Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

  JMP Online Vol 2, No. 9, 895-907. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 5 SALATIGA Ika Tyasing Kusumawati Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 30 Agustus 2018 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Revisi pertama : 09 September 2018 strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu Diterima : 10 September 2018 pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga. Pendekatan dalam Tersedia online : 27 September 2018 penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Yang menjadi fokus penelitian adalah strategi kepala sekolah Kata Kunci : Strategi Kepala Sekolah, dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 5

  Mutu Pendidikan, Kualitatif Salatiga dengan subyek kepala sekolah, guru dan karyawan di SMP Negeri 5 Salatiga. Teknik pengumpulan data menggunakan wawncara, observasi dan dokumentasi. Ema Analisis data penelitian dilakukan berdasarkan deskriptif kualitatif. Hasil dan analisis data dapat disimpulkan bahwa Kepala Sekolah telah melakukan berbagai macam strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga yaitu meningkatkan kedisiplinan dan kualitas SDM, memperbaiki dan meningkatkan sarana dan prasarana di sekoah dan meningkatkan kometensi lulusan.

  Dari berbagai strategi yang dilakukan, memberikan dampak yang positif bagi perkembangan SMP Negeri 5 Salatiga. Masyarakat semakin mengakui mutu sekolah tersebut yang dibuktikan dengan semakin banyaknya pendaftar siswa baru dari tahun ke tahun.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Dalam kehidupan sehari-hari sering diungkapkan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup atau pendidikan sepanjang hayat. Dalam pendidikan itu terkandung proses pendewasaan manusia dan pengembangan potensi peserta didik secara maksimal. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mencantumkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara aktif untuk mempunyai kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk dapat menghasilkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kompetensi spiritual maupun sosial maka perlu menyelenggarakan pendidikan.

  Untuk melaksanakan amanat tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang- Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional untuk menyelenggarakan pendidikan di masyarakat. Dengan terselenggaranya pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pemerintah mengambil strategi kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

  Dalam pandangan masyarakat secara umum mutu pendidikan di suatu sekolah terutama dilihat dari ouput/lulusan yang dihasilkan, apakah dapat masuk ke sekolah favorit atau bagi lulusan SMK dapat terserap di dunia kerja yang sesuai dengan kemampuan atau keahlian yang dimilikinya. Konteks ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2011) bahwa pendidikan yang bermutu bukan hanya memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku.

  Hasil pendidikan dipandang bermutu jika dapat menghasilkan lulusan atau output yang unggul baik dalam kemampuan akademik maupun kemampuan non akademik (ekstrakurikuler). Keunggulan akademik didapat dari nilai yang diperoleh siswa, sedangkan kemampuan non akademik dilihat dari aneka jenis keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Mutu pendidikan juga dapat dilihat dari tertib administrasinya. Selain itu juga tampak pada pengelolaan delapan standar nasional pendidikan yang menurut BSNP meliputi standar isi, standar lulusan, standar pembiayaan, standar proses, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar penilaian, dan standar sarana prasarana.

  Dalam ruang lingkup pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Menurut Umaedi (2008) mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Selain itu, pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Suatu proses pendidikan yang bermutu akan melibatkan berbagai komponen input seperti bahan ajar (kognitif, psikomotorik, afektif), metodologi (sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana prasarana, dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan ini pemerintah memberikan otonomi atau kewenangan kepada dinas pendidikan di kabupaten/kota dan selanjutnya kepada sekolah untuk mengembangkan sekolahnya. Hal ini juga menjadi tujuan pembangunan pendidikan jangka menengah yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen pelayanan pendidikan melalui peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan, serta efektivitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasi pendidikan termasuk otonomi keilmuan. Sehingga dalam hal ini kemampuan kepala sekolah dalam manajemen pengelolaan sekolah akan sangat diperlukan.

  Dewasa ini, sejalan dengan konsep otonomi yang dijalankan oleh pemerintah, maka dalam rangka meningkatan mutu pendidikan maka kepala sekolah diberi kewenanangan penuh untuk mengelola sekolahnya masing-masing. Kebijakan ini dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah yang selanjutnya disebut MBS.

