TAX PLANNING DALAM UPAYA OPTIMALISASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN YAYASAN RS BUNDA DI SURABAYA
TAX PLANNING DALAM UPAYA OPTIMALISASI
PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN YAYASAN RS
BUNDA DI SURABAYA
Resti Novianti, Syafii, Juliani Pudjowati
Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan pada Yayasan RS Bunda
Surabaya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan perpajakan di Yayasan Bunda dan pengaruhnya pada beban pajak Yayasan Bunda dengan menggunakan laporan keuangan dari Yayasan Bunda selama tahun 2015 . Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perencanaan pajak di Yayasan RS Bunda sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan. Setelah dilakukan perencanaan pajak terjadi penghematan pajak dan peningkatan laba usaha yang dapat menguntungkan perusahaan. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang berkembang dapat dilihat dari dari segi perpajakan menunjukkan optimalisasi penerimaan pajak yang sangat baik.
Kata Kunci :Perpajakan, PerencanaanPajak
ABSTRACT
This research was conducted at Bunda Surabaya Foundation. The purpose of
this study was to determine how the tax planning Bunda Foundation and its effect on the
tax burden by using the Bunda Foundation's financial statements for 2015 . From the
results of this research is that tax planning at YayasanBunda within their own rules and
tax regulations. After going tax planning tax savings and an increase in operating profit
to benefit the company. The above explanation shows that a growing company can be
seen from the terms of taxation shows that tax revenue optimization at the moment
either.Keywords: Tax, Tax Planning PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, maka perusahaanwajib menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula dengankewajibanmembayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan laba setelah pajak (aftertax profit), tingkat pengembalian (rate of return), dan arus kas (cash flow)(Damayanti, 2009:15).
Bagi perusahaan, pajak merupakan salah satu beban yang akan mengurangi laba usaha. Semakin tinggi laba usaha yang diperoleh, maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan. Oleh karena itu, pihak manajemen dituntut untuk dapat membuat perencanaan pajak yang sinergis dengan perkembangan perusahaan. Disatu sisi manajemen dituntut untuk menghasilkan laba perusahaan yang maksimal, namun di sisi lain manajemen juga berusaha untuk dapat meminimalisir beban pajaknya pada akhir tahun.
Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya untuk meminimalisasi pajak sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning). Upaya untuk menekan pajak(yang terhutang lebih kecil dari yang seharusnya) membutuhkan suatu langkah
- –langkah manajemen yang terintegratif. Langkah ‐langkah manajemen yang dimaksud dimulai dari perencanaan hingga pengawasan terhadap program pengurangan pajak yang harus dilunasi oleh perusahaan (Ampa, 2011:2).
Dalam perkembangannya, terdapat kegiatan usaha yang mencari keuntungan, berlindung dibalik nama yayasan yang bertujuan unluk kepentingan umum atau kepentingan sosial. Akibatnya sulit membedakanyayasan mana yang bertujuan sosial dan yang mana yang bukan bertujuan sosial. Dengan adanya perubahan atas undang- undang nomor 7 tahun 1983 menjadi undang- undang nomor 10 tahun 1994 dan terakhir diubah menjadi undang-undang nomor 17 tahun 2000, maka tidak lagi mengatur penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak. Dengan demikian, jika yayasan mempunyai selisih Iebih atau keuntungan yang diperoleh dari penghasilan yang merupakan objek pajak setelah dikurangi biaya yang diperkenankan akan dikenakan pajak penghasilan.
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan perencanaan perpajakan(tax planning) Yayasan Bunda, keterkaitan antara perencanaan perpajakan Yayasan Bunda dengan perundang - undangandan peraturan perpajakan yang selanjutnya dengan perencanaan perpajakan tersebut, diperolehbeban pajak minimal sehingga tercapai tujuan Yayasan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti tentang implementasi perencanaan pajak dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan efisiensi pembayaran beban pajak , Yayasan Bunda Surabaya. dengan judul penelitian “Tax Planning Dalam Upaya Optimalisasi Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Yayasan RS Bunda Di Surabaya“
Pengertian Pajak
Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (2011:4), pajak adalah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pengertian Perencanaan Pajak
Erly Suandy (2011:6), perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Pengertian Manajemen Pajak
Erly Suandy (2011:6) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang di bayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Memaksimalkan Biaya ‐Biaya Fiskal
Suandy (2003:132), salah satu cara dalam meminimalkan pajakterutang yang dilakukan dalam tax planning adalah dengan memaksimalkanbiaya fiskal. Biaya fiskal adalah biaya yang menurut Undang
‐UndangPerpajakan dapat dikurangkan dari penghasilan Bruto.
