Megenal Sifat Material III
ISI
Megenal Sifat Material
Pengertian Dasar Thermodinamika
III Sistem Multifasa
Gejala Permukaan
Difusi
Oksidasi dan Korosi
Sistem
Sistem adalah obyek atau kawasan yang menjadi perhatian kita Kawasan di luar sistem disebut lingkungan
Pengertian Dasar lingkungan
sistem
lingkungan
Thermodinamika
bidang batas
mungkin berupa sejumlah materi atau
bidang yang membatasi sistem
suatu daerah yang kita bayangkan
terhadap lingkungannya.
dibatasi oleh suatu bidang batas
Thermodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mampu mengisolasi sistem
mencakup permasalahan transfer energi dalam skala makroskopis
ataupun
Thermodinamika tidak membahas hal-hal mikroskopis (seperti atom, molekul) melainkan membahas besaran-besaran
memberikan suatu cara
makroskopis yang secara langsung dapat diukur, seperti tekanan,
interaksi tertentu antara
volume, temperatur
sistem dan lingkungannya
Dengan adanya bidang batas antara sistem dan lingkungannya, beberapa kemungkinan bisa terjadi
sistem
sistem terisolasi
tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungannya
sistem sistem terisolasi tidak ada transfer energi
tidak ada transfer materi
Perubahan-perubahan dalam sistem
mungkin saja terjadi
perubahan temperatur energi
ada transfer energi perubahan tekanan sistem
sistem tertutup tidak ada transfer materi
Perubahan dalam sistem terisolasi
massa sistem tidak berubah
tidak dapat terus berlangsung tanpa batas
energi Suatu saat akan tercapai kondisi
sistem materi ada transfer materi yaitu kondisi di mana perubahan-perubahan sistem terbuka
keseimbangan internal
massa sistem berubah dalam sistem sudah tidak lagi terjadi massa sistem berubah dalam sistem sudah tidak lagi terjadi
Status thermodinamik sistem
sistem sistem tertutup
sistem dapat berinteraksi
dengan lingkungannya
sistem
merupakan spesifikasi lengkap susunan dan sifat fisis suatu sistem.
perubahan dalam sistem dibarengi dengan perubahan di lingkungannya.
Sifat sistem ditentukan oleh satu set tertentu peubah-peubah thermodinamik.
menuju ke Tidak semua peubah thermodinamik harus keseimbangan internal
diukur guna menentukan sifat sistem. keseimbangan eksternal
Apabila jumlah tertentu besaran fisis yang diukur
sudah dapat menentukan status Apabila keseimbangan telah tercapai, tidak lagi terjadi perubahan-
sistem, walaupun jumlah itu hanya perubahan di dalam sistem dan juga tidak lagi terjadi transfer
dapat digunakan untuk
sebagian dari seluruh besaran fisis apapun antara sistem dengan lingkungannya
menentukan besaran-besaran
fisis yang lain maka jumlah
pengukuran tersebut
yang menentukan status.
dikatakan sudah lengkap.
Energi
sistem Jadi eksistensi sistem ditentukan oleh status - energi kinetik energi potensial
nya, sedangkan jumlah peubah yang perlu terkait gerak obyek terkait dengan posisi atau diukur agar status sistem dapat ditentukan
kondisi obyek tergantung dari sistem itu sendiri.
dapat dikonversi timbal balik
Pengukuran atau set pengukuran peubah yang menentukan status
Energi Internal Sistem
Energi internal, E , adalah sejumlah energi yang merupakan besaran intrinsik suatu sistem yang berada dalam keseimbangan thermodinamis Keseimbangan sistem tercapai apabila semua peubah yang menetukan sifat sistem tidak lagi berubah.
tersebut, harus dilakukan dalam
kondisi keseimbangan
Energi internal merupakan fungsi status
Perubahan nilai suatu fungsi status hanya tergantung dari nilai awal dan nilai akhir
dan tidak tergantung dari alur perubahan
9 dari status awal menuju status akhir
Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi
Kerja
Kerja adalah bentuk energi yang ditranfer antara sistem Pada sistem tertutup, panas dapat menembus bidang
dengan lingkungannya karena ada interaksi gaya antara batas bila antara sistem dan lingkungannya terdapat
sistem dan lingkungannya.
gradien temperatur.
q sistem
Sejumlah panas dapat ditransfer
sistem
Sejumlah panas dapat ditransfer
dari sistem ke lingkungan
dari lingkungan ke sistem Kerja, dengan simbol w , juga bukan besaran intrinsik sistem; Panas bukanlah besaran intrinsik sistem.
bisa masuk ataupun keluar dari sistem Ia bisa masuk ke sistem dan juga bisa keluar dari sistem.
w diberi tanda positif jika ia masuk ke sistem q diberi tanda positif jika ia masuk ke sistem
w diberi tanda negatif jika ia keluar dari sistem q diberi tanda negatif jika ia keluar dari sistem
Konservasi Energi
Energi total sistem dan lingkungannya adalah terkonservasi Energi tidak dapat hilang begitu saja ataupun diperoleh dari sesuatu yang tidak ada; namun energi dapat terkonversi dari satu bentuk ke bentuk yang lain
Perubahan energi internal, yang mengikuti terjadinya perubahan status sistem, tidak
Hukum Thermodinamika Pertama atau
tergantung dari alur perubahan status tetapi hanya tergantung dari status awal dan status akhir
Hukum Kekekalan Energi
Setiap besaran yang merupakan fungsi
bernilai tunggal dari status thermodinamik sistem
sistem terisolasi
Jika status sistem berubah
melalui alur (cara) perubahan
tertentu, maka energi internal
adalah fungsi status .
sistem ini berubah.
