. Selain itu, Mind Mapping dapat digunakan dalam pembelajaran agar informasi yang didapat lebih mudah untuk diingat atau dicatat.

  2.1.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping

  Langkah-langkah dalam model pembelajaran Mind Mapping. Sebelum guru menerapkan langkah-langkah Mind Mapping, guru harus mengetahui dan memahami langkah-langkah yang dilakukan terlebih dahulu, agar proses a.

  Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran dan membuat suasana kelas yang menyenangkan.

  b.

  Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

  c.

  Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dan siswa menyimak penjelasan dari guru.

  d.

  Guru mengajak siswa untuk menemukan permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dengan alternatif jawaban dari permasalahan yang akan dibahas.

  e.

  Membentuk kelompok yang beranggotakan 8 orang siswa untuk mendiskusikan masalah yang akan diberikan.

  f.

  Setiap kelompok mencatat kata kunci atau poin-poin dari materi yang sudah dibahas.

  g.

   Guru memberikan kertas kosong dan meminta siswa untuk membuat Mind Mapping dengan menulis dan menggambar gagasan/poin/kata kunci yang

  diletakan ditengah kertas.

  h.

   Guru membimbing siswa dengan membuat cabang utama dan

  menghubungkan cabang utama dengan gagasan/poin/kata kunci yang sudah dibuat sebagai pusat dan membuat cabang-cabang tingkat 2, 3, dan seterusnya.

  i.

   Dari setiap garis cabang yang dibuat siswa dapat menggunakan kata kunci tunggal sebagai penjelas.

  j.

  Tiap kelompok akan membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dari hasil diskusi yang disampaikan siswa. k.

  Dari data yang dicatat pada papan, siswa diminta untuk membuat kesimpulan.

2.1.2.3 Kelebihan Model Pembelajaran Mind Mapping

  Menggunakan Mind Mapping tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya saat akan digunakan oleh guru dalam pengajar. Ada pun kelebihan Mind Mapping menurut Tony Buzan diantaranya: a.

  Mudah dalam melihat gambaran keseluruhan b.

  Setiap peta pikiran bersifat unik.

  c.

  Menambah informasi baru. antara bagian-bagian informasi yang terpisah, memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan rinci, menambah informasi baru dengan peta pikiran yang menarik. Selain itu dapat meningkatkan pemaham dan memberikan catatan ulang, dapat meningkatkan daya ingat siswa dengan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

2.1.2.4 Kelemahan Model Pembelajaran Mind Mapping

  Selain kelebihan dari Mind Mapping ada juga kelemahan yang dimiliki model Mind Mapping yaitu: a.

  Waktu terbuang untuk mencari kata kunci pengingat.

  b.

  Kata kunci pengingat terpisah.

  c.

  Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang memisahkan.

  d.

  Waktu terbuang untuk membaca kembali kata yang tidak diperlukan.

  e.

  Waktu untuk menulis kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan terbuang.

  Dengan menggunakan Mind Mapping banyak waktu yang terbuang untuk mencari kata kunci pengingat yang terpisah, waktu untuk membaca terbuang karena kata yang tidak diperlukan dan menulis kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan juga terbuang.

2.1.2.5 Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dalam Mata Pelajaran PKn sesuai Standart Proses.

  Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dalam mata pelajaran PKn diharapkan dapat membuat siswa paham dan dapat mengingat mata pelajaran PKn dengan menggunakan peta pemikiran yang dibuat sesuai dengan pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan standar proses.

Tabel 2.1 Penerapan model Mind Mapping sesuai dengan Standar Proses

  Standar Langkah – Langkah Penerapan Model Mind Mapping Proses

  • Pendahuluan Memberi salam Mengajak siswa berdoa
  • Presensi -

  Memberikan apersepsi

  • Menyampaikan tujuan pembelajaran
  • Kegiatan Inti

  Eksplorasi a.

  Bertanya jawab tentang materi yang diajarkan.

  b.

  Menampilkan video tentang materi yang diajarkan.

  c.

  Membimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam video.

  d.

  Menjelaskan secara singkat materi pembelajaran yang ada di video.

  Elaborasi a.

