Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

  JMP Online Vol 2, No. 8, 750-760. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PENGGUNAAN METODE INKUIRI GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SDN 007 SEKIP HULU RENGAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sarpina S. SD Negeri 007 Sekip Hulu

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 09 Agustus 2018 Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas Revisi pertama : 13 Agustus 2018 yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Diterima : 14 Agustus 2018 kelas V dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam Tersedia online : 31 Agustus 2018 melalui penggunaan Metode inkuiri di SDN 007 Sekip Hulu Rengat.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar yang berjumlah 27 siswa.Penelitian Kata Kunci : Hasil Belajar, Ilmu

  Pengetahuan Alam, Metode Inkuiri berlangsung pada semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

  Hasil belajar yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan Email : menggunakan metode inkuiri. Untuk persentase ketercapaian KKM mengalami kenaikan, yaitu kenaikan tes hasil belajar pada siklus I sebesar 70% menjadi 92% pada siklus II. Pada instrumentes, melebihi target yang diharapkan yaitu sebesar 75% dari jumlah seluruh siswa yang mampu mencapai standar KKM.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dengan menggunakan Mind Map maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan.Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan persentases pencapaian pada tiap siklusnya.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik, salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional terus menerus dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru, pengadaan media pembelajaran seperti buku dan alat pembelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

  Salah satu landasan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, dikemukakan bahwa:

  Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Untuk itu pengembangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu ditingkatkan baik dari segi perencanaan, penggunaan metode, alat peraga maupun kemampuan guru itu dalam mengembangkan kurikukum serta penguasaan konsep IPA secara keseluruhan.

  Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

  Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi memerlukan tenaga pendidik yang dinamis dan kreatif serta dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat memacu peningkatan pemahaman siswa dengan kondisi yang dinamis kreatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan gurunya mampu mempergunakan metode pembelajaran setiap kali mengadakan proses pembelajaran dengan siswa, jangan sampai siswa merasa jenuh dan bosan dengan penggunaan metode yang sama setiap pembelajaran tanpa memperhatikan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang diajarkan.

  Pada umumnya masalah yang dihadapi di sekolah dasar dalam pembelajaran

  IPA adalah berkaitan dengan guru yang berperan sangat dominan dalam kegiatan pembelajaran (Teacher Center) sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya memberikan pembelajaran dan penyampaian materi dengan metode ceramah saja tanpa memperhatikan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan oleh guru masih terpaku pada metode ceramah dalam proses pemberian materi IPA. Guru masih bersikap malas untuk kreatif dalam pembelajaran dengan metode lain yang menunjang proses belajar mengajar. Hal tersebut menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pemahaman siswa hilang dan terlupakan dari ingatannya.

  Selain itu aktivitas siswa tidak optimal. Hal ini terlihat dari anak kurang perhatian terhadap pembelajaran, kurang rasa antusias untuk belajar, tidak termotivasi dan kurang aktifnya anak dalam pembelajaran sehingga cenderung anak kelihatan mengantuk atau kelas tidak kondusif. Akibatnya siswa tidak biasa menerapkan konsep

  IPA dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak memiliki kepekaan terhadap lingkungannya, siswa tidak biasa memecahkan masalah yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak memiliki minat terhadap teknologi.

  Sehingga dari hasil observasi di SDN 007 Sekip Hulu kelas V pada mata

  pelajaran IPA di peroleh nilai ketuntasan belajar siswa yang kurang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah di tentukan yaitu 70. Dimana siswa yang memenuhi KKM hanya 59% dari 27 siswa dan hanya 16 siswa yang memenuhi nilai KKM. Sehingga harus adanya perbaikan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis akan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran IPA khususnya materi Batuan dan Tanah Sekitarnya yang akan dijadikan sebagai Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penggunaan Metode Inkuiri Guna Meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN 007 Sekip Hulu Rengat Tahun Pelajaran 2015/2016”.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran IPA materi Batuan dan Tanah Sekitarnya dengan menggunakan metode inkuiri dibuat untuk kelas V SDN 007 Sekip Hulu? 2. Bagaimana aktivitas siswa di kelas V SDN 007 Sekip Hulu terhadap pembelajaran

  IPA materi Batuan dan Tanah Sekitarnya dengan menggunakan metode inkuiri? 3. Apakah dengan menggunakan metode dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Batuan dan Tanah Sekitarnya di kelas V SDN 007 Sekip

  Hulu?