Ketentuan Pajak Yayasan Ditinjau dari sisi perpajakan maka yayasan memiliki kekhasan tersendiri.
- – Yayasan ditinjau dari aspek pajak, yang diatur dalam UU PPh, KMK 604/94, KEP 87/PJ./1995, SE-34/95 dan SE
- – 39/PJ.4/1995.Yayasan termasuk di dalam definisi badan sehingga merupakan Subjek Pajak Penghasilan, hal ini diatur dalam Pasal 2 ayat 1 (b) UU PPh. Dimana badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
Peraturan Rumah Sakit
Secara umum dalam menjalankan UU Rumah Sakit tersebut tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara Rumah Sakit Publik dengan Rumah Sakit Privat. Dalam UU Rumah Sakit pasal 30 ayat 1h. disebutkan Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan mendapat insentif pajak yang lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sampai dengan tahun fiskal 2009 Rumah Sakit Nirlaba belum mendapatkan insentif pajak.
Perpajakan Rumah Sakit
Sebagaimana tertuang dalam pasal 2.b UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, maka Badan (dalam hal ini Rumah Sakit Nirlaba) termasuk menjadi Subyek Pajak. Sedangkan yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun (pasal 4 ayat 1 Undang-Undang ini).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dalam menjelaskan masalah yang dihadapi oleh Yayasan RS Bunda di Surabaya. Setelah mengumpulkan berbagai data kemudiaan diamati dan dicatat pertama kalinya untuk mencapai tujuan penelitian yang meliputi analisa laporan keuangan agar dapat membuat perencaanan pajak yang tepat untuk meningkatkan efisiensi keuangan yayasan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Laporan Perhitungan PPh 21 Karyawan No Nama Status Gaji Sebulan Tunjangan lainnya Gaji Neto Setahun PTKP PKP PPH 21 Terutang/Bln PPh 21 Terutang/Th 1 Pegawai 1 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000 2 Pegawai 2 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000 3 Pegawai 3 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000
4 Pegawai 4 K/3 2.700.000 375.000 36.900.000 32.400.000 4.500.000 18.750 225.000
5 Pegawai 5 K/3 2.700.000 375.000 36.900.000 32.400.000 4.500.000 18.750 225.000
6 Pegawai 6 K/3 2.700.000 375.000 36.900.000 32.400.000 4.500.000 18.750 225.000
7 Pegawai 7 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000
8 Pegawai 8 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000
9 Pegawai 9 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000
10 Pegawai 10 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000
11 Pegawai 11 K/3 2.700.000 350.000 36.600.000 32.400.000 4.200.000 17.500 210.000
12 Pegawai 12 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
13 Pegawai 13 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
14 Pegawai 14 K/2 2.500.000 375.000 34.500.000 30.375.000 4.125.000 17.188 206.250
15 Pegawai 15 K/2 2.700.000 375.000 36.900.000 30.375.000 6.525.000 27.188 326.250
16 Pegawai 16 K/2 2.700.000 375.000 36.900.000 30.375.000 6.525.000 27.188 326.250
17 Pegawai 17 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
18 Pegawai 18 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
19 Pegawai 19 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
20 Pegawai 20 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
21 Pegawai 21 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
22 Pegawai 22 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
23 Pegawai 23 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
24 Pegawai 24 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
25 Pegawai 25 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
26 Pegawai 26 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
27 Pegawai 27 K/2 2.700.000 350.000 36.600.000 30.375.000 6.225.000 25.938 311.250
28 Pegawai 28 K/2 2.500.000 350.000 34.200.000 30.375.000 3.825.000 15.938 191.250
29 Pegawai 29 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
30 Pegawai 30 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
31 Pegawai 31 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
32 Pegawai 32 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
33 Pegawai 33 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
34 Pegawai 34 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
35 Pegawai 35 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
36 Pegawai 36 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
