Analisis pengembangan ekonomi wilayah ka

An a l isis pen g emba n g a n ek o n o mi w il a y a h

k a bu pa t en n g a n j u k

d en g a n k o n sep a g r o po l it a n

Farida Puspitarini 3613100009 Muhammad Fadli 3613100021 Chikita Yusuf 3613100030 Lidya Yohana 3613100047

Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya makalah mengenai Analisis Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Nganjuk dengan Konsep Agropolitan ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi evaluasi IV mata kuliah Ekonomi Wilayah. Kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg; dan Vely, ST, MT, MSc. selaku dosen pengajar mata kuliah bersangkutan;

2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dalam proses penyelesaian makalah ini; dan

3. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan selama proses pembuatan makalah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempura. Maka dari itu, saran dan kritik

yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah di masa mendatang. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya, juga sebagai referensi penilitian mengenai Ekonomi Wilayah.

Surabaya, 24 Mei 2016

Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan ekonomi wilayah di setiap daerah di Indonesia tidaklah sama, karena pertimbangan dalam konsep pengembangan seperti pihak terkait, sumber daya yang dimiliki daerah, dan kebijakan internal wilayah sangat berpengaruh dalam proses pengembangan wilayah (Abidin, dalam Rambe 2010).

Pengembangan wilayah bertujuan untuk mendorong laju pertumbuhan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dengan indikator pendapatan per kapita yang merata dan tingkat pengangguran yang rendah (Alkadri, 2001). Pengembangan ekonomi wilayah juga dapat dilihat melalui PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) dan laju pertumbuhannya yang setiap tahun bertambah atau berkurang secara signifikan (Abidin, dalam Rambe 2010). Indikator pembangunan ekonomi tidak hanya di ukur dari pertumbuhan PDRB maupun PDRB per kapita tetapi juga indikator lainnya seperti ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, dan jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta penurunan tingkat pengangguran (Todaro dan Smith, 2006).

Pertumbuhan ekonomi wilayah dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu wilayah. Konsep ini menyangkut pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai suplai hasil akhir yang meningkat melalui transaksi atau pertukaran antarwilayah (Adisasmita, 2010). Suatu wilayah terbagi menjadi beberapa wilayah pembangunan yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, serta infrastruktur fisik dan kelembagaan penunjang pembangunan (Soemarno, 2011).

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi pertanian yang sangat tinggi dan mampu menyerap 75% tenaga kerja di perdesaan. Dengan kemampuan menyerap tenaga kerja yang demikian, maka penyerapan tenaga kerja per hektar di Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi pertanian yang sangat tinggi dan mampu menyerap 75% tenaga kerja di perdesaan. Dengan kemampuan menyerap tenaga kerja yang demikian, maka penyerapan tenaga kerja per hektar di

Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kabupaten dengan potensi pertanian yang dominan, dengan wilayah pertanian sebesar 43,026 Ha dan memiliki jumlah rumah tangga tani sebesar 165.895 (75,64%) dari total rumah tangga di Kabupaten Nganjuk yakni 28,14% di bawah sektor hotel dan restoran sebesar 37,84% (Nganjuk dalam Angka, 2012).

Pemanfaatan dan pengembangan potensi ekonomi daerah sesuai sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Nganjuk Tahun 2010-2030 kegiatan pertanian di Kabupaten Nganjuk mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah setempat dengan ditetapkannya Kabupaten Nganjuk sebagai Kawasan Agropolitan.

Dalam kawasan agropolitan yang telah ditetapkan, pengembangan agribisnis tidak terbatas pada tanaman pangan saja, namun juga pada tanaman hortikultura. Dilihat dari sisi kemandirian produksi, komoditas pertanian hortikultura mampu menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena campur tangan pemerintah terhadap harga produksi hortikultura relatif kecil (Sutisno, 1999).

Tingginya PDRB sektor pertanian di Kabupaten Nganjuk tidak di iringi dengan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Nganjuk. Hal ini terbukti dari masih banyaknya pengangguran di Kabupaten Nganjuk yang selama 5 (lima) tahun terakhir terus bertambah, yakni sebesar 37,16% pada Tahun 2013. Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Nganjuk pada Tahun 2013 meningkat dari 245.259 jiwa menjadi 277.169 jiwa.

Selain itu, menurut data dari website PNPM Mandiri menjelaskan bahwa sejumlah daerah di Kabupaten Nganjuk mempunyai permasalahan kesejahteraan sosial yang perlu ditanggulangi. Kecamatan tersebut termasuk dalam program PNPM Mandiri untuk kecamatan tertinggal dan mini infrastruktur (Istanto, 2009).

Dilihat dari jumlah keluarga petani yang menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kabupaten Nganjuk menunjukkan Location Quotient (LQ) tertinggi, yakni sebesar 3,639 atau nilai

LQ basis untuk tingkat petani miskin bernilai > 1, dengan jumlah pendapatan petani selama sebulan rata-rata berkisar antara Rp 700.000-Rp 800.000 di bawah UMR Kabupaten Nganjuk sebesar Rp 1.131.000. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah petani miskin di Kabupaten Nganjuk masih sangat banyak.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan sektor unggulan pertanian. Hal ini dimaksudkan karena basis ekonomi masyarakat berasal dari sektor pertanian sehingga sangat memungkinkan untuk mengembangkan perekonomian wilayah dengan sektor pertanian utamanya.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam perekonomian Kabupaten Nganjuk, sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting karena sektor ini memiliki kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Nganjuk. Oleh karena itu, yang menjadi pertanyaan dalam penulisan makalah ini adalah “Bagaimana cara meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Nganjuk dengan komoditas unggulannya berbasis konsep pengembangan agropolitan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan makalah “Konsep Pengembangan Agropolitan Kabupaten Nganjuk” ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi komoditas unggulan di masing-masing wilayah di Kabupaten Nganjuk.

