25 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Pengantar
BAB IV
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN4.1 Pengantar
Tak Kenal maka Tak Sayang, kondisi suatu tempat tidak akan diketahui manakala belum tempat tersebut. Bab ini akan menjelaskan sekilas tentang kondisi tempat penelitian yaitu Rawa Pening mengenai asal usulnya, lingkungan fisik, biotis dan Desa Kesongo secara umum.
4.2 Rawa Pening
Rawa Pening merupakan danau yang dibentuk oleh pergeseran lapisan bumi (Goltenboth, Timotius, Milan, & Margraf, 2012). Fungsi utama danau (Rawa Pening) dalam lingkungan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1 Penampungan aliran air dari sekitar daerah tangkapan.
2 Habitat bagi flora dan fauna spesifik dan karena itu sebagai bagian dari sistem keanekaragaman hayati dan proteksi gen.
3 Sumber pendayagunaan bagi manusia seperti ikan, kerang, udang, burung, dan tumbuhan air. Selanjutnya untuk irigasi tenaga air, rekreasi dankebutuhan rumah tangga. (Goltenboth, Timotius, Milan, & Margraf, 2012).
4.2.1 Asal usul Rawa Pening
Nama Pening sendiri berasal dari kata Ngepen yang berarti serius (sungguh- sungguh, tidak setengah hati) dan Wening yang berarti tenang (bersih, transparan, rukun) (Sutarwi, 2008). Cerita asal usul Rawa Pening terdapat dua versi yaitu cerita rakyat dan keadaan geologi.
Versi Cerita Rakyat meminjami sebuah pisau seking (pusaka) kepada Endang/pelayang (Ari Wulan) dengan pesan bahwa pisau tersebut tidak boleh ditaruh di atas pangkuan. Karena kesibukan mempersiapkan acara, Ari Wulan melanggar pesan tersebut sehingga mengandung. Ki Hajar terkejut mendengar kejadian itu dan merasa malu, untuk itu beliau memutuskan untuk meninggalkan percandian untuk bertapa di gua pereng Kuning di lereng Gunung Telomoyo dan sebelum pergi beliau berpesan apabila bayi itu lahir hendakny diberi nama Baru Klinthing. Setelah Baru
Klinthing lahir dan bertumbuh besar kemudian dia mencari ayahnya ke arah
selatan yaitu Bandungan lalu ke timur arah Ambarawa (ambah berarti melalui rawa) kemudian keluar rawa di Desa Ngentasan (mentas berarti keluar dari rawa) dan langsung ke gua Pereng Kuning. Setelah bertemu ayahnya, dia diberi syarat untuk melingkari Gunung Merbabu agar diakui sebagai anak. Namun sayang ketika Baru Klinthing akan berhasil dengan cara menjulurkan lidah, lidahnya dipotong oleh Ki Hajar dan potongan lidah itu menjadi sebuah tombak. Karena tidak bisa memenuhi janjinya, Baru Klinthing diharuskan bertapa di Watu Tinat. Setelah sekian lama ada sekelompok laki-laki berburu untuk keperluan pesta di Desa Mulwopati (yang terletak di tengah rawa pening), karena belum juga mendapatkan buruan mereka istirahat di watu tinat sembari memakan sirih, tanpa sengaja salah seorang membelah sirih beralas akar dan keluar darah yang ternyata akar itu adalah badan ular alias Baru Klinthing, daging ular pun dibawa daripada tidak membawa hasil buruan untuk pesta. Setelah dopotong-potong, Baru
Klinthing tidak mati namun rohnya menjelma menjadi anak kecil yang abnormal,
jelek, kerdil, dan borok bernama Joko Badung. Saat pesta berlangsung, Joko Badung datang namun selalu diusik oleh anak-anak dan orang tua. Hanya ada seorang yang berbaik hati menerima Joko Badung, yaitu Nyai Randa Lembah.
Untuk membalas kebaikannya, Joko Badung berpesan apabila nanti ada keributan mengatakan, “dia bersedia pergi jika ada orang yang sanggup mencabutnya”. Ternyata tidak ada seorang pun yang sanggup mencabutnya, kemudia Joko badung sendiri yang mencabut lidi tersebut. Terjadilah keajaiban, dari bekas lidi tersebut keluarlah air yang makin lama makin deras sehingga menimbulkan banjir. Sebagai akhir tragedi pembalasan sakit hati itu, tergenanglah seluruh desa oleh air dan berubah tempat itu menjadi rawa, jadilah Rawa Pening. Hari terjadinya Rawa Pening adalah hari Selasa Kliwon (Sutarwi, 2008).