37 Pegawai 37 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
38 Pegawai 38 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
39 Pegawai 39 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
40 Pegawai 40 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
41 Pegawai 41 K/1 2.500.000 350.000 34.200.000 28.350.000 5.850.000 24.375 292.500
42 Pegawai 42 TK/0 2.350.000 350.000 32.400.000 24.300.000 8.100.000 33.750 405.000
43 Pegawai 43 TK/0 2.350.000 350.000 32.400.000 24.300.000 8.100.000 33.750 405.000
44 Pegawai 44 TK/0 2.350.000 350.000 32.400.000 24.300.000 8.100.000 33.750 405.000
45 Pegawai 45 TK/0 2.350.000 350.000 32.400.000 24.300.000 8.100.000 33.750 405.000
46 Pegawai 46 TK/0 2.350.000 350.000 32.400.000 24.300.000 8.100.000 33.750 405.000
47 Pegawai 47 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
48 Pegawai 48 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
49 Pegawai 49 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
50 Pegawai 50 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
51 Pegawai 51 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
52 Pegawai 52 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
53 Pegawai 53 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
54 Pegawai 54 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
55 Pegawai 55 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
56 Pegawai 56 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
57 Pegawai 57 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
58 Pegawai 58 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
59 Pegawai 59 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
60 Pegawai 60 TK/0 2.200.000 350.000 30.600.000 24.300.000 6.300.000 26.250 315.000
Jumlah 149.050.000 21.150.000 2.042.400.000 1.703.025.000 339.375.000 1.414.063 16.968.750 Sumber: Peneliti (2016)Tabel 2. Laporan Laba Rugi Fiskal Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Fiskal
Positif Negatif
- Pendapatan Usaha 8.396.929.425 8.396.929.425 Biaya Honor Dokter 360.649.600 - 360.649.600 -
- Biaya Rawat Inap 1.546.808.560 1.546.808.560
- Biaya Rawat Jalan 1.396.009.600 1.396.009.600 Biaya Jasa Pengiriman 180.512.000 - - 180.512.000
- Biaya Komisi Pegawai 4.800.000 4.800.000
- Biaya Gaji 3.063.000.000 3.063.000.000 Biaya Telepon 104.504.560 40.800.000 - 63.704.560
- Biaya Listrik 216.944.960 216.944.960
- Biaya Air 57.258.240 57.258.240 Biaya Percetakan 100.914.714 - - 100.914.714 Biaya Pemeliharaan 38.497.050 38.497.050 - - Biaya Peny. Inventaris Kantor 17.774.950 17.774.950 Biaya Peny Kendaraan 31.565.286 31.565.286
- Biaya Entertain 192.000.000 64.000.000 128.000.000 Biaya Lain-lain
- 46.171.360 46.171
- PPh 21 Karyawan 16.968.750 16.968.750
- Jumlah Biaya 7.374.379.630 121.768.750 7.252.610.880 Laba Sebelum Pajak 1.022.549.795 1.144.318.545 Pajak Penghasilan Badan (182.571.469) (199.491.985) Laba Setelah Pajak 839.978.326 917.826.560
Beda Tetap Tahun 2015
Biaya Telpon Rp. 40.800.000
Biaya Entertain Rp. 64.000.000
Total Rp. 104.800.000
INTERPRETASI
Tabel 3. Penerapan Perencanaan Pajak (Dalam Satuan Rupiah)
Gaji dibayar oleh Perusahaan
60 Orang Pph 21 Sebelum Perencanaan Pajak 3.063.000.000 Ditanggung Perusahaan Sesudah Perencanaan Pajak 3.063.000.000 Koreksi Fiskal Penghematan Pajak - -
Pajak yang dibayar PPh 21 Keterangan Sebelum Perencanaan Pajak 16.968.750 Ditanggung Perusahaan
- Sesudah Perencanaan Pajak Dipotong Gaji Karyawan - Penghematan Pajak 16.968.750
Pajak yang dibayar Badan Pph 21 Sebelum Perencanaan Pajak - 182.571.469
- Sesudah Perencanaan Pajak 199.491.985
- Selisih Pajak 16.920.516 Laba Sesudah Pajak Perusahaan Sebelum Perencanaan Pajak 839.978.326 Sesudah Perencanaan Pajak 917.826.560 Peningkatan Laba
77.848.234 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pajak PPh 21 karyawan yang ditanggung perusahaan dan biaya pajak PPh pasal 21 perusahaan tersebut dikoreksi fiskal positif artinya dalam perlakuan perusahaan itu sendiri biaya pajak PPh pasal 21 boleh diakui sebagai biaya namun dalam peraturan perpajakan biaya pajak PPh pasal 21 tidak boleh diakui sebagai biaya tetapi harus dikoreksi fiskal yang artinya tidak boleh dibiayakan sehingga akan mengakibatkan laporan keuangan perpajakan laba semakin bertambah yang akan berdampak pajak badan juga akan lebih besar.