E B dan jika sistem kembali pada
Perubahan nilai hanya tergantung
status semula melalui alur
dari nilai awal dan nilai akhir
perubahan yang berbeda energi
A internal akan kembali pada nilai awalnya
status
Perubahan neto dari energi internal adalah nol sebab jika tidak, akan menyalahi prinsip konservasi energi.
Enthalpi
Contoh:
Apabila hanya tekanan atmosfer yang bekerja pada sistem, maka jika energi panas sebesar Perubahan Enthalpi Pada Reaksi Kimia dq masuk ke sistem, energi internal sistem berubah sebesar dE = dq − PdV
Jika H akhir > H awal maka ∆ H >0
→ Terjadi transfer energi ke sistem
tekanan atmosfer ≈ konstan perubahan volume sistem
→ → → → kerja pada lingkungan PdV
→ penambahan enthalpi pada sistem → proses endothermis
Membuat P konstan
Maka dimunculkan peubah baru, yang sudah
Jika H akhir < H awal maka ∆ H <0
tidak sulit dilakukan
memperhitungkan V , yang disebut enthalpi
namun membuat V
→ Terjadi transfer energi ke lingkungan
konstan sangat sulit
H ≡ E + PV
→ enthalpi sistem berkurang
→ proses eksothermis
enthalpi P dan V adalah peubah thermodinamik
yang menentukan status sistem, sedangkan E adalah fungsi status, maka H
Dalam reaksi kimia,
juga fungsi bernilai tunggal dari status
reagen ( reactant ) merupakan status awal sistem
hasil reaksi merupakan status akhir sistem ∆ H = H akhir − H awal
H juga fungsi status
Hukum Hess
Proses Reversible
Apabila suatu reaksi kimia merupakan jumlah dua Jika suatu sistem bergeser dari status keseimbangannya, sistem ini atau lebih reaksi, maka perubahan enthalpi total
menjalani suatu proses dan selama proses berlangsung sifat-sifat sistem untuk seluruh proses merupakan jumlah dari
berubah sampai tercapai keseimbangan status yang baru. perubahan enthalpi reaksi-reaksi pendukungnya.
Proses reversible merupakan suatu proses perubahan yang bebas dari Hukum Hess merupakan konsekuensi dari hukum
desipasi (rugi) energi dan dapat ditelusur balik dengan tepat. kekekalan energi.
Sulit ditemui suatu proses yang reversible namun jika proses berlangsung sedemikian rupa sehingga pergeseran keseimbangan sangat kecil maka
Hukum Hess terjadi karena perubahan enthalpi untuk suatu proses ini dapat dianggap sebagai proses yang reversible reaksi adalah fungsi status , suatu besaran yang nilainya
Proses reversible dianggap dapat berlangsung dalam arah yang ditentukan oleh status sistem.
berlawanan mengikuti alur proses yang semula diikuti. Perubahan enthalpi yang terjadi baik pada proses fisika
maupun proses kimia tidak tergantung pada alur proses dari status awal ke status akhir
Proses Irreversible
Proses irreversible (tidak reversible ) merupakan proses yang dalam Perubahan enthalpi hanya tergantung pada enthalpi pada
perjalanannya mengalami rugi ( desipasi ) energi sehingga tidak status awal dan pada status akhir.
mungkin ditelusur balik secara tepat.
Entropi
Teorema Clausius
∫ dq rev
dq
Proses reversible
∫ T ≤ 0 Integral tertutup ini menyatakan bahwa
proses berlangsung dalam satu siklus Dalam proses reversible
∫ rev
dq
Untuk proses reversible yang berjalan tidak penuh satu siklus, melainkan berjalan dari status A ke status B dapat dituliskan
Dalam proses irreversible
∫ A T = ∫ A dS masuk ke sistem pada
dq irrev < 0 B ∫ q dq rev B rev adalah panas yang
proses reversible. Proses reversible merupakan proses yang paling efisien,
Karena masuknya energi panas menyebabkan enthalpi sistem tanpa rugi (desipasi) energi
meningkat sedangkan enthalpi merupakan fungsi status maka
Proses irreversible memiliki efisiensi lebih rendah
dS =
dq
T juga merupakan fungsi status
rev
S adalah peubah status yang disebut
19 entropi
Dalam sistem tertutup, jika dq cukup kecil maka pergeseran status Proses reversible adalah yang paling efisien
yang terjadi di lingkungan akan kembali ke status semula. Dengan
∫ dq rev > dq ∫ irrev
mengabaikan perubahan-perubahan kecil lain yang mungkin juga
T reversible T terjadi, proses di lingkungan dapat dianggap . Perubahan
entropi lingkungan menjadi
Tak ada rugi energi Ada rugi energi
dS lingkungan = − dq
dq rev > dq irrev
Proses yang umum terjadi adalaqh proses irreversible
Perubahan entropi neto
≥ 0 Dengan pemberian panas, entropi sistem berubah sebesar dS sistem
Panas dq yang kita berikan ke sistem pada umumnya adalah dq irrev maka dq < dq
= dq rev − dq rev
dS neto = dS
sistem
+ dS
lingkungan
yang akan bernilai positif jika proses yang terjadi adalah proses dan sesuai dengan definisinya maka
irreversible karena dalam proses irreversible dq < dq rev
dS = sistem dq rev T
tanpa mempedulikan apakah
proses yang terjadi
Proses reversible hanya akan terjadi jika dS neto =0
reversible atau irreversible
Hukum Thermodinamika Kedua Hukum Thermodinamika Ke-tiga
dS = dq rev
Suatu proses spontan adalah proses yang terjadi secara alamiah.