2. Manganalisis sektor-sektor potensial yang terdapat pada Kabupaten Nganjuk.

3. Memberikan arahan pengembangan ekonomi wilayah berbasis agropolitan Kabupaten Nganjuk dengan potensi sektor unggulan agar meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Nganjuk.

1.4 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah 5 (lima) kecamatan dengan pertanian di Kabupaten Nganjuk dengan luas wilayah 38.428,6 Ha yang terdiri dari Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Gondang, Kecamatan Bagor, Kecamatan Rejoso, dan Kecamatan Wilangan. Batas administratif wilayah penelitian adalah sebagai berikut:

Utara

: Kabupaten Bojonegoro dan Kecamatan Ngluyu

Selatan : Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan Pace, Kecamatan Nganjuk,

dan kecamatan Berbek

Timur

: Kecamatan Lengkong dan Kecamatan Baron

Barat

: Kabupaten Madiun

Gambar 1. 1 Kabupaten Nganjuk

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup wilayah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas pustaka-pustaka dan juga kebijakan yang digunakan untuk melakukan identifikasi persoalan masalah pengembangan ekonomi wilayah berbasis Bab ini membahas pustaka-pustaka dan juga kebijakan yang digunakan untuk melakukan identifikasi persoalan masalah pengembangan ekonomi wilayah berbasis

BAB III KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH

Bab ini berisi tentang teori dan konsep pengembangan wilayah berbasis ekonomi yang dapat diterapkan di Kabupaten Nganjuk berdasarkan hasil analisis, antara lain teori pengembangan wilayah, konsep agropolitan, keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lain, hubungan faktor distribusi dengan lembaga keuangan, dan konsep pengembangan agropolitan Kabupaten Nganjuk.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi hasil pengumpulan data dan informasi lapangan di Kabupaten Nganjuk, antara lain PDRB (kondisi perekonomian), hasil sektor pertanian, maupun kondisi fisik wilayah.

BAB V ANALISA

Bab ini berisi mengenai hasil analisis yang digunakan, yaitu Analisis Sektor, Analisis Sub- Sektor, dan Analisis Komoditas

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang didpatkan dari keseluruhan pembahasan makalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RTRW Kabupaten Nganjuk

2.1.1 Tujuan dan Kedudukan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Nganjuk

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Nganjuk sebagai pusat kawasan peruntukan pertanian di wilayah tengah pada wilayah Provinsi Jawa Timur yang didukung dengan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata, perdagangan, jasa dan industri yang berdaya saing.

2.1.2 Strategi Kebijakan

(1) Strategi yang dilaksanakan dalam rangka penetapan, pengembangan dan pengendalian fungsi kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, meliputi:

a. Menetapkan lokasi fungsi peruntukan lahan sawah yang dipertahankan;

b. Mengembangkan potensi lahan sawah produktif dan meningkatkan status fungsi sawah yang dipertahankan;dan

c. Mengendalikan secara ketat alih fungsi lahan sawah beririgasi. (2) Strategi yang dilaksanakan dalam rangka penetapan dan pengaturan pengelolaan kawasan budidaya untuk mendukung perekonomian wilayah sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, meliputi:

a. Mengatur pola pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produktivitas lahan pada peruntukan pertanian perdagangan, jasa, industri dan pariwisata;

b. Mengendalikan perubahan alih fungsi lahan untukmendukung pengembangan peruntukan pertanian, perdagangan dan jasa, industri dan pariwisata dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan

c. Mengembangkan dan mengendalikan pertumbuhanpermukiman yang aman, nyaman,

serta seimbang dengan mempertimbangkan kemampuan daya dukung lingkungan.

2.1.3 Rencana Struktur Ruang Agropolitan

Pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari sistem perekonomian wilayah.

Pengembangan sektor ekonomi perdesaan bertumpu pada sektor pertanian serta memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat, dengan pengembangan agropolitan di Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos, dan Kawasan Loceret, serta Kawasan Agropolitan Sukomoro dan sekitarnya. Rencana pengembangan untuk kawasan perdesaan di Kabupaten Nganjuk adalah sebagai kawasan agropolitan dan bahan baku pangan.

2.1.4 Rencana Pola Ruang

A. Kawasan Pertanian

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, meliputi:

a. Tanaman pangan;

b. Hortikultura;

c. Perkebunan; dan

d. Peternakan. (2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, meliputi:

a. Penetapan lokasi kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan tersebar di seluruh kecamatan di wilayah kabupaten; dan

b. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang dipertahankan dan dikembangkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan luas kurang lebih 51.630.9 ha;

