Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk A

Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016

Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk Analisis Kejadian Banjir di
Pulau Jawa Bagian Barat (Studi Kasus: Maret 2016)
Utilization of MODIS NRT Imagery Data to Analyze Flooding Event in
Western Part of Java Island (Case study : March 2016)
Shailla Rustiana1*), Sinta Berliana Sipayung2, Adi Witono2, dan Eddy Hermawan2
1

Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor
2
Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, LAPAN
*)

E-mail: [email protected]

ABSTRAK-Bencana banjir yang melanda wilayah Pulau Jawa bagian Barat termasuk Kota Jakarta, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut merupakan kejadian ekstrem seperti kejadian tahun 2007. Tahun
2016 ini, banjir terjadi pada bulan Maret yang menyebabkan sungai Citarum meluap. Meluapnya sungai Citarum
mengakibatkan 15 daerah di Kabupaten Bandung terendam banjir (BNPB) dan sebanyak 5.900 kepala keluarga yang
terdiri dari 24.000 jiwa terdampak banjir serta lebih dari 3.000 jiwa mengungsi (BPBD Kabupaten Bandung). Dengan

dilatarbelakangi masalah tersebut, diperlukan analisis lebih lanjut terkait bencana banjir, terutama dari kaca mata
penginderaan jauh. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kejadian banjir di Pulau Jawa bagian barat pada ,
tepatnya pada tanggal 12-13 Maret 2016dengan parameter atmosfer. Data yang digunakan merupakan data citra MODIS
Near Real Time (NRT) Global Flood Mapping dengan resolusi 250m dan data satelit curah hujan harian dari GSMaP
dan data reanalisis dari CHIRPS untuk analisis intensitas curah hujan ketika terjadi Banjir. Sementara perangkat lunak
yang digunakan adalah QGIS, Google Earth, dan GrADS. Hasil pengamatan citra MODIS flood map rataan 2 hari (1213 Maret 2016) menunjukkan kanal banjir yang ditandai dengan warna merah terdapat pada wilayah Jakarta, Bandung,
serta sebagian di wilayah Garut, Subang, Sumedang, dan Cirebon. Analisis citra MODIS sesuai dengan sebaran spasial
intensitas curah hujan rataan 2 hari dari GSMaP, yang menunjukkan curah hujan untuk wilayah-wilayah tersebut
berkisar 20-80 mm/hari yang tergolong dalam kategori sedang hingga lebat menurut BMKG. Maka, dengan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa citra MODIS NRT cukup baik untuk menganalisis kejadian banjir di wilayah Pulau
Jawa bagian barat pada bulan Maret 2016.
Kata kunci: Banjir, CHIRPS, GSMaP, MODIS
ABSTRACT -Floods in the western part of Java Island area, including the Jakarta City, Bandung, Sumedang and
Garut Regency is the most extreme incident like the incident in 2007. In 2016, flood occurred in March that caused the
Citarum river overflowed. The overflowed of the Citarum river resulted in 15 regions in Bandung Regency were flooded
(BNPB) and as many as 5,900 heads of households consisting of 24,000 inhabitants affected by the floods and more
than 3,000 people displaced (BPBD Bandung). With this background, further analysis related to floods, especially from
remote sensing is needed. This study was conducted to analyze the incidence of flooding in the western part of Java
Island on March 12-13, 2016 with atmospheric parameters. The data used is the MODIS Near Real Time (NRT) Global
Flood Mapping data with a resolution of 250m and daily rainfallsatellite data with GSMaP and reanalysis data from

CHIRPS for the analysis of rainfall intensity during a flood. While the software used areQGIS, Google Earth, and
GrADS. Observations flood MODIS image folder averaging 2 days (March, 12-13 2016) shows the floods are marked
with red color found in Jakarta, Bandung, and partly in the area of Garut, Subang, Sumedang and Cirebon. MODIS
image analysis in accordance with the spatial distribution of rainfall intensity averaging 2 days of GSMaP, which
shows rainfall in these areas ranged from 20-80 mm/day were classified in the category of moderate to heavy rainfall
by BMKG. Thus, the results of this study show that MODIS NRT imagery is good enough to analyze the flooding event
in the western part of Java Island on March 2016.
Keywords: Floods, CHIRPS, GSMaP, MODIS