  Membagi siswa dalam 4 kelompok yang terdiri dari 8 orang.

  b.

  Bersama kelompoknya siswa mulai mencatat hal-hal penting dari materi yang disampaikan.

  c.

  Siswa bersama kelompok bekerjasama untuk membuat peta pemikiran berdasarkan materi yang telah dicatat.

  d.

  Membimbing siswa dalam membuat peta pemikiran.

  e.

  Mendiskusikan tugas dan pembagian menteri dalam sistem pemerintahan pusat.

  f.

  Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas, kelompok lain memperhatikan dan menanggapi.

  Konfirmasi a.

  Menarik kesimpulan dan menjelaskan kembali dari hasil diskusi yang dilakukan siswa.

  b.

  Bertanya apakah ada yang belum paham dengan materi yang sudah dijelaskan.

  c.

  Mengerjakan soal evaluasi.

  • Penutup Memberikan penghargaan untuk setiap kelompok dan motivasi untuk siswa.

  Tindak lanjut.

2.1.3 Hasil Belajar 2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar.

  Hasil belajar merupakan suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah. Untuk mengetahui perkembangan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, maka diperlukan adanya evaluasi. Menurut Winarno Srakhmad menyatakan bahwa hasil belajar siswa kebanyakan dari ulangan, ujian, dan tes. Hamalik (2008) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

  Mulyasa (2008) menyatakan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar siswa secara keseluruhan dalam perubahan perilaku, kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa yang dinyatakan dalam wujud hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak belajar dari siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar, tindak mengajar dari sisi guru merupakan tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Menurut Winkel (dalam Purwanto 2014:85) hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam sikap dan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diakibatkan dari belajar. Nana Sudjana (2010:22) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari belajar dan dapat diamati melalui tingkah laku siswa setelah menerima pembelajaran.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai siswa baik itu perubahan tingkah laku, tercapainya kompetensi pembelajaran yang dapat diukur dan diamati baik dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

  Menurut Slameto (2010:54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi: Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi: 1.

  Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.

  Jika salah satu faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar

  2. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir

3. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar, dan haus.

  Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang meliputi: 1.

  Faktor keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.

  Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar

  2. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum,hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa danberdisiplin di sekolah

  3. Faktor masyarakat meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut belajar. upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu peristiwa atau benda atau berupa angka (Endang Purwanti, 2008:4).

  Pengukuran merupakan proses memperoleh deskripsi numerik dari karakteristik yang dimiliki siswa dari hasil tes atau bentuk lainnya berdasarkan prosedur tertentu (Nirko, Miller et al, 2009). Russel dan Airasian (2011) mendefinisikan pengukuran sebagai proses mengkuantitatif atau menentukan secara numerik (angka) suatu kinerja atau sifat tertentu dari belajar siswa. Oosterhof (2003) pengukuran pendidikan berarti proses penentuan kinerja atau sifat tertentu dari individu atau kelompok yang memiliki relevansi. Misalnya ; seorang guru melakukan pengukuran dengan menggunakan teknik tes sehingga mendapatkan skor siswa yang merupakan hasil belajar siswa dari kegiatan pengukuran yang berupa angka. Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes yang berupa soal.

2.1.4 Hubungan Model Pembelajaran Mind Mapping dan Hasil Belajar

  Dengan menggunakan model Mind Mapping diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Mind Mapping merupakan peta pikiran atau peta konsep yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn, sehingga dapat memungkinkan siswa memperoleh peningkatan dalam hasil belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu adanya model pembelajaran yang dapat membuat siswa paham dengan materi yang diajarkan. Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang digunakan sebagai panduan atau pedoman dalam melakukan aktivitas pembelajaran.