  Salah satu bagian dari manajemen pendidikan adalah manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Peran kepala sekolah dalam manajemen peningkatan mutu ini sangat besar dan menentukan. keberhasilan peningkatan mutu di sekolah tergantung pada langkah-langkah atau strategi yang diambil oleh kepala sekolah. Seorang kepala sekolah bukan hanya seseorang yang mengambil keputusan di sekolah. Lebih daripada itu, kepala sekolah diharapkan dapat mengatur program-program yang telah ditetapkan pada sekolah tersebut. Selain itu, seorang kepala sekolah harus juga mampu menjadi pembawa semangat bagi guru dan staf pendidik dan membangun kultur sekolah yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan.

  Terkait dengan peran kepala sekolah dalam manajemen peningkatan mutu ini, pada kenyataannya, mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga belum optimal seperti apa yang menjadi harapan pemerintah pada umumnya dan bagi warga sekolah pada khususnya. Terdapat beberapa kekurangan pada beberapa standar terutama pada kependidikan, dan standar proses yang akan menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini. Dalam standar lulusan, kualitas output yang dihasilkan belum menunjukkan hasil yang maksimal. Selanjutnya pada standar sarana dan prasarana, fasilitas yang dimiliki di SMP Negeri 5 Salatiga masih belum memadai. Sekolah belum memiliki beberapa fasilitas sesuai dengan apa yang seharusnya ada atau ditentukan oleh pemerintah. Dalam standar proses pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal. Masih banyak guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran dalam kegiatan di kelas. Dalam standar pendidikan dan tenaga kependidikan masih tampak kinerja dan kedisiplinan guru dan tenaga kependidikan yang rendah.

  Dari kondisi diatas maka kepala sekolah melakukan pembenahan-pembenahan untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sallis (2011: 1-2) yang mengungkapkan ada banyak indikator mutu yang baik di lembaga pendidikan. Antara lain: 1) high moral values; 2) excellent

  

examination results ; 3) the support of parents, business and the local community; 4)

plentiful resources ; 5) the application of the latest technology; 6) strong and

purposeful leadership ; 7) the care and concern for pupils and students; 8) a well-

balanced and challenging curriculum . Pandangan ini menjelaskan bahwa sekolah yang

  bermutu dan baik harus meiliki: 1) nilai-nilai moral/ karakter yang tinggi; 2) hasil ujian yang sangat baik; 3) dukungan orang tua, dunia usaha dan masyarakat setempat; 4) sumber daya berlimpah; 5) implementasi teknologi terbaru; 6) kepemimpinan yang kuat dan memiliki tujuan (visi); 7) keperdulian dan perhatian bagi siswa; 8) kurikulum yang seimbang dan relevan.

  Dengan kondisi yang ditemukan di SMP Negeri 5 Salatiga maka kepala sekolah menyusun perencanaan-perencanaan dan strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

  Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka peneliti mengambil judul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatan Mutu Pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga.”

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana stategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga?

  Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang strategi kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga.

KAJIAN PUSTAKA

  Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah memperkenalkan sebuah sistem manajemen dalam pengelolaan sekolah. Sistem tersebut adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Bank Dunia (The World Bank) dalam Suparlan (2014) memberikan pengertian bahwa “School-based management is

  

decision-making over school operations is transeferred to principals, teachers,

parents, sometimes students, and other school community members. The school-level

actors, howewver have to conform to, or operate, within a set of centrally determined

policy

  ” atau MBS adalah desentralisasi level otoritas penyelenggaraan sekolah kepada level sekolah. Tanggungjawab dan pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan atau penyelenggaraan sekolah telah diserahkan kepada kepala sekolah, guru-guru, para orang tua siswa, kadang-kadang peserta didik atau siswa, dan anggota komunitas sekolah yang lainnya.