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Curah hujan yang cukup tinggi hingga ekstrem sering dikategorikan sebagai penyebab utama timbulnya
kejadian banjir. Bencana banjir yang terjadi di wilayah Pulau Jawa bagian Barat, terutama Kabupaten
Bandung merupakan kejadian yang berdampak ektsrem seperti kejadian tahun 2007. Pada tahun 2016 ini,

-794-

Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk Analisis Kejadian Banjir di Pulau Jawa Bagian Barat (Studi Kasus: Maret 2016)
(Rustiana, S., dkk.)


banjir terjadi pada tanggal 12 – 13 Maret yang menyebabkan sungai Citarum meluap. Meluapnya sungai
Citarum tersebut mengakibatkan 15 daerah di Kabupaten Bandung terendam banjir (BNPB) dan sebanyak
5.900 kepala keluarga yang terdiri dari 24.000 jiwa terdampak banjir serta lebih dari 3.000 jiwa mengungsi
(BPBD Kabupaten Bandung).
Banjir sering dikenal sebagai peristiwa yang paling dahsyat di seluruh dunia. Pemetaan menjadi elemen
umum untuk mengidentifikasi daerah rawan banjir, persiapan tanggap darurat, dan desain tindakan
perlindungan banjir serta pemeriksaan banjir (Fazeli dkk., 2015). Untuk memantau adanya kejadian banjir di
suatu daerah dapat dilakukan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Penentuan zonasi banjir pada lahan
sawah di Jawa Tengah yang sebelumnya dilakukan oleh Rahmadany dkk (2014), dapat dilakukan dengan
satelit Terra MODIS. Data MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) merupakan satelit
penginderaan jauh yang memiliki kemampuan untuk memantau kawasan secara luas, permukaan bumi dan
fenomena lingkungan dengan resolusi spasial 250m, 500m, dan 1000m. Satelit ini dapat mencakup wilayah
cakupan yang luas, yaitu sekitar 2.330 km setiap hari dengan resolusi spektral sebanyak 36 kanal. Satelit ini
mulai beroperasi sejak tanggal 18 Desember 1999 (Terra) dan 4 Mei 2002 (Aqua) (Zubaidah dkk., 2013).
Satelit turunan pemetaan banjir yang menedekati waktu sebenarnya (Near Real Time) sangat penting
untuk pemegang saham dan pembuat kebijakan dalam pemantauan bencana dan upaya bantuan (Sun dkk.,
2011). Citra MODIS yang dapat memonitoring banjir (Flood Mapping) merupakan menggunakan
pengamatan yang near real time (NRT). Dengan cakupan global resolusi 250m, citra MODIS NRT Flood
Mapping ini dapat memantau kejaidan banjir dengan baik (Nigro dkk., 2014). Selain citra MODIS NRT

Flood Mapping, digunakan pula data curah hujan satelit GSMaP dan reanalisis CHIRPS untuk menganalisis
distribusi curah hujan di wilayah kajian pengamatan.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan citra MODIS NRTFlood
Mapping dalam menganalisis kejadian banjir di Pulau Jawa bagian Barat pada tanggal 12-13 Maret 2016
serta mengkorelasikannya dengan distribusi curah hujan dari satelit GSMaP dan reanalisis CHIRPS.

2. METODE
2.1 Data dan Alat

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati kejadian bencana banjir di wilayah Pulau Jawa bagian Barat
pada tanggal 12 dan 13 Maret 2016. Data yang digunakan meliputi data citra MODIS NRTFlood
Mappingrataan 2 harian yang diunduh dalam format shapefile (shp) dan KMZ (Keyhole Markup Language,
KML yang telah dikompres) pada alamat: http://oas.gsfc.nasa.gov. Tampilan awal data MODIS NRTFlood
Mapping yang diunduh merupakan wilayah spasial 0°-10° LS dan 100°-110° BT (Gambar 1) yang mencakup
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa bagian Barat hingga Tengah,namun wilayah kajian yang akan diamati pada
penelitian ini hanya pada Pulau Jawa bagian Barat (wilayah dalam kotak hijau); data curah hujan harian
satelit Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP) NRT yang diunduh dari alamat:

http://sharaku.eorc.jaxa.jp; data curah hujan reanalisis harian dari Climate Hazard InfraRed Precipitation
with Station (CHIRPS) yang diunduh pada alamat:http://iridl.ldeo.columbia.edu; dan data Indonesia.shp
sebagai lapisan(layer) peta.

