47 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LUKA TUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSU BETHESDA GMIM

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LUKA

TUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSU BETHESDA GMIM Eklendro Y. Y. Senduk*, Jootje M. L. Umboh*, A. Joy M. Rattu*

  • *Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

  ABSTRAK

Cedera benda tajam merupakan masalah yang serius dalam bidang pekerjaan kesehatan dan

menjadi persoalan keselamatan kerja yang harus di hadapi oleh tenaga kesehatan pada umumnya.

  

Secara global lebih dari 35 juta tenaga kesehatan di dunia memiliki resiko mengalami cidera

benda tajam baik dari jarum maupun benda medis tajam lainnya yang terkontaminasi patogen

berbahaya setiap tahunnya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini mengenai

bagaimana hubungan antara motivasi, kompetensi, supervisi, dan beban kerja dengan kejadian

luka tusuk jarum suntik pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon Penelitian ini merupakan

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada Maret- Mei 2017

di RSU Bethesda GMIM Tomohon. Sampel pada penelitian ini ialah seluruh perawat yang

bekerja di ruang rawat inap RSU Bethesda GMIM Tomohon. Analisis menggunakan uji chi-

square dan dimulai dari univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai p value antara motivasi (0,002), kompetensi (0,000), supervisi (0,002) dan beban kerja

(0,000) dengan kejadian luka tusuk jarum suntik dan variabel kompetensi menjadi faktor yang

paling dominan dari beberapa faktor yang berhubungan dengan dengan kejadian luka tusuk

jarum suntik pada perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon. Kesimpulanya terdapat hubungan

antara motivasi, kompetensi, supervisi dan beban kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik

dan variabel kompetensi menjadi faktor yang paling dominan dari beberapa faktor yang

berhubungan dengan dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU Bethesda

GMIM Tomohon.

  Kata Kunci: Luka Tusuk Jarum Suntik, Perawat ABSTRACT

Sharps injury is a serious problem in the field of work health and safety an issue that must be

faced by health professionals in general. Globally more than 35 million health workers in the

world are at risk of sharps injury either from needles and other sharp medical objects

contaminated with dangerous pathogens every year. Under these conditions, the purpose of this

study on the relationship between motivation, competence, supervision and workload with stab

wounds incident syringe nurse at Bethesda Hospital GMIM Tomohon This study is a cross

sectional analytic approach conducted in March-May 2017 at Bethesda Hospital GMIM

Tomohon. The samples in this research is all nurses working at Bethesda Hospital inpatient room

GMIM Tomohon. Analysis using chi-square test and starts from the univariate, bivariate and

multivariate analyzes. The results showed that the p value between motivation (0,002), competence

(0,000), supervision (0.002) and workload (0,000) with the incidence of stab wounds, syringes or

variable competence become the most dominant factor of several factors related to the incident

puncture wounds syringe at Bethesda Hospital nurse GMIM Tomohon. Kesimpulanya there is a

relationship between motivation, competence, supervision and workload with stab wounds incident

syringe and competence variables become the most dominant factor of several factors related to

the incidence of stab wounds syringe at Bethesda Hospital nurse GMIM Tomohon.

  Key Words: Stab Wounds Syringe, Nurse

PENDAHULUAN Sakit adalah institusi pelayanan

  Peraturan Menteri Kesehatan Republik kesehatan yang menyelenggarakan Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 pelayanan kesehatan perorangan secara Tentang Klasifikasi Dan Perizinan paripurna yang menyediakan pelayanan Rumah Sakit menyatakan bahwa Rumah rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain dituntut mampu Hasil riset dari National Safety memberikan pelayanan dan pengobatan Council (NSC) (2011) menunjukkan yang bermutu, rumah sakit juga di tuntut bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% melaksanakan dan mengembangkan adalah adanya unsafe behavior, 10% program Kesehatan dan Keselamatan karena unsafe condition dan 2% tidak Kerja di Rumah Sakit (Anonim, 2010). diketahui penyebabnya. Setiap negara Di sektor kesehatan diupayakan mempunyai laporan atau data tentang