(3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. Lereng Wilis tersebar di Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos, dan Kecamatan Loceret;

b. DAS Brantas tersebar di Kecamatan Prambon, Kecamatan Patianrowo dan Kecamatan Ngronggot; dan

c. Sub DAS Widas tersebar di Kecamatan Wilangan, Kecamatan Bagor, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Gondang dan Kecamatan Ngluyu. (4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi: c. Sub DAS Widas tersebar di Kecamatan Wilangan, Kecamatan Bagor, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Gondang dan Kecamatan Ngluyu. (4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:

b. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan perkebunan jenis tanaman karet dan vanili meliputi Kecamatan Loceret, Kecamatan Ngetos, Kecamatan Sawahan, dan sebagian di Kecamatan Pace;

c. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan perkebunan jenis tanaman tembakau meliputi Kecamatan Lengkong, Kecamatan Ngluyu dan Kecamatan Gondang;

d. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan perkebunan jenis tanaman tebu meliputi seluruh kecamatan wilayah kabupaten terkecuali Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Ngetos;

e. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan perkebunan jenis tanaman porang meliputi Kecamatan Bagor, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Ngluyu dan Kecamatan Ngetos;

f. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan perkebunan jenis tanaman mente meliputi Kecamatan Ngetos, Kecamatan Loceret dan Kecamatan Sawahan. (5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan peruntukan peternakan ternak besar meliputi Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan Bagor, Kecamatan Pace, Kecamatan Rejoso, dan Kecamatan Baron;

b. Penetapan lokasi untuk pengembangan kawasan peruntukan peternakan ternak kecil dan industri peternakan meliputi Kecamatan Pace, Kecamatan Loceret, Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatikalen, Kecamatan Wilangan dan Kecamatan Lengkong;

2.1.5 Kawasan Strategis

(1) Kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a adalah mempunyai kriteria:

a. Merupakan aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki potensi cepat tumbuh

b. Adanya sektor unggulan yang dapat menggerakan ekonomi b. Adanya sektor unggulan yang dapat menggerakan ekonomi

d. Adanya kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi

e. Mempunyai fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahan pangan atau

f. Mempunyai fungsi mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi (2) Kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penetapan lokasi dalam wilayah kabupaten, meliputi:

a. Kawasan strategis agropolitan lingkar wilis ditetapkan di kawasan Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos dan kawasan Loceret;

b. Kawasan strategis perbatasan Jombang-Nganjuk-Kediri;

c. Kawasan agropolitan Sukomoro dan sekitarnya;dan

d. Kawasan strategis sepanjang koridor jalan arteri.

2.2 RPJMD Kabupaten Nganjuk Tahun 2014 – 2018

2.2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

A. Visi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Nganjuk akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan, berisikan cita dan citra yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh seluruh komponen dan pemangku

kepentingan. Pernyataan Visi Kabupaten Nganjuk adalah “Terwujudnya Kejayaan Nganjuk Berlandaskan Iman Dan Taqwa, Dengan Prioritas Sektor Utama Pembangunan Yang Bertumpu Pada Pengembangan Perdagangan Dan Industri Berbasis Potensi Pertanian

Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan Masyarakat”. Pernyataan visi tersebut dilandasi pada nilai-nilai yang melekat didalam perilaku kehidupan keseharian masyarakat Kabupaten Nganjuk. Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, di mana nilai-nilai yang terkandung Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan Masyarakat”. Pernyataan visi tersebut dilandasi pada nilai-nilai yang melekat didalam perilaku kehidupan keseharian masyarakat Kabupaten Nganjuk. Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, di mana nilai-nilai yang terkandung

 Terwujudnya, terkandung upaya dan peran Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Kejayaan Kabupaten Nganjuk yang berlandaskan iman dan taqwa.  Kejayaan, suatu keadaan/kondisi masyarakat yang memiliki nilai lebih serta mempunyai

daya saing yang tinggi sehingga menjadikan Kabupaten Nganjuk besar dan unggul.  Iman dan Taqwa, bahwa masyarakat Kabupaten Nganjuk merupakan masyarakat yang agamis. Senantiasa mendasari perikehidupan sehari-hari dengan tuntunan agama untuk

meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berkembangnya akhlak mulia untuk mengukuhkan landasan spiritual, moral dan etika yang berdampak terhadap etos kerja.

 Keadilan, yaitu bahwa upaya untuk pencapaian kesejahteraan masyarakat Nganjuk dan mengurangi kesenjangan sosial harus dilakukan secara menyeluruh, dengan dilandasi

keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan kelompok/wilayah yang masih lemah, dengan komitmen yang sungguh-sungguh untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis, dan menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial, sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender

 Kesejahteraan, yang bermakna bahwa pencapaian kesejahteraan masyarakat sebagai sebuah keniscayaan akan kehilangan makna tatkala tidak diikuti oleh nilai-nilai luhur

keagamaan yang menjadi landasan. Rakyat Nganjuk sebagai masyarakat yang agamis, maka untuk mewujudkan masyarakat Nganjuk yang sejahtera yaitu kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang terpenuhi kebutuhan lahir dan peningkatan ke-shaleh-an sosial masyarakat, dalam pengertian ada keseimbangan dengan peningkatan kualitas pemahaman agama dan kehidupan beragama. Kesejahteraan yang dilandasi dengan nilai-nilai keagamaan ini, pada gilirannya akan mengarah pada kondisi masyarakat sejahtera yang bermartabat.

B. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya. Misi yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk mencapai Visi adalah sebagai berikut:

1. Terus mengembangkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan pelayanan prima dengan nuansa kehidupan yang religius.

2. Meningkatnya pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Masa Depan.

3. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui pembinaan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada perdagangan dan industri yang berbasis potensi pertanian.

4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap mengedepankan aspek pelestarian lingkungan hidup.

5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.

6. Mengembangkan pola kehidupan dan hubungan masyarakat yang adil, berartabat, tertib dan tentram. Misi pertama ditujukan untuk terselenggaranya pemerintahan dan pelayanan publik

yang prima berlandasakan Iman dan Taqwa. Misi kedua ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Misi ketiga ditujukan untuk terwujudnya peningkatan perekonomian daerah melalui pembinaan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada perdagangan dan industri berbasis potensi pertanian dalam rangka mendukung penciptaan dan perluasan kesempatan kerja dan berusaha.

Misi keempat ditujukan untuk Meningkatnya Meningkatnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan.