Proses ini merupakan proses irreversible , karena jika tidak proses Atas usulan Planck, Nernst pada 1906 menyatakan bahwa pada spontan tidak akan terjadi.
temperatur 0 K entropi dari semua sistem harus sama. Konstanta universal ini di-set sama dengan nol sehingga
Karena proses spontan adalah proses irreversible di dS
mana neto > 0 maka dalam proses spontan total entropi
Persamaan ini biasa disebut sebagai Hukum Thermodinamika Ke-tiga Ini adalah pernyataan Hukum Thermodinamika Kedua
selalu bertambah.
Persamaan ini memungkinkan dilakukannya
perhitungan nilai absolut entropi dari suatu sistem Kita ingat bahwa proses
dengan membuat batas bawah integrasi adalah 0 K. proses yang hampir tidak bergeser dari keseimbangannya atau dengan kata lain tidak
reversible
adalah
Dengan mengingat relasi
ada perubahan yang cukup bisa diamati. Oleh
dq =C P dT ,
karena itu proses spontan tidak mungkin reversible atau selalu irreversible .
kapasitas panas pada tekanan konstan maka entropi S pada temperatur
23 T dari suatu sistem adalah
Proses reaksi dari beberapa reagen menghasilkan hasil reaksi .
A + B → C Di samping energi, materi yang sangat terkonsentrasi juga Apabila A+B tetap dominan
Jika C dominan terhadap A + B cenderung untuk menyebar
terhadap C dalam waktu
dalam waktu yang tidak lama,
yang lama, maka disebut
maka reaksi tersebut disebut
Dengan demikian ada dua cara untuk suatu sistem
menuju kepada status yang lebih mungkin terjadi, yaitu diperlukan upaya tertentu agar
reaksi nonspontan
reaksi spontan
1). melalui penyebaran energi ke sejumlah partikel diperoleh C yang dominan
yang lebih besar; 2). melalui penyebaran partikel sehingga susunan
Reaksi spontan disebut juga product-favored reaction
partikel menjadi lebih acak.
Reaksi nonspontan disebut juga reactant-favored reaction Pada umumnya, reaksi eksothermis yang terjadi pada temperatur kamar adalah
Dengan dua cara tersebut
reaksi spontan.
ada empat kemungkinan proses
Energi potensial yang tersimpan dalam sejumlah (relatif) kecil atom / molekul reagen
yang bisa terjadi
menyebar ke sejumlah (relatif) besar atom / molekul hasil reaksi dan atom / molekul lingkungannya. Penyebaran energi lebih mungkin terjadi daripada pemusatan (konsentrasi) energi.
a). Jika reaksi adalah eksothermis dan susunan materi menjadi lebih acak, maka reaksi ini merupakan reaksi spontan pada semua temperatur.
Kapasitas Panas dan Nilai Absolut Entropi
P = a + b b). Jika reaksi adalah eksothermis tetapi susunan materi menjadi lebih teratur, × C 10 − 3 T
maka reaksi ini cenderung merupakan reaksi spontan pada suhu kamar akan Konstanta Untuk Menetukan Kapasitas Panas Padatan tetapi menjadi reaksi nonspontan pada temperatur tinggi. Hal ini berarti bahwa
cal/mole/K [12].
penyebaran energi dalam proses terjadinya reaksi kimia lebih berperan
a b Rentang Temperatur K dibandingkan dengan penyebaran partikel
298 – titik leleh
c). Jika reaksi adalah endothermis dan susunan materi menjadi lebih acak, maka
298 – titik leleh
reaksi ini cenderung merupakan reaksi nonspontan pada temperatur kamar tetapi
298 – titik leleh
cenderung menjadi spontan pada temperatur tinggi.
d). Jika reaksi adalah endothermis dan susunan materi menjadi lebih teratur, maka tidak terjadi penyebaran energi maupun penyebaran partikel yang berarti proses
Entropi Absolut Pada Kondisi Standar
reaksi cenderung nonspontan pada semua temperatur.
cal/mole derajat [12]
S Karena reaksi spontan merupakan proses irreversible di mana
Material
Material
Fe 6,49 ± 0,03 terjadi kenaikan entropi maka kenaikan entropi menjadi pula
Ag 10.20 ± 0,05
Ge 10,1 ± 0,2 ukuran/indikator penyebaran partikel
Energi Bebas (free energies)
Sesuai Hukum Thermodinamika Pertama, jika kita masukkan energi panas ke dalam sistem dengan maksud untuk mengekstraknya menjadi kerja maka yang bisa kita peroleh Kelvin memformulasikan bahwa pada umumnya alam tidak
dalam bentuk kerja adalah energi yang masuk ke sistem memperkenankan panas dikonversikan menjadi kerja tanpa
dikurangi energi yang tak bisa diperoleh, yang terkait dengan disertai oleh perubahan besaran yang lain.
entropi.
Kalau formulasi Kelvin ini kita bandingkan dengan pernyataan Karena mengubah energi menjadi kerja adalah proses Hukum Thermodinamika Ke-dua, maka besaran lain yang
irreversible, sedangkan dalam proses irreversible entropi selalu berubah yang menyertai konversi panas menjadi kerja adalah
meningkat, maka energi yang tak dapat diperoleh adalah perubahan entropi.
Perubahan neto entropi, yang selalu meningkat dalam suatu proses, merupakan energi yang tidak dapat diubah menjadi
Energi yang bisa diperoleh disebut energi bebas yang kerja, atau biasa disebut energi yang tak dapat diperoleh
diformulasikan oleh Helmholtz sebagai ( unavailable energy ).