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Untuk mengetahui rencana pelaksanaan pembelajaran IPA materi Batuan dan Tanah Sekitarnya dengan menggunakan metode inkuiri untuk siswa kelas V SDN 007 Sekip Hulu.

  2. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas V SDN 007 Sekip Hulu terhadap pembelajaran IPA materi Batuan dan Tanah Sekitarnya dengan menggunakan metode inkuiri.

  3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Batuan dan Tanah Sekitarnya menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas V SDN 007 Sekip Hulu.

  KAJIAN TEORI Metode Inkuiri

  Metode Inkuiri menurut Hanafiah (2009:77) merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

  Menurut Jean Piaget (2008:23) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban sendiri, dan menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Macam-Macam Metode Inkuiri

  Ada beberapa macam Metode Inkuiri menurut Hanafiah (2009:77), yaitu: 1. Inkuiri Terpimpin Inkuiri terpimpin yaitu pelaksanaan inkuiri dilakukan atas petunjuk guru.

  Keduanya dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

  2. Inkuiri Bebas Inkuiri Bebas yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan. Antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri.

  3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi Inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenarannya.

  Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri

  Beberapa keunggulan metode inkuiri menurut Hanafiah (2009:78) adalah sebagai berikut: (a) membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif, (b) peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya, (c) dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi, (d) memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing, dan (e) memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

  Kelemahan dari metode inkuiri menurut Hanafiah (2009:79) antara lain: (a) siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik, (b) keadaan kelas kenyataannya gemuk jumlah siswanya, maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, (c) guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar mengajar gaya lama, maka metode inkuiri ini akan mengecewakan, dan (d) ada kritik, bahwa proses dalam metode inkuiri terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan bagi siswa.

  Berdasarkan kajian diatas, maka yang dimaksud dengan metode inkuiri dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik dalam proses generalisasi dan menguji hipotesa sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud perubahan tingkah laku. Langkah-langkah dalam metode inkuiri mulai dari mengidentifikasi kebutuhan siswa, mempersiapkan fasilitas yang diperlukan, memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan, sampai dengan memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dari generalisasi atas hasil temuannya.

  Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Bloom, dkk dalam Arifin (2013:21) hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari kemampuan yang dimiliki seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar yang mengarah pada tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

  Hakikat IPA

  Sains berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu pada masalah- masalah kealaman (nature). Secara sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Menurut Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Samantowa (2011: 20) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk dan sikap.

  a.

  Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan pecobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya. b.

  Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

  c.

  Sikap, misalnya mencapai, menghargai, menanggapi, menerima dan sebagainya.

  Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

  Pembalajaran IPA di SD

  Menurut Cross (dalam Samatowa, 2011: 8) mengatakan bahwa belajar IPA bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Sedangkan menurut Cullingford (dalam Samatowa, 2011: 9) mengatakan bahwa pembelajaran

  IPA dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis.

  Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya sehingga anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampun untuk mengembangkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.

  METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun pembelajaran 2015/2016.

  Tempat penelitian adalah SDN 007 Sekip Hulu Rengat. Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas II yang berjumlah 27 siswa di SDN 007 Sekip Hulu Rengat, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah metode inkuiri.

  Prosedur Penelitian

  Adapun rancangan (desain) PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2), Pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) Pengamatan; (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.

  Untuk lebih jelasnya perhatikan siklus PTK Kemmis & Taggart yang dalam alur penelitianya sebagai berikut :

  

Gambar 1. Daur Penelitian Tindakan Kelas

  Sumber : Kemmis & Taggart (2006)

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini:

  1. Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan guru dan siswa pada kompetensi menulis karangan narasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:146) dalam observasi sistematis pengamat menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

  2. Dokumentasi Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dari seluruh dokumen yang ada. Suharsimi Arikunto (1996:234-235) juga menyatakan bahwa : Metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati berupa catatan, buku, dan sebagainya. Data dokumentasi penelitian ini adalah foto- foto kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi guru dan siswa.

