Kata kunci: Kekerasan, psikis, pertanggungjawaban pidana PENDAHULUAN Latar Belakang - Jurnal Ilmiah Cahaya Kampus Universitas Gresik Vol 13 No 2 Desember 2015
RUMAH TANGGA
Dwi Wachidiyah Ningsih
Fakultas Hukum Prodi Ilmu Hukum Universitas Gresik
Abstrak
Salah satu bentuk kekerasan yang termasuk dalam kategori kejahatan yang berpengaruh besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT dapat dibedakaan atas (1) kekerasan fisik, (2) kekerasan psikis, (3) kekerasan seksual, dan (4) kekerasan finansial. Namun dari semua bentuk kekerasan tersebut, kekerasan psikis adalah kekerasan yang paling banyak dialami oleh anggota keluarga.
Kekerasan psikis tersebut memiliki dampak yang cukup serius. Kekerasan psikis ini memberikan dampak buruk kepada korban, pelaku sendiri maupun kepada masyarakat. dampak buruk kekerasan psikis bagi korban adalah timbulnya penderitan psikologis (rasa bersalah, kehilangan, kepercayaan, setres, depresi, trauma hingga menjadi gila dapat diderita oleh korban kekerasan). Sedangkan pada anak-anak akan memunculkan dampak yang sangat berarti bagi perilaku anak tersebut.
Bentuk pertanggung jawaban pidana bagi pihak yang terlibat dalam pelaku kekerasan dalam rumah tangga secara psikis dapat diuraikan sebagai berikut: pertama, pelimpahan rasa ketidakenakan terhadap pelaku. Kedua, pemberian hukum pidana objektif dan subjektif. Ketiga , pemberlakuan hukum pokok dan hukum tambahan berupa: (a) pembatasan gerak pelaku, dan (b) penetapan pelaku dalam program konseling dibawah pengawasan lembaga tertentu, antara lain: rumah sakit, klinik, dan biro konselor. Dan dalam UUPKDRT telah menegaskan sanksi yang tertuang pada pasal 45 ayat (1) dan ayat (2), yang mana sanksi tersebut berupa denda dan juga kurungan penjara. Selain itu pada Pasal 50 ditetapkan sanksi tambahan yang bentuknya tergantung pada putusan hakim.
Kata kunci: Kekerasan, psikis, pertanggungjawaban pidana PENDAHULUAN
KDRT. Sebagian korban terutama dari pihak wanita menganggap kasus KDRT
Latar Belakang
sebagai kasus yang biasa terjadi dan bukan Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan kasus KDRT yang perlu (KDRT) merupakan salah satu kejahatan
ditanggulangi dengan sanksi yang berupa yang sangat besar pengaruhnya atas
pidana. Budaya daerah sering mengajarkan kelangsungan kehidupan berbangsa dan
kepada masyarakat untuk tidak membawa bernegara. KDRT dapat merusak tatanan
kasus rumah tangga ke ranah publik. Hal keluarga
ini dilakukan secara turun temurun kehidupan bangsa dan negara. Sayangnya
sebagai tiang
penyangga
sehingga menjadi budaya masyarakat jumlah kasus KDRT yang terjadi seolah-
untuk menutup-nutupi masalah rumah olah tiap tahun selalu mengalami
tangga yang dianggap aib untuk peningkatan. Kasus KDRT yang terjadi
dikonsumsi publik.
sesungguhnya dapat disebut sebagai
Pemberdayaan fenomena gunung es, karena banyak
Kementerian
Perempuan dan Perlindungan Anak korban kekerasan dalam rumah tangga
(KPPPA) mengungkapkan bahwa kasus yang tidak melaporkan apabila terjadi
kekerasan dalam rumah tangga dalam tiga kekerasan dalam rumah tangga dalam tiga
paling banyak terjadi dalam beberapa jenis, kasus KDRT yang berhasil dicatat KPPPA
antara lain kekerasan fisik, kekerasan berdasarkan
psikis, kekerasan ekonomi, kekerasan sebanyak 143.586 kasus. Pada tahun 2010
pada data
Kepolisian
seksual, dan lain sebagainya. Dari jenis- kasus KDRT yang tercatat berjumlah
jenis kekerasan itu, kekerasan psikis 105.103 kasus. Memasuki 2011, kasus
merupakan kekerasan yang paling banyak KDRT yang ada sebanyak 119.107. Dari
terjadi sepanjang tahun. LBH APIK data tersebut kekerasan yang terjadi adalah
Jakarta mencatat bahwa KDRT secara seputar kekerasan fisik, kekerasan psikis,
psikis di Jakarta pada tahun 2002 sebagai dan kekerasan eksploitasi. Menurut
KDRT terbanyak terjadi sebanyak 250 Menteri pemberdayaan Perempuan dan
kasus, kekerasan ekonomi 165 kasus, dan Perlindungan Anak, meningkatnya kasus 4 kekerasan fisik 86 kasus . Banyaknya
KDRT yang ada masih disebabkan karena kasus KDRT ini salah satu penyebabnya persoalan ekonomi, selain itu ada juga
adalah budaya patriarki yang kuat, persoalan sosial budaya masyarakat yang
kesetaraan gender yang belum nampak, mensubordinasikan perempuan dan anak.
serta budaya masyarakat yang ingin hidup Tidak hanya itu permasalahan mengenai
harmonis sehingga selalu cenderung produk perundang-undangan yang masih
menyalahkan suami atau istri.
Salah satu contoh kasus KDRT secara diskriminatif juga menjadi salah satu
banyak bias gender dan bersifat
psikis adalah yang dilakukan oleh penyebab. Karena itu Menteri berharap
Andriyanto, seorang PNS pada KUA agar para hakim dapat memutus setiap
Prabumulih yang tidak memberikan nafkah perkara KDRT dan anak dengan seadil-
kepada istrinya, baik berupa nafkah lahir adilnya 1 . maupun batin, sehingga menyebabkan
Menurut Deputi Bidang Perlindungan istrinya mengalami penderitaan psikis yang Perempuan Kementerian Pemberdayaan
cukup berat meliputi rasa malu, tertekan, Perempuan Republik Indonesia, sepanjang
terhina, sedih, kecewa, hingga stres. Kasus 2010 angka pengajuan perceraian karena
ini telah divonis oleh Pengadilan Negeri KDRT mencapai 15.000 kasus 2 . Statistik Prabumulih Melalui Putusan Nomor
Mitra Perempuan Women’s Crisis Centre 17/Pid.B/AN/2010/PN.Pbm dengan vonis
pidana penjara 6 bulan melalui masa mencatat jumlah layanan pengaduan dan
tahun 2011 (hingga 10 Desember)
percobaan selama 1 tahun. Putusan ini bantuan diberikan kepada 209 orang
telah dikuatkan oleh Putusan Mahkamah perempuan dan anak-anak yang mengalami
Nomor. kasus kekerasan, terutama 90.43%
575K/Pid.Sus/2011.