A ≡ E − TS
Hemholtz Free Energy
Gibbs Free Energy
Hemholtz Free Energy
A ≡ E − TS energi bebas Gibbs ( Gibbs Free Energy ), G , dengan memanfaatkan ≡ dE − TdS − SdT
Gibbs mengajukan formulasi energi bebas, yang selanjutnya disebut
definisi dA enthalpi
G ≡ H − TS = E + PV − TS
dA = dq − dw − dq rev − SdT dG = dE + PdV + VdP − TdS − SdT Jika temperatur konstan dan tidak ada kerja yang dilakukan oleh
= dq − dw + PdV + VdP − dq rev − SdT sistem pada lingkungan maupun dari lingkungan pada sistem, maka
tekanan atmosfer
dG = dq + VdP − dq
− SdT
dA w , T = dq − dq rev
dw
= rev PdV
Karena dq ≤ dq rev dA w , T ≤ 0 Jika tekanan dan temperatur konstan (yang tidak terlalu sulit untuk dilakukan), maka
dG P , T = dq − dq rev
Jadi pada proses isothermal di mana tidak ada kerja, energi
Pada proses irreversible
dG P
Jadi jika temperatur dan tekanan dibuat konstan, energi bebas
bebas Helmholtz menurun dalam semua proses alamiah dan
mencapai nilai minimum setelah mencapai keseimbangan
Gibb mencapai minimum pada kondisi keseimbangan
Pengertian-Pengertian Fasa
Fasa adalah daerah materi dari suatu sistem yang secara fisis dapat dibedakan dari daerah materi yang lain dalam sistem tersebut
Antara fasa dengan fasa dapat dipisahkan secara mekanis Fasa memiliki struktur atom dan sifat-sifat sendiri
Kita mengenal sistem satu-fasa & sistem multi-fasa
Homogenitas
Dalam keseimbangan, setiap fasa adalah homogen
Komponen Sistem
Komponen sistem adalah unsur atau senyawa
yang membentuk satu sistem. Kita mengenal
sistem komponen-tunggal & sistem multi-komponen .
Diagram Keseimbangan
Derajat kelarutan
Diagram keseimbangan merupakan diagram di mana kita
Berbagai derajat kelarutan bisa terjadi
bisa membaca fasa-fasa apa saja yang hadir dalam keseimbangan pada berbagai nilai peubah thermodinamik
Dua komponen dapat membentuk larutan menyeluruh (saling
melarutkan) jika status keseimbangan thermodinamik dari sembarang
komposisi dari keduanya membentuk sistem satu fasa.
Hanya larutan substitusional yang dapat mencapai keadaan ini. Derajat kebebasan ( degree of freedom ) didefinisikan
Derajat Kebebasan
sebagai jumlah peubah thermodinamik yang dapat divariasikan secara tidak saling bergantungan tanpa
Kaidah Hume-Rothery
mengubah jumlah fasa yang berada dalam keseimbangan.
Agar larutan padat dapat terjadi:
Perbedaan ukuran atom pelarut dan atom terlarut < 15%.
Struktur kristal dari komponen terlarut sama dengan Atom atau molekul dari satu komponen terakomodasi di dalam
Larutan Padat
komponen pelarut.
struktur komponen yang lain Elektron valensi zat terlarut dan zat pelarut tidak berbeda Larutan padat bisa terjadi secara
lebih dari satu.
subsitusional Elektronegativitas zat terlarut dan pelarut kurang-lebih interstisial
sama, agar tidak terjadi senyawa sehingga larutan yang terjadi dapat berupa larutan satu fasa.
Enthalpi Larutan
Entropi Larutan
Pada reaksi kimia: Entropi dalam proses irreversible akan meningkat. Jika H akhir > H awal →∆ H >0 → penambahan enthalpi pada sistem ( endothermis )
→ entropi larutan akan lebih tinggi dari entropi masing-masing komponen sebelum larutan terjadi, karena pelarutan merupakan proses irreversible .
Jika H akhir < H awal enthalpi sistem berkurang ( eksothermis) . → jika S A adalah entropi komponen A tanpa kehadiran B, dan S Dalam peristiwa pelarutan terjadi hal yang mirip yaitu perubahan
B adalah entropi
komponen B tanpa kehadiran A, maka
enthalpi bisa negatif bisa pula positif
H larutan
H A S H A larutan
H A H A H larutan
Entropi pelarutan Sesudah − Sebelum
H pelarutan untuk
H larutan < sebelum
larutan
= sebelum
larutan pelarutan untuk > sebelum
H entropi sesudah pelarutan >
pelarutan; ini
sebelum pelarutan
semua komposisi keadaan ideal
semua komposisi
Energi Bebas Larutan
Kaidah Fasa dari Gibbs
Larutan satu fasa yang stabil akan terbentuk jika dalam pelarutan itu terjadi penurunan energi bebas.
H larutan
H B H B dalam keseimbangan
Jumlah fasa yang hadir
jumlah minimum komponen
H A H A dalam satu sistem
yang membentuk sistem
H larutan
jumlah derajat kebebasan
A x A B B x B B Sistem satu-fasa ( F = 1) komponen tunggal ( K=
1) yang dlam
H G G G larutan
keseimbangan akan memiliki 2 derajat kebebasan.
