PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI KELAS VIII SMP

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

TERHADAP KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN

SENI TARI KELAS VIII SMP

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

WELLA HELMIATI

  

NIM F06112003

PROGRAM PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2016

  

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

TERHADAP KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN

SENI TARI KELAS VIII SMP

Wella Helmiati, Aloysius Mering, Imma Fretisari

  Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak

  

Email: wellahelmiatii@yahoo.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh

  model pembelajaran berbasis proyek terhadap kreativitas siswa kelas VIII SMPN

  23 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni dengan menggunakan desain penelitian pretest-posttest control group desain. Sampel penelitian ini adalah kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen. Hasil kreativitas siswa yang diperoleh saat pretest untuk kelas eksperimen nilai rata-rata siswa sebesar 35, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas kontrol yaitu 33,93. Hasil kreativitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan perlakuan pembelajaran berbasis proyek pada siswa kelas eksperimen, yakni nilai rata-rata siswa saat posttest mencapai 70,89. Adapun hasil kreativitas siswa kelas kontrol mengalami peningkatan, tetapi tidak signifikan seperti halnya kelas eksperimen, yakni dengan diperolehnya nilai rata-rata saat posttest sebesar 58,93. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kreativitas siswa pada pembelajaran seni tari kelas VIII SMPN 23 Pontianak.

  

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, Kreativitas Siswa, Pembelajaran

Seni Tari

Abstract: This research has purpose to know the influence of Project Based

  Learning to the students’ creativity. The subject of research are eight grade students of SMPN 23 Pontianak. The reaseach method is experimental study wich use pretest-posttest control group design. There were VIII A students as the control group and VIII B as the experim ent group. At pretest, the average score of students’ creativity of experiment group was 35, meanwhile control group get 33,93. After the researcher gave the treatment to the experiment group by using Project Based Learning, the score improve significantly, that is 70,89. On the other hand, control group also got improvement, but not significantly enough, with the posttest score is 53,93. Based on the data analyse, it can be concluded that Project Based Learning has the significant influence to the students ’ creativity of SMPN 23 Pontianak.

  

Keyword: Project Based Learning, Students’s Creativity, Learning The Art of

Dancing

  embelajaran merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terstruktur dalam rangka membelajarkan siswa. Menurut Hamalik (dalam Jihad dan Haris, 2012:12),

  “Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan kondisi

  P

  belajar bagi peserta didik ”, sedangkan menurut Usman (dalam Jihad dan Haris,

  2012:12) menyatakan , “Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu ”. Guna mencapai tujuan pembelajaran, guru harus memahami kondisi dan kebutuhan yang diperlukan siswa saat pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran selalu menuntut guru kreatif dalam memenuhi kebutuhan dan perkembangan siswa sebab akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Satu di antara komponen dari keberhasilan pembelajaran adalah guru harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang mendukung materi pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian serta prestasi belajar peserta didik (Priansa dan Setiani, 2015:150). Maka, penerapan model pembelajaran adalah suatu hal yang penting untuk merangsang siswa mengikuti pembelajaran serta merupakan suatu hal yang berpengaruh dalam mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Satu di antara model pembelajaran yang dapat menghasilkan siswa yang aktif, kreatif serta mandiri adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek.

  Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media (Daryanto, 2014:23). Selain itu, Thomas (dalam Priansa dan Setiani, 2015:168) menyatakan bahwa “Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek menurut Daryanto (2014:27) antara lain 1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start

  

with the Essential Question); 2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for

the Project ); 3) Menyusun jadwal (create a schedule); 4) Memonitor peserta didik

  dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the project); 5) Menguji hasil (asess the outcome); 6) Mengevaluasi pengalaman (evaluate the

  

experience ). Model pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan untuk seluruh

mata pelajaran, termasuk mata pelajaran seni budaya.

  Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari siswa Sekolah Menengah Pertama. Salah satu bidang seni yang dipelajari adalah seni tari. Selain untuk mengenalkan dan mengasah potensi yang dimiliki siswa dalam bidang tari, pembelajaran seni tari juga merupakan pembelajaran yang memotivasi, membantu, mengarahkan serta membimbing siswa untuk kreatif dalam berseni, khususnya berkarya tari. Margaret H,Doubler (dalam Masunah dan Narawati, 2003:248) menyatakan bahwa tari di sekolah umum juga merupakan satu alat untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk mengalami kontribusinya dari tari dalam mengembangkan pribadinya dan pertumbuhan kepekaan artistik secara ilmiah.