merupakan kasus-kasus kekerasan dalam Beberapa kasus KDRT terutama rumah tangga di wilayah Jakarta,
kekerasan psikis masih belum banyak Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor dan
sulitnya wilayah lainnya 3 . pembuktian yang harus dilakukan oleh
pidak pelapor. Selain itu banyaknya kasus
1 Diakses melalui http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/27/m34
tjt-kas, 18 Juni 2013, 15:52 4 Abdul Wahab, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, diakses 2 Diakses melalui
melalui
http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=11656&kat=1, 18 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Rochmat%20W Juni 2013, 15:55
ahab,%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/KEKERASAN 3 Diakses melalui http://perempuan.or.id/statistik-catatan-
%20DALAM%20RUMAH%20TANGGA%28Final%29.pdf, 19 tahunan/2012/01/03/tahun-2011, 19 Juni 2013, 09:00
Juni 2013, 10:00
KDRT yang tidak ditangani, diselesaikan
Tinjauan Pustaka
secara damai, atau vonis pidana yang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
kurang memuaskan
Kekerasan menurut para ahli diartikan menyebabkan
pihak korban,
sebagai kejahatan kekerasan (violent melaporkan terjadinya kasus KDRT. Oleh
masyarakat
enggan
crime ) yaitu suatu peristiwa seseorang karena itu dalam penulisan penelitian ini
dengan sengaja melukai fisik atau penulis membahas Tentang Penganiayaan
mengancam untuk melakukan tindakan Secara Psikis Dalam Rumah Tangga
kekerasan kepada orang lain, baik dalam Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
perampokan, Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam
bentuk
penganiayaan,
maupun Rumah Tangga.
perkosaan,
pembunuhan,
intimidasi lainnya. Defini lain kejahatan kekerasan (violence) adalah sebagai istilah
Rumusan Masalah
yang digunakan untuk membuat cedera
1. Apa kriteria kekerasan secara psikis? mental atau fisik, yang merupakan bagian
2. Bagaimana
dari proses kekerasan yang kadang-kadang pertanggungjawaban pidana bagi pihak
bentuk
diperbolehkan, sehingga jarang disebut yang terlibat dalam pelaku kekerasan 5 sebagai kekerasan. Kekerasan juga
secara psikis dalam rumah tangga? didefinisikan sebagai tindakan/serangan terhadap seseorang yang memungkinkan
Tujuan Penelitian
dapat melukai secara fisik, psikis, dan
1. Mengetahui dan menganalisis kriteria mentalnya serta menyebabkan penderitaan kekerasan secara psikis 6 dan kekerasan . Masyarakat biasanya
tertentu pertanggungjawaban pidana bagi pihak
2. Mengetahui dan menganalisis bentuk
membuat
kategori-kategori
mengenai tingkah laku yang dianggap yang terlibat dalam pelaku kekerasan
keras dan tidak. Termasuk sebagai secara psikis dalam rumah tangga
kekerasan adalah kekerasan terhadap perempuan yaitu setiap kekerasan yang
Manfaat Penelitian
diarahkan kepada perempuan hanya karena Manfaat Teoretis 7 mereka perempuan .
Secara teoretis penelitian ini Rumah tangga atau keluarga adalah diharapkan dapat memberikan masukan
yang berkenaan dengan urusan kehidupan untuk mengetahui kriteria kekerasan secara
dalam rumah (seperti hal belanja rumah) psikis dan sumbangan pemikiran dalam
atau yang berkenaan dengan keluarga. bidang tindak pidana KDRT terutama
Pihak-pihak yang termasuk dalam lingkup dalam perlindungan hukum bagi korban
rumah tangga, adalah a.) Suami, isteri, dan kekerasan psikis, pertanggungjawaban
anak, termasuk anak angkat dan anak tiri, pelaku, dan upaya penanggulangannya.
b). Orang-orang
yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami atau
Manfaat Praktis
isteri yang tinggal menetap dalam rumah Secara
praktis penelitian
ini
diharapkan dapat memberikan informasi
5 Soerjono Soekanto dan Pudji Santoso, Kamus
Kriminologi bagi masyarakat dan penegak hukum , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal 104
6 Siti Musdar Mulia, Muslimat Reform, Perempuan
secara khusus yang menangi masalah
Pembaru Keagamaan 7 , Mizan, Bandung, 2001, hal 154-155
KDRT, agar meningkatkan penegakan Harkristuti Harkrisnowa, Wajah Tindak Kekerasan
Terhadap Perempuan di Indonesia , Makalah pada Semiloka
hukum terhadap KDRT secara psikis.
Nasional Mengenai Kemitraan Pemerintah dan LSM dalam
Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan terhadap
Perempuan, diselenggarakan Menperta, beberapa LSM dan Organisasi Internasional di Jakata, 26-27 Januari 1999 Perempuan, diselenggarakan Menperta, beberapa LSM dan Organisasi Internasional di Jakata, 26-27 Januari 1999
Hukum pidana itu itu terdiri dari membantu di rumah tangga dan menetap
norma-norma yang berisi keharusan- tinggal dalam rumah tangga tersebut,
keharusan dan larangan-larangan yang seperti Pembantu Rumah Tangga.
(oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa
Penganiayaan Secara Psikis
hukuman, yakni suatu penderitaan yang Kekerasan psikis, yaitu perbuatan
bersifat khusus. Dengan demikian dapat yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
merupakan suatu sistem norma-norma untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan
yang menentukan terhadap tindakan- penderitaan psikis berat pada seseorang.
tindakan yang mana (hal melakukan Kekerasan psikis dibedakan menjadi
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu kekerasan psikis berat dan kekerasan psikis
dimana terdapat suatu keharusan untuk ringan.
melakukan sesuatu) dan dalam keadaan- keadaan bagaimana hukum itu dapat
Hukum Pidana
dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana Pengertian dari hukum pidana hingga
yang dapat dijatuhkan bagi tindakan- saat ini belum dinyatakan secara tegas 9 tindakan tersebut.
dalam peraturan perundang-undangan di Hukum pidana merupakan bagian dari Indonesia. Definisi hukum pidana saat ini
hukum publik yang memiliki sifat-sifat didasarkan pada pendapat para ahli hukum
sebagai berikut:
pidana, sehingga pengertian dari hukum
1. Suatu tindak pidana itu tetap ada, pidana tersebut masih berbeda-beda
walaupun tindakannya itu telah menurut para ahli. Hukum pidana adalah
mendapat persetujuan terlebih dahulu bagian daripada keseluruhan hukum yang
dari korbannya;
2. Penuntutan menurut hukum pidana itu dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
berlaku di suatu negara, yang mengadakan
tidak digantungkan kepada keinginan
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana dari orang yang telah dirugikan oleh yang tidak boleh dilakukan, yang
suatu tindak pidana yang telah dilarang, dengan disertai ancaman atau
dilakukan oleh orang lain.