  Menurut Wahjosumidjo (2011:83) tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah: (1) perencanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai lembaga pendidikan, (2) mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur organisasi, menetapkan staf dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staf, (3) menggerakkan staf dalam artian memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi contoh eksternal marketing, (4) mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan dan membimbing semua warga sekolah, dan (5) mengadakan evaluasi terhadap proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar pendidikan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis, sistematis, maupun memecahkan masalah secara kreatif dan menanggulangi konflik yang muncul di dalam lingkungan sekolah.

  Dalam upaya peningkatan mutu di sekolah tentunya perlu pula memahami pendekatan-pendekatan yang ada. Hal ini dilakukan agar peningkatan mutu itu bisa berjalan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan. Marsus Suti (2011) mengemukakan beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu pertama, perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement). Hal ini mengandung arti bahwa proses perbaikan dan peningkatan mutu hendaknya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk menjamin bahwa semua komponen standar telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Kedua, menentukan standar mutu (quality assurance). Standar mutu pendidikan misalnya dapat berupa pemilikan atau akuisisi kemampuan dasar pada masing-masing bidang pembelajaran, dan sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh. Ketiga, perubahan kultur (change ofculture). Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Jika manajemen ini ditetapkan di institusi pendidikan, maka pihak pimpinan harus berusaha membangun kesadaran para anggotanya, mulai dari pemimpin, staf, guru, siswa, dan berbagai unsur terkait, seperti pemimpin yayasan, orang tua, dan para pengguna lulusan pendidikan akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran, baik mutu hasil maupun proses pembelajaran. Keempat, perubahan organisasi (upsidedown organization). Jika visi dan misi, serta tujuan organisasi sudah berubah atau mengalami perkembangan, maka sangat dimungkinkan terjadinya perubahan organisasi. Perubahan ini menyangkut perubahan kewenangan, tugas-tugas dan tanggung jawab. Misalnya, dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, struktur organisasi dapat berubah terbalik dibandingkan struktur konvensional.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif sedangkan bentuk penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research). Lokasi penelitianya yaitu di SMP Negeri 5 Salatiga. Objek penelitian ini adalah kepala sekolah, seluruh guru dan yang ada di SMP Negeri 5 Salatiga.

  Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, interview atau wawancara, serta dokumentasi. Tahapan analisis data yaitu melakukan reduksi data, display data kemudian menarik kesimpulan (verifikasi data).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  SMP Negeri 5 Salatiga terletak di Jl. Bima No 10 Salatiga, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti. Berdiri pada tahun 1985. Visi SMP Negeri 5 Salatiga adalah membentuk generasi muda yang PASTI BISA yaitu Pandai, Berakhlak mulia, Santum, Terampil, Beriman kepada Tuhan YME, Bersih, sehat, Indah, Aman dan berwawasan lingkungan. Sedangkan misinya adalah :

1. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan tehadap nilai-nilai keimanan kepada

  Tuhan YME melalui berbagai kegiatan 2. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan menyenangkan 3.

  Menanamkan nilai dan norma yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia 4. Mewujudkan pembelajaran berbasis Iptek

5. Mewujudkan budaya sekolah yang bersih, indah, sehat, dan peduli lingkungan

  Dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, dapat ditemukan bahwa terdapat beberapa kondisi perlu dibenahi. Hal ini mendorong kepala sekolah untuk melakukan pembenahan dan peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga. Pada awal kepemimpinannya di SMP Negeri 5 Salatiga, kepala sekolah melakukan observasi mengenai kondisi sekolah. Selain itu juga melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti kepala sekolah terdahulu dan dinas yang tekait yaitu Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Dari hasil pengamatan tersebut, kepala sekolah menemukan beberapa hal yang dianggap masih perlu dibenahi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara (Ika Tyasing, wawancara, 25 Juli 2018) dibawah ini:

  “Adanya survei yang dilakukan pada awal memasuki sekolah dan beberapa informasi yang diperoleh dari kepala sekolah sebelumnya, dari informasi dinas yang terkait yaitu Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Selain itu juga dengan melakukan kroscek dari informasi yang didapat dengan dokumen-dokumen yang ada di sekolah. Dan juga wawancara dengan pihak-pihak terkait di sekolah. Dari survei dan kroscek ternyata di SMP Negeri 5 Salatiga masih terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi antara lain sarana dan prasarana, kompetensi lulusan, kualitas dan proses pembelajaran, serta yang paling utama adalah SDM. Karena SDM merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pembenahan di sekolah sekaligus sebagai unsur pelaksana pendidikan di sekolah.”

  Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa masih terdapat sejumlah kekurangan yang ada di SMP Negeri 5 Salatiga. Kekurangan-kekurangan tersebut terdapat pada sarana dan prasarana, kompetensi lulusan, proses pembelajaran,dan kualitas SDM, dalam hal ini adalah guru dan tenaga kependidikan. Sarana dan oleh pemerintah. Misalnya jumlah kamar mandi yang ada belum representative baik pada kamar mandi siswa maupun guru dan karyawan, kelengkapan laboratorium belum menunjang, fasilitas ibadah masih kurang, serta LCD sebagai salah satu media pembelajaran banyak yang rusak dan beberapa kelas belum terpasang. Dari segi kompetensi lulusan, output yang dihasilkan masih memiliki kualitas yang rendah. Hal ini terlihat dari hasil ujian nasional yang dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Pada proses pembelajaran masih bersifat monoton dan para guru kurang memanfaatkan media yang ada. Selanjutnya dari segi kualitas SDM, kedisiplinan para guru dan tenaga kependidikan masih kurang. Kedisiplinan ini menyangkut kedisiplinan dalam bekerja, absensi, maupun kehadiran dalam rapat-rapat di sekolah. Selain itu dari segi kompetensi, dapat dikatakan kompetensi guru di SMP Negeri 5 Salatiga masih rendah. Hal ini dapat dilihat masih kurang produktifnya para guru dalam menghasilkan karya ilmiah dan capaian hasil UKG tahun 2015 yang rata-ratanya masih di bawah KKM. Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan analisis SWOT untuk mengetahui kelemahan/kekurangan dan kelebihan yang ada di SMP Negeri 5 Salatiga. Pengertian analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai masukan, kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. SWOT merupakan singkatan dari S (Strength/kekuatan), W (Weaknesses/kelemahan), O (Opportunities/Peluang) dan T

  (Threats/hambatan) s tanggal 18 November 2017).

  Metode analisis SWOT dianggap sebagai metode analisis yang paling dasar. Metode ini bermanfaat untuk melihat topik atau permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil analisis ini berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi s tanggal 18 November 2017).

  STRENGHT (KEKUATAN)

  Strenght adalah analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan

  kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan- kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Jika suatu perusahaan unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju diakses tanggal 18 November 2017).

  Adapun strength atau kekuatan dari SMP Negeri 5 Salatiga yaitu: 1. Penerapan kedisiplinan yang tinggi Lingkungan sekolah kondusif dan bersih 3.

  Sarana dan prasarana tersedia dan layak pakai 4. Tersedianya guru yang muda dan inovatif dengan kualifikasi sesuai dengan bidang studi yang diampu

5. Jauh dari pusat keramaian

  WEAKNESS (KELEMAHAN)

  Weakness atau kelemahan adalah analisis kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.

  Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. Adapun kelemahan dari sekolah ini yaitu: 1.

  PBM yang monoton 2. Penilaian yang dilaksanakan terpaku pada satu teknik 3. Program-program sekolah kurang bervariatif untuk kegiatan non-akademik.

  OPPORTUNITY (KEUNTUNGAN)

  Pengertian dari opportunity atau keuntungan adalah analisis peluang, situasi atau kondisi dari luar organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Hal yang dilakukan adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang diakses tanggal 18 November 2017). Adapun opportunity dari SMP Negeri 5 Salatiga yaitu: 1.