  needle stick injury

  menekan serendah mungkin angka risiko (NSI), baik pada kecelakaan dan penyakit yang timbul tingkat negara, tingkat provinsi maupun akibat hubungan kerja, serta tingkat institusi. Perawat dan dokter meningkatkan produktivitas dan adalah dua kategori utama pelayan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan kesehatan professional yang rentan sehari-hari karyawan / pekerja di sektor terhadap NSI. Secara umum, kejadian kesehatan tidak terkecuali di Rumah NSI ini banyak dialami oleh perawat. Sakit maupun perkantoran, akan Banyak Negara mempunyai laporan terpajang dengan resiko bahaya di tentang peningkatan angka kejadian NSI tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi ini walaupun upaya pencegahan telah mulai dari yang paling ringan sampai dilakukan (ICN, 2005). Kepmenkes yang paling berat tergantung jenis Nomor : 1087 / MENKES / SK / VIII / pekerjaannya. 2010 mencantumkan, penelitian tahun

  World Health Organization 2005-2007 mencatat bahwa proporsi (WHO) pada tahun 2011 luka tusuk jarum suntik mencapai 38- mengemukakan bahwa dari 35 juta 73% dari total petugas kesehatan (Rival, pekerja kesehatan di seluruh dunia, 2012). sekitar tiga juta menerima eksposur Cedera benda tajam merupakan perkutan patogen melalui darah setiap masalah yang serius dalam bidang tahun. Dua juta di antaranya tertular pekerjaan kesehatan dan menjadi HBV (virus Hepatitis B), 900.000 persoalan keselamatan kerja yang harus tertular HCV (virus Hepatitis C) dan di hadapi oleh tenaga kesehatan pada 170,000 tertular HIV. Peningkatan umumnya. Secara global lebih dari 35 insiden infeksi virus hepatitis B (HBV) juta tenaga kesehatan di dunia memiliki dan Human Immunodeficiency Virus resiko mengalami cidera benda tajam (HIV) menyebabkan peningkatan baik dari jarum maupun benda medis kewaspadaan terhadap infeksi silang tajam lainnya yang terkontaminasi semakin meningkat. patogen berbahaya setiap tahunnya

  (Manzoor, et al, 2010). Tenaga kesehatan yang bekerja menggunakan jarum suntik dan alat kesehatan tajam lain dalam pekerjaannya beresiko tinggi terkena cedera benda tajam yang terkontaminasi patogen berbahaya seperti virus HBV, HCV dan HIV.

  Kejadiaan kecelakaan kerja merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan karena kejadian tersebut dapat diketahui risiko – risiko bahaya yang sering dialami responden sebagai acuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang menimbulkan cedera atau luka. Kejadian kecelakaan kerja dapat merugikan bagi pekerja yang mengalami, maupun pihak Rumah Sakit seperti hilangnya waktu kerja, terganggunya efisiensi dan efektivitas proses bekerja perawat dalam menangani pasien.

  Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kirana (2016) pada bulan Januari 2016 di Kota Denpasar Bali, ditemukan selama tahun 2015 terdapat 70 insiden tertusuk jarum, sementara target yang ditetapkan oleh pihak RSUD Sanglah untuk indikator insiden tertusuk jarum adalah 0% (0 insiden). Selanjutnya hasil penelitiannya menunjukkan pada tahap persiapan kategori kepatuhan tindakan 97,94% dan tidak patuh 2,06%, tahap prosedur kerja kategori kepatuhan tindakan 77,32% dan tidak patuh 22,68%. Kepatuhan tindakan berdasarkan karakteristik jenis kelamin, perempuan lebih banyak 81,43% dibandingkan laki-laki 66,67%. Berdasarkan karakteristik umur, 20-25 tahun sebesar 100%, 26-30 tahun 75,00%, diatas 30 tahun 76,19%. Kirana, (2016)

  Cho et al (2013) meneliti “Factors associated with needlestick

  and sharp injuries among hospital nurses: A cross-sectional questionnaire survey

  ” Data dikumpulkan dari 3079 perawat di 60 rumah sakit darurat di Korea Selatan. Hasil menunjukkan sebagian besar (70.4%) dari perawat mengalami riwayat tertusuk jarum suntik atau benda tajam lainnya pada tahun sebelumnya. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian tertusuk jarum ialah kurangnya pengalaman perawat, tidak menggunakan wadah penyimpanan sampah medis, lingkungan kerja yang kurang baik, kelelahan emosional perawat. Bekerja di bagian perioperatif juga secara bermakna meningkatkan resiko namun bekerja di ICU, psikiatri dan kebidanan/kandungan memiliki resiko yang rendah dibandingkan dengan bagian bedah.