-795-

Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016

Gambar 1. Tampilan MODISNRT Flood Mapping untuk komposit 12-13 Maret 2016
(wilayah kajian : dalam kotak hijau)

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Quantum Geographycal Information
System (QGIS)Desktop versi 2.14.1 yang dapat diunduh di alamat: http://www.qgis.org; Google Earth,
Opening Grid Analysis and Display System (OpenGrADS) versi 2.02 yang diunduh di alamat:
http://opengrads.org; dan seperangkat Microsoft Office 2013.

2.2 Diagram Alir Penelitian

Langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat 4 tahap, terdiri atas:


3.

1
Plot data MODIS NRT Flood Mapping yang
mencakup wilayah kajian pengamatan pada
perangkat lunak QGIS (shp file) dan Google
Earth (KMZ file).

2
Potong (crop) data MODIS Flood Map NRT
yang sudah di-overlay (dilapiskan) pada peta
wilayah kajian pengamatan.

3
Analisis distribusi spasial curah hujan data
satelit GSMaP dan data reanalisis CHIRPS tiap
1 hari kejadian banjir (12 dan 13 Maret 2016).

4
Analisis kejadian banjir (12-13 Maret 2016)

dengan spasial rataan 2 harian curah hujan
satelit GSMaP dan data MODIS NRT Flood
Mapping.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data MODIS merupakan satelit penginderaan jauh yang memiliki kemampuan untuk memantau kawasan
secara luas, permukaan bumi dan fenomena lingkungan dengan resolusi spasial 250m, 500m, dan 1000m.
Satelit ini dapat mencakup wilayah cakupan yang luas, yaitu sekitar 2.330 km setiap hari dengan resolusi
spektral sebanyak 36 kanal yang mencakup wilayah daratan (Terra) dan perairan (Aqua) (Zubaidah dkk.,
2013). Tidak hanya untuk mendeteksi banjir seperti yang digunakan pada penelitian ini, citra MODIS juga
merupakan citra satelit hiperspektral generasi baru yang digunakan untuk pengamatan daratan dan perairan.
Informasi yang dihasilkan citra MODIS juga dapat menganalisis wilayah yang terkena dampak kekeringan
(Sudaryatno, 2015).

-796-

Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk Analisis Kejadian Banjir di Pulau Jawa Bagian Barat (Studi Kasus: Maret 2016)
(Rustiana, S., dkk.)


Band
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

26
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Tabel 1. Karakteristik Citra MODIS (www.gispedia.com)
λ (µm)

Resolusi Spasial (m)
Kegunaan Utama
Saluran Reflektan (Pantulan)
0,620 - 0,670
250
Aerosol, Awan, Lahan
0,841 - 0,876
250
0,459 - 0,479
500
0,545 - 0,565
500
Aerosol, Awan, Ketebalan Optis,
1,230 - 1,250
500
Bentuk Awan, Masking Awan, Salju,
1,628 - 1,652
500
Lahan/Tanah
2,105 - 2,155

500
0,405 - 0,420
1000
0,438 - 0,448
1000
Warna Laut, Klorofil, Fitoplankton,
Biogeo-kimiawi
0,483 - 0,493
1000
0,526 - 0,536
1000
0,546 - 0,556
1000
Sedimen, Atmosfer
0,662 - 0,672
1000
0,673 - 0,683
1000
Flouresense
0,743 - 0,753
1000
Aerosol Atmosfer
0,862 - 0,877
1000
0,890 - 0,920
1000
0,931 - 0,941
1000
Uap Air, Awan
0,915 - 0,965
1000
1,360 - 1,390
1000
Awan Sirus
Saluran Radian (Pancaran)
Permukaan dan Awan, Suhu, Api dan
3,660 - 3,840
1000
Vulkanik,
3,929 - 3,989
1000
Suhu Muka Laut
3,929 - 3,989
1000
4,020 - 4,080
1000
4,433 - 4,498
1000
Suhu Atmosfer
4,482 - 4,549
1000
6,535 - 6,895
1000
Uap Air Troposfer
7,175 - 7,475
1000
8,400 - 8,700
1000
Partikel Awan
9,580 - 9,880
1000
Total Kandungan Ozon
10,780 - 11,280
1000
Awan, Api, Suhu Permukaan
11,770 - 12,270
1000
13,185 - 13,485
1000
13,485 - 13,785
1000
Ketinggian Awan, Suhu, Tekanan,
Profil Suhu/Temperatur
13,785 - 14,085
1000
14,085 - 14,385
1000