  3. Tes Pemberian tes ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari setiap siklus. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:138) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif yang mempertimbangkan cara menyusun kerangka karangan serta pengembangan paragraf karangan dengan penerapan kaidah tulis-menulis yang benar.

  Teknik Analisis Data 1.

  Ketuntasan Perorangan Seorang peserta didik dikatakan berhasil jika nilai yang diperoleh mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70.

  2. Ketuntasan Kelompok Kelompok atau kelas dikatakan telah berhasil jika paling sedikit 75% dari jumlah seluruh peserta didik di kelas yang nilainya di atas KKM (Kriteria

  Ketuntasan Minimal).

  Jika 75% atau lebih dari jumlah peserta didik telah menguasai materi maka pembelajaran yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika kemampuan belajar peserta didik kurang dari 75% dari jumlah peserta didik maka pembelajaran yang dilaksanakan belum berhasil.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pra Siklus

  Pada penelitian ini peneliti menggunakan strategi inkuiri di kelas V semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi batuan dan tanah di SDN 007 Sekip Hulu Rengat. Penelitian tindakan kelas ini meliputi dua siklus. Siklus I terdiri dari 2x pertemuan dan siklus II terdiri dari

  2x pertemuan. Dalam satu siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dari penelitian ini dapat dideskripsikan secara rinci kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

  

Tabel 1. Ketercapaian KKM pada Prasiklus

Jumlah Siswa Presentase No KKM Jumlah Siswa yang Jumlah Siswa Belum Ketercapaian KKM Mencapai KKM Mencapai KKM 1.

  70

  16 11 59,25 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016)

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal hanya 16 anak dari jumlah 27 anak sedangkan yang 11 anak nilainya masih dibawah standart ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70. Ada sekitar 40,75% siswa yang belum tuntas. Semua ini dapat dilihat pada saat siswa mengerjakan soal banyak yang merasa sulit dan bingung dengan jawaban yang sesuai dengan soal yang diberikan oleh peneliti. Siswa masih banyak yang ramai untuk menyontek jawaban dari teman, mereka tidak mempunyai keyakinan atas jawabanya sendiri. Dengan demikian peneliti dapat memperbaiki dan memberikan solusi yang tepat ats gejala-gejala yang dialami oleh siswa tersebut.

  Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah karena hanya 59,25% siswa yang tuntas, itu dibawah ketuntasan yang diharapkan yaitu 75%. Karena rendahnya jumlah siswa yang tuntas dalam belajar, maka dari itu sangat perlu dilakukan perbaikan metode pembelajaran, cara penyampaian pembelajaran dan optimalisasi penggunaan media pembelajaran.

  Siklus I

  Dari hasil nilai tes akhir pada siklus 1 ini bisa dikatakan meningkat karena jumlah ketercapaian siswa pada siklus ini meningkat dibandingkan ketercapaian siklus I, Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

  

Tabel 2. Ketercapaian KKM pada Siklus I

Jumlah Siswa Presentase No KKM Jumlah Siswa yang Jumlah Siswa Belum Ketercapaian KKM Mencapai KKM Mencapai KKM 1.

  70

  19 8 70 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016)

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I terdapat peningkatan ketercapaian KKM dari pembelajaran prasiklus yang ketercapaian hanya 59,25% dan pada siklus I naik menjadi 70% atau 19 orang siswa yang mencapai KKM. Tapi ketercapain KKM belum mencapai 75% dari ketercapaian yang diharapkan, maka peneliti menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian siklus II. Dengan adanya peningkatan pada siklus I tersebut diharapkan bisa menjunjung pengetahuan siswa untuk lebih baik lagi pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

  Siklus II

  Seperti halnya pada siklus I, siklus II ini dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri. Pada tahap ini guru atau peneliti melakukan pendampingan, pembimbingan dan sekaligus pengamat dari setiap gerak siswa dalam menjalankan pembelajaran. Dari hasil nilai tes akhir pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman pada siswa, dan meningkatkan ketercapaian KKM hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

  

Tabel 3. Ketercapaian KKM pada Siklus II

Jumlah Siswa Presentase No KKM Jumlah Siswa yang Jumlah Siswa Belum Ketercapaian KKM Mencapai KKM Mencapai KKM 1.