Hermana (2015) dalam penelitian mereka berjudul “Faktor-faktor yang

  berhubungan dengan terjadinya luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya pada perawat di rumah sakit umum

Daerah Kabupaten Cianjur” dengan menggunakan sampel Perawat di

  Instalasi Rawat Inap, Bedah Sentral dan Gawat Darurat menenukan bahwa jumlah perawat yang mengalami luka tusuk cukup tinggi, penyebab luka tusuk terbanyak karena jarum suntik atau jarum jahit jaringan, jenis tindakan tidak aman yang terjadi ialah tidak menggunakan sarung tangan, menempatkan spuit/peralatan diatas meja tindakan, beban kerja berlebihan dan tidak menggunakan teknik satu tangan. Demikian juga Kurniawati dkk (2013) dalam hasil penelitian mereka menunjukkan kecenderungan 14 kali responden berpeluang mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum pada 1 tahun terakhir. Hasil analisis bivariat menunjukkan praktik penerapan SOP berhubungan dengan kejadiaan kecelakaan kerja tertusuk jarum.

  Rumah Sakit Umum (RSU) Bethesda GMIM Tomohon merupakan rumah sakit swasta, madya setara kelas C, dengan kapasitas 224 tempat tidur. Pelayanan meliputi 4 spesialisasi dasar dan spesialisasi lainnya baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. (Anonim, 2016)

   telah menerapkan SOP terhadap semua unit bagian kerja dan ditujukan kepada seluruh karyawan. SOP tersebut juga terkait pada penggunaan APD pada perawat. Berdasarkan hasil survei awal, angka kecelakaan kerja pada perawat terdapat pada bagian unit IGD, Instalasi rawat inap, Laboratorium, Instalasi bedah sentral dan ICU yaitu dalam kurun waktu dari tahun 2015- 2016 terdapat 40 perawat atau sekitar 25% yang pernah mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum dari jumlah karyawan ±110 perawat yang ada pada bagian tersebut, dan diperkirakan ada kasus luka tusuk jarum suntik pada perawat tidak dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini mengenai bagaimana hubungan antara motivasi, kompetensi, supervisi, dan beban kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon

  METODE

  Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross

  sectional yang dilaksanakan pada Maret-

  Mei 2017 di RSU Bethesda GMIM Tomohon. Sampel pada penelitian ini ialah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSU Bethesda GMIM Tomohon. Analisis menggunakan uji chi-square dan dimulai dari univariat, bivariat dan multivariat.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Antara Motivasi Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat Di

  Tabel 1. Hubungan Antara Motivasi Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Motivasi Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Nilai p Ya Tidak Total n % n % n % Baik

  50 45,5 28 25,5 78 70,9 Kurang Baik 30 27,3 2 1,8 32 29,1 0,002 Total 80 72,7 30 27,3 110 100,0

  Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara motivasi dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 78 responden (70,8%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 50 responden (45,5%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 28 responden (25,5%); sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 32 responden (30%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 30 responden (27,3%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak

  2 responden (1,8%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000>α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU

  Bethesda GMIM Tomohon Cho et al (2013) meneliti

  “Factors associated with needlestick and sharp injuries among hospital nurses: A cross-sectional questionnaire survey” Data dikumpulkan dari 3079 perawat di 60 rumah sakit darurat di Korea Selatan. Hasil menunjukkan sebagian besar (70.4%) dari perawat mengalami riwayat tertusuk jarum suntik atau benda tajam lainnya pada tahun sebelumnya. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian tertusuk jarum ialah kurangnya pengalaman perawat, tidak menggunakan wadah penyimpanan sampah medis, lingkungan kerja yang kurang baik, kelelahan emosional perawat. Bekerja di bagian perioperatif juga secara bermakna meningkatkan resiko namun bekerja di ICU, psikiatri dan kebidanan/kandungan memiliki resiko yang rendah dibandingkan dengan bagian bedah.