  Hasil observasi menunjukkan adanya permasalahan yang muncul saat pembelajaran yaitu respon siswa tampak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dilihat dari kurangnya keseriusan siswa dalam memeragakan gerak. Metode konvensional yang diterapkan guru ditiap minggunya serta materi yang hampir sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu mengenai imitasi gerak pada hampir setiap pertemuan pada pembelajaran seni tari memungkinkan membuat siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa lebih tampak sibuk sendiri saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kepada guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas

  VIII, siswa sudah pernah diajarkan untuk melakukan modifikasi gerak, tetapi menurut pengamatan guru tersebut, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya antusias siswa untuk tampil di depan kelas untuk menunjukkan hasil kreativitasnya dalam memodifikasi gerak tari.

  Kreativitas merupakan potensi atau bakat dalam diri siswa yang harus dikembangkan dan diasah dengan cara dilatih dan dibimbing oleh guru. Menurut Latuconsina (2014:65) bahwa mendorong siswa untuk memunculkan rasa ingin tahu (kuriositas) yang tinggi dan mengasah imajinasi dan kreasi mereka merupakan bentuk perlakuan yang dapat mendorong munculnya kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Tanpa dibimbing dan dilatih, potensi atau bakat akan sulit muncul (tampak). Apresiasi siswa dalam mempelajari tari bukan hanya dapat dilihat dari kegiatan mengimitasi gerak, akan tetapi juga dapat terlihat pada kegiatan mengembangkan kreativitas siswa dalam menari. Kegiatan mengembangkan kreativitas tari. Berkreativitas dengan memodifikasi gerak dasar tari dapat dijadikan materi untuk melihat apresiasi siswa terhadap seni tari. Memodifikasi gerak tari berpasangan/kelompok nusantara merupakan salah satu upaya untuk mengarahkan peserta didik untuk kreatif serta mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, khususnya pada bidang seni tari.

  Hawkins (2003:3) menyatakan bahwa “Kreativitas tidak dihasilkan oleh adanya peniruan, persesuaian, atau percocokan terhadap pola- pola yang telah dibuat sebelumnya”. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berkreativitas adalah sebuah pembaharuan dari pola-pola yang telah ada sebelumnya, bukan meniru karya yang sudah pernah diciptakan. Memodifikasi gerak juga merupakan materi pembelajaran berbentuk praktek yang dapat pula mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga tampak siswa lebih aktif dan kreatif saat pembelajaran berlangsung.

  Model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan alternatif pada pembelajaran dengan materi berupa praktik. Seperti yang dikemukakan oleh Daryanto (2014:25), bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Model. pembelajaran berbasis proyek juga merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa kearah produktif (Sutirman, 2013.45). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap kreativitas siswa kelas VIII SMPN 23 Pontianak.

  METODE

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan menggunakan desain penelitian pretest-posttest control group design (Sugiyono, 2015:114). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN 23 Pontianak tahun pelajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A dan VIII B yang berjumlah 56 orang. Kelas VIII A sebagai sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi langsung dan teknik pengukuran berupa tes perbuatan yakni tes praktik (pretest-posttest) untuk mengukur kreativitas siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi daftar cek (checklist), skala penilaian (rating scale), dan soal tes yang telah divalidasi oleh lima orang validator, yaitu satu orang dosen Prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik Universitas Tanjungpura, dua orang guru Seni Budaya dan Keterampilan, dan dua orang alumni Prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik Universitas Tanjungpura dengan hasil validasi bahwa instrumen penelitian yang digunakan valid. Selain itu, setelah dilakukan perhitungan reliabilitas intrumen penelitian, dinyatakan pula bahwa instrumen reliabel, dengan tingkat realibilitas yang tergolong tinggi yakni koefisien reliabilitas sebesar 0,92.