sanksi yang berupa pidana tertentu bagi
3. Biaya penjatuhan pidana dipikul oleh barang siapa melanggar larangan
negara sedangkan pidana denda dan tersebut;
perampasan barang menjadi menjadi
2. 10 Menentukan kapan dan dalam hal-hal penghasilan negara. apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat
Kriminalitas Dalam KDRT
Faktor-faktor Penyebab Tindak sebagaimana yang telah diancamkan;
dikenakan atau dijatuhi
pidana
Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga
3. Menentukan dengan cara bagaimana meliputi faktor budaya, faktor agama, pengenaan
faktor lingkungan dalam keluarga, faktor dilaksanakan apabila ada orang yang
korban, faktor balas dendam, faktor disangka telah melanggar larangan
tersebut.
9 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana
Indonesia , Sinar Baru, Bandung, 1984, hal. 1-2.
8 Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, 10 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1984, hal. 1
Jakarta, 1991, hal. 10 Jakarta, 1991, hal. 10
kemampuan yang lebih baik saja yang dan perempuan masih belum mendapat
berhak menikmati berbagai manfaat sosial tempat atau masih belum dianggap sebagai
lebih banyak, tetapi keuntungan tersebut individu
juga harus membuka peluang bagi mereka Meningkatnya kasus kekerasan terhadap
beruntung untuk anak dan perempuan di Indonesia dapat
yang
kurang
meningkatkan prospek hidupnya. Dalam dikatakan sebagai akibat dari sistem dan
tersebut, budaya yang berlaku dalam masyarakat
pertanggungjawaban moralitas kelebihan Indonesia. Indonesia merupakan suatu
dari mereka yang beruntung harus bangsa yang memiliki banyak sekali ragam
ditempatkan pada bingkai kepentingan kebudayaan, karena dari sisi historis
yang kurang Indonesia adalah kumpulan dari berbagai 13 beruntung .
kelompok
mereka
kerajaan dan suku bangsa yang disatukan Keadilan sebagai bagian dari nilai oleh Pemerintah kolonial Belanda pada
sosial memiliki makna yang amat luas, waktu itu. Di Indonesia kata “melindungi”,
bahkan pada suatu titik bisa bertentangan ”mendidik” mempunyai banyak persepsi
dedengan hukum sebagai salah satu tata yang
nilai sosial. Suatu kejahatan yang “melindungi”,”mendidik”,
berbeda-beda.
Kata-kata
dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun disalahartikan
sering
apabila hal tersebut bukan merupakan kebebasan, mengurung, memukuli, dan
dengan
mengekang
disebut perlakuan buruk lainnya dengan alasan
menimbulkan ketidakadilan. Sebaliknya melindungi
suatu tindakan yang bukan merupakan lingkungan.
menimbulkan ketidakadilan. Dengan demikian memiliki
kejahatan
dapat
Teori Keadilan
makna yang cukup luas, sebagian Keadilan pada hakikatnya adalah
merupakan keadilan yang telah ditentukan memperlakukan seseorang atau pihak lain
oleh alam, sebagian merupakan hasil sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak
ketetapan manusia (keadilan hukum). setiap
universal, diperlakukan sesuai dengan harkat dan
orang adalah
sedangkan keadilan yang ditetapkan martabatnya, sama derajatnya, dan sama
manusia tidak sama di setiap tempat. hak dan kewajibannya, tanpa membedakan
Keadilan yang ditetapkan oleh manusia suku, keturunan, dan agamanya. Plato 14 inilah yang disebut dengan nilai .
membagi keadilan menjadi keadilan individual dan keadilan bernegara.
Manfaat Teori Keadilan Dalam KDRT
Menurutnya keadilan individual adalah Prinsip keadilan yang paling banyak kemampuan seseorang menguasai diri
dianut oleh para ahli hukum adalah prinsip dengan cara menggunakan rasio 12 . keadilan John Rawls. Pertama, the greatest
Keadilan harus dipahami sebagai equal principle , bahwa setiap orang harus fairness, dalam arti bahwa tidak hanya
memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan
yang sama bagi semua orang. Ini
Liliana dan Krismiyarsi, Kebiajakan penanggulangan kejahatan melalui mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana KDRT, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 8 No.
1, Mei 2012, hal. 57
13 Ibid
12 Jan Hendrik Raper, Filsafat Politik Plato, Rajawali, 14 Hari Chand, Modern Jurisprudence, Kuala Lumpur Jakarta, 1991, hal. 81.
International Law Book Review, 1994, hal. 278 International Law Book Review, 1994, hal. 278
mencegah timbulnya KDRT.
Dengan kata lain, hanya dengan adanya jaminan kebebasan yang sama bagi semua
Metode Penelitian
orang maka keadilan akan terwujud Penelitian ini menggunakan metode (prinsip kesamaan hak). Prinsip tersebut
melalui kajian yuridis normatif. Penelitian tidak lain adalah prinsip kesamaan hak,
hukum yuridis normatif merupakan studi merupakan prinsip yang memberikan
dokumen yakni menggunakan sumber data kesetaraan hak dan tentunya berbanding
sekunder saja yang berupa peraturan terbalik dengan beban kewajiban yang
keputusan dimiliki setiap orang 15 . Dalam kaitannya pengadilan, teori hukum, dan pendapt para dengan kehidupan rumah tangga, prinsip 17 ahli hukum . Maka dari itu digunakan
perundang-undangan,
keadilan ini jelas menegaskan adanya analisis secara kualitatif (normatif- persamaan hak bagi siapapun yang menjadi
kualitatif) karena data yang dikumpulkan bagian
bersifat kualitatif.
seharusnya KDRT tidak terjaadi pada suatu keluarga.