Dengan penerapan tax planning pada perusahaan, terjadi penghematan pajak sebesar Rp. 16.968.750 dan peningkatan laba komersial sebesar Rp. 77.848.234.Jadi, dapat diambil kesimpulan dengan menerapkan tax planning dapat menguntungkan perusahaan. Serta dengan menerapkan kebijakan yang lebih tegas lagi dalam hal perencanaan PPN juga bisa menguntungkan yayasan karena penerimaan faktur pajak keluaran akan lebih seimbang dengan peneriman faktur pajak masukan dari supplier.
Penerapan perencanaan pajak PPh 21 pada Yayasan Bunda masih belum optimal, dikarenakan setelah dilakukan analisis terdapat biaya
- – biaya yang seharusnya dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan kena pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan , simpulan yang dapat diambil adalah Perencanaan pajak di yayasan Bunda telah sesuai dengan peraturan perpajakan dan tidak menyalahi peraturan. Penerapan Perencanaan pajak PPh 21 pada Yayasan Bunda masih belum optimal, dikarenakan setelah dilakukan analisis terdapat biaya
- – biaya yang seharusnya dijadikan pengurang penghasilan kena pajak seperti biaya telepon dan biaya entertain
Setelah dilakukan Tax Planning terjadi penghematan pajak sebesar Rp 16.968.750,- dan peningkatan laba usaha sebesar Rp 77.848.234 sehingga dapat menguntungkan perusahaan.
SARAN
Untuk lebih menghemat pajak PPh 21 ,Yayasan Bunda bisa memilih untuk merubah kebijakan pemberian tunjangan makan dan tunjangan transport yang awalnya diberikan dalam bentuk uang diganti menjadi bentuk natura seperti diganti dengan memberikan makan siang bersama di kantor dan kendaraan antar jemput dari perusahaan karena bisa mengurangi laba usaha tapi tapi tidak termasuk objek pajak jadi tidak menambah beban pajak PPh 21 terutang. Untuk menghemat pajak PPN bisa juga diterapkan kebijakan yang lebih tegas dengan tidak menerima tukar faktur saat faktur yang dibawa tidak dilengkapi dengan faktur pajak agar memacu supplier lebih giat dan cepat dalam mengirimkan faktur pajak masukan.
DAFTAR PUSTAKA Chairil Anwar Pohan 2013, Manajemen Perpajakan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Djoko Mulyono 2009, Tax Planning (Menyiasati Pajak Dengan Bijak) ,Andi, Jogjakarta. PER-20/PJ/2014, Peraturan Perpajakan. PJ.091/KUP/UU/001/2013, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. PMK Nomor 96/PMK.03.2009, Peraturan Menteri Keuangan. SKDP No. 537/PJ/2000, Surat Keputusan Dirjen Pajak. Suandy, Erly 2011, Perencanaan Perpajakan Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono 2013, Metodologi Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Alfa Beta, Bandung. TM Books 2015, Cermat Menguasai Seluk
- – Beluk Perpajakan Indonesia, Andi, Jogjakarta.
UU No.36 Th 2008 pasal 9 ayat 1, Undang – undang Perpajakan.