H larutan
G G = H − TS
Sistem dua fasa ( F = 2) komponen tunggal ( K=
1) yang dalam
keseimbangan memiliki 1 derajat kebebasan.
larutan
Sistem tiga fasa ( F=
3) komponen tunggal ( K=
1) yang dalam
A x x 1 B B A x 1 x B x 2 B keseimbangan akan berderajat kebebasan 0 dan invarian . Larutan satu fasa
Larutan multifasa antara komposisi
x 1 dan x 2 39
Diagram Keseimbangan Fasa
Sistem Komponen Tunggal : H 2 O
Sistem Komponen Tunggal : H 2 O
Karena K = 1 maka komposisi tidak menjadi peubah
F= 1 T
uap
cair
→ D =2
a b C F= 2
D → D =1 T
B Titik Tripel
uap
a cair
Derajat Kebebasan
F= 3 padat
A c Derajat Kebebasan
b C D =2
D yaitu tekanan (P) dan
temperatur (T)
invarian
tekanan : P
A c padat
atau
temperatur : T P
Alotropi (allotropy)
Kurva Pendinginan
Alotropi: keberadaan satu macam zat (materi) dalam dua atau
lebih bentuk yang sangat berbeda sifat fisis maupun sifat kimianya.
cair cair+ δ
T [ o C]
perbedaan struktur kristal,
cair
perbedaan jumlah atom dalam molekul,
δ (BCC) cair+ δ
perbedaan struktur molekul.
γ (FCC) T o C 1539
uap
cair
A α (BCC)
temperatur konstan pada
waktu terjadi peralihan
Energi Bebas
G = H − TS
Sistem Biner Dengan Kelarutan Sempurna
H ≡ E + PV
C P = a + b × 10 − 3 T
Karena K = 2 maka komposisi menjadi peubah
1400 1539 T [ C]
Plot komposisi per komposisi
Perubahan komposisi kontinyu
Sistem Biner Dengan Kelarutan Terbatas
Sistem Biner Dengan Kelarutan Terbatas
Diagram Eutectic Biner
Diagram Peritectic Biner
a Cair (L)
T B titik leleh B
titik leleh A
T A a cair (L)
titik leleh A T A b
T B α titik leleh B
x lp
Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui materi lain.
Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel selalu bergerak oleh
agitasi thermal. Walaupun sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak tanpa arah tertentu, namun secara keseluruhan ada arah neto dimana entropi akan
meningkat proses irreversible
Analisis Matematis
Kondisi Transien
Kondisi Mantap
materi masuk di
x a materi keluar di x
materi masuk di x a
D adalah koefisien
difusi , dC/dx adalah
materi keluar di x
variasi konsentrasi
dalam keadaan
mantap di mana C 0 t= x 0 x
x C x 0 dan =0 Cx bernilai a ∆
∂ x x dx D dC x dx Ini merupakan
J x = − D dC
konstan
dC ∂ J
dx
dt
Ini merupakan Hukum Fick Ke-dua Hukum Fick Pertama
Jika D tidak tergantung
dC x
dt = D d C dx x 51 2 52
pada konsentrasi maka
Persamaan Arrhenius
Macam Difusi
Persamaan Arrhenius adalah persamaan yang menyangkut laju reaksi
1. Difusi Volume
L r = ke − Q / RT
Difusi volume ( volume diffusion ) adalah transfer materi menembus volume materi lain
Q : energi aktivasi ( activation energy ), R : gas (1,98 cal/mole K), T : temperatur absolut K,
2. Difusi Bidang Batas
3. Difusi Permukaan
k : konstanta laju reaksi (tidak
Koefisien Difusi tergantung temperatur).
Dari hasil eksperimen diketahui
bahwa koefisien difusi retakan
rm
D p e bidang batas butiran
p rm e
D = D 0 e − Q / RT
berbentuk sama sepert
D permukaan > D bidang batas > D volume
persamaan Arrhenius
Efek Hartley-Kirkendall Difusi dan Ketidaksempurnaan Kristal
Efek Hartley-Kirkendal menunjukkan bahwa difusi timbal balik dalam alloy biner terdiri dari dua jenis pergerakan materi yaitu
Kekosongan posisi pada kristal hadir dalam keseimbangan thermodinamis
A menembus B dan Padatan menjadi “campuran” antara “kekosongan” dan “isian”.
B menembus A. energi yang diperlukan untuk Analisis yang dilakukan oleh Darken menunjukkan bahwa dalam
membuat satu posisi kosong proses yang demikian ini koefisien difusi terdiri dari dua komponen
jumlah posisi kosong
yang dapat dinyatakan dengan
N v = e − E v / N kT − N
total seluruh posisi
X A dan X B adalah fraksi molar dari A dan B,
D A adalah koefisien difusi B menembus A, Sebagai gambaran, E v = 20 000 cal/mole,
D B adalah koefisien difusi A menembus B → pada 1000K ada satu kekosongan dalam 105 posisi atom.
Dalam kenyataan padatan mengandung pengotoran yang dapat Ketidak-sempurnaan Frenkel dan Schottky tidak mengganggu kenetralan listrik, melipatgandakan jumlah kekosongan, → mempermudah terjadinya difusi.
dan kristal tetap dalam keseimbangan thermodinamis.
Frenkel
Schottky
Ketidak-sempurnaan mana yang akan terjadi tergantung dari besar energi yang diperlukan untuk membentuk kation interstisial atau kekosongan anion.
Pada kristal ionik konduktivitas listrik pada temperatur tinggi terjadi karena difusi ion dan hampir tidak ada kontribusi elektron. Oleh karena itu konduktivitas listrik sebanding dengan koefisien difusi.
σ = k C q 2 d d d d kT
D d Selain migrasi kekosongan, migrasi interstisial dapat terjadi apabila
atom materi yang berdifusi berukuran cukup kecil dibandingkan dengan
konduktivitas listrik oleh konduksi ion
faktor yang tergantung dari
ukuran atom material yang ditembusnya muatan ketidak-sempurnaan
macam ketidak-sempurnaan.
k d = 1 untuk ion interstisial
k d > 1 untuk kekosongan
konsentrasi ketidak-sempurnaan
Difusi Dalam Polimer Dan Silikat
Pada silikat, ion silikon biasanya berada pada Dalam polimer , difusi terjadi dengan melibatkan
posisi sentral tetrahedron dikelilingi oleh ion oksigen gerakan molekul panjang. Migrasi atom yang berdifusi mirip seperti yang terjadi pada migrasi interstisial.