Pendekatan masalah
Kedua, ketidaksamaan sosial dan Pendekatan masalah digunakan untuk ekonomi harus diatur sedemikian rupa
menganalisis dan memperoleh informasi sehingga perlu diperhatikan azas atau dua
mengenai isu yang dibahas dalam prinsip berikut, yaitu The different priciple
penelitian. Pendekatan yang digunakan dan the principle of fairy equality of
dalam penelitian ini adalah pendekatan opportunity. Keduanya
perundang-undangan (statue approach) memberikan keuntungan terbesar bagi
diharapkan
dan pendekatan konseptual (conceptual orang-orang yang kurang beruntung, serta 18 approach ) .
pendekatan memberikan penegasan bahwa dengan
Pertama,
perundang-undangan dilakukan dengan kondisi dan kesempatan yang sama, semua
perundang-undangan yang posisi dan jabatan harus terbuka bagi
menelaah
berkaitan dengan kekerasan dalam rumah semua
tangga. Kedua, pendekatan konseptual Objektif) 16 . Kedua prinsip tersebut sebagai pendekatan yang berangkat dari
orang (Prinsip
Perbedaan
merupakan prinsip perbedaan objektif, perkembangan pandangan hukum dalam artinya prinsip kedua tersebut menjamin
Ilmu Hukum dengan menguraikan gagasan terwujudnya proporsionalitas pertukaran
atas permasalahan kekerasan dalam rumah hak dan kewajiban para pihak, yang dalam
tangga yang berkaitan dengan kekerasan hal ini adalah seluruh anggota keluarga,
psikis serta bentuk pertanggaungjawaban sehingga secara wajar (objektif) diterima 19 pidana yang menjadi sanksi bagi pelaku .
adanya perbedaan
tanpa
harus
menimbulkan KDRT.
Sumber Bahan hukum
a. Bahan hukum primer, yang merupakan prinsip kedua tidak dapat dipisahkan satu
Dengan demikian, prinsip pertama dan
bahan hukum yang sifatnya mengikat, dengan lainnya. Sesuai dengan azas
berupa peraturan perundang-undangan, proporsionalitas, keadilan akan terwujud apabila kedua syarat tersebut diterapkan
17 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 93-95
18 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian
15 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Hukum Normatif, Cet. Keempat , Bayumedia, Jakarta, 2008, Historis 16 , Nuansa Dan Nusa Media, Bandung, 2004, hal. 239.
hal.310
Ibid 19 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hal. 95 Ibid 19 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hal. 95
BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN
KUHAP, UU. No. 1 Tahun 1974
PIDANA BAGI PIHAK YANG
Tentang Perkawinan, UU. No. 23 Tahun
TERLIBAT DALAM PELAKU
2004 Tentang PKDRT, UU. No. 7
KEKERASAN SECARA PSIKIS
Tahun 1984 Tentang Pengesahan
DALAM RUMAH TANGGA
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Wanita, dan UU.
Pertanggungjawaban Tindak Pidana
No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Dalam kehidupan sehari-hari manusia Manusia.
sering dihadapkan kepada suatu kebutuhan
b. Bahan hukum sekunder, yang erat yang mendesak, kebutuhan pemuas diri kaitannya dengan bahan hukum primer
dan bahkan kadang-kadang karena karena bersifat menjelaskan, yang dapat
desakan untuk membantu menganalisis dan memahami
keinginan
atau
mempertahankan status diri. Secara umum bahan hukum primer, antara lain
kebutuhan setiap manusia itu akan dapat literatur, asas-asas, konsep, doktrin dan
dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya, ilmu hukum (jurisprudence) terutama
dalam keadaan yang tidak memerlukan dalam bidang kriminologi.
desakan dari dalam atau dari orang lain. Terhadap kebutuhan yang mendesak
Prosedur Pengumpulan
dan
pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan
Pengelolahan Bahan Hukum
segera biasanya sering dilaksanakan tanpa Penelitian
pemikiran matang yang dapat merugikan mengumpulkan
dimulai
dengan
lingkungannya atau manusia lain. Hal (inventarisasi) melalui dilakukan melalui
bahan-bahan
hukum
seperti itu akan menimbulkan suatu akibat dokumentasi yang berkaitan dengan KDRT
negatif yang tidak seimbang dengan secara psikis.
suasana dan kehidupan yang bernilai baik. Pengumpulan bahan ini dilanjutkan
Untuk mengembalikan pada suana dan dengan klasifikasi, dalam arti memilah-
kehidupan yang bernilai baik itu milah bahan hukum yang terkait dengan
diperlukan suatu pertanggungjawaban dari rumusan masalah. Kemudian bahan-bahan
pelaku yang berbuat sampai ada tersebut disusun secara sistematis untuk
dan mempermudah dalam memahami substansi
ketidakseimbangan
yang wajib bahan hukum tersebut.
pertanggungjawaban
dilaksanakan oleh pelakunya berupa pelimpahan rasa ketidakenakan masyarakat
Analisis Bahan Hukum
supaya dapat dirasakan juga penderitaan Sebagai tipe penelitian dengan jenis 20 atau kerugian yang dialami .
deskriptif analitik, maka metode yang Pemberi pelimpahan dilakukan oleh digunakan adalah metode deduktif yaitu
individu atau sekelompok orang yang dimulai dari ketentuan atau hal-hal yang
berwenang, sedangkan penerima limpahan bersifat umum dalam hal ini adalah
mempertanggungjawabkan fenomena-fenomena yang muncul dan
dalam
perbuatannya, limpahan itu berupa berkembang dalam masyarakat yang
hukuman yang disebut “dipidanakan”. Jadi diterapkan pada rumusan masalah untuk
seseorang yang dipidanakan berarti dirinya menghasilkan jawaban yang bersifat
menjalankan suatu hukuman untuk khusus.
mempertanggungjawabkan perbuatannya
20 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.155 20 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.155
peraturan yang mengatur hak negara dan membahayakan kepentingan umum 21 .
negara untuk
mengancam,
menjatuhkan dan
Pembagian Hukum Pidana
terhadap Menurut Simons hukum pidana itu
melaksanakan
hukuman
seseorang yang melanggar larangan dan dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam
perintah yang telah diatur di dalam hukum arti obyektif (strafrecht in objectieve zin)
pidana itu diperoleh negara dari peraturan- dan hukum pidana dalam arti subyektif
peraturan yang telah ditentukan oleh atau (strafrecht in subjectieve zin). Hukum
hukum pidana dalam arti obyektif (ius pidana dalam arti obyektif adalah hukum
poenale ). Dengan kata lain ius puniendi pidana yang berlaku, atau yang juga
harus berdasarkan kepada ius poenale. disebut sebagai hukum positif atau ius
Hukum pidana juga dibagi dalam
hukum pidana materiil dan hukum pidana merumuskan hukum pidana dalam arti
contitutum/ius 22 poenale . Simons
formil. Hukum pidana materiil yaitu semua obyektif sebagai:
ketentuan
dan
peraturan yang
1. Keseluruhan larangan dan perintah menunjukkan tentang tindakan-tindakan yang oleh negara diancam dengan
yang mana adalah merupakan tindakan- nestapa yaitu suatu pidana apabila
tindakan yang dilarang dan dapat dihukum, tidak ditaati;
siapakah
orangnya
yang dapat
2. Keseluruhan peraturan yang dipertanggungjawabkan terhadap tindakan- menetapkan syarat-syarat untuk
tindakan tersebut dan hukuman yang penjatuhan pidana, dan;
bagaimana yang dapat dijatuhkan terhadap
3. Keseluruhan ketentuan yang orang tersebut. Hukum pidana materiil memberikan dasar untuk penjatuhan
disebut juga dengan hukum pidana yang dan penerapan pidana. 23 abstrak. Hukum pidana formil merupakan
Hukum pidana dalam arti subyektif hukum pidana yang memuat peraturan- atau ius contituendum/ius puniendi bisa
mengatur tentang diartikan secara luas dan sempit. Dalam
peraturan
yang
bagaimana caranya hukum pidana yang arti luas hukum pidana subyektif berarti
bersifat abstrak itu harus diberlakukan hak dari negara atau alat-alat perlengkapan
secara konkrit. Biasanya orang menyebut negara
jenis hukum pidana ini sebagai hukum mengancam pidana terhadap perbuatan 24 acara pidana. Hukum pidana formil ini
tertentu. Dalam arti sempit hukum pidana merupakan instrumen yang digunakan subyektif merupakan hak untuk menuntut
untuk melakukan penegakan terhadap perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan
hukum pidana materiil.
melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang.
Tujuan Pertanggungjawaban Pidana
Hak untuk menuntut perkara-perkara Tujuan dari hukum pidana dalam pidana ini dilakukan oleh para penegak
kajian kriminologi dapat dikelompokkan hukum termasuk badan-badan peradilan.
berdasarkan pada pendapat ahli hukum, Jadi ius puniendi adalah hak pemberian
baik menurut ahli hukum klasik maupun sanksi pidana. Hukum pidana dalam arti
ahli hukum modern. Menurut aliran klasik subjektif (ius puniendi) yang merupakan
(de klassieke school/de klassieke richting) tujuan dibentuknya hukum pidana adalah
21 Ibid, hal. 155-156
untuk melindungi individu dari kekuasaan
Ibid 23 Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto,
Semarang, 1990, hal. 9. 24 P. A. F. Lamintang, Op. Cit., hal. 10 Semarang, 1990, hal. 9. 24 P. A. F. Lamintang, Op. Cit., hal. 10
peristiwa yang diabadikan itu adalah usaha hak mereka. Peletak dasar aliran adalah
individu guna Markies van Beccaria yang menulis 25 kepentingan hukum perseorangan .
untuk
melindungi
tentang Dei delitte edelle pene tahun 1764. Oleh karenanya mereka menghendaki Tulisan itu menuntut agar hukum pidana
agar diadakan suatu peraturan tertulis harus diatur dengan undang-undang yang
supaya setiap orang mengetahui tindakan- tertulis, agar dapat memberikan kepastian
tindakan mana yang terlarang atau tidak, hukum kepada setiap orang.
apa ancaman hukumannya dan lain Pada zaman sebelum pengaruh tulisan
demikian Beccaria itu, hukum pidana yang ada
sebagainya.
Dengan
diharapkanakan terjamin hak-hak manusia sebagian besar tidak tertulis dan di
dan kepentingan hukum perseorangan. samping itu kekuasaan Raja Absolute
Peraturan tertulis itu akan menjadi dapat menyelenggarakan pengadilan yang
pedoman bagi rakyat, akan melahirkan sewenang-wenang dengan menetapkan
serta dapat hukum menurut perasaan dari hakim
kepastian
hukum
masyarakat dari sendiri. Penduduk tidak tahu pasti
menghindarkan
kesewenang-wenangan. Pengikut-pengikut perbuatan mana yang dilarang dan
ajaran ini menganggap bahwa tujuan beratnya pidana yang diancamkan karena
hukum pidana adalah untuk menjamin hukumnya tidak tertulis. Proses pengadilan
kepentingan hukum individu. Setiap pada masa itu berjalan tidak baik, sampai
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terjadi peristiwa yang menggemparkan
(individu) yang oleh undang-undang rakyat seperti di Perancis dengan kasus
hukum pidana dilarang dan diancam Jean Calas te Toulouse (1762) yang
dengan pidana harus dijatuhkan pidana. dituduh membunuh anaknya sendiri
Menurut aliran klasik, penjatuhan pidana bernama Mauriac Antoine Calas, karena
dikenakan tanpa memperhatikan keadaan anaknya itu ditemukan mati di rumah
pribadi pembuat pelanggaran hukum, ayahnya. Di dalam pemeriksaan Calas
mengenai sebab-sebab yang mendorong tetap tidak mengaku namun oleh hakim
dilakukan kejahatan (etiologi kriminil) yang memeriksa tetap dinyatakan bersalah
serta pidana yang bermanfaat, baik bagi dan dijatuhi pidana mati dengan
orang yang melakukan kejahatan maupun pelaksanaan
bagi masyarakat sendiri (politik kriminil). guillotine .
menggunakan
pisau
Aliran modern (de moderneschool/de masyarakat merasa tidak puas, dan
Atas
kejadian tersebut,
moderne richting ) mengajarkan bahwa menganggap Jean Calas tidak bersalah
tujuan susunan hukum pidana itu adalah membunuh anaknya, sehingga Voltaire
untuk melindungi masyarakat terhadap mengecam putusan pengadilan itu.
kejahatan. Sejalan dengan tujuan tersebut, Tuntutan untuk memeriksa kembali
perkembangan hukum pidana harus perkara Calas itu dikabulkan. Hasil
memperhatikan kejahatan serta keadaan pemeriksaan ulang menyatakan Mauriac 26 penjahat . Kriminologi yang objek
mati dengan bunuh diri. Masyarakat penelitiannya antara lain adalah tingkah menjadi gempar karena putusan itu, dan
laku orang perseorangan dan atau selanjutnya pemuka-pemuka masyarakat
masyarakat adalah salah satu ilmu yang seperti J.J.Rousseau dan Montesquieu turut menuntut agar kekuasaan Raja dan
25 penguasa-penguasanya Bambang Pornomo, Asas-asas Hukum Pidana, dibatasi oleh
Ghalia Indonesia 26 , Jakarta, 1985, hal. 24 Ibid.