  Kondisi lingkungan sekolah yang mendukung 2. Masyarakat sekitar agamis 3. Mayoritas masyarakat peduli sekolah

  THREAT (ANCAMAN)

  Definisi ancaman adalah analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. diakses tanggal 18 November 2017). Adapun ancaman yang dihadapi yaitu:

1. Sikap hidup peserta didik yang cenderung instan 2.

  Banyaknya sekolah lain di lingkungan kota yang semakin maju Terkait dengan beberapa hal yang perlu dibenahi di atas maka kepala sekolah memiliki perencanaan-perencanaan sebelum menentukan strategi apa yang akan dilakukan. Perencanaan yang dilakukan oleh setiap kepala sekolah berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi di masing-masing sekolah. Melihat kondisi yang ada di SMP Negeri 5 Salatiga maka kepala sekolah melakukan pembenahan pada pertimbangan jika SDM nya berkualitas maka akan dapat memberikan kinerja yang maksimal. Sehingga nantinya secara tidak langsung akan dapat meningkatkan mutu sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan (25 Juli 2018) seperti berikut:

  “Perencanaan terkait denga strategi yang akan dilakukan. Dan setiap kepala sekolah mempunyai perencanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan kondisi di SMP Negeri 5 Salatiga maka saya merencanakan beberapa pembenahan. Pembenahan yang utama adalah pada SDM. Selanjutnya pada sarana prasarana. Mengapa demikian? Karena jika SDM sudah berkualitas dan ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai, maka akan dapat memaksimalkan kinerja dan upaya sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kalau kinerja sudah maksimal maka akan dapat memberikan hasil yang optimal, misalnya meningkatnya kualitas output/lulusan atau kompetensi lul usan meningkat.”

  Setelah melakukan pengamatan dan menyusun perencanaan, maka langkah selanjutnya yang dilakukan kepala sekolah adalah menyusun strategi. Dalam meningkatkan mutu setiap komponen, strategi yang dilakukan berbeda-beda. Strategi yang dilakukan tergantung pada kondisi sekolah.

  1. Strategi Untuk Meningkatkan Kualitas SDM Pembenahan SDM dilakukan dengan meningkatkan kedisiplinan para guru dan tenaga kependidikan. Kedisiplinan ini menyangkut kedisiplinan dalam bekerja, absensi, maupun kehadiran dalam rapat-rapat di sekolah. Selain itu dengan meningkatkan kompetensi para guru dan tenaga kependidikan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan mengadakan kegiatan yang bersifat peningkatan kompetensi seperti mengadakan In House Training (IHT), memberi kesempatan kepada guru- guru mata pelajaran untuk mengikuti kegiatan kolektif guru dalam bentuk MGMP, memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti berbagai lomba yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti lomba PTK, lomba guru berprestasi, lomba OGN, dan sebagainya.

  2. Strategi Untuk Meningkatkan Sarana dan Prasarana Strategi yang dilakukan yaitu dengan menambah fasilitas tempat ibadah dengan menambah jumlah kran wudhu, mengadakan perbaikan dan penambahan fasilitas kamar mandi, baik kamar mandi siwa maupun kamar mandi guru dan karyawan. Untuk dapat melaksanakan perbaikan dan penambahan fasilitas ini maka sekolah menempuh cara dengan mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah karena pihak sekolah tidak diperbolehkan untuk menarik pungutan dari orang tua siswa.