Ion positif alkali dapat menempati posisi antar Namun makin panjang molekul polimer gerakan makin
tetrahedra dengan gaya coulomb yang lemah. Oleh sulit terjadi, dan koefisien difusi makin rendah.
karena itu natrium dan kalium dapat dengan mudah
berdifusi menembus silikat Selain itu ruang antara pada jaringan silikat tiga
dimensi memberi kemudahan pada atom-atom berukuran kecil seperti hidrogen dan helium untuk
berdifusi dengan cepat.
Oksidasi : reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan pada unsur lain
Unsur yang menyebabkan terjadinya oksidasi disebut unsur pengoksidasi.
Reaksi reduksi : reaksi di mana oksigen dilepaskan dari suatu senyawa Unsur yang menyebabkan terjadinya reduksi disebut unsur pereduksi .
Oksidasi
Reaksi redoks (redox reaction): reaksi dimana satu materi teroksidasi dan materi yang lain tereduksi.
Tidak semua reaksi redoks melibatkan oksigen. Akan tetapi
semua reaksi redoks melibatkan transfer elektron
Reagen yang kehilangan elektron,
Reagen yang memperoleh elektron,
dikatakan sebagai teroksidasi
dikatakan sebagai tereduksi
Berikut ini kita akan melihat peristiwa oksidasi melalui pengertian thermodinamika.
Proses Oksidasi
Kecenderungan metal untuk bereaksi dengan oksigen didorong oleh
Lapisan Permukaan Metal
penurunan energi bebas yang mengikuti pembentukan oksidanya Energi bebas untuk pembentukan oksida pada perak dan emas bernilai Energi Bebas Pembentukan Oksida pada 500K dalam Kilokalori.[12].
positif. Unsur ini tidak membentuk oksida.
Kalsium -138,2 Hidrogen
Namun material ini jika bersentuhan dengan udara akan terlapisi oleh Magnesium
oksigen; atom-atom oksigen terikat ke permukaan material ini dengan ikatan lemah van der Waals; mekanisme pelapisan ini disebut adsorbsi .
Aluminium -120,7 Kobalt
Titanium -101,2 Nikel
Pada umumnya atom-atom di permukaan material membentuk Natrium
lapisan senyawa apabila bersentuhan dengan oksigen. Senyawa dengan oksigen ini benar-benar merupakan hasil proses reaksi Chrom
-83,0 Tembaga
kimia dengan ketebalan satu atau dua molekul; pelapisan ini Zink
mungkin juga berupa lapisan oksigen satu atom yang disebut
kemisorbsi ( chemisorbtion ).
Kebanyakan unsur yang tercantum dalam tabel ini memiliki energi bebas pembentukan oksida bernilai negatif, yang berarti bahwa unsur ini dengan oksigen mudah berreaksi membentuk oksida
Rasio Pilling-Bedworth Penebalan Lapisan Oksida
Lapisan oksida di permukaan metal bisa berpori (misalnya dalam kasus natrium, kalium, magnesium) bisa pula rapat tidak berpori (misalnya
a). Jika lapisan oksida yang pertama-tama terbentuk adalah berpori, maka dalam kasus besi, tembaga, nikel).
molekul oksigen bisa masuk melalui pori-pori tersebut dan kemudian bereaksi dengan metal di perbatasan metal-oksida. Lapisan oksida
Muncul atau tidak munculnya pori pada lapisan oksida berkorelasi dengan
bertambah tebal.
perbandingan volume oksida yang terbentuk dengan volume metal yang teroksidasi. Perbandingan ini dikenal sebagai Pilling-Bedworth Ratio :
lapisan oksida volume oksida = M
Situasi ini terjadi jika rasio
am = Md
volume oksida-metal kurang dari
berpori
volume metal D d amD
satu. Lapisan oksida ini bersifat
metal
non-protektif, tidak memberikan
oksigen menembus
M : berat molekul oksida (dengan rumus M a O b ),
perlindungan pada metal yang
pori-pori
D : kerapatan oksida,
dilapisinya terhadap proses
a : jumlah atom metal per molekul oksida,
oksidasi lebih lanjut.
m : atom metal,
d : kerapatan metal. daerah terjadinya oksidasi lebih lanjut Jika < 1, lapisan oksida yang terbentuk akan berpori. Jika ≈
1 , lapisan oksida yang terbentuk adalah rapat, tidak berpori. Jika >> 1, lapisan oksida akan retak-retak.
b). Jika lapisan oksida tidak berpori, ion metal bisa berdifusi menembus c). Jika lapisan oksida tidak berpori, ion oksigen dapat berdifusi menuju lapisan oksida menuju bidang batas oksida-udara; dan di perbatasan
bidang batas metal-oksida dan bereaksi dengan metal di bidang batas oksida-udara ini metal bereaksi dengan oksigen dan menambah tebal
metal-oksida.
lapisan oksida yang telah ada.