Misi kelima ditujukan untuk Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Misi keenam ditujukan untuk terwujudnya rasa aman dan nyaman dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Tujuan dan Sasaran

Untuk merealisasikan pelaksanaan Misi Pemerintah Kabupaten Nganjuk perlu ditetapkan Tujuan pembangunan daerah (goal) yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Tujuan pembangunan daerah ini ditetapkan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan kabupaten secara umum. Di samping itu juga dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan terhadap misi serta program yang telah ditetapkan. Adapun Sasaran (objective) pembangunan daerah merupakan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan (goal) yang telah ditetapkan. Sasaran yang ingin dicapai:

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian dan perkebunan.

2. Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Hasil Peternakan.

3. Meningkatnya ketersediaan pangan daerah.

4. Meningkatnya produksi dan produktivitas perikanan.

5. Meningkatnya kualitas tenaga kerja, kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja.

6. Meningkatnya kualitas koperasi dan usaha kecil dan menengah (UMKM).

7. Meningkatnya kualitas pelayanan perijinan dan investasi di daerah.

8. Meningkatnya jumlah kunjungan wisata.

9. Meningkatnya volume perdagangan barang-barang sektor unggulan.

10. Meningkatnya produksi sektor industri.

11. Tersedianya calon transmigran yang siap diberangkatkan ke tempat tujuan.

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Nganjuk dengan luas wilayah 122.433,1 ha atau 1,224.33 km2 merupakan wilayah subur di bagian barat provinsi Jawa timur. Kabupaten Nganjuk merupakan salah 1 dari 4 kabupaten lain di Jawa Timu r yang berada di kaki pegunungan Wilis, yang terletak antara 115⁰5„ - 112⁰13‟ BT dan 7⁰20‟ -7⁰50‟ LS.

Kabupaten Nganjuk terbagi dalam 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan, dengan dataran rendah (ketinggian 46-95 mdpl) terdiri 16 kecamatan dan sisanya dataran tinggi wilayah pegunungan (ketinggian 150-750mdpl). sawah 35% (43.052.5 Ha) tanah kering 27% (32.373,6 Ha) dan tanah hutan 38% (47.007 Ha).

Batas-batas wilayah Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut: Sebelah utara

: Kabupaten Bojonegoro,

Sebelah selatan

Tulungagung Sebelah timur

: Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri

Sebelah barat

: Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Madiun.

Gambar 1. 2 Peta Batas Administrasi Kabupaten Nganjuk

Sumber: RTRW Kabupaten Nganjuk, 2010

3.2 Gambaran Umum Perekonomian

3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Nganjuk dihitung dari perkembangan PDRB menurut harga konstan. Selama tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk rata-rata per tahun adalah sebesar 6,28%.

Pertumbuhan sektoral paling tinggi adalah sektor perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,74 % per tahun kemudian sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 7,66%, dan sektor Bangunan sebesar 7,36%.

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Nganjuk Menurut Harga Konstan (%) Kategori

2013 2014 Pertanian, Kehutanan dan

1. Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian

a. Tanaman Pangan

1,753.30 1,807.40 b. Tanaman Hortikultura

740.5 755.8 c. Perkebunan

328 332.9 d. Peternakan

1,255.20 1,261.70 e. Jasa Pertanian dan

190.9 204.7 Kayu 3. Perikanan

2. Kehutanan dan Penebangan

Pertambangan dan Penggalian

1. Pertambangan Minyak, Gas 0 0 0 0 0

dan Panas Bumi

2. Pertambangan Batubara dan 0 0 0 0 0

Lignit

3. Pertambangan Bijih Logam

0 0 0 0 0 4. Pertambangan dan Penggalian

C Industri Pengolahan 1,511.80 1,582.80 1,650.90 1,745.50 1,836.10 D Pengadaan Listrik dan Gas

1. Ketenagalistrikan 5.1 5.5 6 6.2 6.3

2. Pengadaan Gas dan Produksi 1 1.1 1.1 1.1 1.2 Es

Pengadaan Air, Pengelolaan 14.3 14.9 15.2 15.7 16 E Sampah, Limbah dan Daur Ulang

F Konstruksi 1,013.60 1,074.00 1,141.20 1,226.50 1,308.90 Perdagangan Besar dan Eceran;

1,821.40 1,994.31 2,212.90 2,457.00 2,655.90 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1. Perdagangan Mobil, Sepeda

Motor dan Reparasinya

2,258.00 2,338.70 Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

2. Perdagangan Besar dan

Transportasi dan Pergudangan

H 1. Angkutan Rel 6.8 6.9 7 7.1 7.9 2. Angkutan Darat

126 136 3. Angkutan Laut

0 0 0 0 0 4. Angkutan Sungai dan

0 0 0 0 0 Penyebaran

5. Angkutan Udara 0 0 0 0 0 6. Pergudangan dan Jasa

40.6 43 46.5 50.7 54.8 Penunjang Angkutan

233.9 250.5 I Makan Minum

Penyediaan Akomodasi dan

1. Penyediaan Akomodasi 2.2 2.3 2.5 2.7 2.9

2. Penyediaan Makan Minum

J Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

149.4 159.9 2. Asuransi dan Dana Pensiun

1. Jasa Perantara Keuangan

19.8 22.3 25 28.1 30.4 3. Jasa Keuangan Lainnya

4. Jasa Penunjang Keuangan 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3

233.3 248.3 M.N

L Real Estate

Jasa Perusahaan 38.7 40.4 42.2 44.8 47.6 Administrasi Pemerintahan,

687.1 699.6 O Pertahan dan Jaminan Sosial

P Jasa Pendidikan

476.5 504.3 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

59.3 66.6 72.4 78 83.2 Q Sosial

R.S.T.U Jasa lainnya

Sumber: RPJMD Kabupaten Nganjuk, 2014-2018

Sektor pertanian yang merupakan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kabupaten Nganjuk, mengalami pertumbuhan paling rendah dibandingkan semua faktor yang ada yaitu sebesar 3,04% per tahun. Kondisi ini disebabkan berkurangnya areal sawah produktif menjadi kurang produktif dan berkurangnya daya dukung lahan sawah. Oleh karena itu sangat diperlukan langkah-langkah nyata untuk mempertahankan ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Nganjuk. Sektor Industri pada kurun waktu yang sama meningkat rata-rata 5,01% per tahun.