  3. Strategi Untuk Meningkatkan Kompetensi Lulusan Untuk meningatkan kompetensi lulusan yaitu mempersiapkan Ujian

  Nasional dari awal. Strategi yang dilakukan mencakup dari aspek siswa, guru, dan orang tua. Pada aspek siswa, upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan bimbingan belajar atau tambahan pelajaran setelah KBM selesai bagi siswa kelas IX juga rutin mengadakan try out setiap minggu pada pagi hari setelah istirahat pertama yang dilaksanakan mulai awal Februari. Sekolah juga mengelompkkkan siswa sesuai dengan prestasi yang dicapai di kelasnya. Jadi ada semacam kelas unggulan, kelas biasa, dan kelas bawah. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memberikan bimbingan kepada para siswa. Hal ini didasarkan pada perbedaan daya tangkap siswa. Siswa di kelas unggulan tentunya memiliki daya tangkap yang lebih cepat dibandingkan siswa di kelas biasa maupun kelas bawah sehingga ini akan berpengaruh terhadap pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Selain itu dari dari sisi spiritual, sekolah mengadakan program Sholat Dhuha bagi yang beragama Islam dan doa kebaktian bersama bagi yang beragama Nasrani. Untuk membangkitkan mental dan rasa percaya diri siswa maka sekolah mengundang Tim Motivator dari Semarang. Dari segi guru, sekolah mengadakan koordinasi dengan guru-guru pengampu mata pelajaran UN (matematika,IPA, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia) untuk mengadakan bimbingan yang intensif kepada para siswa. Dari segi orang tua, sekolah mengadakan koordinasi dengan orang tua maupun komite sekolah. Hal ini dilakukan karena keberhasilan dari pendidikan itu harus didukung oleh tiga komponen yaitu sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam hal ini Komite Sekolah. Selain itu untuk mendukung kelancaran UNBK yang diprogramkan oleh pemerintah maka sekolah juga menambah 1 laboratorium computer lengkap dengan perangkat komputernya, termasuk juga pada peningkatan akses internet sekolah.

  Dengan beberapa strategi yang dilakukan pada bidang-bidang tersebut maka hasilnya dapat diamati. Dibanding tahun-tahun sebelumnya terdapat beberapa peningkatan yang cukup signifikan. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti maka hasil dari strategi peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 sebagai berikut.

  1. Sarana dan Prasarana Terdapat penambahan fasilitas tempat ibadah khususnya jumlah kran wudhu, yang semula putra berjumlah 7 menjadi 19 dan putri berjumlah 6 menjadi

  15. Di samping itu juga ada perbaikan dan penambahan fasilitas kamar mandi, baik kamar mandi siwa maupun kamar mandi guru dan karyawan. Pada mulanya jumlah kamar mandi siswa kurang memadai dan tidak representative. Kamar mandi siwa putri yang pada awalnya berjumlah 4 dan bocor 1 tidak dapat digunakan, sehingga yang dapat digunakan hanya 3. Kemudian diperbaiki dan ditambah jumlahnya menjadi 10 kamar. Demikian pula pada kamar mandi siswa putra. Pada mulanya hanya berbentuk kamar semi terbuka 3 ruang kemudian ditambah menjadi 10 kamar. Sedangkan pada kamar mandi guru dilakukan perbaikan pada pintu kamar mandi, dan menambah 1 kamar mandi untuk karyawan dan kepala sekolah. Selain itu untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas, juga sudah menyediakan LCD dan layar di tiap-tiap kelas, memasang CCTV untuk memantau pelaksanaan pembelajaran, menyediakan dan melengkapi laboratorium baik laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium computer, mapupun laboratorium prakarya atau ruang ketrampilan. Kompetensi Lulusan

  Dari segi kompetensi lulusan, setiap tahun rata-rata hasil yang dicapai dalam Ujian Nasional mengalami peningkatan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 rata-rata UN 65,80, pada tahun pelajaran 2016/2017 rata-rata UN 66,9, dan rata-rata UN tahun pelajaran 2017/2018 69,7.

  3. Kualitas SDM Dari segi SDM sudah ada peningkatan kinerja dan kedisiplinan para guru dan karyawan. Selain itu dari kompetensinya, kompetensi para guru juga mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari makin banyaknya para guru yang mulai aktif dalam kegiatan MGMP dan menulis karya ilmiah baik artikel, PTK, maupun makalah. Para guru juga memiliki kesadaran untuk meningkatkan kompetensinya dengan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam waktu tahun 2016- 2018 terdapat 6 guru yang melanjutkan studi.

  Selain itu untuk tahun 2017 ada dua guru di SMP Negeri 5 Salatiga yang lolos dalam OGN Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan sekaligus mewakili Provinsi Jawa Tengah di Lomba OGN Tingkat Pusat. Di Lomba OGN Pusat mendapat perolehan peringkat 8 dalam Lomba OGN mata pelajaran IPS dan juara 3 dalam Lomba OGN mata pelajaran Bahasa Inggris.