Elektron yang dibebaskan
lapisan oksida
tidak berpori Proses oksidasi berlanjut di
lapisan oksida
dari permukaan logam tetap
metal
O − 2 Ion oksigen berdifusi menembus oksida elektron bergerak dengan arah
metal
tidak berpori
bergerak ke arah bidang
permukaan. Dalam hal ini
batas oksida-udara. Proses
oksidasi berlanjut di
elektron dalam reaksi ini bisa metal ke permukaan
yang sama agar pertukaran
Ion logam berdifusi
e Elektron bermigrasi dari
e menembus oksida
perbatasan metal-oksida.
terjadi. oksida
Elektron bermigrasi dari
metal ke permukaan
daerah terjadinya oksidasi lebih lanjut daerah terjadinya oksidasi lebih lanjut
oksida
d). Mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah gabungan antara b) dan c) di mana ion metal dan elektron bergerak ke arah luar sedang ion oksigen bergerak ke arah dalam. Reaksi oksidasi bisa terjadi di dalam lapisan oksida.
Laju Penebalan Lapisan Oksida
Jika lapisan oksida berpori dan ion oksigen mudah berdifusi melalui itu gerakan elektron menembus lapisan oksida memerlukan
Terjadinya difusi ion, baik ion metal maupun ion oksigen, memerlukan koefisien difusi yang cukup tinggi. Sementara
lapisan oksida ini, maka oksidasi di permukaan metal (permukaan batas konduktivitas listrik oksida yang cukup tinggi pula. Oleh
metal-oksida) akan terjadi dengan laju yang hampir konstan . Lapisan karena itu jika lapisan oksida memiliki konduktivitas listrik
oksida ini nonprotektif.
rendah, laju penambahan ketebalan lapisan juga rendah karena terlalu sedikitnya elektron yang bermigrasi dari metal
Jika x : ketebalan lapisan oksida maka menuju perbatasan oksida-udara yang diperlukan untuk
dx = k 1 dan
pertukaran elektron dalam reaksi.
dt
Jika koefisien difusi rendah, pergerakan ion metal ke arah Jika lapisan oksida bersifat protektif , transfer ion dan elektron masih perbatasan oksida-udara akan lebih lambat dari migrasi
mungkin terjadi walaupun dengan lambat. Dalam keadaan demikian ini elektron. Penumpukan ion metal akan terjadi di bagian dalam
komposisi di kedua sisi permukaan oksida (yaitu permukaan batas oksida- lapisan oksida dan penumpukan ion ini akan menghalangi difusi
metal dan oksida-udara) bisa dianggap konstan. Kita dapat ion metal lebih lanjut. Koefisien difusi yang rendah dan
mengaplikasikan Hukum Fick Pertama, sehingga
konduktivitas listrik yang rendah dapat membuat lapisan oksida bersifat protektif , menghalangi proses oksidasi lebih lanjut.
Oksidasi Selektif
Jika lapisan oksida bersifat sangat protektif dengan konduktivitas listrik
yang rendah, maka
x = A log( Bt + C )
Oksidasi selektif terjadi pada larutan biner metal di mana salah satu metal lebih mudah teroksidasi dari yang lain. Peristiwa ini terjadi jika salah
dan C A, B, adalah konstan. Kondisi ini berlaku jika terjadi pemumpukan satu komponen memiliki energi bebas jauh lebih negatif dibanding dengan muatan (ion, elektron) yang dikenal dengan muatan ruang, yang
komponen yang lain dalam pembentukan oksida. Kehadiran chrom dalam menghalangi gerakan ion dan elektron lebih lanjut.
alloy misalnya, memberikan ketahanan lebih baik terhadap terjadinya
oksidasi.
Agar lapisan oksida menjadi protektif, beberapa hal perlu dipenuhi oleh Oksidasi Internal. Dalam alloy berbahan dasar tembaga dengan lapisan ini.
kandungan alluminium bisa terjadi oksidasi internal dan terbentuk Al 2 O 3 dalam matriksnya. Penyebaran oksida yang terbentuk itu membuat Ia tak mudah ditembus ion, sebagaimana;
material ini menjadi keras.
Ia harus melekat dengan baik ke permukaan metal;
oksida dan metal ini sangat dipengaruhi oleh bentuk permukaan Oksidasi Intergranular. Dalam beberapa alloy oksidasi selektif di bidang metal, koefisien muai panjang relatif antara oksida dan metal, laju
adhesivitas
antara
batas antar butiran terjadi jauh sebelum butiran itu sendiri teroksidasi. kenaikan temperatur relatif antara oksida dan metal; temperatur
Peristiwa in membuat berkurangnya luas penampang metal yang sangat berpengaruh pada sifat protektif oksida.
menyebabkan penurunan kekuatannya.
Ia harus nonvolatile , tidak mudah menguap pada temperatur kerja dan juga harus tidak reaktif dengan lingkungannya.
Oksidasi selektif bisa memberi manfaat bisa pula merugikan.
Korosi Karena Perbedaan Metal Elektroda
Peristiwa korosi ini merupakan peristiwa elektro-kimia, karena ia terjadi jika dua metal berbeda yang saling kontak secara listrik berada dalam lingkungan elektrolit
hubungan listrik
perbedaan ∆ ∆ ∆∆ G yang terjadi apabila kedua metal terionisasi dan melarutkan ion dari permukaan
anoda M 1 M 2 katoda
masing-masing ke elektrolit dalam jumlah yang ekivalen
elektrolit M 1 + n
Jika ∆ G <0 → M 1 → elektron → mereduksi ion M 2 → M 1 mengalami korosi Beda tegangan muncul antara M 1 dan M 2
Deret emf
Deret emf pada 25 o
C, volt. [12].