  Hasil pretest dianalisis dengan langkah sebagai berikut: pemberian skor sesuai dengan pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan uji chi square, uji homogenitas menggunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji t. Hasil posttest dianalisis dengan langkah sebagai berikut: pemberian skor sesuai dengan pedoman penskoran, uji normalitas menggunakan uji chi square, uji homogenitas menggunakan uji F. Hasil posttest menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan data bersifat homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji t. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan penelitian, 3) Tahap akhir.

  Tahap Persiapan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) Melakukan observasi (pra riset) ke SMPN 23 Pontianak yaitu melakukan observasi pada saat pembelajaran seni budaya berlangsung; (2) Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kelas VIII tentang pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan; (3) Melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kelas VIII; (4) Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi-kisi tes, soal pretest, soal posttest, angket pengalaman menari siswa, lembar observasi, serta menyiapkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (5) Melakukan validasi instrument penelitian; (6) Melakukan revisi instrumen penelitian.

  Tahap Pelaksanaan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) Menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan simple random sampling; (2) Memberikan pretest untuk melihat keadaan awal siswa; (3) Menganalisis data hasil pretest; (4) Melaksanakan pembelajaran seni budaya dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran seni tari untuk kelas eksperimen dan menerapkan pembelajaran konvensional pada pembelajaran seni tari untuk kelas kontrol sebanyak 2 kali pertemuan; (5) Memberikan posttest; (6) Menganalisis data hasil mengguanakan uji T untuk melihat seberapa besar pengaruh model

  posttest pembelajaran berbasis proyek terhadap kreativitas siswa.

  Tahap Akhir

  Pelaporan hasil penelitian yang meliputi kegiatan menganalisis data (mengelola data yang diperoleh dari hasil tes dengan uji statistik yang sesuai) kemudian membuat kesimpulan dan menyusun laporan penelitian.

  HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian

  Sampel pada penelitian ini terdiri atas 2 kelas yaitu kelas VIII A (kelas kontrol) dan kelas VIII B (kelas eksperimen). Pada kelas kontrol, siswa diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi langsung dan teknik pengukuran berupa tes perbuatan yakni tes praktik (pretest-posttest) untuk mengukur kreativitas siswa. Hasil pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

  Tabel 1 Hasil Pretest dan Posttest Kreativitas Siswa Kelas Kelas Kontrol Eksperimen Skor SD SD ̅ ̅

  Pretest 35 9,85 33,93 8,86

Posttest 70,89 6,95 58,93 5,88

  Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kreativitas siswa pada saat

  

pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda (tidak berbeda

  secara signifikan). Namun setelah diberikan perlakuan yang berbeda, nilai kreativitas siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan. Nilai kreativitas siswa pada saat posttest untuk kelas eksperimen mencpai 70,89 dengan standar deviasi sebesar 6,95. Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang memperoleh nilai 58,93 dengan standar deviasi sebesar 5,88. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kreativitas siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi daripada kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Rekapitulasi nilai kreativitas siswa setelah diberikan perlakuan disajikan pada Tabel 2 berikut:

   Tabel 2 Rekapitulasi Nilai Kreativitas Siswa Aspek Kelas Eksperimen Kontrol Skor posttest tertinggi

  87

  68 Skor posttest terendah

  58

  48 Nilai rata-rata posttest 70,89 58,93 Jumlah Siswa Kategori Sangat Kreatif (Nilai 4 ≥ 80) Jumlah Siswa Kategori Kreatif (Nilai 60

  20

  13

  • – 79)

  4

  15 59)

  • – Jumlah Siswa Kategori Cukup Kreatif (Nilai 40
  • – Jumlah Siswa Kategori Kurang Kreatif (Nilai 20 39) Jumlah Siswa Kategori Sangat Kurang Kreatif (Nilai 0 -19)

  Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai kreativitas siswa pada saat

  

posttest untuk kelas ekperimen lebih banyak yang menunjukkan kategori sanggat

  kreatif dan kategori kreatif dibandingkan dengan kelas kontrol. Berbeda halnya dengan kelas kontrol, kategori yang lebih banyak diperoleh siswa antara lain adalah kategori kreatif dan cukup kreatif. Hal ini terkait dengan berbedanya perlakuan yang diberikan pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas ekperimen dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek, sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran konvensional.

  Pembahasan Penelitian

  Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 26 April 2016 sampai tanggal 24 Mei 2016 pada kelas VIII SMP Negeri 23 Pontianak. Adapun kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Penelitian yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan pertama dan kedua yaitu 2x40 menit.

  Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen terdiri dari 6 tahap, yaitu (1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question), guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai unsur gerak tari; (2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project), guru dan siswa mendesain dan menyepakati perencanaan proyek; (3) Menyusun jadwal (create a schedule), guru dan siswa menyusun jadwal pengerjaan proyek; (4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the project), guru sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa saat pengerjaan proyek (latihan memodifikasi gerak tari); (5) Menguji hasil (asess the outcome), siswa menampilkan hasil kreativitasnya dalam memodifikasi gerak tari secara individu dan kelompok; (6) Mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience), siswa menceritakan pengalaman yang dirasakan siswa selama mengerjakan proyek.

  Tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil kreativitas siswa. Pengaruh tersebut ditunjukkan dari perbedaan nilai kreativitas siswa pada kelas ekperimen yang memperoleh nilai lebih tinggi daripada kelas kontrol. Tahapan yang paling berkontribusi serta mempengaruhi proses serta hasil kreativitas siswa yaitu pada tahap monitor the students and the progress of the project dan tahap

  

evaluate the experience. Pada tahap monitor the students and the progress of the secara individu maupun secara kelompok. Guru dalam hal ini sebagai motivator dan fasilitator yang siap membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memodifikasi gerak. Pada tahap evaluate the experience, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi pengalaman selama proses latihan secara individu maupun kelompok. Melalui tahapan-tahapan tersebut, siswa termotivasi untuk berusaha mengembangkan kreativitas yang dimilikinya melalui tugas proyek yang diberikan. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Moursund (dalam Sutirman, 2013:45) mengenai kelebihan model pembelajaran berbasis proyek, yang di antaranya yaitu dapat meningkatkan motivasi; meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; meningkatkan kemampuan kolaborasi; serta meningkatkan keterampilan manajemen sumber daya.

  Pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dimulai dengan guru memberikan penjelasan secara lengkap mengenai modifikasi gerak tari. Setelah guru menjelaskan, siswa diberikan kesempatan bertanya mengenai penjelasan yang belum dipahami siswa. Kemudian guru kesempatan kepada siswa untuk latihan dalam waktu yang ditentukan. Siswa secara mandiri melakukan latihan yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Setelah waktu latihan berakhir, guru siswa meminta siswa tampil di depan kelas untuk menunjukkan hasil kreativitasnya dalam memodifikasi gerak tari.

  Nilai kreativitas siswa diperoleh berdasarkan gerak hasil modifikasi yang ditampilkannya di depan kelas. Nilai tersebut merupakan hasil penggabungan dari pengambilan nilai yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Kreativitas siswa dibagi menjadi lima kategori, yaitu kategori sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif, kurang kreatif dan sangat kurang kreatif. Nilai kreativitas siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

  Tabel 3 Nilai Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

  Pretest Posttest Pretest Posttest Nilai Rata-rata 35 70,89 33,93 58,93 Jumlah Siswa Kategori Sangat

  4 Kreatif (Nilai ≥ 80) Jumlah Siswa Kategori Kreatif

  20

  13 (Nilai 60

  • – 79) Jumlah Siswa Kategori Cukup

  

9

  4

  8

  15 Kreatif (Nilai 40

  • – 59) Jumlah Siswa Kategori Kurang

  

18

  16 Kreatif (Nilai 20

  • – 39) Jumlah Siswa Kategori Sangat

  

1

  4 Kurang Kreatif (Nilai 0 -19)

  Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai rata-rata kreativitas siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sebelum diberikan perlakuan, nilai kreativitas siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan, kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar 35 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai 33,93. Nilai kreativitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan perlakuan model pembelajaran berbasis proyek pada kelas eksperimen, yaitu nilai yang diperoleh menjadi 70,89. Nilai kreativitas siswa tidak mengalami peningkatan yang signifikan untuk kelas kontrol yang saat pembelajaran diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Nilai kreativitas siswa yang diperoleh setelah diajarkan dengan pembelajaran konvensional hanya meningkat menjadi 58,93. Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan atau penerapan model pembelajaran, siswa untuk kedua kelas didominasi oleh siswa dengan kategori kurang kreatif, sedangkan setelah diberikan perlakuan atau penerapan masing-masing model pembelajaran, siswa kelas eksperimen didominasi dengan kategori kreatif, sedangkan siswa kelas kontrol didominasi oleh kategori cukup kreatif.