Secara agregat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk tahun 2008 hingga 2010 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional dan propinsi, namun semenjak tahun 2010 pertumbuhan ekonomi nasional dan propinsi berada diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk.

Pada Tahun 2013, kegiatan ekonomi masyarakat yang pada gilirannya menumbuhkan perekonomian Kabupaten Nganjuk sebesar 6,73 persen, dimana ada 3 sektor ekonomi yang punya kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yakni ; Sektor Pertanian 27,26 persen, Perdagangan, Hotel dan Restauran 38,81 persen dan sektor Jasa-jasa 17,29 persen.

Tabel 1. 2 PDRB Kabupaten Nganjuk Menurut Harga Konstan

Sumber: RPJMD Kabupaten Nganjuk, 2014-2018

3.2.2 Investasi Kabupaten Nganjuk

Urusan Penanaman Modal merupakan salah satu urusan wajib yang harus dikelola dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Tanggung jawab dan wewenangnya terutama berkaitan dengan tujuan strategis Pemerintah Kabupaten Nganjuk berupa meningkatnya perekonomian daerah serta terselenggaranya pelayanan prima kepada masyarakat yang dilandasi moral agama. Kebijakan stratejik untuk urusan ini adalah meningkatkan investasi di daerah melalui promosi potensi daerah dan kemudahan perijinan serta meningkatkan layanan publik yang berorientasi pada kepuasan masyarakat sehingga mampu meningkatkan investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Nganjuk.

Nilai investasi yang ditanamkan di daerah merupakan indikator yang menunjukkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Nganjuk. Nilai investasi tahun 2012 sebesar Rp 137,91 miliar dengan tingkat penyerapan tenaga kerja 2.355 orang, kemudian pencapaian nilai investasi pada tahun 2013 sebesar Rp 146,19 miliar dengan tingkat penyerapan Nilai investasi yang ditanamkan di daerah merupakan indikator yang menunjukkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Nganjuk. Nilai investasi tahun 2012 sebesar Rp 137,91 miliar dengan tingkat penyerapan tenaga kerja 2.355 orang, kemudian pencapaian nilai investasi pada tahun 2013 sebesar Rp 146,19 miliar dengan tingkat penyerapan

Dari analisa pencapaian nilai investasi dari tahun 2012 ke tahun 2013 (year-to-year) mengalami kenaikan investasi, hal ini menunjukan iklim investasi di Kabupaten Nganjuk mempunyai prospek harapan yang optimis, baik dan meningkat serta menuju pada iklim investasi yang kondusif.

Tabel 1. 3 Realisasi Kinerja Investasi Daerah Kabupaten Nganjuk

146,19 154,68 yang ditanamkan di daerah

Nilai investasi

Rp.Miliar

Sumber: LKPJ Bupati Nganjuk 2010-2014

3.2.3 Potensi dan Permasalaha Perekonomian

 Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam perekonomian kabupaten Nganjuk.

Sedangkan komoditi sayuran yang menonjol adalah bawang merah. Sentra produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk adalah: Kecamatan Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Bagor dan Kecamatan Gondang. Selain tanaman pangan dan sayuran. Kabupaten Nganjuk penghasil buah-buahan/hortikultura yang potensial, antara lain: melon, semangka, mangga, jeruk, durian, alpokat, duku, rambutan, pepaya, sawo dan salak.

 Peternakan Jenis produk ternak unggulan Kabupaten Nganjuk adalah : sapi, sapi perah dan kambing.

Potensi ternak sapi Kabupaten Nganjuk terutama di Kecamatan Prambon, Tanjunganom, Loceret dan Rejoso.

 Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat

Industri kecil dan kerajinan rakyat yang menonjol di Kabupaten Nganjuk adalah :

A) MEBELAIR DAN KAYU OLAHAN Sentra industri mebel kayu jati terutama di Kecamatan Berbek, Kecamatan Gondang, Kecamatan Bagor, Kecamatan Nganjuk, Kecamatan Wilangan dan Kecamatan Rejoso.

B) KERAJINAN SHUTTLECOCK.

Kualitas shuttlecock produksi dari Kabupaten Nganjuk cukup tinggi, terbukti banyak produk shuttlecock dijual tanpa merk yang khusus untuk melayani pabrik shuttlecock terkenal selanjutnya dijual dengan merk pabrik tersebut. Shuttlecock produk Kabupaten Nganjuk telah banyak digunakan pada even-even regional maupun nasional. Dari keseluruhan unit usaha shuttlecock di Kabupaten Nganjuk dapat memproduksi kurang-lebih 300.000 dosin per tahun.

 Pariwisata Obyek Wisata di Kabupaten Nganjuk yang penting adalah :Air Terjun Sedudo terletak di

Desa Ngliman Kecamatan Sawahan; Taman Rekreasi Anjuk Ladang (TRAL), Kolam Renang Margo Mulyo dan Goa Margo tresno di Kecamatan Ngluyu dan Obyek Wisata Roro Kuning di Kecamatan Ngetos. Obyek wisata tersebut pada Tahun Anggaran 2008 sampai tahun 2012 terus dikembangkan dan dilengkapi sarana dan prasarananya, yang diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nganjuk.