1 mole metal mentransfer 1 mole elektron ≈ 96.500 coulomb
Dengan pandangan setengah
Reaksi Elektroda
Potensial Elektroda
Na → Na + +e . −
Angka ini disebut konstanta Faraday , dan diberi simbol F reaksi, tegangan antara
anoda M 1 dan katoda M 2 Mg → Mg +2 + 2e −
tegangan antara M1 dan M2 + 1,67 jumlah dari potensial
dapat dinyatakan sebagai
Al → Al +3 + 3e −
+ 0,672 perubahan energi bebas
setengah reaksi. Potensial
Zn → Zn +2
+ 2e
∆ G = − nVF
(dalam volt)
setengah reaksi membentuk
Cr → Cr +3 + 3e −
perubahan G adalah negatif jika tegangan V deret yang disebut positif deret emf ( electromotive force series ).
0,000 dapat dipandang sebagai dua kali setengah-reaksi
Reaksi M 1 + ( n / m ) M + 2 m → M + 1 n + ( n / m ) M 2 basis
H 2 → 2H + + 2e −
− 0,345 dengan masing-masing setengah-reaksi adalah
M 1 → M 1 + n + ne −
Ag Ag + +e −
dengan
∆ G 1 = − nV 1 F Pt → Pt +2 + 2e −
M 2 → M + 2 m + me − dengan
Au → Au +3 + 3e −
∆ G 2 = − nV 2 F Au → Au + +e −
Korosi Karena Perbedaan Konsentrasi Ion Dalam Elektrolit
Dalam praktik, tidak harus ada membran dua metal sama tercelup dalam elektrolit dengan konsentrasi
Perbedaan kecepatan aliran fluida pada suatu permukaan
metal dapat menyebabkan terjadinya perbedaan berbeda
anoda
membran
Fe Fe katoda
konsentrasi ion pada permukaan metal tersebut
G per mole tergantung dari konsentrasi larutan.
Kecepatan fluida di bagian tengah cakram lebih rendah dari bagian
Anoda melepaskan ion dari
pinggirnya
permukaannya ke elektrolit dan
cakram
memberikan elektron
logam
Konsentrasi ion di bagian tengah
mereduksi ion pada katoda
berputar
lebih tinggi dibandingkan dengan bagian pinggir
membran untuk memisahkan elektrolit di mana anoda Bagian pinggir akan menjadi anoda tercelup dengan elektrolit di mana katoda tercelup
dan mengalami korosi agar perbedaan konsentrasi dapat dibuat
Korosi Karena Perbedaan Kandungan Gas Dalam Elektrolit
anoda Fe membran Apabila ion yang tersedia untuk proses sangat Fe katoda minim, kelanjutan proses yang terjadi
tergantung dari keasaman elektrolit
Breather valve
Dalam praktik, perbedaan kandungan oksigen ini terjadi misalnya pada fluida dalam tangki metal
O 2 O 2 Elektrolit bersifat basa atau netral
Permukaan fluida bersentuhan langsung dengan
OH −−−− terbentuk dari oksigen yang
udara sehingga terjadi difusi gas melalui
permukaan fluida. ion hidrogen pada katoda
Elektrolit bersifat asam
terlarut dan air
Kandungan oksigen di daerah permukaan akan ter-reduksi
terjadi reaksi
O 2 + 2H O + 4e − →
menjadi lebih tinggi dari daerah yang lebih jauh
2 4OH
dari permukaan
melapisi permukaan katoda; → konsentrasi oksigen menurun
H hasil reduksi menempel dan
terjadilah polarisasi pada katoda. → konsentrasi ion OH −−−− di permukaan
Dinding metal di daerah permukaan fluida akan
elektron dari anoda ke katoda menurun terjadi polarisasi katoda → → → → transfer
katoda meningkat
menjadi katoda
selanjutnya dan menurunkan V. Polarisasi menghambat proses
→ sedangkan yang lebih jauh akan menjadi
anoda
Namun pada umumnya atom
dan V juga menurun
hidrogen membentuk molekul gas hidrogen dan terjadi depolarisasi
Depolarisasi katoda dapat terjadi jika
katoda.
kandungan oksigen di sekitar katoda
bertambah melalui penambahan oksigen dari luar
79
80
Kondisi Permukaan Elektroda
Proses korosi melibatkan aliran elektron, atau arus listrik. Yang mendorong terjadinya korosi adalah perubahan energi bebas
Korosi Karena Perbedaan Stress
Jika permukaan katoda lebih kecil dari anoda, maka kerapatan arus listrik di katoda akan lebih besar dari kerapatan arus di anoda. Apabila pada suhu kamar terjadi deformasi pada sebatang logam (di
Keadaan ini menyebabkan polarisasi katoda lebih cepat terjadi dan daerah plastis), bagian yang mengalami deformasi akan memiliki
menghentikan aliran elektron; proses korosi akan terhenti. energi bebas lebih tinggi dari bagian yang tidak mengalami deformasi.
Jika permukaan anoda lebih kecil dari katoda, kerapatan arus di permukaan katoda lebih kecil dari kerapatan arus di anoda. Polarisasi Bagian metal di mana terjadi konsentrasi stress akan menjadi anoda
katoda akan lebih lambat dan korosi akan lebih cepat terjadi. dan bagian yang tidak mengalami stress menjadi katoda. Terbentuknya oksida yang bersifat protektif akan melindungi metal terhadap proses oksidasi lebih lanjut. Lapisan oksida ini juga dapat
melindungi metal terhadap terjadinya korosi. Ketahanan terhadap korosi karena adanya perlindungan oleh oksida
disebut pasivasi . Pasivasi ini terjadi karena anoda terlindung oleh lapisan permukaan yang memisahkannya dari elektrolit. Namun apabila lingkungan merupakan pereduksi, lapisan pelindung dapat tereduksi dan metal tidak lagi terlindungi.
81
82
Mengenal Mengenal Sifat Mengenal Mengenal Sifat Material Sifat Sifat Material Material Material
III III III III
Sudaryatno Sudirham