  Selain dari ketiga komponen di atas, secara umum pencapaian SMP Negeri 5 Salatiga juga meningkat. Pada tahun 2017 SMP Negeri 5 Salatiga meraih Juara 3 dalam Lomba Sekolah Adiwiyata di Kota Salatiga. Selain itu SMP Negeri 5 Salatiga juga mencanangkan Kethoprak Siswa sebagai salah satu ciri khas atau karakteristik di sekolah. Kegiatan Kethoprak Siswa ini merupakan perpaduan pengembangan dari kegiatan ekstrakurikuler seni tari, drama, dan karawitan. Dengan adanya Kethoprak Siswa ini diharapkan nilai-nilai cinta budaya dapat ditanamkan pada siswa SMP Negeri 5 Salatiga.

  Meskipun perencanaan-perencanaan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sudah tercapai, namun masih terdapat beberapa hal yang belum maksimal. Sebagai sebuah organisasi dan seiring zaman yang semakin berkembang maka rasa tidak puas dan keinginan untuk berkembang itu selalu ada. Selain itu pencapaian yang sudah ada perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah seperti berikut:

  “Dari program yang saya rencanakan pada umumnya sudah tercapai. Namun sebagai sebuah organisasi yang terus berkembang dan keadaan yang bersifat dinamis, maka rasa tidak puas itu pasti ada. Dari segi sarana dan prasarana masih terdapat beberapa kekurangan yang masih perlu dibenahi lagi seperti banyaknya lampu-lampu di kelas yang mati, LCD di kelas-kelas yang mulai rusak, belum memiliki kapel atau ruang ibadah agama Nasrani, akses internet yang kadang masih kurang lancer, dan ada rencana untuk penambahan ruang kelas. Dari segi SDM kedisiplinan dan kompetensi para guru dan karyawan masih harus ditingkatkan lagi. Dari segi kompetensi lulusan masih perlu ditingkatkan.” (Ika Tyasing, wawancara, 25 Juli 2018).

  Untuk mengatasi kekurangan atau hal-hal yang masih belum tercapai maka sekolah memiliki beberapa solusi. Solusinya pada sarana prasarana untuk penambahan fasilitas dan ruang kelas, sekolah mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah sesuai dengan prioritas kebutuhan. Dari segi SDM, kepala sekolah meningkatkan lulusan solusinya hampir sama dengan tahun kemarin yaitu strategi yang dilakukan mencakup dari aspek siswa, guru, dan orang tua. Pada aspek siswa, upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan bimbingan belajar atau tambahan pelajaran setelah KBM selesai bagi siswa kelas IX yang dimulai sejak bulan November atau setelah UTS semester ganjil. Selain itu juga rutin mengadakan try out setiap minggu pada pagi hari setelah istirahat pertama yang dilaksanakan mulai awal Februari. Sekolah juga mengelompkkkan siswa sesuai dengan prestasi yang dicapai di kelasnya. Jadi ada semacam kelas unggulan, kelas biasa, dan kelas bawah. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memberikan bimbingan kepada para siswa. Hal ini didasarkan pada perbedaan daya tangkap siswa.Siswa di kelas unggulan tentunya memiliki daya tangkap yang lebih cepat dibandingkan siswa di kelas biasa maupun kelas bawah sehingga ini akan berpengaruh terhadap pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru maple. Selain itu dari dari sisi spiritual, sekolah mengadakan program Sholat Dhuha bagi yang beragama Islam dan doa kebaktian bersama bagi yang beragama Nasrani. Untuk membangkitkan mental dan rasa percaya diri siswa maka sekolah mengundang Tim Motivator dari Semarang. Dari segi guru, sekolah mengadakan koordinasi dengan guru-guru pengampu mata pelajaran UN (matematika,

  IPA, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia) untuk mengadakan bimbingan yang intensif kepada para siswa. Dari segi orang tua, sekolah mengadakan koordinasi dengan orang tua maupun komite sekolah. Hal ini dilakukan karena keberhasilan dari pendidikan itu harus didukung oleh tiga komponen yaitu sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam hal ini Komite Sekolah. Namun hal itu juga disesuaikan dengan keadaan dan kondisi siswa yang sekarang.