Citra MODIS seperti yang dijelaskan oleh Tabel 1 di atas, memiliki 36 kanal(band) berdasarkan
kegunaannya. Citra MODIS NRT Flood Mapping memberikan pengamatan dua kali sehari dengan cakupan
global mendekati resolusi 250mdan menggunakan komposit reflektansi permukaan band (band 1, 2, 7) untuk
tampilan visual menilai keberadaan air dalam lahan. Penggunaan produk citra MODIS Terra/Aqua
reflektansi permukaan dimaksudkan untuk mengevaluasi peta banjir berbasis MODIS yang mungkin tampak
berpola, namun hal ini merupakan langkah penting untuk memberikan evaluasi visual dari prosedur otomatis,
dan untuk memastikan tidak ada kesalahan yang melekat dalam citra MODIS itu sendiri (Nigro dkk., 2014).
Citra MODIS NRT Flood Mapping yang digunakan pada penelitian ini dipilih pada wilayah spasial 0°10° LS dan 100°-110° BT (Gambar 1) dengan difokuskan pada wilayah kajian pengamatan Pulau Jawa
bagian Barat seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2 di bawah. Data format shp yang diunduh diolah
menggunakan perangkat lunak QGIS yang di-overlay (dilapiskan) pada basemap (peta dasar) Pulau Jawa
bagian Barat dengan label tiap kabupaten/kota di wilayah tersebut.Terlihat pada Gambar 2, wilayah yang
terdeteksi banjir ditandai dengan titik-titik warna merah, terdapat sebagian besar pada wilayah di pesisir Laut
Jawa (Pantai Utara), yaitu Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Namun terdapat juga beberapa titik
banjir di Jakarta Utara, Sumedang, dan sedikit di Bandung dan Garut (wilayah dalam kotak merah).

-797-

Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016

Gambar 2. Tampilan MODISNRT Flood Mapping wilayah kajian pengamatanpada QGIS
(kotak merah: wilayah yang terdeteksi banjir)

Mengingat waktu pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah tanggal 12 - 13 Maret 2016
yang merupakan waktu kejadian banjir ekstrem di Kabupaten Bandung, hasil pada Gambar 2 kurang
mewakili kejadian banjir, karena sebagian besar mendeteksi titik banjir di wilayah pesisir Laut Jawa. Maka
dilakukan pengamatan data yang sama namun dalam format KMZ yang mudah diolah menggunakan Google
Earth (Gambar 3). Seperti yang terlihat oleh Gambar 3, wilayah yang terdeteksi banjir lebih jelas dan luas
dibandingkan dengan tampilan pada Gambar 2.

Gambar 3. Tampilan MODISNRT Flood Mapping Wilayah KajianPengamatan pada Google Earth

-798-

Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk Analisis Kejadian Banjir di Pulau Jawa Bagian Barat (Studi Kasus: Maret 2016)
(Rustiana, S., dkk.)

Gambar 4. MODISNRT Flood Mappingpada Kejadian Banjir Kabupaten Bandung 12-13 Maret 2016

Wilayah yang terdeteksi banjir pada Gambar 3 terlihat lebih jelas dan luas terutama pada wilayah yang
terdeteksi sedikit banjir pada Gambar 2, seperti Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Wilayah di
Kabupaten Bandung setelah diperbesar pada tiap kecamatan, terlihat Kecamatan Baleendah (wilayah dalam
kotak kuning)terdeteksi banjir cukup besar dibandingkan wilayah Bandung lainnya (Gambar 4). Pengamatan
tersebut sesuai dengan kejadian banjir sebenarnya yang terjadi pada tanggal 12-13 Maret 2016, di mana
Kabupaten Bandung yang terkena dampak banjir ekstrem adalah Kecamatan Baleendah. Untuk menganalisis
apakah bencana banjir yang terjadi akibat hujan ekstrem, hasil pengamatan dengan citra MODIS NRT Flood
Mappingdikorelasikan dengan pengamatan distribusi curah hujan dari satelit GSMaP dan reanalisis CHIRPS.

a)

b)

Gambar 5. Distribusi SpasialCurah Hujan CHIRPS Wilayah kajian pada a)12 dan b)13 Maret 2016