memperkaya ilmu pengetahuan hukum Sampai pertengahan abad 20, penjahat pidana. Pengaruh kriminologi sebagai
merupakan perhatian utama di bidang bagian dari social science menimbulkan
kriminologi. Baru pada tahun 1977, suatu aliran baru yang menganggap bahwa
Michalowski dalam Meier mengemukakan tujuan hukum pidana adalah untuk
hukum dengan memberantas kejahatan agar terlindungi
bahwa
hubungan
masyarakat ada yang melalui consensus, kepentingan hukum masyarakat. 27 pluralis dan conflict . Sebab-sebab
Dari kedua aliran tersebut, pada seseorang melakukan kejahatan dimulai akhirnya dibentuklah teori tentang
dari faktor biologis dan faktor lingkungan. pemidanaan atau alasan pemberian sanksi
Hal yang sangat penting dalam mengkaji pidana kepada seseorang yang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga adalah tindak pidana. Teori pemidanaan pada
hidden criminality . Hidden criminality umumnya terdiri dari teori absolut dan
diartikan sebagai kejahatan yang sungguh- teori relatif. Teori absolut berpendapat
sungguh dilakukan tapi tidak diketahui bahwa sanksi pidana dijatuhkan karena
jumlah sebenarnya (dark number). Di seseorang telah melakukan suatu kejahatan
Indonesia, kajian tentang korban tindak (quia peccatum est ). Jadi menurut
pidana belum banyak mendapat perhatian, Johannes Andenaes yang didukung oleh
hal ini dibuktikan dengan minimnya Immanuel Kant, tujuan utama penjatuhan
tulisan-tulisan ilmiah, produk perundang- pidana adalah untuk memuaskan tuntutan
undangan bahkan berbagai putusan keadilan (to satisfy the claims of justice),
pengadilan yang telah mempunyai sedangkan
kekuatan hukum tetap yang membahas dan penjatuhan
pengaruh-pengaruh
dari
terhadap menguntungkan
permasalahan korban tindak pidana. sekunder dari pemberian sanksi pidana.
merupakan
tujuan
Padahal tidak ada pengalaman dalam Teori relatif berpendapat bahwa tujuan dari
kehidupannya yang dapat disetarakan pemberian sanksi pidana adalah untuk
seramnya apabila berada didalam suatu melindungi kepentingan masyarakat yang
fase ancaman kekerasan. Sistem peradilan oleh Johannes Andenaes disebut sebagai
pidana yang seharusnya menjadi wadah teori perlindungan masyarakat (the theory
penyelamat dan pemulihan penderitaan of social defense ) dan oleh Nigel Walker
korban, tetapi yang terjadi seringkali dikategorikan sebagai teori reduktif (the
sistem peradilan pidana justru menambah reductive point of view ). Kedua teori
penderitaan korban dengan post crime pemidanaan ini merupakan ide dasar
victimization .
dilaksanakannya pemberian sanksi pidana dan sanksi tindakan (Double track system),
Unsur-Unsur
Pertanggungjawaban
yang seharusnya diimplementasikan dalam
Pidana
dituntut untuk mempertanggungjawabkan tindak pidana yang telah dilakukan, seseorang harus
kebijakan legislasi. 28 Agar
dapat
memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang 27
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya , Alumni, Jakarta, 1982,
meliputi kemampuan bertanggungjawab,
hal. 56 28
adanya kesalahan, dan tidak adanya alasan
Sri Wahyuningsih, Et. All., Persepsi dan Sikap Penegakan Hukum Terhadap Penanganan Kasus-kasus
penghapus pidana.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Sesuai Dengan
Pertanggungjawaban pidana dalam
Undang-undang Penghapusan KDRT Nomor 23 Tahun 2004 di Jawa Timur , Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 18, Agustus 2006,
bahasa asing di sebut sebagai “toereken-
hal. 153-155 hal. 153-155
sakit jiwanya, tindak pidana yang “criminal liability,” pertanggungjawaban
reponsibilty,”
dilakukan dalam keadaan terpaksa, pidana disini di maksudkan untuk
perbuatan yang dilakukan untuk membela menentukan apakah seseorang tersebut
diri, tindak pidana yang dilakukan karena dapat di pertanggungjawabkan atasnya
melaksanakan undang-undang, dan dalam pidana atau tidak terhadap tindakan yang
rangka melaksanakan tugas jabatan yang
sah. Alasan pembenar telah diatur dalam bertanggungjawab ini telah diatur dalam
di 29 lakukanya itu. Kemampuan
Pasal 166, 186 ayat (1), 314 ayat (1), dan Pasal 44 KUHP, bahwa orang yang mempu
352 ayat (2).
bertanggungjawab adalah orang yang sempurna akalnya, sedangkan orang
Sistem
Pertanggungjawaban Dan
kurang sempurna akalnya atau sakit
Penegakan Hukum Pidana
berubah akalnya, dianggap tidak mampu Kajian tentang sistem hukum terdiri bertanggungjawab. Menurut pendapat para
dari struktur, substansi dan kultur dalam ahli, orang yang mampu bertanggungjawab
proses berjalannya sistem hukum. Struktur harus memenuhi setidaknya 3 (tiga) syarat,
merupakan suatu kerangka kerja tentang yaitu : (1) dapat menginsafi (mengerti)
bagaimana institusi aparat penegak hukum, makna
dalam hal ini kepolisian, kejaksaan atau kejahatan, (2) dapat menginsafi bahwa
pengadilan diorganisasikan. Substansi perbuatanya di pandang tidak patut dalam
hukum adalah hukum positif (UU pergaulan masyarakat, (3) mampu untuk
Penghapusan KDRT) yang digunakan oleh menentukan niat atau kehendaknya
institusi tersebut yang merupakan patron terhadap perbuatan tadi. 30 atau “kerangka batas” dari setiap individu
Unsur pertanggungjawaban pidana atau aktor-aktor yang ada di dalam institusi yang lain adalah adanya kesalahan yang
tersebut. Kultur atau budaya hukum yang diperbuat. Untuk dapat dikatakan adanya
lebih lanjut diartikan sebagai ideologi, kesalahan dalam perbuatan seseorang,
harapan dan opini tentang hukum, maka harus memenuhiunsur: (1) Adanya
merupakan kunci dari berjalannya sistem kemampuan bertanggungjawab pada si
hukum. Kepatuhan dan perlawanan pembuat
memberikan pengaruh dalam penegakan Zurechnungsfahigkeit ): artinya keadaan
(Schuldfahigkeit
atau
hukum terhadap kekerasan psikis dalam jiwa si pembuat harus normal. (2)
KDRT sebagai berikut: (1) adanya otoritas Hubungan batin antara si pembuat dengan
moral sebagai basis hubungan-hubungan perbuatanya berupa kesengajaan ( dolus)
dan stabilitas sosial; (2) keharusan atau keapaan (culpa) : ini di sebut bentuk-
struktural yang menentukan tindakan- bentuk kesalahan. (3) Tidak adanya alasan
tindakan dan perilaku-perilaku individual, yang menghapus kesalahan atau tidak ada
termasuk kepatuhan atau perlawanannya alasan pemaaf.
terhadap kekuasaan; (3) adanya proses Alasan penghapus pidana merupakan
dialektik dari struktur dan agen serta alasan pemaaf dan alasan pembenar.
kesadaran sebagai pendekatan untuk Alasan pemaaf sebagaimana yang diatur
memahami proses kepatuhan sosial dan dalam Pasal 44, Pasal 48 sampai Pasal 51
perlawanan.
KUHP, meliputi pelaku tindak pidana yang Setiap orang yang akan menjalankan
Undang-undang Hukum
Pidana,
29 S.R Sianturi, .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan
hendaknya wajib memperhatikan asas
Penerapanya 30 , Cet IV, Alumni, Jakarta, 1996, hal .245
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana hukumnya yang dicantumkan dalam pasal
Indonesia , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 79
1 KUHP. Ketentuan pasal ini memuat tiang Pembaruan hukum pidana yang penyanggah dari hukum pidana. Pasal 1
berorientasi kepada korban (victim ayat 1 KUHP menyatakan: “Tiada suatu
oriented ) sudah seharusnya dilakasanakan perbuatan yang boleh dihukum melainkan
dari atas kekuatan aturan pidana dalam
sebagai
implementasi
penyelenggaraan negara hukum Indonesia, Undang-undang yang terdahulu dari
yang memberikan jaminan bahwa semua perbuatan itu” 31 . orang memperoleh akses keadilan yang
Ketentuan ayat di atas memuat asas seimbang (bukan hanya pelanggar) dan yang tercakup dalam rumusan “Nullum
seimbang delictum, nulla poena sine praevia lege
sebagai
kebijakan yang
(balance) dalam pembaruan hukum pidana. punali ” yang artinya tiada delik, tiada
Pembaruan hukum pidana tidak boleh hukuman tanpa suatu peraturan yang
perlindungan terlebih dahulu menyebut perbuatan yang
hanya
mengutamakan
kepentingan pelaku tindak pidana saja dan bersangkutan, sebagai suatu delik dan yang
mengabaikan kepentingan korban, atau memuat suatu hukuman yang dapat
mengutamakan perlindungan kepentingan dijatuhkan atas delik itu. Asas nullum
korban dan mengabaikan kepentingan delictum ini memuat pengertian bahwa
pelaku tindak pidana saja. kebijakan suatu perbuatan yang dilakukan tanpa ada
terhadap korban tersebut bukan sebagai Undang-undang yang sebelumnya telah
prioritas kepada korban saja tetapi sebagai mengatur tentang perbuatan itu tidak dapat
keseimbangan kepentingan pelaku tindak dipidanakan. 32 pidana dan korban.
orientasi hukum dalam melaksanakan penegakan hukum
Penegakan hukum pidana termasuk
Perkembangan
pidana, dalam sistem pertanggungjawaban pidana KDRT perlu memiliki rasa dan
pidana perlu memberikan perhatian dan perhatian terhadap pihak yang menjadi
penegakan hukum terhadap korban tindak korban dari tindak pidana tersebut
pidana. Jika semula hukum pidana termasuk terhadap korban kekerasan psikis
berorientasi kepada perbuatan (crime) dalam
sasarannya adalah pencegahan kejahatan merupakan lex specialis terhadap KUHP
rumah tangga.
UUPKDRT
(prevention of crime), maka selanjutnya sehingga penerapannya harus sesuai
hukum pidana harus berorientasi kepada dengan azas lex specialis derogat lex
orang (offender) dengan sasarannya adalah generalis . Dalam hukum pidana, terhadap
penegakan untuk memperbaiki pelaku kedua jenis aturan yang berlaku asas Lex
Orientasi specialis derogat lex generalis , ketentuan
hukum pidana pidana yang khusus (lex specialis )
pertanggungjawaban
selanjutnya juga perlu dikembangkan menghapus (Men-derogat)
kearah pemenuhan rasa keadilan kepada pidana yang umum (lex generalis).
ketentuan
korban (victims), dengan sasarannya adalah Ketentuan ini memiliki arti bahwa apabila
memperbaiki kondisi korban (treatment of suatu persoalan hukum pidana sudah diatur
victims ). Adanya perhatian terhadap dalam ketentuan yang lebih khusus dalam
korban, sesuai dengan perkembangan berbagai undang-undang di luar KUHP,
ini agar hukum pidana maka ketentuan dalam KUHP dapat
dewasa
menghapuskan kesan seolah-olah hanya dikesampingkan.
memanjakan pelaku ketimbang korban. Hal ini merupakan kebutuhan mengingat penderitaan korban kejahatan sering tidak
dihiraukan oleh sistem peradilan pidana.
32 R. Abdoel Djamali, 2000, Op.Cit, hal. 163.
Ibid
Sisi lain dalam kebijakan terhadap menggugat pelaku tindak pidana melalui penanggulangan kejahatan melalui sistem 33 gugatan perdata.
peradilan pidana di Indonesia saat ini adalah terlalu memfokuskan kepada
Bentuk Pertanggungjawaban Pidana
penegakan hukum terhadap pelaku
Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga
kejahatan (offender centered) dan tidak
Berdasarkan UUPKDRT
dipikirkannya akibat kejahatan pada diri Masalah kekerasan dalam rumah korban
tangga telah mendapatkan perlindungan keputusan. Kondisi korban kejahatan
dalam setiap
pengambilan
hukum dalam UUPKDRT yang antara lain sendiri sangat memerlukan penanganan
menegaskan bahwa:
a. Bahwa setiap warga negara berhak mengalami viktimisasi sekunder yang
dalam penegakan hukum karena korban
mendapatkan rasa aman dan bebes dari disebabkan oleh reaksi formal terhadap
kekerasan sesuai kejahatan oleh otoritas sistem peradilan
segala bentuk
dengan falsafah Pancasila dan pidana.
Undang-undang Republik Indonesia Upaya-upaya sebagai perumusan yang
tahun 1945.
lebih konkret tentang perlindungan korban
b. Bahwa segala bentuk kekerasan, dapat dilakukan melalui proses-proses
terutama Kekerasan dalam rumah penegakan hukum. Apabila terdakwa
tangga merupakan pelanggaran hak dijatuhi pidana dan terdapat korban yang
asasi manusia, dan kejahatan terhadap menderita kerugian materiel akibat tindak
martabat kemanusiaan serta bentuk pidana yang dilakukan oleh pelaku, Hakim
deskriminasi yang harus dihapus. dapat mengharuskan terpidana membayar
c. Bahwa korban kekerasan dalam rumah ganti kerugian kepada korban yang
tangga yang kebanyakan adalah besarnya ditentukan dalam putusannya.
perempuan, hal itu harus mendapatkan Apabila terpidana tidak membayar ganti
perlindungan dari Negara dan/atau kerugian tersebut, harta benda terpidana
masyarakat agar terhindar dan disita dan dilelang untuk membayar ganti
terbebas dari kekerasan atau ancaman kerugian kepada korban. Apabila terpidana
kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan berupaya menghindar untuk membayar
yang merendahkan derajat dan kompensasi kepada
korban,
maka
martabat kemanusiaan.
terpidana tidak berhak mendapatkan
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan pengurangan masa pidana dan tidak
sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf mendapatkan
b, huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Penjatuhan pidana bersyarat kepada
pembebasan
bersyarat.