Gambar 1. 3 Obyek Pariwisata Kabupaten Nganjuk

Sumber: Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur, 2013

Disamping obyek wisata yang dikelola pemerintah, juga terdapat obyek wisata yang bertaraf nasional yang dikelola oleh swasta yaitu The ”Legend” Water Park di Kertosono yang berdiri sejak Tahun 2009. Taman Rekreasi air ini meskipun dikelola oleh swasta juga memberikan

kontribusi perekonomian di Kabupaten Nganjuk.

3.2.4 Aspek Daya Saing Daerah

3.2.4.1 Keuangan Daerah

Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah guna melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tuntutan peningkatan PAD semakin besar mengingat pelayanan kepada masyarakat selayaknya memenuhi SPM. Kebijakan yang ditetapkan untuk meningkatkan pendapatn asli daerah dirumuskan sebagai berikut :

1) Optimalisasi pemanfaatan aset daerah dan sumber daya alam dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi.

2) Penyesuaian taraf baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat, diikuti dengan meningkatkan pelayanan baik dalam pemungutan maupun pengelolaannya.

3) Melakukan intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi melalui perbaikan manajemen dengan menggunakan sistem informasi penerimaan daerah yang lebih dapat diandalkan. Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh yang mencalup jumlah dan potensi terhadap data obyek pajak dan retribusi.

4) Meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah melalui peningkatan sistem pemungutan, sistem pengedalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian insentif biaya pemungutan.

5) Mencari obyek bagi sumber – sumber penerimaan baru yang memiliki potensi yang menguntungkan

Penerimaan dan pengeluaran rutin Kabupaten Nganjuk dapat di cermati pada Tabel 3.3 Realisasi APBD tahun 2014 sebesar Rp 1.715,83 milyar, mengalami kenaikan 14% bila dibandingkan tahun anggaran sebelumnya (Rp 1.505,043 milyar). Penerimaan terbesar adalah dari penerimaan bagian Dana Alokasi Umum ( DAU ). Sedangkan dari sisi pengeluaran pembangunan sebesar Rp 1.486,897 milyar dan yang terbesar adalah pengeluaran di bidang Pendidikan. Data perbankan menunjukkan adanya penambahan beberapa fasilitas perbankan dibanding tahun sebelumnya yaitu penambahan kantor kas, kas mobil, payment poin, dan jumlah ATM. Data Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mulai bulan Desember 2014 mengalami pemindahan pengawasan ke OJK.

Gambar 1. 4 Grafik APBD dan Posisi data Keuangan Bank Umum

Sumber: Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2015

Tabel 1. 4 Realisasi APBD Kabupaten Nganjuk (Juta Rp) tahun 2012-2014

1. Sisa tahun lalu

2. Pendapatan Asli Daerah

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Laba Perusahaan milik Daerah dan

3450 3223 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

d. Lain-Lain PAD yang sah

3. Bagian Dana Perimbangan 1231344 1405967 1568917

a. Bagi Hasil Pajak

b. Bagi Hasil Bukan Pajak

c. Dana alokasi Umum (DAU)

d. Dana Alokasi Khusus (DAK)

e. Dana Darurat

f. Dana Penyesuaian

g. Bagi Hasil Pajak

h. Bantuan dari Provinsi 14356 33282

4. Pinjaman Daerah

a. Pinjaman Dalam Negeri

b. Pinjaman Luar Negeri

444 2735 Jumlah/Total

5. Lain-Lain Penerimaan Yang Sah

Sumber: Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2015

3.2.4.2 Potensi Daya Dukung Lahan

 Topografi Topografi Kabupaten Nganjuk meliputi, sebelah barat daya merupakan daerah

pegunungan (Gunung Wilis) dengan ketinggian 1.000 sampai dengan 2.300 m DPL, potensial untuk tanaman perkebunan dan holtikultura. Bagian tengah merupakan dataran rendah dengan ketinggian 60-140 m DPL, merupakan daerah pertanian tanaman pangan dan holtikultura. Bagian utara merupakan daerah pegunungan (Pegunungan Kendeng) dengan ketinggian 60-

300 m DPL, yang merupakan daerah hutan jati, lahan potensial untuk tanaman tembakau dan bahan galian kapur.

Sebagian besar kecamatan berada pada dataran rendah dengan ketinggian antara 46 meter sampai dengan 95 meter di atas permukaan laut. Sedangkan 4 (empat) kecamatan berada pada daerah pegunungan dengan ketinggian 150 meter sampai 750 meter di atas permukaan laut. Daerah tertinggi terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan.Pada bagian dataran rendah, keadaan air tanah merupakan air tanah dangkal. Kabupaten Nganjuk dilewati oleh Kali Widas yang berasal dari Kabupaten Madiun dan Kali Kuncir yang melewati Kota Nganjuk di bagian utara dan selatan. Kedua sungai tersebut bertemu di Kali Kedungsoko yang mengalir ke utara bertemu dengan Kali Widas. Kali Widas tersebut mengalir ke timur melalui Kecamatan Lengkong dan bermuara di Kali Brantas yang merupakan batas wilayah kabupaten Nganjuk bagian timur.

 Jenis Tanah Jenis tanah di Kabupaten Nganjuk terdiri dari 6 (enam) macam yaitu andosol, latosol, gromosol, alluvial, regosol dan litosol dengan klasifikasi tanah yang tersebar di 20 kecamatan.