Gambar 5 di atas merupakan distribusi spasial curah hujan harian wilayah kajian pengamatan dengan data
reanalisis Climate Hazard Infra Red Precepitation with Station (CHIRPS). Data CHIRPS merupakan data
satelit yang dianalisis ulang (reanalisis) dengan resolusi terbaik, yaitu 0,05° x 0.05° atau setara dengan 5km
(Funk dkk, 2014). Dengan resolusi yang baik tersebut, curah hujan CHIRPS diharapkan dapat mewakili
distribusi curah hujan di permukaan Pulau Jawa bagian Barat. Terlihat pada Gambar 5.a, curah hujan
wilayah kajian pengamatan pada tanggal 12 Maret 2016 berkisar 10 – 60 mm/hari sedangkan pada tanggal
13 Maret 2016 (Gambar 5.b), curah hujan wilayah kajian mengalami penurunan, berkisar 0 – 50 mm/hari.

-799-

Seminar Nasional Penginderaan Jauh -2016

a)

b)

Gambar 6. Distribusi SpasialCurah HujanGSMaPpada a)12 dan b)13 Maret 2016

Pengamatan curah hujan juga dilakukan menggunakan data curah hujan satelit yang mendekati waktu
sebenarnya (NRT) dari data Global SatelliteMapping of Precipitation (GSMaP). Data satelit GSMaP ini juga
memiliki resolusi yang cukup baik mencakup wilayah daratan dan perairan, yaitu 0,1° x 0.1° atau setara
dengan 10km (Tian dkk., 2010). Baiknya resolusi yang dimiliki oleh satelit GSMaP ini juga diharapkan
dapat mewakili kondisi distribusi curah hujan wilayah kajian pengamatan dengan baik seperti curah hujan
CHIRPS.
Distribusi curah hujan wilayah kajian pengamatan dengan GSMaP pada tanggal 12 Maret 2016 (Gambar
6.a) terlihat lebih tinggi dibandingkan pada tanggal 13 Maret 2016 (Gambar 6.b), sama seperti curah hujan
CHIRPS. Namun, intensitas curah hujan GSMaP terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan CHIRPS, yaitu
berkisar 10 – 100 mm/hari pada tanggal 12 Maret dan hanya berkisar 0 – 40 mm/hari pda tanggal 13 Maret.
Dengan pengamatan tersebut maka dapat diketahui bahwa bencana banjir yang terjadi tanggal 12-13 Maret
2016 disebabkan tingginya curah hujan pada tanggal 12 Maret 2016. Curah hujan pada tanggal 12 Maret
termasuk dalam kategori curah hujan lebat hingga sangat lebat (Tabel 2) menurut pengamatan CHIRPS dan
GSMaP. Namun untuk mengkorelasikan data citra MODIS NRT Flood Mapping yang dirata-ratakan
(komposit) 2 harian, maka dilakukan pula pengamatan distribusi curah hujan GSMaP NRT secara komposit
2 hari (Gambar 7).
Tabel 2. Pengelompokkan Intensitas Curah Hujan (http://bmkg.go.id)
Kelompok
Intensitas Curah Hujan
Hujan Ringan
5-20 mm/hari
Hujan Sedang
20-50 mm/hari
Hujan Lebat
50-100 mm/hari
Hujan Sangat Lebat
>100 mm/hari

Gambar 7. Distribusi Spasial Curah Hujan GSMaP Komposit 12-13 Maret 2016

-800-

Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk Analisis Kejadian Banjir di Pulau Jawa Bagian Barat (Studi Kasus: Maret 2016)
(Rustiana, S., dkk.)

Distribusi curah hujan spasial data GSMaP hasil komposit 2 hari (12-13 Maret 2016) seperti yang terlihat
oleh Gambar 7 di atas menunjukkan intensitas curah hujan berkisar 20 – 80 mm/hari untuk wilayah kajian
pengamatan di daratan. Besarnya intensitas curah hujan komposit 2 harian tersebut termasuk dalam kategori
hujan sedang hingga hujan lebat menurut definisi BMKG yang ditampilkan pada Tabel 2. Hal tersebut
menjelaskan bahwa citra MODIS NRT Flood Mapping cukup baik dalam menganalisis banjir yang terjadi di
Pulau Jawa bagian Barat, terutama Kabupaten Bandung. Namun melihat hasil pengamatan spasial curah
hujan yang masih tergolong sedang-lebat dan tidak ekstrem di Kabupaten Bandung, kejadian banjir tanggal
12-13 Maret 2016 di sana tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang turun terus menerus.