  Nilai kreativitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami perbedaan yang sigifikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pada proses pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen, siswa diberikan motivasi yang lebih saat dilakukannya proses berkreativitas tari dengan memfasilitasi siswa untuk mudah bertanya mengenai hal- hal yang kurang dimengerti siswa. Guru memonitor siswa dengan mengamati satu per satu saat siswa berproses secara individu dengan maupun secara kelompok. Kegiatan memonitor siswa tersebut dilakukan pada tahap monitor the students and

  

the progress of the project. Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang diberikan

  waktu untuk latihan secara mandiri dan guru hanya memonitor siswa secara umum saat berproses kreatif. Tahap evaluate the experience pada kelas eksperimen memberikan kesempatan bagi siswa untuk menceritakan pengalaman mereka saat dilakukannya proses kreatif selama latihan. Melalui cerita dan pengalaman, masing- masing siswa belajar memperbaiki kekurangan dan mengatasi kesulitan yang dialaminya saat berproses kreatif. Tahap ini tidak diberikan untuk kelas kontrol. Kegiatan yang dilakukan pada kelas kontrol setelah menguji hasil latihan mereka, guru menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi secara umum, kemudian langsung menutup pembelajaran.

  Kreativitas siswa dalam memodifikasi gerak tari dinilai melalui kegiatan dan posttest. Kegiatan pretest dilakukan untuk melihat kemampuan awal

  pretest

  siswa, sedangkan kegiatan posttest dilakukan untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Nilai kreativitas siswa dalam memodifikasi gerak tari dibagi menjadi lima kategori. Kategori kreativitas siswa meliputi kategori sangat kreatif, kreatif, cukup kreatif, kurang kreatif dan sangat kurang kreatif. Data kreativitas yang ditunjukkan siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan pada pembelajaran kelas eksperimen disajikan pula dalam bentuk dagram. Hasil pretest kreativitas siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada diagram persentase berikut:

Pre-test Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen

  Sangat kurang Cukup kreatif kreatif 32%

  Kreatif 4% 0% Kurang

  Sangat kreatif kreatif 0% 64%

  Sangat kreatif Kreatif Cukup kreatif Kurang kreatif Sangat kurang kreatif Diagram 1

  

Hasil Pretest Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen

  Berdasarkan Diagram 1 diketahui bahwa kreativitas siswa kelas eksperimen memperoleh persentase kategori sangat kreatif sebesar 0%, kategori kreatif sebesar 0%, kategori cukup kreatif sebesar 32%, kategori kurang kreatif sebesar 64%, serta kategori sangat kurang kreatif sebesar 4%. Persentase tersebut menunjukkan pula bahwa kreativitas siswa pada kelas eksperimen dengan kategori kurang kreatif lebih dominan diantara yang lainnya saat pretest dilakukan. Berikutnya untuk hasil

  

posttest kreativitas siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada diagram persentase

  berikut:

  

Post-test Kreativitas Siswa

Cukup

Kelas Eksperimen Sangat kreatif

  kreatif 14% 14% Kurang

  Sangat kreatif kurang kreatif 0%

  0% Kreatif 72%

  

Sangat kreatif Kreatif Cukup kreatif

Kurang kreatif Sangat kurang kreatif Diagram 2

  

Hasil Posttest Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen

  Berdasarkan Diagram 2, terlihat bahwa kreativitas siswa kelas eksperimen memperoleh persentase kategori sangat kreatif sebesar 14%, kategori kreatif sebesar 72%, kategori cukup kreatif sebesar 14%, kategori kurang kreatif sebesar 0%, serta kategori sangat kurang kreatif sebesar 0%. Persentase tersebut menunjukkan pula bahwa kreativitas siswa kelas eksperimen dengan kategori kreatif lebih dominan diantara yang lainnya saat posttest dilakukan.