Masyarakat di sekitar Rawa Pening masih meyakini bahwa hari selasa kliwon adalah hari keramat dan dipantangkan untuk mencari ikan pada hari itu. Ular di Rawa Pening masih dianggap sebagai penjelmaan tubuh Baru Klinthing, ular ini dapat menandakan hari sial dalam mencari ikan. Kalau akan mencari ikan dan bertemu ular, masyarakat akan mengurungkan niatnya, bila tidak maka mereka tidak akan mendapatkan ikan (Sutarwi,2008).
Versi Keadaan Geologi
J. Van Bemellen seorang ahli geologi Belanda mengemukakan dalam grand
master penelitiannya 1934-1942 bahwa Rawa Pening merupakan danau tektonik
yang terbentuk dari cekungan yang terjadi dar efek gravitasi pada daerah depresi tektonik yang terletak di antara Gunung Telomoyo dan Pegunungan Payungrong. Gunung Telomoyo purba (Gunung Soropati) sobek dan menghasilkan sesar. Pada masa pra-sejarah dalam kurun waktu yang lama, bagian sisi sebelah timur Gunung Soropati bergeser ke timur laut mengakibatkan daerah antara Gunung Telomoyo dan Payungrong mengalami depresi sehingga kaki dasarnya patah dan terlipat membentuk cekungan tektonik yang kemudian terisi oleh air aquifer dan hujan (PSDA Prov. Jateng, 2003 dalam Sutarwi, 2008).
4.2.2 Lingkungan Abiotis (Air Rawa Pening)
Sumber daya utama yang dimiliki oleh Rawa Pening adalah air. Air di Rawa
Segmen DAS Tuntang yang bermuara di Laut Jawa dan memiliki hulu di Rawa Pening. Sub DAS Rawa Pening terdiri dari waduk alam (inti danau) Rawa Pening dan Sub sub DAS Rawa Pening yang bermuara di Rawa Pening dengan daerah tangkapan air seluas 250,79 km
6. Sraten 290,49
Air Rawa Pening selain di disuplai oleh 9 sungai juga disuplai oleh 2 mata air yaitu mata air Muncul 2.800 lt/dt dan Rawa Pening 7.500 lt/dt. Beratnya laju erosi dari sungai yang menyuplai air ke Rawa Pening ikut andil dalam proses sedimentasi Rawa Pening karena semua sungai yang bermuara ke Rawa Pening membawa bahan sedimentasi dari erosi. Kualitas air di Rawa Pening dapat dilihat melalui status trofiknya (Leitao, 2012 dalam Zulfia & Aisyah, 2013). Dilihat dari
IV Berat - -
Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber dalam Sutarwi, 2008
20 Timur Rata-rata 188,37
II Ringan
9. Ringis 17,84
II Ringan 97,0 Utara
8. Rengas 29,15
58 Timur
III Sedang
7. Kedungringin 78,47
35 Timur
IV Berat
III Sedang 303,5 Utara
2
5. Panjang 73,37
III Sedang 156 Barat
4. Torong 115,72
IV Berat 7.666 Barat
3. Galeh 303,75
IV Berat 325 Selatan
2. Parat 381,27
IV Berat 27,0 Selatan
1. Legi 405,23
Letak dari Rawa Pening
(ton/ha/th) Kelas Kategogi Debit (lt/dt)
Tabel.4.1.Kondisi Sub sub DAS Rawa Pening
No. Sub sub DAS Laju Erosiyang meliputi wilayah kabupaten Semarang dan sebagian wilayah kota Salatiga (Sutarwi, 2008)
nilai kecerahan dan nitrat, perairan Rawa Pening tergolong dalam perairan
eutrofik hingga hyper-eutrofik. Sementara nilai fosfat dan klorofil-a
menggolongkan danau ini ke dalam tipe perairan mesotrofik (Zulfia & Aisyah,
detergen, limbah pertanian terutama penggunaan pupuk anorganik, limbah
industri) dari kegiatan masyarakat di sekitar aliran sungai yang bermuara di Rawa
Pening. Pada tahun 2016 eceng gondok menutup hampir 47 persen dari luasan Rawa Pening (dari 2.670 ha menjadi 1.850,10 ha) sehingga terjadi pendangkalan serius (Tempo, 19-02-2017). Namun disisi lain dengan menurunnya kualitas lingkungan Rawa Pening ada manfaat yang bisa diambil oleh masyarakat sekitar, yaitu adanya pengambilan gambut digunakan untuk budidaya jamur maupun kom- pos (Abimanyu, Banowati, & Aji, 2016).