 Hidrologi Secara umum, curah hujan di Kabupaten Nganjuk dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Timur tidak terlalu jauh berbeda. Kabupaten Nganjuk pada bulan Juni sampai dengan September/Oktober terjadi musim kemarau dan pada bulan Nopember/Desember sampai bulan Mei mengalami musim penghujan. Pada bulun-bulan tertentu pada musim kemarau yaitu bulan Juli – September berhembus angin kencang dari gunung Wilis menuju Kabupaten Nganjuk, karena itu pula Kabupaten Nganjuk dikenal dengan sebutan kota angin.

 Klimatologi Kali Widas beserta anak-anak sungainya antar lain kali kedungsoko dan kali Kedung

Pedet mengalir melewati tengah Kabupaten Nganjuk yang merupakan dataran rendah , Pada musim penghujan daerah ini menerima beban debit air yang cukup besar dari lereng gunung wilis, sehingga daerah-daerah ini yang meliputi beberapa kecamatan sering mengalami bencana banjir. Keadaan air tanah di Kabupaten Nganjuk pada wilayah dataran rendah merupakan air Pedet mengalir melewati tengah Kabupaten Nganjuk yang merupakan dataran rendah , Pada musim penghujan daerah ini menerima beban debit air yang cukup besar dari lereng gunung wilis, sehingga daerah-daerah ini yang meliputi beberapa kecamatan sering mengalami bencana banjir. Keadaan air tanah di Kabupaten Nganjuk pada wilayah dataran rendah merupakan air

 Wilayah Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e, meliputi

kawasan rawan longsor dan gerakan tanah, rawan banjir dan jalur evakuasi.

1) Kawasan rawan longsor dan gerakan tanah meliputi kawasan Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos dan Kecamatan Loceret.

2) Kawasan rawan bencana banjir meliputi wilayah Kecamatan Prambon, Kecamatan Kertosono, Kecamatan Patianrowo, Kecamatan Tanjunganom, Kecamatan Pace, Kecamatan Nganjuk, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Gondang, Kecamatan Sukomoro dan Kecamatan Jatikalen.

3) Jalur evakuasi bencana alam meliputi:

a. penetapan jalur evakuasi apabila terjadi bencana dengan mengoptimalkan jaringan jalan yang ada.

b. jalur evakuasi bencana longsor dan gerakan tanah melalui jalan yang ada di Kecamatan Sawahan, Kecamatan Ngetos dan Kecamatan Loceret

3.2.4.3 Sarana dan Prasarana

 Jaringan Jalan Panjang jalan di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2011 bila dibagi menurut jenis

permukaan adalah di aspal sepanjang 1,729.29 km, kerikil (makadam) sepanjang 100.76 km dan jalan tanah sepanjang 77.504 km. Keadaan jalan yang kondisinya baik sepanjang 1,231.44 km, kondisi sedang sepanjang 576.252 km dan yang kondisinya rusak sepanjang 99.862 km sedangkan yang kondisinya rusak berat sepanjang 0 km. Bila dilihat dari kelas jalan, jalan terpanjang adalah kelas V sepanjang 1,449.603 km.

Gambar 1. 5 Panjang Jalan berdasarkan Status 2011 Sumber: Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2011

Banyaknya kendaraan bermotor di kabupaten Nganjuk, jenis kendaraan bermotor yang paling banyak adalah sepeda motor, kemudian colt/STWG dan truk. Sedangkan kendaraan tidak bermotor paling banyak adalah sepeda.

 Jaringan Listrik Jaringan listrik di Kabupaten Nganjuk dilayani oleh PLN, namun untuk disttribusinya

belum merata ke seluruh wilayah di Kabupaten Nganjuk. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi meliputi energi listrik dan energi lainnya. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan meningkatkan pelayanan kebutuhan energi listrik maka perlu adanya pengusahaan pengembangan energi alternatif.

 Jaringan Persampahan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Nganjuk yang tergolong dalam kawasan perdesaan dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar).

 Jaringan Air Bersih Kondisi jaringan air bersih di Kabupaten Nganjuk termasuk ke dalam ranah kerja

pembangunan di bidang perumahan dengan indikator sasaran berjumlah 3 (tiga) yaitu pelayanan air bersih, ketersediaan drainase lingkungan, dan terpenuhinya jalan lingkungan.

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air bersih sampai tahun 2014 atau sebesar 15,11% dari total jumlah penduduk Kabupaten Nganjuk. Terjadinya penurunan persentase sasaran pada tahun 2014 karena adanya pendataan ulang dan pemisahan kewenangan penyediaan air bersih antara PDAM dan SKPD.

Tabel 1. 5 Realisasi Kinerja Pembangunan Bidang Perumahan Kabupaten Nganjuk

Indikator Sasaran

Persentase penduduk yang

25,98 32,41 15,11 mendapatkan pelayanan air bersih

Sumber: LKPJ Bupati Nganjuk 2010-2014

 Jaringan Drainase Persentase pemenuhan jaringan irigasi yang berfungsi baik, merupakan indikator yang

menggambarkan upaya pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan jaringan irigasi untuk menunjang pembangunan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jaringan irigasi yang berfungsi dengan baik pada tahun 2014 sebesar 60% dari seluruh panjang saluran dan bangunan irigasi yang ada.

Persentase kelompok HIPPA yang aktif adalah bagian dari masyarakat yang memanfaatkan dan memelihara jaringan irigasi sehingga mampu menghasilkan nilai tambah atas sarana dan prasarana yang telah tersedia. Kelompok HIPPA yang aktif pada tahun 2014 sebesar 74,30% dari total seluruh jumlah HIPPA yang ada. Tren peningkatan dari tahun 2010 ini terjadi karena Pemerintah Daerah secara intensif memberikan pelatihan dan pembinaan bagi kelompok-kelompok HIPPA di Kabupaten Nganjuk.

Tabel 1. 6 Realisasi Kinerja Pembangunan Bidang Pengairan Kabupaten Nganjuk

Indikator Sasaran

Pemenuhan jaringan

60 irigasi yang berfungsi baik Kelompok HIPPA yang %

73,5 74,3 aktif/berkembang

Sumber: LKPJ Bupati Nganjuk 2010-2014

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Sektor

4.1.1 Identifikasi Sektor Basis di Kabupaten Nganjuk

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sektor basis pada suatu wilayah, yaitu dengan teknik analisis Location Quotient (LQ). Teknik analisis location quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Logika dasar Location Quotient (LQ) adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. (Widodo, 2006). Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan atau biasanya secara nasional. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut nantinya dapat berupa jumlah tenaga kerja per-sektor ekonomi, jumlah produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:

Vik

= Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada Kabupaten Nganjuk

Vk = Pendapatan (tenaga kerja) total Kabupaten Nganjuk Vip

= Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada Provinsi Jawa Timur

Vp = Pendapatan (tenaga kerja) total Provinsi Jawa Timur  Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebihtinggi daripada tingkat kota.  Jika LQ < 1, disebut sektor non basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinyalebih rendah daripada tingkat kota.  Jika LQ = 1, tingkat spesialisasi wilayah perencanaan sama dengan tingkat kota.

Tabel 1. 7 Hasil Analisis LQ Kabupaten Nganjuk

Tahun LQ

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

2.660362 2.832318 2.945834127 3.035288 3.18087 Pertambangan dan Penggalian

0.383316 0.401735 0.437477057 0.469136 0.503669 Industri Pengolahan

0.448609 0.480455 0.494297583 0.517912 0.536694 Pengadaan Listrik dan Gas

0.11795 0.139203 0.163058472 0.170913 0.181777 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.154445 1.181869 1.257820796 1.307612 1.410764 Konstruksi

0.981561 1.048604 1.091659713 1.138982 1.222565 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0.905282 0.971248 1.048513078 1.149512 1.260333 Transportasi dan Pergudangan

0.489735 0.501829 0.527394403 0.550746 0.59315 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 0.350409 0.352298 0.351946868 0.353416 0.340951 Informasi dan Komunikasi

0.914463 0.962195 0.979389124 1.010557 1.090116 Jasa Keuangan dan Asuransi

0.904765 0.918734 0.884932434 0.866344 0.869928 Real Estate

1.024847 1.031506 1.056066882 1.061964 1.120017 Jasa Perusahaan

0.43239 0.433862 0.430113617 0.421521 0.425323 Administrasi Pemerintahan, Pertahan dan Jaminan Sosial

2.002138 2.080199 1.982763802 2.031937 1.813791 Jasa Pendidikan

1.376784 1.391736 1.316925256 1.297474 1.307454 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0.952259 0.953075 0.949810521 0.949182 0.935 Jasa lainnya

1.891802 2.025831 2.153144726 2.210234 2.219888 Sumber : Hasil Analisa 2016

Berdasarkan hasil analisis LQ sektor yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sektor basis adalah yang memiliki nilai LQ > 1, maka sektor basis yang terdapat pada Kabupaten Nganjuk pada tahun 2014 adalah pertanian diikuti dengan pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; real estate; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial; jasa pendidikan; serta jasa lainnya. Keenam sektor tersebut dinilai akan menambah keuntungan bagi Kabupaten Nganjuk jika dikembangan oleh pemerintah.

4.1.2 Identifikasi Pendapatan Bersih (PB) Sektor Perekonomian di Kabupaten Nganjuk

Setelah menganalisis sektor unggulan, maka pada tahap selanjutnya teknik analisis yang digunakan adalah Shift-Share. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan bersih (PB) dari masing-masing sektor perekonomian. Terdapat dua komponen yang akan dianilisis, yaitu KPP (Komponen Pertumbuhan Proporsional) dan KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah). KPP bertujuan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki pertumbuhan cepat ataupun lambat, sedangkan KPPW bertujuan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki daya saing ataupun tidak. Hasil perhitungan KPP, KPPW dan PB dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. 8 Perhitungan Shift-Share Sektor Perekonomian Kabupaten Nganjuk tahun 2014

Spesialisasi dalam

Pertanian, Kehutanan dan

komoditas yang

secara nasional

Mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam

Pertambangan dan

komoditas yang

secara nasional

Mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

Industri Pengolahan

secara nasional

Mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

Pengadaan Listrik dan Gas

secara nasional

Mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam

Pengadaan Air, Pengelolaan

komoditas yang

Sampah, Limbah dan Daur

secara nasional

Mempunyai

Ulang

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

secara nasional

mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam

Perdagangan Besar dan

komoditas yang

Tidak

Eceran; Reparasi Mobil dan

secara nasional

mempunyai

Sepeda Motor

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam

Transportasi dan

komoditas yang

secara nasional

mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam

Penyediaan Akomodasi dan

komoditas yang

Makan Minum

secara nasional

mempunyai

tumbuh lambat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

Tidak

Informasi dan Komunikasi

secara nasional

mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

Tidak

Jasa Keuangan dan Asuransi

secara nasional

mempunyai

tumbuh lambat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

Tidak

Real Estate

secara nasional

mempunyai

tumbuh cepat

daya saing

Spesialisasi dalam komoditas yang

Jasa Perusahaan

secara nasional

Mempunyai

tumbuh lambat

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63