  70

  25 2 92 % Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016)

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus

  II terdapat peningkatan ketercapaian KKM dari pembelajaran siklus I yang ketercapaian hanya 70% dan pada siklus II naik menjadi 92% atau 25 orang siswa yang mencapai KKM. Hal ini telah mencapai jumlah KKM yang diharapkan yaitu 75% dari total siswa di kelas, maka peneliti memutuskan menyeesaikan penelitian di siklus

  II. Pembahasan Dari paparan data penelitian tindakan kelas diatas, dapat dianalisa dengan cara membandingkan dari hasil proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah menggunakan strategi inkuiri dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V di SDN 007 Sekip Hulu Rengat.

  Proses pembelajaran ini menggunakan strategi inkuiri sebagai alat penyampai atau perantara materi, alasan dipilihnya strategi inkuiri ini karena pendidik ingin mengajak siswa untuk menemukan konsep, fakta tentang objek atau materi pelajaran. Penggunaan metode adalah sebagai salah satu usaha guru membuat pembelajaran yang lebih terarah, konkret memperjelas membuat konsep yang kompleks menjadi lebih sederhana dan membuat siswa lebih termotivasi dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Sehingga secara tidak langsung, penggunaan metode pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi yang dipelajari.

  Berikut ini akan dijelaskan perubahan positif pada keaktifan siswa berdampak pula pada hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Temuan penelitian hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan mulai dari nilai pra siklus, nilai post test siklus I dan nilai post test siklus II dapat dilihat pada Garfik 1 sebagai berikut:

  

Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2016) Pada kegiatan akhir dalam satu siklus, peneliti melakukan penyimpulan terhadap materi bersama dengan siswa serta mencatat hal-hal yang penting. Hal ini bermaksudkan agar pemahaman siswa terhadap materi lebih mudah untuk diingat.Peneliti juga melakukan tes akhir sebagai alat evaluasi pemahaman siswa terhadap materi, tujuannya yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil mulai pre tes, tes akhir siklus 1 dan tes akhir siklus II. Dipenelitian ini mengalami peningkatan nilai hal tersebut dapat diketahui nilai rata-rata pre tes 59,09, nilai rata-rata post post tes siklus I 65,90 dan nilai rata-rata post tes II adalah 84,54. Sedangkan pada prosentase keberhasilan juga mengalami peningkatan yaitu pada pretest prosentase keberhasilanya mencapai 36,36%, prosentase keberhasilan pada pos test siklus I mencapai 54,54% dan prosentase keberhasilan pada pos test siklus II meningkat mencapai 81,81%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil nilai dan prosentase keberhasilan dari pre tes, post test siklus I dan post tes siklus II mengalami peningkatan.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Proses pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Inkuiri.

  Penggunaan metode inkuiri ini telah memunculkan beberapa perilaku belajar siswa yang lebih baik. Perilaku tersebut berupa aktivitas siswa yang aktif dalam belajar, seperti siswa yang aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan. Siswa juga merasa senang dan berkesan positif dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

  Dilihat dari hasil kemampuan pemahaman siswa dalam belajar IPA yang diukur dengan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai siswa. Ketuntasan belajar siswa juga terjadi peningkatan dari 54,54% pada siklus 1 meningkat jadi 81,81% pada siklus ke 2 yang sekaligus menunjukkan bahwa pembelajaran telah tuntas.

  SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan saran yang bermanfaat bagi peneliti, selanjutnya guru dan sekolah sebagai berikut :

  1. Agar penggunaan metode inkuiri dalam belajar berhasil baik, hendaknya dipersiapkan secara saksama.

  2. Sesuai dengan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para pengajar pelajaran

  IPA khususnya untuk memanfaatkan berbagai media, model dan teknik pembelajaran.

  DAFTAR PUSTAKA Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

  Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

  Nasional

  Depdiknas. 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta : Depdiknas Dimyati, Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Hanafiah, Nanang dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

  Piaget, Jean & Barbel Inhelder. 2010. Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar Cet. 1 Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

  Samantowa, Usman 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.