4.2.3 Lingkungan Biotis Ikan
Vass et al (1949) dalam Gonltenboth & Kristyanto (1994) mengemukaan bahwa fauna ikan di Rawa Pening tercatat 26 jenis, baik jenis asli maupun introduksi, dan telah diteliti sejak 1930-an. Jenis-jenis ikan yang asli dengan nama lokan lokal adalah ikan Kepala Timah, Tambakan, Gabus, Jeler, Wader Pari, Nilem, Kembo, Seribu, dan Sili. Sedangkan jenis-jenis ikan introduksi adalah ikan Betok, Lele Gunung, Sepat Siam, Sepat Rawa, Mujair, Nila Merah, Nila Hitam, Lele, Karper, Tambra Mas, Tawes, Wader Atos, Wader Abang, Mola, Koan, Gurami, dan Belut
Tumbuhan Air
Saat ini fungsi Rawa Pening ternggangu dengan adanya pertumbuhan gulma air yang sangat cepat yaitu Eceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms). Dalam jumlah sedikit eceng gondok bermanfaat untuk menyerap pencemar kualitas air dan tempat berlindung berbagai spesies ikan, namun karena jumlahnya yang sudah terlalu banyak sehingga mengganggu fungsi Rawa Pening sebagaimana mestinya. Gulma air lainnya yang terdapat di danau Rawa Pening adalah Katepan (Salvinia cucculata dan Salvania molesta), serta ganggang rante (Hydrrilla
4.3 Desa Kesongo
Desa Kesongo memiliki luas wilayah sebesar 426.428 Ha. terdiri dari 7 ( tujuh ) Dusun, 47 ( empat puluh tujuh ) RT ,dan 8 ( delapan ) RW. 7 Dusun tersebut adalah :
1 Dusun Krajan : Wilayah RW 01 terdiri dari 9 RT
2 Dusun Ngentaksari : Wilayah RW 02 terdiri dari 7 RT
3 Dusun Kesongo lor : Wilayah RW 03 terdiri dari 4 RT
4 Dusun Ngreco : Wilayah RW 04 terdiri dari 4 RT
5 Dusun Sejambu : Wilayah RW 05 terdiri dari 6 RT
6 Dusun Widoro : Wilayah RW 06 terdiri dari 7 RT
7 Dusun Banjaran : Wilayah RW 07 terdiri dari 6 RT Wilayah RW 08 terdiri dari 4 RT
Desa Kesongo memiliki batas-batas wilayah yaitu :
- Sebelah Utara : Desa Lopait - Sebelah Selatan : Desa Candirejo - Sebelah Barat : Rawa Pening - Sebelah Timur : Kelurahan Blotongan Kodya Salatiga Letak Desa Kesongo terbelah dengan jalan raya Provinsi (Semarang
- –Solo), sebelah barat pemukiman dan lahan tanah basah, sedangkan sebeleh timur pemukiman dan lahan tanah kering (tegalan). Ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 475.675 mdpl (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa , 2016).
Jumlah penduduk Desa Kesongo sampai akhir tahun 2015 adalah 6769 orang. Jumlah Kepala Keluarga Desa Kesongo sampai akhir tahun 2015 adalah 1988 KK. Berikut ini adalah gambaran jumlah penduduk di Desa Kesongo menurut kelompok umur pada tahun 2015.