  Berdasarkan Diagram 1 dan 2, hasil kreativitas siswa kelas eksperimen pada saat prestest dan posttest kreativitas siswa memiliki perbedaan yang signifikan. Pada saat pretest, nilai kreativitas siswa untuk kategori kurang kreatif terlihat dominan dibandingkan katetegori lainnya, sedangkan pada saat posttest nilai kreativitas siswa kelas ekperimen lebih didominasi oleh kategori kreatif. Hal ini menunjukkan pula bahwa terdapat peningkatan terhadap nilai kreativitas siswa kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan model pembelajaran berbasis proyek untuk kegiatan memodifikasi gerak tari pada pembelajaran seni tari. Perbedaan kreativitas juga ditunjukkan oleh siswa kelas kontrol saat sebelum dilakukannya pembelajaran konvensional dan setelah dilakukan pembelajaran konvensional. Perbedaan kreativitas tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:

Pre-test Kreativitas Siswa Kelas Kontrol

  Cukup kretif Sangat kurang 29% kreatif

  Kreatif 14% 0% Sangat kreatif

  Kurang kreatif 0% 57%

  Sangat kreatif Kreatif Cukup kretif Kurang kreatif Sangat kurang kreatif Diagram 3

  

Hasil Pretest Kreativitas Siswa Kelas Kontrol

  Berdasarkan Diagram 3, terlihat bahwa kreativitas siswa kelas kontrol memperoleh kategori sangat kreatif sebesar 0%, kategori kreatif sebesar 0%, kategori cukup kreatif sebesar 29%, kategori kurang kreatif sebesar 57%, serta kategori sangat kurang kreatif sebesar 14%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa kreativitas siswa kelas kontrol dengan kategori kurang kreatif lebih dominan diantara yang lainnya saat pre-test dilakukan. Berikutnya untuk hasil posttest kreativitas siswa kelas kontrol dapat dilihat pada diagram berikut:

Post-test Kreativitas Siswa

  Sangat kreatif

Kelas Kontrol

  Kurang 0% kreatif

  Sangat 0% kurang kreatif 0%

  Cukup kreatif Kreatif 54%

  46% Sangat kreatif Kreatif Cukup kreatif Kurang kreatif Sangat kurang kreatif

  Diagram 4

Hasil Posttest Kreativitas Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan Diagram 4, terlihat bahwa kreativitas siswa kelas kontrol memperoleh kategori sangat kreatif sebesar 0%, kategori kreatif sebesar 46%, kategori cukup kreatif sebesar 54%, kategori kurang kreatif sebesar 0%, serta kategori sangat kurang kreatif sebesar 0%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa kreativitas siswa kelas kontrol dengan kategori cukup kreatif lebih dominan diantara yang lainnya saat post-test dilakukan.

  Berdasarkan Diagram 3 dan 4, hasil kreativitas siswa kelas kontrol pada saat

  

prestest dan posttest memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan

  pada nilai pretest kreativitas siswa untuk kategori kurang kreatif terlihat dominan dibandingkan katetegori lainnya, sedangkan pada saat posttest nilai kreativitas siswa kelas ekperimen lebih didominasi oleh kategori cukup kreatif. Hal ini menunjukkan pula bahwa terdapat peningkatan yang tidak signifikan terhadap nilai kreativitas siswa kelas kontrol setelah diajarkan dengan pembelajaran konvensional untuk kegiatan memodifikasi gerak tari berpasangan/kelompok nusantara pada pembelajaran seni tari.

  Nilai kreativitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan nilai kreativitas siswa yang signifikan dikarenakan adanya perbedaan penerapan model pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang menundukung terciptanya proses kreatif dan lingkungan kreatif dalam pengerjaan tugas memodifikasi gerak tari. Model pembelajaran berbasis proyek lebih mengutamakan siswa mengerjakan tugas dengan sistematis. Siswa dengan bimbingan guru, turut merancang kegiatan selama tugas diberikan dari penyusunan jadwal pengerjaan tugas, menentukan aturan pengerjaan tugas, melatih siswa secara mandiri dalam pengerjaan tugas dan mempermudah untuk berkonsultasi kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan memperbaiki kesalahan atau kekeliruan terhadap tugas yang telah dikerjakan. Guru secara kontinu memonitoring kegiatan siswa selama latihan, karena dalam hal ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa yang memerlukan bimbingan. Setelah tugas selesai dikerjakan dan hasil kreativitas siswa ditampilkan di depan kelas, guru dan siswa melakukan refleksi dengan mengungkapkan atau berbagi cerita mengenai pengalamannya selama mengerjakan tugas yang diberikan. Kegiatan refleksi ini penting dilakukan untuk menjadi motivasi bagi siswa yang kurang berminat dan kesulitan mengembangkan kreativitasnya. Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada perlakuan pertama dan kedua sama, hanya saja pada perlakuan pertama guru menggunakan rangsangan kinestetik saat menyampaikan materi memodifikasi gerak berdasarkan ruang, waktu dan tenaga, sedangkan pada perlakuan kedua guru menggunakan media audio-visual untuk merangsang kreativitas siswa dalam materi memeragakan gerak denagn pola lantai dan desain kelompok.

  Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol lebih menunjukkan peran guru di awal pembelajaran. Guru menjelaskan secara detail tentang materi memodifikasi gerak berdasarkan ruang, waktu dan tenaga dengan metode ceramah yakni melalui rangsangan kinestetik saat pada pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua guru menggunakan media audio-visual untuk merangsang kreativitas siswa pada materi memeragakan gerak dengan pola lantai dan desain kelompok. Setelah diberikan penjelasan guru, siswa diberikan kesempatan untuk latihan mandiri. Guru bersedia menjelaskan kembali pada siswa yang mengalami kesulitan selama pengejaan tugas, akan tetapi tidak secara kontinu memonitor kegiatan latihan siswa. Setelah waktu latihan berakhir, dilanjutkan dengan pengambilan nilai yaitu siswa menampilkan hasil latihannya di depan kelas. Setelah selesai pengambilan nilai, guru menutup pembelajaran.

  Berdasarkan hasil pretest dan posttest, diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai kreativitas antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Perbedaan nilai kreativitas siswa dihitung dengan menggunakan uji-t (t-test). Hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa pada saat pretest diperoleh (0,428) <

  ℎ

  (2,006), hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kreativitas yang ditunjukkan pada siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol atau dapat dikatakan bahwa kemampuan yang dimiliki siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol relatif sama. Hasil perhitungan uji-t pada saat posttest diperoleh

  ℎ

  (6,953) > (2,006). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai kreativitas siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap kreativitas siswa kelas VIII SMP N 23 Pontianak.

  Nilai krativitas siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami perbedaan yang signifikan disebabkan adanya perbedaan penerapan model pembelajaran yang diberikan pada kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek, sedangkan kelas kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pada siswa kelas kontrol, yakni yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif dan kurang termotivasi dalam berkreativitas tari. Respon yang berbeda ditunjukkan oleh siswa kelas eksperimen, yakni yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek yang tampak lebih termotivasi dalam berkreativitas tari. Selain itu, siswa juga tampak aktif dalam mengerjakan tugas, baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Moursund (dalam Sutirman, 2013:45) mengenai kelebihan model pembelajaran berbasis proyek, yang di antaranya yaitu dapat meningkatkan motivasi; meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; meningkatkan kemampuan kolaborasi; serta meningkatkan keterampilan manajemen sumber daya.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa yang diajarkan model pembelajaran berbasis proyek memperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 70,89 sedangkan kreativitas siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 58,93. Terdapat perbedaan nilai kreativitas pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 23 Pontianak berdasarkan perhitungan uji-t dengan diperoleh (6,953) > (2,006). Hal ini

  ℎ

  menunjukkan pula terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap kreativitas siswa kelas VIII SMP N 23 Pontianak.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan kepada guru seni budaya dan keterampilan agar dapat menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran seni tari. Selain itu, disarankan juga kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, sebaiknya selain untuk mengukur kreativitas siswa juga mengukur kepercayaan diri, bakat dan minat siswa dalam pembelajaran seni tari.

  DAFTAR RUJUKAN Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.

  Yogyakarta: Gava Media. Hawkins, Alma. (2003). Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarkat Seni Pertunjukan Indonesia.

  Jihad, Asep dan Abdul Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Priansa, Doni Juni dan Ani Setiani. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model . Bandung: Alfabeta.

  Pembelajaran

  Latuconsina, Hudaya. (2014). Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif dan

  Kemajuan Ekonomi Kreatif di Indonesia . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

  Masunah, Juju dan Tati Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI.

  Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sutirman. (2013). Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:

  Graha Ilmu