  Dengan model pembelajaran Mind Mapping dapat membuat siswa lebih aktif, kreatif, paham, dan mengingat dengan baik materi yang telah dipelajari. Selain itu, siswa dapat mengemukakan pendapatnya dari peta pemikiran yang

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

  Penelitian tindakan kelas dengan model Mind Mapping pernah dilakukan oleh Rahayu Syarief, Dadang Kurnia, Nedin Badruzaman dengan judul penelitian

  

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping untuk Meningkatkan

Hasil Belajar pada Materi Susunan Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas

  

IV Sekolah Dasar Negeri Kebonjeruk Kabupaten, Sukabumi semester satu Tahun

Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil

  belajar pada siklus I pertemuan pertama memperoleh nilai 31%, siklus I pertemuan kedua memperoleh nilai 60%, dan siklus II pertemuan ketiga memperoleh nilai 81%, artinya terjadi peningkatan/perbaikan hasil belajar siswa. Begitu pula dengan hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan, perhatian, kerjasama, dan tanggung jawab dengan memperoleh nilai pada siklus I pertemuan pertama memperoleh nilai 50, sedangkan siklus I pertemuan kedua memperoleh nilai 65, dan siklus II pertemuan ketiga memperoleh nilai 80.

  Penelitian kedua Penelitian yang dilakukan oleh Herwulan Irine Purnama (2013) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi menggunakan model pembelajaran Mind Mapping pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas

  V. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada tes menulis pada pembelajaran Bahas Indonesia kelas V SD Negeri 14 Pontianak Kota tahun ajaran 2011/2012, dengan standar kompetensi mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas rata-rata 65,38 sedangkan standar KKM nya adalah 7.00. Vol 2, No 12 (2013) >Purnama

  Dari dua penelitian terdahulu, dapat dilihat perbedaan yang cukup jelas, diantaranya oleh Rahayu Syarief, dengan judul penelitian Penerapan Model

  

Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar

pada Materi Susunan Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas IV Sekolah dilihat dari nilai rata-rata pada tes menulis pada pembelajaran Bahas Indonesia kelas V SD Negeri 14 Pontianak Kota tahun ajaran 2011/2012,. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran Mind Mapping dapat membantu proses belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian lagi dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini, dengan penelitian- penelitian terdahulu. Perbedaan pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa sekolah yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subyek didik, merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Situasi sekolah yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, demikian juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu berkontribusi terhadap hasil belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih subyek penelitian yaitu siswa kelas IV di SD Negeri Blotongan 02, Kec. Sidorejo tahun pelajaran 2016/2017.

2.3 Kerangka Pikir

  Dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional, sehingga siswa merasa jenuh, bosan dan tidak paham dengan pembelajaran yang sudah diajarkan. Dengan cara mengajar yang seperti itulah menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tidak maksimal, tidak sesuai dengan harapan, dan tidak mencapai KKM. Oleh karena itu, sebagai seorang guru perlu adanya perubahan cara dan gaya mengajar untuk meningkatkan minat belajar siswa, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang mencapai KKM dan sesuai dengan yang diharapkan.

  Dengan melibatkan siswa dalam kelompok, mereka dapat saling berkerjasama dalam menemukan dan menjawab soal, dan dengan belajar dengan teman sekelompok diharapkan siswa paham dengan materi yang diajarkan dan mampu

  Hasil Belajar

  siswa Rendah. Proses Belajar Mengajar.

  Pembelajaran Konvensional: siswa cenderung bosan dan tidak paham.

  Penerapan model pembelajaran

  Mind Mapping .

  Hasil belajar siswa meningkat

  Pembelajaran dengan Mind Mapping:  Guru memberikan kertas kosong dan meminta siswa membuat Mind

  Mapping dengan menggambar dan menulis gagasan/topik yang diletakkan ditengah kertas.

   Membimbing siswa membuat cabang utama yang berisi topik/gagasan utama/kata kunci.  Membuat cabang tingkat 2,3,4,..dst yang kemudian dihubungkan dengan cabang utama sebagai pusat.  Dari setiap garis cabang yang dibuat, siswa menulis kata kunci tunggal sebagai penjelas. Dengan pembelajaran yang konvensional siswa cenderung bosan tidak paham, sehingga hasil belajar rendah. Oleh karena itu, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, diharapkan dengan model ini siswa paham dengan materi yang dibahas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran Mind Mapping sesuai dengan sintaks, diduga dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas 4 di SD Negeri Blotongan 02, Kec. Sidorejo tahun pelajaran 2016/2017.

2. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping diduga dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Kec.

  Sidorejo tahun pelajaran 2016/2017.