Tabel.4.2.Penduduk Desa Kesongo Menurut kelompok Umur pada Tahun 2015
No. Kelompok Umur (tahun) Jenis Kelamin (orang) Jumlah (orang) L P1 0 - 4 248 250 498 2 5 - 9 286 283 569 3 10 - 14 286 301 587
4
15
- – 19 321 293 614 5 20 - 24 286 305 591 6 25 - 29 314 313 627 7 30 - 34 294 268 562 8 35 - 39 246 238 484 9 40 - 44 244 235 479 10 45 - 49 189 221 410 11 50 - 54 191 191 382 12 55 - 59 145 131 276 13 60 - 64 112 116 228 14 65 - 69
61 94 155 15 70 - 74 57 82 139 16 75 < 80 88 168
Jumlah 3360 3409 6769
Sumber: Kecamatan Tuntang dalam Angka 2016 (BPS, 2016)
Menurut Badan Pusat Statistik usia produktif adalah mereka yang berada pada rentang usia 15 sampai 64 tahun. Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk usia produktif di Desa Kesongo pada tahun 2015 berjumlah 4.653 orang atau sekitar 68,74% dari total jumlah penduduk. Namun tidak semua usia produktif memiliki lapangan usaha. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel lapangan usaha di Desa Kesongo pada tahun 2015.
Tabel.4.3.Lapangan Usaha di Desa Kesongo pada tahun 2015
Sumber: Kecamatan Tuntang dalam Angka 2016 (BPS, 2016)
10. Konstruksi 123
19. Lainnya 116
18. Jasa Kemasyarakatan, Pemerintah, & Perorangan 350
18
17. Jasa Kesehatan
71
16. Jasa Pendidikan
21
15. Keuangan & Asuransi
14. Informasi & Komunikasi 120
13. Transportasi & Pergudangan 137
66
12. Hotel/Rumah Makan
11. Perdagangan 652
19
Jumlah penduduk yang berusia produktif sebanyak 4653 orang dan jumlah orang yang memiliki lapangan usaha sebanyak 3128 orang dari total jumlah penduduk. Dapat dilihat bahwa dari jumlah total penduduk yaitu 6769 orang yang berada dalam usia poduktif sebanyak 68,74% dan yang memiliki lapangan usaha sebanyak 46,21%. Dari data diatas juga dapat dilihat jumlah serapan tenaga kerja, berikut ini adalah jumlah serapan tenaga kerja dari lapangan usaha.
9. Listrik/Gas
8. Industri 496
9
7. Penambangan/Galian
51
6. Kehutanan
63
5. Peternakan
4. Perikanan 300
8
3. Perkebunan
2. Hortikultura
1. Tanaman Pangan 510
No. Lapangan Usaha Jumlah (orang)
3128 Jumlah
Tabel.4.4.Lapangan Usaha yang Paling Banyak Menyerap Tenaga Kerja
No. Serapan Tenaga Kerja Jumlah Pesen
Jumlah Penduduk 6769 100%
Rasio Pekerja Terhadap Penduduk 3128 46,21%
Empat Sektor yang Dominan
1. Pertanian 933 29,80%
2. Industri 497 15,86%
3. Perdagangan 653 20,84%
4. Jasa 434 13,87%
5. Lainnya 611 19,53%
Jumlah 3128 100%Sumber: Kecamatan Tuntang dalam Angka 2016 (BPS, 2016)
Dari tabel ditas dapat dilihat bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Kesongo adalah di bidang pertanian yaitu pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan). Hal ini karena letak Geografis Desa Kesongo yang berbatasan langsung dengan Rawa Pening.
Kondisi tersebut secara tidak langsung menggambarkan tentang bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga atau kesejahteraan suatu keluarga. Dari data yang ada kondisi ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari tahapan keluarga sejahtera. Berikut ini adalah data pendukung mengenai hasil pentahapan keluarga sejahtera di Desa Kesongo pada tahun 2015.
Tabel.4.5.Hasil Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Kesongo tahun 2015
No. Tahap Keluarga Jumlah Persen
1. Pra KS 573 30,16%
2. KS I 351 18,47%
3. KS II 357 18,79%
4. KS III 610 32,11%
5. KS III plus 9 0,47% Jumlah 1900 100%
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator ”kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS
III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus. (BKKBN, 2011)
4.4 Catatan Penutup
Setelah mengetahui kondisi Lingkunga Rawa Pening dan Desa Kesongo secara umum, pada bab selanjutnya akan diuraikan tentang bagaimana penduduk Desa Kesongo “Bersanding dengan Rawa Pening” khususnya yang bermata pencaharian utama sebagai petani padi karena lokasi sawahnya begitu dekat atau bahkan berbatasan langsung dengan Rawa Pening. Seperti ke bukit sama didaki, ke laut sama direnangi yaitu memiliki hubungan yang erat. Begitu juga dengan petani padi di Desa Kesongo yang memiliki hubungan dengan Rawa Pening dalam kegiatan berusaha taninya.