  Dalam mengupayakan solusi dan untuk meningkatkan mutu sekolah maka semua pihak ikut terlibat. Dalam hal ini adalah warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, karyawan, dan komite sekolah. Diperlukan kesatuan pemahaman pikiran dan kerja sama yang baik di antara warga sekolah agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan respon positif dan ikut aktif berperan serta dalam setiap program sekolah.

  Dengan adanya peningkatan mutu ini maka kualitas SMP Negeri 5 Salatiga meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu fakta yang menunjukkan kualitas tersebut adalah SMP Negeri 5 Salatiga mendapatkan akreditasi A. Disamping itu juga tampak dari kualitas lulusan atau output yang dihasilkan. Rata-rata hasil Ujian Nasional setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

  

Tabel 1. Rata-Rata Hasil Ujian Nasional SMP Negeri 5 Salatiga

No Tahun Pelajaran Rata-Rata Ujian Nasional

  1. 2015/2016 65,80 2. 2016/2017

  66.9 3. 2017/2018 69,7

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Selain itu juga dari banyak lulusan SMP Negeri 5 Salatiga yang diterima di sekolah favorit di Kota Salatiga. Di kota Salatiga sendiri terdapat beberapa SMA/SMK yang dianggap favorit yaitu SMA negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga, dan SMK Negeri 2 Salatiga. Dari tahun ke tahun siswa semakin percaya diri mask ke sekolah favorit dan banyak yang diterima di sekolah tersebut. Hal itu tampak dari table berikut.

  

Tabel 2. Variasi Sekolah Favorit Tujuan Anak-anak SMP Negeri 5 Salatiga

No Tahun Pelajaran Variasi sekolah favorit

  1. 2015/2016 SMK Negeri 1 Salatiga 2. 2016/2017 SMA Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3

  Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga, dan SMK Negeri 2 Salatiga

  3. 2017/2018 terbanyak ke SMK Negeri 1 Salatiga dan SMK Negeri 2 Salatiga, di samping ke SMA Negeri 3 Salatiga. Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Dengan pencapaian yang diraih ini dapat dikatakan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga mengalami peningkatan. Dengan mutu yang dimiliki ini, animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya sekolah di SMP Negeri 5 Salatiga semakin meningkat.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan yaitu pertama, kepala sekolah telah melaksanakan berbagai strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 5 Salatiga dengan melakukan pembenahan-pembenahan pada standar tertentu. Pembenahan terutama dilakukan pada tiga aspek yaitu kualitas SDM, sarana dan prasarana, serta kompetensi lulusan. Kedua, pencapaian yang telah didapat antara lain terjadi peningkatan pada kedisiplinan dan kompetensi guru dan tenaga kependidikan, penambahan dan peningkatan pada sarana dan prasarana, serta meningkatnya kompetensi lulusan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata hasil ujian nasional setiap tahunnya. Ketiga, dampak dari peningkatan mutu di sekolah ini adalah semakin meningkatnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMP Negeri 5 Salatiga. Hal itu ditandai dengan meningkatnya jumlah pendaftar siswa baru dari tahun ke tahun.

  Saran

  Berikut beberapa saran berdasarkan penelitian diatas: 1. Dalam upaya peningkatan mutu di sekolah hendaknya kepala sekolah memiliki strategi yang tepat agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2. Setiap warga sekolah hendaknya ikut serta berperan aktif dalam mendukung program sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

  Mulyasa. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Limited. Suparlan. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah. Dari Teori sampai dengan Praktik.

  Jakarta: PT Bumi Aksara Suti, Marsus. 2011. Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011 Taylor, M. J., West, R. P dan Smith, T. G. Indicator of School Quality.

  kses pada 17 Juli 2018. Umaedi. 2008. MPMBS Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahjusumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teori dan

  Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada diakses tanggal 18 November 2017