  Kecelakaan adalah kejadian tidak sakit dianggap sebagai suatu masalah serius terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak karena mengancam kesehatan dan aman dan kondisi tidak aman (Heinrich, kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan 1930). Sebagian besar (85%) kecelakaan secara global (Luo, et all, 2010). Penelitian disebabkan oleh faktor manusia dengan menunjukan bahwa rata-rata risiko transmisi tindakan yang tidak aman.

  Kejadian kecelakaan kerja perawat berdasarkan tindakan tidak aman diteliti oleh Maria dkk (2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari tindakan yang tidak aman oleh kecelakaan pada perawat di rumah sakit PW. Ukuran sampel dari 99 perawat dengan teknik simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar (54,5%) responden melakukan tindakan tidak aman dan sebagian besar (54,5%) responden pernah mengalami kecelakaan tempat kerja. Kebanyakan jenis (23,2%) dari tindakan tidak aman yang sering dilakukan adalah mengoperasikan peralatan tidak memenuhi standar. Sebagian besar jenis (30,3%) dari kecelakaan kerja yang MDS karena posisi yang salah saat bekerja. Hal ini disebabkan sikap perawat yang tidak disiplin dan tidak bekerja sesuai SOP yang berlaku di RSPW tersebut. Hasil tes data tindakan tidak aman dengan kecelakaan kerja dengan p=0.231> 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tindakan tidak aman dengan kecelakaan kerja pada perawat di RSPW

  Hubungan Antara Kompetensi Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat Di

  Tabel 2. Hubungan Antara Kompetensi Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Kompetensi Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Nilai p Ya Tidak Total n % n % n % Baik

  30 27,3 26 23,6 56 50,9 Kurang Baik 50 45,5 4 7,4 54 49,1 0,000 Total 80 72,7 30 27,3 110 100,0

  Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara kompetensi dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di RSU Bethesda GMIM

  Tomohon, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 56 responden (50,9%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 30 responden (27,3%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 26 responden (23,6%); sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 54 responden (49,1%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 50 responden (45,5%)dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak

  4 responden (7,4%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,002>α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kompetensi dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Arianti (2010) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang NSI di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat tentang NSI dengan penatalaksanaan NSI dengan hasil p value 0.001 dan r 0,764.

  Dari hasil penelitian diatas, peneliti berasumsi masih banyaknya perawat yang belum baik pengetahuannya tentang NSI, hal ini kemungkinan masih belum terpaparnya perawat tersebut terkait NSI, ini sesuai dengan data yang didapatkankan peneliti dari HRD, bahwa baru sebagian perawat yang mengikuti training terkait NSI. Sehingga pengetahuannya yang baik akan berperilaku lebih baik, dalam pencegahan terjadinya NSI

  Menurut pernyataan Nugroho (2008) yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara praktik penerapan SOP dengan kejadian kecelakaan kerja. SOP adalah tata cara yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh sesorang yang berwenang atau bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan tertentu sehingga kegiatan diselesaikan efektif efisien. Pada umumnya kecelakaan pada perawat yaitu terkena jarum suntik, sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan pematuhan SOP dan pemakaian APD saat bekerja di antaranya dengan mengedepankan keamanan dalam bekerja dengan selalu menggunakan APD sesuai SOP yang ada.

  Di sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin angka risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan / pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajang dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.

  Kurniawati dkk (2013) meneliti Hubungan Praktik Penerapan Standart Operating Prosedure (SOP) Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi Di RSUD Tugurejo Semarang. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi 14 kali responden mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum pada 1 tahun terakhir.Hasil uji Rank Spearman dan Person Product Moment menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadiaan kecelakaan kerja adalah umur(p value 0.008 dan nilai r 0.623) dan praktik penerapan SOP (p value 0.002 dan nilai r 0.649). Dan faktor-faktor yang tidak ada hubungan dengan kejadian kecelakaan kerja adalah sikap (p value 0.649) dan perilaku teman dan pimpinan (p value 0.246).