Undang-undang tentang penghapusan terdakwa dapat ditentukan syarat khusus
kekerasan dalam rumah tangga. berupa kewajiban
Sebagaimana pemaparan di muka, membayar ganti kerugian kepada korban.
terpidana untuk
kekerasan merupakan bentuk pelanggaran Dengan demikian hukum pidana dapat
terhadap hak asasi manusia, termasuk memberikan keadilan kepada korban
kekerasan dalam rumah tangga. Atas dasr tindak pidana yang selama ini banyak
UUD 1945 serta Pasal 8 UUHAM merasa tidak dapat memperoleh ganti
“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan kerugian atas kerugian yang timbal akibat
pemenuhan hak asasi manusia terutama tindakan orang lain, kecuali apabila korban
menjadi tanggung jawab Pemerintah” maka perlakuan tindak kekerasan dalam
33 Hamidah Abdurrachman, Op. Cit., hal. 488 33 Hamidah Abdurrachman, Op. Cit., hal. 488
hubungan darah, perkawinan, persusuan, tegas.
pengasuhan atau perwalian yang menetap Tindak kekerasan yang dilakukan
dalam rumah tangga dan/atau orang yang dalam suatu keluarga merupakan unsur
bekerja membantu rumah tangga dan berat dalam tindak pidana. KUHPidana
menetap dalam rumah tangga tersebut. pasal 356 yang secara garis besar
Pasal 45 ayat (2) UUPKDRT menyatakan
menyatakan sebagai berikut:
melakukan penganiayaan terhadap ayah, “Dalam hal perbuatan sebagaimana ibu, isteri atau anak diancam hukuman
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pidana ”.
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang Ketentuan mengenai sanksi pidana
tidak menimbulkan penyakit atau halangan juga tertera pada UUPKDRT, yaitu Pasal
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
45, Pasal 50, dan Pasal 52. Pasal 45 ayat mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, (1) UUPKDRT menegaskan bahwa “Setiap
dipidana dengan pidana penjara paling orang
lama 4 (empat) bulan atau denda paling kekerasan psikis dalam lingkup rumah
yang melakukan
perbuatan
banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta tangga sebagaimana dimaksud pada Pasal
rupiah) ”.
5 huruf b dipidana dengan pidana penjara Sebagaimana pemaparan di muka paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
bahwa kekerasan psikis dalam rumah paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan
tangga dibedakan atas kekerasan psikis juta rupiah) ”.
berat dan kekerasan psikis ringan, Pasal ini memuat unsur-unsur pidana
tanggungjawab pelaku kekerasan psikis meliputi unsur ke-1 setiap orang, unsur ke-
berat dihadapkan pada pasal 45 ayat (1),
2 melakukan kekerasan psikis, dan unsur sedangkan kekerasan psikis ringan harus ke-3 dalam lingkup rumah tangga.
mempertanggungjawabkan perbuatannya Pengertian “setiap orang” merupakan
sebagaimana pasal 45 ayat (2).
penunjukan kata ganti orang sebagai Pembuktian kekerasan psikis harus subyek/pelaku tindak pidana, yaitu setiap
didasarkan pada dua aspek secara Warga Negara Republik Indonesia yang
terintegrasi yaitu: tindakan yang diambil tunduk kepada Undang Undang dan
pelaku, implikasi psikologis yang dialami Hukum Negara RI atau yang tercakup
korban. diperlukan keterangan psikologis dalam ketentuan Pasal 2, 3, 4, 5, 7 dan 8
atau psikiatris yang tidak menyatakan KUHP dan orang tersebut mampu
kondisi psikologis korban tetapi juga bertanggung jawab secara hukum.
uraian penyebabnya.
Melakukan kekerasan psikis yang Berkaitan dengan pelaksanaan pasal dimaksud adalah setiap perbuatan yang
45 ayat (2) tersebut, tindak pidana yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
delik aduan, percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
dijatuhkan
adalah
sebagaimana pasal 52 yang menegaskan bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
bahwa “Tindak pidana kekerasan psikis penderitaan psikis berat pada seseorang,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 7
ayat (2) merupakan delik aduan ”. UUPKDRT. Sedangkan yang dimaksud
Delik adalah terjemahan dari kata dalam lingkup rumah tangga adalah
Strafbaar feit . Terjemahan lain untuk kata kekerasan tersebut dilakukan terhadap
strafbaar feit adalah peristiwa pidana, suami, istri, anak, orang-orang yang
perbuatan pidana, tindak pidana, perbuatan perbuatan pidana, tindak pidana, perbuatan
penambah hukuman pokok apabila dalam delict ) pada hakekatnya juga mengandung
putusan hakim ditetapkan hukuman elemen-elemen yang lazim dimiliki oleh
tambahannya. Pada UUPKDRT, hukuman setiap delik. Delik aduan memiliki ciri
tambahan ini diatur pada Pasal 50, yang khusus dan kekhususan itu terletak pada
menegaskan:
“penuntutannya”. Selain pidana sebagaimana dimaksud Lazimnya, setiap delik timbul,
dalam Bab ini hakim dapat menjatuhkan menghendaki adanya penuntutan dari
pidana tambahan berupa:
penuntut umum, tanpa ada permintaan
a. pembatasan gerak pelaku baik yang yang tegas dari orang yang menjadi korban
bertujuan untuk menjauhkan pelaku atau mereka yang dirugikan. Dalam delik
dari korban dalam jarak dan waktu aduan, pengaduan dari si korban atau pihak
tertentu, maupun pembatasan hak-hak yang dirugikan adalah syarat utama untuk
tertentu dari pelaku;
dilakukannya hak menuntut oleh Penuntut
b. penetapan pelaku mengikuti program Umum. Kitab Undang-Undang Hukum
konseling di bawah pengawasan Pidana (KUHP), secara tegas tidak ada
lembaga tertentu.
memberikan pengertian tentang apa yang Yang dimaksud dengan “lembaga dimaksud dengan delik aduan 34 .
tertentu” adalah lembaga yang sudah Ultercht mengemukakan bahwa delik
konseling itu adalah suatu kelakuan manusia
terakreditasi
menyediakan
layanan bagi pelaku. Misalnya rumah sakit, (menselijke