4.

KESIMPULAN

5.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini dan berdasarkan hasil pengamatan, produk citra
MODIS NRT Flood Mapping cukup baik dalam menganalisis banjir yang terjadi di Pulau Jawa bagian Barat,
seperti yang ditampilkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3, terutama pada wilayah Kabupaten Bandung (Gambar
4). Namun melihat hasil pengamatan spasial distribusi curah hujan satu harian dari data CHIRPS (Gambar 5)
dan GSMaP (Gambar 6), serta komposit 2 harian data GSMaP (Gambar 7), menunjukkan intensitas curah
hujan masih tergolong dalam kategori sedang-lebat menurut BMKG dan tidak ekstrem di Kabupaten
Bandung. Maka, kejadian banjir pada tanggal 12-13 Maret 2016 di Kabupaten Bandung tidak hanya
disebabkan oleh curah hujan yang turun terus menerus saja. Banjir bisa terjadi karena faktor eksternal
lainnya seperi faktor lingkungan, perubahan lahan, dan perilaku masyarakat itu sendiri.
Terima kasih kepada NASA melalui Applied Remote Sensing Training (ARSET) yang telah memberikan
pelatihan online (webinar) secara gratis dan memperkenalkan produk citra MODIS NRT Flood Mapping
serta mengajarkan pengolahan data menggunakan perangkat lunak QGIS dan Google Earth. Terima kasih
pula kepada peneliti dan perekayasa PSTA LAPAN Bandung yang telah memperkenalkan data GSMaP dan
CHIRPS beserta pengolahannya menggunakan perangkat lunak OpenGrADS.

DAFTAR PUSTAKA
Fazeli, H.R.M., Nor., S., Shahabuddin, A., dan Zulkarnain, A.R., (2015). A Study of Volunteered Geographic
Information (VGI) Assesment Methods for Flood Hazard Mapping : A Review. Jurnal Teknologi (Science and
Engineering), 75(10):127-134. (eISSN 2180-3722).
Funk, C.C., Pete, J.P., Martin, F. L., Diego, H.P., James, P.V., James, D.R., Bo, E.R., Gregory, J.H., Joel, C. M., dan
Andrew, P.V., (2014). A Quasi-global Precipitation Time Series for Drought Monitoring. USGS, EROS Data
Center, Sioux Falls, SD.
Nigro, J., Daniel, S., Frederic, P.G.,dan Robert, B., (2014). NASA/ DFO MODIS Near Real-Time (NRT) Global Flood
Mapping Product Evaluation of Flood and Permanent Water Detection.
Rahmadany, L., Arief, L.N., Bandi, S., dan Nur, F., (2014). Deteksi Zonasi Banjir Pada Sawah Menggunakan Citra
Satelit TERRA MODIS dan TRMM. Jurnal Geodesi Undip, 3(4):69-75 (ISSN : 2337-845X).
Sudaryatno. (2015). Model Sistem Informasi Kekeringan. Paper Dipresentasikan dalam Simposium Nasional Sains
Geoinformasi IV: Penguatan Peran Sains Informasi Geografi dalam Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Strategis
Nasional di Yogyakarta, Indonesia.
Sun, D., Yunyue Y., dan Mitchell D.G., (2011). Deriving Water Fraction and Flood Maps From MODIS Images Using
a Decision Tree Approach. IEEE Journal, 4(4):814-825.
Tian, Y., Christa, D.P.L., Robert, F.A., Takuji, K., dan Tomoo, U., (2010). Evaluation of GSMaP Precipitation
Estimates over the Contiguous United States. Journal of Hydrometeorology, 11:556-574.
Zubaidah, A., Dede, D., dan Junita, M.P., (2013). Pemantauan Kejadian Banjir Lahan Sawah Menggunakan Data
Penginderaan Jauh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di Provinsi Jawa Timur dan Bali.
Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1):78-84.

*) Makalah ini telah diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan pada saat diskusi presentasi ilmiah
BERITA ACARA
PRESENTASI ILMIAH SINAS INDERAJA 2016
Moderator
: Parwati
Judul Makalah : Pemanfaatan Data Citra MODIS NRT Untuk Analisis Kejadian Banjir di Pulau Jawa
Bagian Barat (Studi Kasus: Maret 2016)

-801-