  Hubungan Antara Supervisi, Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat Di

  Tabel 3. Hubungan Antara Supervisi Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Supervisi Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Nilai p Ya Tidak Total n % n % n % Baik

  40 36,4 25 22,7 65 59,1 Kurang Baik 40 36,4 5 4,5 45 40,9 0,002 Total 80 72,7 30 27,3 110 100,0

  Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara supervisi dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 65 responden (59,1%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 40 responden (36,4%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 28 responden (25,5%); sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 45 responden (40,9%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 40 responden (36,4%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak

  5 responden (4,5%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,0

  00>α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Djauhari (2015) meneliti Faktor Yang Berhubungan Dengan Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Bidan Desa Di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini dilakukan di 27 puskesmas wilayah Kabupaten Mojokerto pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan desa di Kabupaten Mojokerto. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalam random sampling dimana besar sampel pada penelitian ini sebanyak 74 bidan desa.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidan desa yang mengalami luka tusuk jarum 39 orang (52,7%) dan tidak mengalami luka tusuk jarum suntik 35 orang (47, 3%). Disamping itu juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara luka tusuk jarum suntik dengan faktor pengetahuan (P=0,043), masa kerja (P=0,016), ketersediaan SOP (0,000), ketersediaan APD (0,001), ketersediaan safety box (0,024), penerapan SOP (0,043), pemakaian APD (0,012), nonrecapping (0,043), pemanfaatan safety box (0,004) dan pengawasan (0,043). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pengetahuan, masa kerja, ketersediaan SOP, ketersediaan APD, ketersediaan Safety box, penerapan SOP, pemakaian APD, nonrecapping, pemanfaatan safety box dan pengawasan mempunyai hubungan yang signifikan dengan luka tusuk jarum suntik pada bidan desa.

  Cedera akibat tusukan jarum pada perawat merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan kesehatan dewasa ini. Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri dengan jarum suntik yang sebelumnya masuk ke dalam jaringan tubuh pasien, perawat beresiko terjangkit sekurang- kurangnya 20 patogen potensial. Dua pathogen yang paling action. menyebabkan masalah ialah hepatitis B. (HBV) dan Human Immunodeficiency Virus atau HIV.

  Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat Di

  Tabel 4. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Pada Perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Beban Kerja Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik Nilai p Ya Tidak Total n % n % n % Baik

  40 36,4 27 24,5 67 60,9 Kurang Baik 40 36,4 3 2,7 43 39,1 0,000 Total 80 72,7 30 27,3 110 100,0 Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara beban kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di RSU Bethesda GMIM Tomohon, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab baik sebanyak 67responden (60,9%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 40 responden (36,4%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 27 responden (24,5%); sedangkan jumlah responden yang menjawab kurang baik sebanyak 43 responden (39,1%) dengan terjadi kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak 40 responden (36,4%) dan tidak kejadian luka tusuk jarum suntik sebanyak

  3 responden (2,7%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,000>α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon

  Ratnawati, dkk (2013) meneliti Determinan Risiko Cedera Benda Tajam Pada Perawat Di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Metode penelitian ini observasional analitik (non eksperimen), sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling pada perawat Instalasi Bedah Sentral sebanyak 36 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikansi beban kerja terhadap risiko cidera benda tajam pada perawat scrub dengan p value < 0,05, sedangkan pada perawat anestesi tidak ada pengaruh yang signifikan faktor alat beban kerja terhadap resiko cedera benda tajam di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

  Variabel yang Paling Dominan Terhadap Kejadian Luka Tusuk Jarum Suntik pada Perawat Di

  Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Logistik

  Variabel B Wald Sig. Exp.(B)

Motivasi -2.582 7.612 .006 .076

Kompetensi -2.870 14.957 .000 .057

Supervisi -2.148 8.802 .003 .117

Beban Kerja -2.684 11.216 .001 .068

  Berdasarkan hasil uji bivariat dari empat variabel (motivasi, kompetensi, supervisi dan beban kerja ) memiliki nilai p ≤ 0,05 sehingga dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Hasil statistik menunjukkan bahwa motivasi, kompetensi, supervisi dan beban kerja berhubungan dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon. Berdasarkan uji regresi logistik, nilai statistik variabel kompetensi menjadi faktor yang paling dominan dari beberapa faktor yang berhubungan dengan dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat RSU Bethesda GMIM Tomohon.

  Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Operasi RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano diteliti oleh Masloman dkk (2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, pemrosesan peralatan pasien, pengelolaan limbah, pengelolaan lingkungan, program kesehatan petugas kesehatan, penempatan pasien, hygiene respirasi praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal pungsi belum berjalan sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi Kementerian Kesehatan.

  Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat bekerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan yang lain. Manajemen rumah sakit dan petugas kesehatan memiliki tanggung jawab yang sama untuk mencegah penyebaran infeksi dari petugas kesehatan ke pasien ataupun sebaliknya, dari pasien ke petugas kesehatan dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui pemberian vaksinasi. Karena itu, fasilitas kesehatan harus memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan.

  Program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit penting bagi kesehatan pasien dan keselamatan petugas, pengunjung dan lain-lain di lingkungan rumah sakit (Schekler, 1998 dalam Molina 2012), sehingga pada tahun 1976 Joint Commission on Accreditation of Health Care Organizations (JCAHO) memasukkan kegiatan pengawasan, pelaporan, evaluasi perawatan, organisasi yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial menjadi syarat untuk akreditasi rumah sakit yang merupakan ukuran kualitas dari pelayanan kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

  KESIMPULAN 1.

  Terdapat hubungan antara motivasi di tempat kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di

  2. Terdapat hubungan antara kompetensi di tempat kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di

  3. Terdapat hubungan antara supervisi, dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di

  menyiapkan klem arteri saat akan melakukan tindakan yang menggunakan jarum dan saat melepas jarum, maka diharapkan

  _________ 2010. Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.

  _________ 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia.

  Anonimous 2016. Profil RSU Bethesda GMIM Tomohon

  3. Bagi Peneliti Penelitian ini baru memakai instrumen kuesioner, pada penelitian selanjutnya dapat kiranya memakai instrumen observasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan needle stick injury

  2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang membantu pengembangan ilmu pegetahuan dan praktek keperawatan khususnya dalam pencegahan terjadinya needle stick injury .

   memastikan ketersediaan klem arteri sesuai dengan kebutuhan perawat yang sedang bekerja saat itu.

  c.

  4. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di

  Mengadakan training NSI secara berkala dan memprioritaskan training bagi perawat yang belum pernah mengikuti, serta memonitoring dan mengevaluasi kinerja perawat terkait NSI setelah mengikuti training.

  b.

  Dari hasil penelitian masih banyak perawat yang berpendidikan D3, diharapkan terus meningkatkan jenjang pendidikan perawat ke S1 dan Ners.

  1. Bagi a.

  SARAN

  5. Variabel kompetensi merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian luka tusuk jarum suntik pada perawat di

Dari hasil penelitian masih banyaknya perawat yang belum

  www.kesehatankerja.depkes.go.id /downloads/KepmenkesNo1089.p df Diunduh tanggal 15 November 2016 KeMenKes. __________2008. Pedoman manajerial

  Candrawati. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal Care Vol. 3, No. 2

  Ratnawati, A., D. Rufina, dan A.

  International Journal of Medicine and Public Health , Vol 6 | Issue 1

  M. C. Asuzu. 2016. Needlestick injuries among health care workers in Ondo State, Nigeria.

  Rineka Cipta. Oluwatosin O. A., M. M. Oladapo and

  Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.

  JIKMU , Vol. 5, No. 2, April 2015

  Masloman, A. P., G. D Kandou, dan Ch. R. Tilaar. 2015. Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Operasi RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano.

  Maria, S. P. I., J. Wiyono dan E.

  Pencegahan dan Pengendalian Infeksi DI Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia.

  Operating Prosedure (SOP) Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi Di RSUD Tugurejo Semarang.

  Kurniawati, W., S. Asfawi, dan Nurjanah. 2013. Hubungan Praktik Penerapan Standart

  Nursing Studies 50, 1025 –1032

  Factors associated with needlestick and sharp injuries among hospital nurses: A cross- sectional questionnaire survey. Yonsei University, Republic of Korea. International Journal of

  Cho, E., H. Lee., M. Choi., S. H. P. Il Y. Yoo and L. H. Aiken. 2013.

  Diunduh tanggal 24 November, 2016, dari http://www.ccohs.ca/oshanswers/ diseases/needlestick- injuries. html. _____2008. Workbook for Designing, implementing and evaluating a sharps Injuries Prevention Program. Atlanta – USA : Centers For Desease Control And Prevention –Departement Of Healt And Human Services.

  _____2005. Needle Stick Injuries.

  Ghofur. Determinan Risiko Cedera Benda Tajam Pada Perawat Di Instalasi Bedah Sentral Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten