Unsur ke dua : "Yang dengan sengaja menyalahgunakan atau menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan"

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Militer III-19 Jayapura yang bersidang di Jayapura dalam memeriksa dan mengadili perkara pidana pada Tingkat Pertama telah menjatuhkan putusan sebagaimana tercantum di bawah ini dalam perkara Terdakwa :

Nama lengkap

: ANDREAS WAU LEDO. SH

Pangkat / NRP

: Kapten Chk. / 548434

: Kumdam XVII / Cenderawasih

Tempat, tanggal lahir : Bajawa (Flores / NTT), 4 Agustus 1962 Jenis kelamin

: Kristen Katholik

Tempat tinggal : Perumahan Dinas Kodam Lama Jayapura

Terdakwa tidak ditahan.

PENGADILAN MILITER III-19 JAYAPURA, tersebut di atas.

Membaca

: Berita Acara Pemeriksaan permulaan dalam perkara ini.

Memperhatikan : 1. Surat Keputusan Penyerahan Perkara dari Pang Dam XVII / Cenderawasih selaku Papera Nomor : Kep / 45 - 19 / I / 2010 tanggal

21 Januari 2010.

2. Surat Dakwaan Oditur Militer Nomor : Sdak / 107 / V / 2010 tanggal

31 Mei 2010.

3. Surat Panggilan untuk menghadap sidang atas nama Terdakwa dan para Saksi.

4. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara ini.

Mendengar : 1. Pembacaan Surat Dakwaan Oditur Militer Nomor : Sdak / 107 / V / 2010 tanggal 31 Mei 2010 di depan sidang yang dijadikan dasar pemeriksaan ini.

2. Hal-hal yang diterangkan oleh Terdakwa di sidang serta keterangan- keterangan para Saksi di bawah sumpah.

Memperhatikan : 1. Tuntutan pidana (Requisitoir) Oditur Militer yang diajukan kepada Majelis Hakim yang pada pokoknya sebagai berikut :

Oditur Militer mohon agar Majelis Hakim Pengadilan Militer III-

19 menyatakan Terdakwa atas nama Kapten Chk Andreas Wau Ledo, S.H NRP. 548434 terbukti bersalah melakukan tindak pidana :

“Militer yang dengan sengaja menyalahgunakan atau menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan, memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama”

/- Sebagaimana ……….

Sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana menurut pasal : 126 KUHPM jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Dan olehkarenanya Oditur Militer mohon untuk menjatuhkan hukuman kepada Terdakwa dengan :

Pidana

: 4 (empat) bulan

Alat-alat bukti berupa :

1. Surat-surat

: - 4 (empat) lembar Photo Copy peta jaman Belanda dan Surat Keterangan Pemerintah

Belanda yang telah mengganti rugi kepala-kepala kampung tertanggal 16 Nopember 1956.

- 4 (empat) lembar Photo Copy surat biaya persertifikatan tanah asset TNI - AD di Biak, Nomor 600 - 81 / 543 / BPN tanggal 26 Nopember 1998 kepada Kepala Staf Korem 173/PVB.

- 1 (satu) lembar Photo Copy surat biaya persertifikatan tanah asset TNI - AD di Biak tanggal 3 Desember 1998 kepada Pangdam

XVII / Trikora.

- 2 (dua) lembar Photo Copy Surat permohonan penjelasan tertulis status tanah Korem 173 / PVB tanggal 28 Pebruari 2003 kepada Kepala BPN Kabupaten Biak Numfort.

- 1 (satu) lembar Photo Copy surat status tanah, nomor 570-81/45/BPN tanggal 14 Maret 2003 kepada Staf Korem 173/PVB.

- 1 (satu) lembar Photo Copy surat Pengertian Tanah Negara Bebas dan Tanah Negara tidak Bebas, Nomor 570-81/45/BPN tanggal 14 Maret 2003 kepada sdr. Sefnat Rumaropen.

- 2 (dua) lembar Photo Copy surat Pengajuan dana untuk pelepasan tanah adat Makorem 173/PVB tanggal 1 Pebruari 2007.

- 2 (dua) lembar Photo Copy Surat perjanjian antara pihak kesatu Sdr. Sefnat Rumaropen dengan pihak kedua Kolonel Inf. Herman Tedez tanggal 4 April 2007.

- 1 (satu) lembar Photo Copy surat rekomendasi pernyataan tidak keberatan atas penjualan tanah adat keluarga Sefnat Rumaropen Kapitarauw Mandwan, kepada bapak Sefnat Rumaropen tanggal 5 April 2007.

- 3 (tiga) lembar Photo Copy Surat data tanah TNI-AD Kodam XVII / Trikora di wilayah Sub Denzibang 022 / XVII / Biak atau surat MODEL-16.

- 5 (lima) lembar Photo Copy Surat sertifikat Tanah (tanda bukti tanah) atas nama Sdr. Sefnat Rumaropen.

Mohon agar tetap dilekatkan dalam Berkas Perkara.

/- 2. Barang ……….

2. Barang-barang : N i h i l.

Mewajibkan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 20.000,-

2. Pembelaan (Pledoi) Team Penasihat Hukum Terdakwa yang diajukan kepada Majelis Hakim yang pada pokoknya sebagai berikut :

Bahwa Team Penasihat Hukum Terdakwa akan menguraikan

Dakwaan Kedua yaitu : “Militer yang dengan sengaja menyalahgunakan atau menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan, memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu yang dilakukan secara

bersama-sama.” yang mengandung unsur sebagai berikut:

Unsur ke satu : “Militer“ Unsur ke dua : “Yang dengan sengaja menyalahgunakan atau

menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan“ Unsur ke tiga : “Memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama”

Bahwa terkait dengan unsur-unsur Dakwaan Kedua tersebut di atas, Team Penasihat Hukum Terdakwa akan membahas satu

persatu unsur-unsur dari Pasal 126 KUHPM jo pasal 55 ayat (1) ke-

1 KUHP tersebut secara jelas dan tegas khusus terhadap unsur yang tidak terpenuhi sebagai berikut :

Unsur Kesatu : "Militer"

Terhadap pembuktian unsur Kesatu "Militer" Team Penasihat Hukum Terdakwa sependapat dengan Oditur Militer, sehingga Team Penasihat Hukum Terdakwa tidak akan menguraikan lebih lanjut.

Unsur ke dua : "Yang dengan sengaja menyalahgunakan atau menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan"

Apabila diperhatikan objek dari Pasal 127 s/d 132 yaitu seseorang bawahan, maka menurut teknik perundang-undangan, subjek dari kejahatan-kejahatan tersebut seseorang atasan (militer). Objek Pasal 126 dirumuskan sebagai seseorang dan subjeknya militer. Ditafsirkan dari perumusan alat yang digunakan untuk perbuatan materialnya, maka kesimpulannya tiada lain dari pada bahwa subjek itu adalah juga seseorang atasan. Hanya dalam hal ini objek yang dilindungi itu tidak terbatas kepada seseorang militer bawahan saja, melainkan juga kepada seseorang non militer yang dapat tergolong setaraf dengan militer bawahan ditinjau dari sudut kekuasan yang disalahgunakan.

Khususnya pada Pasal 126 sampai dengan 129, tidak dipersoalkan apakah objek yang bersangkutan (seseorang untuk Pasal 126, bawahan untuk Pasal 127 sampai dengan 129) telah atau belum melakukan "yang dikehendaki" oleh subjek. Yang penting ialah bahwa unsur-unsur tindak pidana tersebut telah dipenuhi oleh subjek. Jika seseorang bawahan telah melakukan apa "yang diinginkan" oleh subjek, maka bawahan tersebut bukan sebagai peserta dari atasan tesebut, melainkan justru pasal-pasal ini merupakan perlindungan dari bawahan yang bersangkutan.

/- Pasal ……….

Pasal 126 "bercermin" pada pasal 421 KUHP. Perbedaaanya terletak pada subjek, alat pemaksa yang digunakan adalah maksimum ancaman pidananya. Dilihat dari sudut subjeknya, sebenarnya tidak ada perbedaaanya karena menurut Pasal 92 (3) KUHP semua anggota Angkatan Bersenjata (gewapende macht) alias militer dianggap sebagai pegawai negeri. Akan tetapi maksimum ancaman pidana pada Pasal 421 KUHP walaupun "seandainya" masih dimungkinkan penerapan Pasal 52 KUHP, masih dirasakan kurang berat. Apabila dengan tidak memungkinkan lagi penerapan Pasal 52 KUHP terhadap Pasal 421 (karena ia termasuk kejahatan jabatan) maka akan terlebih lagi "kepincangan" ancaman pidana tersebut.

Alat pemaksa pada Pasal 126 ditambahkan dengan “mengganggapkan pada dirinya ada kekuasaan“ (aanmting van gezas). Sebenarnya rumusan ini hampir tidak ada perbedaan dengan penyalahgunaan kekuasaan, karena rumusan tambahan ini pada hakekatnya termasuk juga dalam arti penyalahgunaan kekuasaan. Suatu contoh yang mudah dipahami untuk rumusan “menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan” antara lain ialah bahwa subjek melebih- Iebihkan kekuasaan yang ada padanya, atau karena merasa dekat dengan seseorang penguasa yang sebenarnya, menganggap pada dirinya juga ada kekuasaan dari penguasa tersebut.

Penyalahgunaan atau menganggapkan pada dirinya ada suatu kekuasaan, pada dirinya sendiri sudah mengadung unsur atau bersifat melawan hukum. Penyalahgunaan atau penganggapan itu harus selalu dengan sengaja. Artinya bukan karena sesuatu kekeliruan menafsirkannya. Apabila pemaksaan itu, terjadi karena subjek benar-benar keliru menafsirkan suatu kekuasaan yang ada padanya, maka tindakan tersebut tidak termasuk cakupan Pasal 126.

Selanjutnya perlu diutarakan bahwa kekuasaan tersebut harus ada hubungannya dengan jabatan dari subjek yang bersangkutan. Misalnya kekuasaan untuk mengeluarkan uang dari seseorang pemegang kas militer tidak ada pada setiap atasan dari pemegang kas militer tersebut. Sebagai kebalikan dari ketentuan Pasal 126, tidaklah benar, apabila seorang pemegang kas militer mendalihkan pembelaanya bahwa ia telah mengeluarkan sejumlah uang karena penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang atasan, apabila ia mengetahui bahwa pada atasan tersebut tidak melekat atau tidak ada hubungan kekuasaan seperti itu. Penyalahgunaan kekuasaan dapat bersifat berat dan dapat pula bersifat ringan. Apabila misalnya seseorang komandan regu memaksa seorang anggota regunya untuk merokok padahal ia tahu bahwa bawahan itu tidak suka merokok, maka tindakan tersebut dapat diselesaikan secara Hukum Disiplin Militer. Sebaliknya apabila seseorang atasan memaksa bawahannya, untuk menahan seseorang lain dengan penyalahgunaan kekuasaanya, maka Pasal 126 KUHPM sebaiknya diterapkan, apabila tindakan tersebut tidak diatur dalam ketentuan pidana lain yang maksimum ancaman pidananya lebih berat. Bandingkan dengan pasal 333 jo Pasal 55 KUHP.

Dengan demikian penafsiran pengertian unsur kedua sebagaimana diuraikan Oditur Militer adalah tidak tepat atau keliru karena Terdakwa tidak memiliki kedudukan atau kekuasaan sebagaimana terurai dalam rumusan Delik. Dari keterangan saksi yang didukung oleh keterangan Terdakwa dan alat bukti lainnya diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :

/- a. Bahwa ……….

a. Bahwa Terdakwa ditugaskan sebagai Pakumrem di Korem 173/PVB dari bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Juni 2007 dengan status BP dari Kumdam XVlI/Cenderawasih ke Korem 173/ PVB dengan tugas pokok memberi Bantuan Hukum serta Saran Pendapat Hukum kepada Danrem 173/PVB beserta anggota dan keluarganya serta memberi penyuluhan Hukum kepada anggota TNI AD khususnya anggota Korem 173/PVB di Biak.

b. Bahwa Terdakwa pada bulan Januari 2007 saat sedang berdinas di Makorem 173/PVB Saksi-II (Sdr. Sefnat Rumaropen) datang menghadap Terdakwa dan mengaku sebagai utusan dari marga Rumaropen pemilik hak ulayat atas tanah seluas + 4 Ha yang berlokasi di JI. Yan Mamoribo Biak yang mana tanah tersebut sejak tahun 1972 berada didalam perawatan dan penguasaan Korem 173/PVB selanjutnya Terdakwa yang belum memahami status tanah tersebut mengajak Saksi-II untuk menghadap langsung dengan Saksi-I (Kolonel Inf Herman Tedez Danrem 173/PVB saat itu), selanjutnya Saksi-II di hadapan Saksi-l mengutarakan maksudnya untuk meminta uang ganti rugi atas tanah adat tersebut sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyard rupiah) dan Saksi-I berjanji akan mempertimbangkan permintaan Saksi-II tersebut.

c. Setelah pertemuan tersebut dilanjutkan dengan beberapa rapat staf yang dihadiri oleh Saksi-I, Terdakwa, Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto), Kasilog (Mayor Inf. Rolando). Dari hasil rapat tersebut Saksi-I memerintahkan kepada Kasilog untuk membuat konsep surat kepada Pangdam XVII/Cenderawasih tentang pengajuan dana untuk ganti rugi pelepasan tanah adat di JI. Yan Mamoribo seluas ± 5 Ha (lima hektar) dengan harga Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per meter, sesuai permintaan Saksi-II yang mewakili masyarakat adat marga Rumaropen pemegang hak ulayat tanah tersebut.

d. Oleh karena tidak ada tanggapan atau petunjuk tertulis dari Pangdam XVII/Cenderawasih atas tanah tersebut akan tetapi hanya berupa petunjuk lisan dari Pangdam XVII/Cenderawasih kepada Saksi-I pada bulan Maret 2007 yang menyatakan bahwa Komando tidak ada dana/biaya untuk membayar ganti rugi pelepasan tanah adat tersebut, selanjutnya karena desakan dari masyarakat adat marga Rumaropen yang diwakili Saksi-II selalu menuntut pihak Korem 173/PVB untuk membayar ganti rugi pelepasan sejak tahun 2003 bahkan pihak adat menyatakan apabila Korem 173/PVB tidak memanfaatkan tanah tersebut maka akan diambil alih oleh adat untuk dijual ke pihak ketiga.

e. Selanjutnya Saksi-I memerintahkan Terdakwa untuk membuat surat perjanjian atau rekomendasi antara Saksi-I mewakili Korem 173/PVB dengan Saksi-II mewakili masyarakat adat Rumaropen. Pada tanggal 4 April 2007 ditandatangani surat perjanjian antara Saksi-I dan Saksi-II serta pada tanggal 5 April 2007 Saksi-II menandatangani Surat Rekomendasi, dimana kedua surat asli tersebut diserahkan kepada Saksi-II.

f. Sekira dua minggu kemudian Saksi-I memerintahkan agar kegiatan diatas tanah tersebut dihentikan serta memerintahkan Terdakwa untuk menarik surat rekomendasi yang pernah ditandatangani Saksi-I dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan

tanah tersebut untuk dimusnahkan. Pada saat itu Terdakwa menarik seluruh surat asli dan menyerahkan seluruh dokumen kepada Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto) untuk dimusnahkan sesuai dengan perintah Saksi-I.

/- g. Dalam ……….

g. Dalam persidangan tidak pernah terungkap apakah Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto) benar-benar memusnahkan seluruh surat/ dokumen berkaitan dengan tanah tersebut bahkan pada persidangan diperoleh fakta bahwa Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto) menggandakan serta menyimpan copy seluruh dokumen tersebut.

Dengan demikian masih menjadi pertanyaan besar, apakah memang seluruh dokumen berkaitan dengan tanah tersebut benar-benar dimusnahkan.

h. Pada tanggal 30 Juni 2007 berdasarkan Surat Perintah Danrem 173/PVB (Saksi-I) Nomor Sprin/163/VI/2007 tanggal 13 Juni 2007 dan Surat Ijin Jalan Nomor SIJ/286/VI/2007 tanggal 30 Juni 2007 Terdakwa dimutasikan kembali ke kesatuan asal di Kumdam XVII/Denderawasih. Setelah Terdakwa berada di Kumdam XVII/ Cenderawasih Jayapura tersebut tanpa sepengetahuan/bantuan dari Terdakwa (dan baru Terdakwa ketahui), ternyata pada bulan September 2007 Saksi-II berhasil membuat beberapa Sertifikat atas tanah yang terletak di JI. Yan Mamoribo Biak.

Memperhatikan fakta-fakta hukum dalam Persidangan sebagaimana terurai di atas dapat disimpulkan bahwa unsur kedua dakwaan kedua Oditur Militer telah tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Tidak terbuktinya penguraian unsur kedua dalam dakwaan kedua Oditur Militer juga diperkuat oleh pembuktian Oditur Militer pada

unsur kedua dakwaan pertama yang menyimpulkan bahwa unsur

kedua : "dengan menyalahgunakan kekuasaannya ………." Tidak terbukti secara sah dan meyakinkan (vide tuntutan Oditur Militer pada halaman 13 alinea 7).

Dengan demikian unsur kedua "Yang dengan sengaja menyalahgunakan atau menganggapkan pada dirinya ada

kekuasaan" telah tidak terbukti secara sah dan menyakinkan.

Unsur Ketiga : "Memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama"

Bahwa yang dimaksud dengan memaksa disini adalah perbuatan yang tidak dikehendaki oleh orang lain tetapi tetap dipaksakan oleh orang yang menghendakinya. Pengertian memaksa disini mengandung arti melawan atau bertentangan dengan hak orang lain untuk melakukan suatu perbuatan atau untuk membiarkan

sesuatu.

Bahwa tindakan / perbuatan Terdakwa berupa memaksa seseorang bisa diartikan suatu tindakan menyuruh seseorang untuk berbuat sesuatu di bawah tekanan dari Terdakwa, dengan maksud agar pekerjaan itu harus segera selesai.

Memaksa dengan penyalahgunaan (misbruik van gezag), harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat ditafsirkan sebagai "menggerakkan dengan menyalahgunaan kekuasaan", terutama apabila yang diingini oleh subjek adalah pelaksanaan dari suatu kejahatan. Karena jika dapat ditafsirkan sebagai "Menggerakkan....... dan seterusnya…….", maka sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

55 (1) ke-2 KUHP objek (dalam hal ini, seseorang) tersebut dapat dipidana sebagai petindak. Jelasnya bagi objek tersebut harus ada keterpaksaan atau merasakan adanya suatu paksaan dan bukan sekedar penggerakan.

/- Apakah ……….

Apakah mengancam dengan menggunakan penyalah-gunaan kekuasaan tersebut dalam cakupan pasal ini ? Jawabnya tiada lain ialah bahwa pengancaman penyalahgunaan tersebut pada hakekatnya adalah penyalahgunaan kekuasaan. Betapa tidak, bukankah objek yang dirugikan itu telah merasa terpaksa justru karena adanya kekuasaan tersebut pada subjek yang dalam hal ini diancam dengan disalahgunakan ?

Di persidangan terungkap fakta-fakta sebagai berikut :

a. Selanjutnya Saksi-I memerintahkan Terdakwa untuk membuat surat perjanjian atau rekomendasi antara Saksi-I mewakili Korem 173/PVB dengan Saksi-II mewakili masyarakat adat Rumaropen. Pada tanggal 4 April 2007 ditandatangani surat perjanjian antara Saksi-I dan Saksi-II serta pada tanggal 5 April 2007 Saksi-I menandatangani Surat Rekomendasi, dimana kedua surat asli tersebut diserahkan kepada Saksi-II.

b. Sekira dua minggu kemudian Saksi-I memerintahkan agar kegiatan diatas tanah tersebut dihentikan serta memerintahkan Terdakwa untuk menarik surat rekomendasi yang pernah ditandatangai Saksi-I dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan

tanah tersebut untuk dimusnahkan. Pada saat itu Terdakwa menarik seluruh surat asli dan menyerahkan seluruh dokumen kepada Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto) untuk dimusnahkan sesuai dengan perintah Saksi-I.

c. Dalam persidangan tidak pernah terungkap apakah Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto) benar-benar memusnahkan seluruh surat/ dokumen berkaitan dengan tanah tersebut bahkan pada persidangan diperoleh fakta bahwa Saksi-III (Letkol Inf Eko Suprianto) menggandakan serta menyimpan copy seluruh dokumen tersebut.

Dengan demikian masih menjadi pertanyaan besar, apakah memang seluruh dokumen berkaitan dengan tanah tersebut benar-benar dimusnahkan.

Dengan demikian unsur ketiga "Memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu yang

dilakukan secara bersama-sama" telah tidak terbukti secara sah dan menyakinkan.

Oleh karena sebagian unsur delik dalam dakwaan kedua telah tidak terpenuhi maka dakwaan Oditur Militer yang didakwakan

kepada Terdakwa telah tidak terbukti secara sah dan meyakinkan sehingga harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak diterima.

Oditur Mliliter yang menyatakan bahwa dakwaaan pertama telah tidak terbukti secara sah dan meyakinkan sedangkan dakwaan kedua juga telah tidak terbukti secara sah dan meyakinkan maka tidak ada alasan untuk menghukum Terdakwa dan Terdakwa harus dibebaskan dari segala dakwaan dan tuntutan.

Mempertimbangkan

pernyataan

Dalam tuntutannya Oditur Militer memohon kepada Majelis Hakim Militer untuk menjatuhkan hukuman Pidana Penjara selama 4 (empat) bulan, maka berkaitan dengan penjatuhan hukuman tersebut Team Penasihat Hukum Terdakwa sangatlah keberatan dengan tuntutan Oditur Militer karena Penjatuhan hukuman terhadap Prajurit

/- yang ……….

yang memiliki tujuan untuk mendidik agar prajurit yang bersangkutan secara tulus dan iklas menepati dan mematuhi semua peraturan disiplin dan perintah dinas yang merupakan sendi-sendi dalam kehidupan prajurit TNI AD sungguh-sungguh tidak tercermin dalam tuntutan Oditur Militer.

Dalam kasus yang sama sampai saat ini belum ada proses Peradilan terhadap pelaku utama (dader) yaitu Kolonel Inf Herman Tedez (Saksi-I) sehingga adalah sangat tidak bijak bahkan cenderung ceroboh apabila Terdakwa harus dihukum atas suatu kesalahan yang diduga dilakukan oleh orang lain, sedangkan orang tersebut belum diadili dalam suatu Peradilan yang Fair.

Apabila mempelajari beberapa Yurisprudensi Peradilan Militer maka kita dapat menemukan bahwa Peradilan Militer tidak pernah menghukum seorang Perwira Staf yang memberikan suatu saran yang salah atau kurang lengkap karena suatu keputusan komando telah ditempa dalam suatu proses rapat staf. (vide Putusan Pengadilan Militer 106 Banjarmasin Nomor : PUT/28-K/PM-I-06/AU/ IV/2007 tanggal 25 April 2007 An. Kapten Sus Wahyu Priyo Budi Sulistyo, S.H.

Kondisi ini akan membawa Peradilan Militer pada situasi dimana Peradilan akan dianggap tidak konsisten bahkan yang lebih parah akan dianggap tidak adil dan menjadi biang dari kegagalan sistem Peradilan (miscarriage of justice). Penjatuhan hukuman yang tidak konsisten akan mengusik rasa keadilan serta melecehkan institusi peradilan itu sendiri karena masyarakat hukum akan menganggap bahwa Pengadilan Militer III-19 Jayapura telah timpang bahkan telah tidak adil dalam menjatuhkan putusannya.

Dengan demikian demi tetap tegaknya disiplin serta menjaga mental dan moril dari Terdakwa dengan tidak mengesampingkan masa depan dan Karier Terdakwa, kami mohon kepada yang mulia Majelis Hakim untuk membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan. Namun apabila memang Terdakwa tetap dinyatakan bersalah dalam persidangan ini mohon kiranya Majelis Hakim Militer menjatuhkan pidana yang seringanringannya.

Faktor-Faktor Lain Yang Patut Diperhatikan.

Sebelum mengambil keputusan atas diri Terdakwa mohon kiranya Bapak Majelis Hakim, berkenan untuk mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dari diri Terdakwa sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan berat ringannya hukuman yang dijatuhkan, antara lain:

a. Bahwa Terdakwa telah berdinas selama ± 27 (dua puluh tujuh) tahun dan selama itu telah melaksanakan dinas dengan baik, terbukti bahwa terdakwa tidak pernah dihukum baik disiplin maupun pidana.

b. Bahwa Terdakwa masih mengabdikan diri dalam dinas TNI

AD.

c. Bahwa Terdakwa saat ini memiliki seorang istri dan 3 (tiga) orang anak yang masih membutuhkan kasih sayang dan dukungan nafkah dari Terdakwa.

/- Berdasarkan ……….

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas karena unsur tindak pidana yang didakwakan tidak dapat dibuktikan, maka Team Penasihat Hukum Terdakwa mohon dengan hormat kepada Majelis

Hakim yang memeriksa perkara untuk MEMBEBASKAN TERDAKWA DARI SEGALA DAKWAAN DAN TUNTUTAN SERTA MEMULlHKAN NAMA BAlK TERDAKWA DALAM JABATAN DAN

TUGASNYA. Namun apabila Majelis hakim berpendapat lain, demi keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Team Penasihat Hukum Terdakwa menyerahkan sepenuhnya keputusan

yang seadil-adilnya atas dasar keyakinan Majelis Hakim (EX AEQUO ET BONO).

3. Jawaban Oditur Militer atas Pembelaan Team Penasihat Hukum Terdakwa (Replik) yang diajukan kepada Majelis Hakim yang pada pokoknya sebagai berikut :

Setelah mendengar dan mempelajari isi Pembelaan (Pledoi), yang disampaikan oleh Penasenat Hukum yth. Yang pokok-pokoknya antara lain sebagai berikut :

1. Penafsiran pengertian unsur kedua sebagaimana diuraikan Oditur Militer adalah tidak tepat atau keliru karena Terdakwa tidak memiliki kedudukan atau kekuasaan sebagaimana teruraikan dalam rumusan delik.

2. Pada saat itu Terdakwa menarik seluruh surat asli dan menyerahkan seluruh dokumen kepada saksi-III (Letkol Inf. Eko Suprianto) untuk dimusnahkan sesuai dengan perintah Saks-I (Kolonel Inf. Herman Tedez).

3. apakah memang seluruh dokumen yang berkaitan dengan tanah tersebut benar-benar dimusnankan, kalau memang dimusnahkan tidak mungkin akan terbit sertifikat atas tanah tersebut karena persyaratan untuk terbitnya sertifikat harus ada rekomendasi dari pihak Korem.

Sidang Pengadilan Militer Yth.

Berdasarkan fakta-fakta, telah terbukti dalam persidangan yang telah lalu, antara lain :

1. Pada saat terjadinya permasalahan tanah yang berlokasi di Jl. Yan Mamoribo, Terdakwa pada saat itu menjabat sebagai Perwira Hukum Korem 173/PVB yang mana mempunyai tugas pokok memberi saran hukum dan bantuan nasenat hukum kepada satuan dalam hal ini Korem 173/PVB, Terdakwa pada saat itu sebagai Perwira Hukum tidak pernah mengecek status tanah yang berada di bawah penguasaan Korem 173/PVB, dengan adanya tuntutan / desakan dari masyarakat adat warga Rumaropen yang diwakili Saksi- lI terhadap tanah yang benokasi di JI. Yan Mamoribo yang secara fisik dikuasai olen Korem 173/PVB dimana hal ini dibuktikan dari keterangan Saksi-ll bahwa menurut keterangan petugas BPN Kabupaten Biak bahwa tanah tersebut berada dalam pengawasan Korem 173/PVB, kemudian bahwa diatas tanah tersebut berdiri gudang senjata milik Korem 173/PVB, seharusnya Terdakwa menyarankan kepada Saksi-l agar diselesaikan secara hukum, yaitu agar masyarakat adat warga Rumaropen mengajukan gugat perdata

/- ke ……….

ke Pengadilan Negeri atas lokasi tanah tersebut, namun hal ini tidak dilakukan oleh Terdakwa malah Terdakwa menyarankan kepada Danrem 173/PVB (Saksi-l, Kolonel lnf. Herman Tedez) untuk membuat Rekomendasi penerbitan Sertifikat kepada pihak penggugat yaitu Saksi-II (Sdr. Sefnat Rumaropen), jadi Terdakwa bukan membela satuannya malah berada pada pihak penggugat yaitu Saksi-

II (Sdr. Sefnat Rumaropen), Terdakwa bahkan yang membuat Surat Rekomendasi dan Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Saksi-I (Kolonel lnf. Herman Tedez), dimana dengan keluarnya Surat Rekomendasi tersebut berakibat asset tanah Korem 173/PVB seluas + 5 Ha lepas dari penguasaan Korem 173/PVB dan bahkan diatas lokasi tanah tersebut. saat ini rencana didirikan perumahan KPR oleh pengembang.

2. Setelah permasalanan ini menjadi perkara pidana memang ada perintah dari Danrem 173/PVB (Kolonel Inf. Herman Tedez) untuk menarik surat-surat yang sudah ada diantaranya Surat Rekomendasi sebagai syarat penerbitan Sertifikat, surat perjanjian pembagian fee apabila tanah tersebut terjual yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu kurang lebih dua minggu sejak ditandatangani Surat Rekomendasi dan Surat perjanjian langsung diterima oleh Saksi-II (sdr. Sefnat Rumaropen) dari tangan Terdakwa sesuai pengakuan Saksi-II di persidangan.

3. Sebelum seluruh dokumen yang berkaitan dengan tanah tersebut benar-benar dimusnahkan, yaitu dua minggu sejak Surat Rekomendasi dan Surat Perjanjian ditandatangani Saksi-I, Terdakwa sudah terlebih dahulu memberikan salah satu surat yaitu Surat Rekomendasi untuk syarat Penerbitan Sertifikat kepada Saksi-ll (Sdr. Sefnat Rumaropen) hal ini merupakan pengakuan Saksi-Il di depan sidang pada tanggal 13 Agustus 2010, dan waktu dua minggu adalah waktu yang cukup atau dimungkinkan untuk pengurusan Sertifikat tanah tersebut sehingga terhadap lokasi tanah tersebut keluar Surat Sertifikat atas nama Sdr. Sefnat Rumaropen.

Sidang Pengadilan Militer Yth.

Sehubungan dengan hal tersebut, Oditur Militer berkesimpulan bahwa pembelaan yang diucapkan oleh Team Penasehat Hukum Terdakwa itu tidak menunjukkan kekeliruan Oditur Militer, dalam hal ini pembuktian penerapan hukum, malahan dengan itu Oditur Militer bertambah yakin bahwa apa yang Oditur Militer tuntutkan adalah benar.

Oleh karena itu, Oditur Militer berpendapat bahwa fakta-fakta dan alat-alat bukti yang Oditur Militer uraikan dalam tuntutannya tidak tergoyahkan oleh pembelaan yang disampaikan oleh Team Penasehat Hukum Terdakwa, dan Oditur Militer tetap pada tuntutannya semula.

4. Jawaban Team Penasihat Hukum Terdakwa terhadap Tanggapan Oditur Militer (Duplik) yang disampaikan secara lisan dihadapan sidang yang pada pokoknya bahwa Team Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan tetap pada Pembelaan (Pledoi) yang diajukan kepada Majelis Hakim.

Menimbang : Bahwa menurut Surat Dakwaan tersebut di atas, Terdakwa pada pokoknya didakwa telah melakukan tindak pidana sebagai berikut :

/- Pertama ……….

Pertama :

Bahwa Terdakwa pada waktu-waktu dan di tempat-tempat seperti tersebut di bawah ini, yaitu sekitar bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun dua ribu tujuh atau waktu-waktu lain setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun dua ribu tujuh bertempat di Makorem 173/PVB Biak atau di tempat-tempat lain, setidak-tidaknya di suatu tempat yang termasuk wilayah hukum Pengadilan Militer III-19 Jayapura, telah

melakukan tindak pidana “Seorang pejabat yang dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya, menggunakan tanah Negara, diatas mana ada hak pakai Indonesia, yang dilakukan

secara bersama-sama”dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Bahwa Terdakwa masuk menjadi anggota TNI-AD sejak tahun 1983-1984 melalui Pendidikan Secaba Milsuk II di Pusdikarhanudse/ Malang dilanjutkan dengan Pendidikan Kecabangan di Pusdikum Jakarta, setelah lulus dilantik dengan pangkat Serda dan ditugaskan di Pusdikum Jakarta sampai tahun 1995, kemudian mengikuti Secapa Reg pada tahun 1996, setelah lulus dilantik dengan pangkat Letda dan ditugaskan di Kumdam XVII/Cenderawasih, sampai sekarang bertugas di Kumdam XVII/Cenderawasih dengan pangkat terakhir Kapten Chk. NRP. 548434.

b. Bahwa Terdakwa ditugaskan sebagai Perwira Hukum Korem 173/PVB dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dengan status di BPkan dari Kumdam XVII/Cenderawasih, dengan tugas pokok memberi Bantuan Hukum serta Saran Pendapat Hukum kepada Danrem 173/PVB beserta anggota dan keluarganya juga memberi penyuluhan Hukum kepada anggota TNI AD khususnya anggota Korem 173/PVB di Biak.

c. Bahwa pada bulan Januari 2007 ketika Terdakwa sedang berdinas di Makorem 173/PVB datang Saksi-II (Sdr. Sefnat Rumaropen) menghadap Terdakwa dan mengaku sebagai utusan dari marga Rumaropen pemilik hak ulayat atas tanah seluas + 4 Ha yang berlokasi di Jl. Yan Mamoribo Biak, dimana tanah tersebut sejak tahun 1972 berada didalam perawatan dan penguasaan Korem 173/PVB, dan sesuai dengan penjelasan dari BPN Kabupaten Biak Numfor dalam suratnya Nomor 570-81/45/BPN tanggal 14 Maret 2003 tanah yang terletak di Jl. Yan Mamoribo Kelurahan Sumberker adalah Tanah Negara tidak bebas, artinya tanah tersebut diatasnya terdapat Penguasaan oleh pihak tertentu dalam hal ini Korem 173/PVB, selanjutnya Terdakwa yang belum memahami status tanah tersebut mengajak Saksi-II untuk menghadap langsung kepada Saksi-I (Kol. Inf Herman Tedez / Danrem 173/PVB saat itu), selanjutnya Saksi-II di hadapan Saksi-I mengutarakan maksudnya untuk meminta uang ganti rugi atas tanah adat tersebut sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyard rupiah) dan Saksi-I berjanji akan mempertimbangkan permintaan Saksi-II tersebut.

d. Bahwa setelah pertemuan yang pertama tersebut dilanjutkan dengan pertemuan berikut di ruang Danrem 173/PVB dihadiri oleh Saksi-

I, Terdakwa, Saksi-III (Letkol Inf. Eko Suprianto), Kasipers (Mayor Inf. Rolando), selanjutnya saat rapat staf tersebut Terdakwa mengajukan pendapat dan saran kepada Saksi-I bahwa surat-surat dari Dewan Adat Biak yang dimiliki Saksi-II (Sdr. Sefnat Rumaropen) adalah sah dan kuat secara hukum, kemudian Saksi-I setelah rapat tersebut memerintahkan

/- kepada ……….

kepada Kasilog untuk membuat konsep surat kepada Pangdam XVII/ Cenderawasih tentang pengajuan dana untuk ganti rugi pelepasan tanah adat di Jl. Yan Mamoribo seluas + 4 Ha (hektaare) dengan harga Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per meter, sesuai permintaan Saksi-

II yang mewakili masyarakat adat marga Rumaropen.

e. Bahwa ternyata tidak ada tanggapan atau petunjuk tertulis dari Pangdam XVII / Cenderawasih atas tanah tersebut, tetapi Saksi-I mengakui pernah mendapat petunjuk lisan dari Pangdam XVII/ Cenderawasih pada bulan Maret 2007 ,bahwa Kodam tidak ada dana / biaya untuk membayar ganti rugi pelepasan tanah adat tersebut, namun dari masyarakat adat marga Rumaropen yang diwakili Saksi-II selalu menuntut pihak Korem 173/PVB untuk membayar ganti rugi pelepasan tanah Adat tersebut sejak tahun 2003, bahkan mengancam apabila Korem 173/PVB tidak memanfaatkan tanah tersebut maka akan diambil alih oleh adat untuk dijual ke pihak ketiga / pengusaha.

f. Bahwa Terdakwa selaku Perwira Hukum Korem 173/PVB tidak pernah berusaha untuk mengecek bukti surat-surat tanah tersebut yang ada di Subdenzibang Korem 173/PVB, selanjutnya Terdakwa atas permintaan Saksi-II agar menyarankan kepada Saksi-I untuk membuat surat perjanjian dan rekomendasi antara Saksi-I mewakili Korem 173/ PVB dengan Saksi-II mewakili masyarakat adat Rumaropen dan disetujui oleh Saksi-I, kemudian Terdakwa membuat konsep surat rekomendasi pada tanggal 3 April 2007, dan ditandatangani oleh Saksi-I di ruangan Danrem 173/PVB pada tanggal 5 April 2007, lalu surat asli dengan Nomor Surat B/158/IV/2007 tersebut oleh Terdakwa diserahkan kepada Saksi-II sebagai persyaratan utama untuk menerbitkan sertifikat tanah yang terletak di Jl. Yan Mamoribo Desa Sumberker Kecamatan Samofa Kabupaten Biak Numfor oleh BPN atas nama Sdr. Sefnat Rumaropen (Saksi-II), sehingga pada bulan September 2007 terbit Sertifikat tanah hak milik No. M. 1670 atas nama Saksi-II.

g. Bahwa selain membuat surat Rekomendasi Terdakwa juga membuat surat perjanjian antara Saksi-I dengan Saksi-II tertanggal 4 April 2007, dalam surat perjanjian yang dibuat oleh Terdakwa tersebut tertera uraian berupa kewajiban Saksi-II untuk memberikan 20 % dari harga penjualan tanah seluas + 50.000 meter persegi kepada Saksi-I dan kawan-kawan sebagai ucapan terima kasih, dan sambil menunggu keluarnya sertifikat dari BPN Biak, Terdakwa membantu Saksi-II menawarkan tanah tersebut kepada beberapa anggota Korem 173/PVB dengan cara Terdakwa mendatangi calon pembeli di rumahnya masing- masing atau menyuruh pembeli datang ke ruangan kerja Terdakwa, diantaranya Letnan Ishak, Pelda Sarminto, dan Pelda Demen yang sudah membayar uang muka kapling tanah tersebut masing-masing seluas 20 x 20 meter dengan harga Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dan atas jasa-jasa Terdakwa tersebut, Saksi-II telah memberikan imbalan kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

h. Bahwa dua minggu setelah Terdakwa dan Saksi-II menawarkan tanah di Jl. Yan Mamoribo Biak kepada beberapa anggota Korem 173/PVB, hal tersebut diketahui oleh Pangdam XVII/Cenderawasih, dan menyesalkan atas perbuatan Terdakwa tersebut yang menyebabkan hilangnya asset tanah yang telah dikuasai oleh instansi TNI AD / Korem 173/PVB seluas + 4 Ha di Jl. Yan Mamoribo Biak, sehingga Pangdam memerintahkan agar kegiatan di atas tanah tersebut dihentikan, selanjutnya Saksi-I memerintahkan Saksi-III untuk menarik surat

rekomendasi ……….

rekomendasi yang pernah ditandatangani Saksi-I dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan tanah tersebut, selanjutnya Saksi-III melaksanakan perintah Saksi-I menarik surat-surat tersebut dan oleh Saksi-III selanjutnya dimusnahkan surat-surat tersebut, tidak lama kemudian Terdakwa ditarik kembali ke Kesatuan lama di Kumdam XVII/ Cenderawasih Jayapura.

i. Bahwa setelah Terdakwa berada di Kumdam XVII/Cenderawasih Jayapura Saksi-II menghubungi Terdakwa bahwa sertifikat tanah di Jl. Yan Mamoribo Biak sudah keluar dari Badan Pertanahan Kabupaten Biak, lalu Terdakwa menyarankan agar Saksi-II menjual tanah tersebut kepada teman Terdakwa bernama Sdr. Maskuri (Saksi-IV) Direktur PT. Wika Yohana yang juga tetangga Terdakwa di Perumahan Kodam Lama Jayapura dan bergerak di bidang pengembang Pembangunan KPR BTN dan saran Terdakwa tersebut disetujui oleh Saksi-II.

j. Bahwa sekira bulan Agustus 2007 Saksi-II datang ke Jayapura untuk menemui Saksi-IV untuk membicarakan penjualan tanah tersebut kepada Saksi-IV, yang ternyata terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu Saksi-IV menyetujui membeli tanah tersebut seharga Rp. 2.000.000.000,- (dua milyard rupiah) dengan pembayaran secara bertahap yaitu pada bulan Nopember 2007 Saksi-IV telah membayar uang muka kepada Saksi-II sejumlah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) selanjutnya Saksi-IV telah melaksanakan pembangunan beberapa unit rumah KPR BTN dan pembuatan pagar keliling Gudang Munisi Korem 173/PVB setinggi 2,5 meter dengan panjang 65 meter.

k. Bahwa Terdakwa yang saat itu menjabat sebagai Perwira Hukum Korem 173/PVB sebelumnya sudah mengetahui tanah tersebut secara fisik berada dalam penguasaan Korem 173/PVB demikian juga Saksi-I selaku atasan Terdakwa, tetapi Terdakwa dengan sengaja tidak mengindahkan aturan / prosedur yang ada dan menyarankan kepada Saksi-I untuk membuat surat rekomendasi, kemudian Saksi-I mengeluarkan surat rekomendasi Nomor : B/158/IV/2007 tanggal 5 April 2007 yang digunakan oleh Saksi-II untuk mengajukan permohonan penerbitan sertifikat hak milik ke BPN yang akhirnya keluar sertifikat hak milik atas nama Saksi-II yang kemudian menjual tanah di Jl. Yan Mamoribo tersebut kepada Saksi-IV yang berakibat kerugian Negara / TNI-AD CQ Kodam XVII/Cenderawasih, namun disisi lain dengan terbitnya Sertifikat Hak milik atas nama Saksi-II tersebut dapat menguntungkan bagi Saksi-II, maupun Terdakwa secara materiil.

Atau

Kedua :

Bahwa Terdakwa pada waktu-waktu dan di tempat-tempat seperti tersebut di bawah ini, yaitu sejak bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun dua ribu tujuh atau waktu-waktu lain setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun dua ribu tujuh bertempat di Makorem 173/PVB Biak atau di tempat-tempat lain, setidak-tidaknya di suatu tempat yang termasuk wilayah hukum Pengadilan Militer III-19 Jayapura, telah

melakukan tindak pidana “ Militer yang dengan sengaja menyalahguna kan atau menganggapkan pada dirinya ada kekuasaan, memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan

sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama” dengan cara-cara sebagai berikut :

/- a. Bahwa ……….

a. Bahwa Terdakwa masuk menjadi anggota TNI-AD sejak tahun 1983-1984 melalui Pendidikan Secaba Milsuk II di Pusdikarhanudse/ Malang dilanjutkan dengan Pendidikan Kecabangan di Pusdikum Jakarta, setelah lulus dilantik dengan pangkat Serda dan ditugaskan di Pusdikum Jakarta sampai tahun 1995 dan mengikuti Secapa Reg pada tahun 1996, setelah lulus dilantik dengan pangkat Letda dan ditugaskan di Kumdam XVII/Cenderawasih, bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Juni 2007 ditugaskan sebagai Perwira Hukum Korem 173/PVB, kemudian pada bulan Juni 2007 ditarik ke Kumdam XVII/Cenderawasih sampai sekarang dengan pangkat terakhir Kapten Chk. NRP. 548434.

b. Bahwa Terdakwa pada bulan Januari 2007 ketika sedang berdinas di Makorem 173/PVB datang Saksi-II (Sdr. Sefnat Rumaropen) menghadap Terdakwa dan mengaku sebagai utusan dari marga Rumaropen pemilik hak ulayat atas tanah seluas + 4 Ha yang berlokasi di Jl. Yan Mamoribo Biak, yang mana tanah tersebut sejak tahun 1972 berada didalam perawatan dan penguasaan Korem 173/PVB, dan sesuai dengan penjelasan dari BPN kabupaten Biak Numfor dalam suratnya Nomor 570-81/45/BPN tanggal 14 Maret 2003 tanah yang terletak di Jl. Yan Mamoribo kelurahan Sumberker adalah Tanah Negara tidak bebas, artinya tanah tersebut diatasnya terdapat penguasaan oleh pihak tertentu dalam hal ini Korem 173/PVB selanjutnya Terdakwa yang belum memahami status tanah tersebut mengajak Saksi-II untuk menghadap langsung kepada Saksi-I (Kol.Inf Herman Tedez / Danrem 173/PVB saat itu), selanjutnya Saksi-II di hadapan Saksi-I mengutarakan maksudnya untuk meminta uang ganti rugi atas tanah adat tersebut sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyard rupiah) dan Saksi-I berjanji akan mempertimbangkan permintaan Saksi-II tersebut.

c. Bahwa pada saat rapat staf di ruang Danrem 173/PVB Terdakwa mengajukan pendapat dan saran kepada Saksi-I bahwa surat-surat dari Dewan Adat Biak yang dimiliki Saksi-II adalah sah dan kuat secara hukum, kemudian Saksi-I memerintahkan kepada Kasilog untuk membuat konsep surat kepada Pangdam XVII/Cenderawasih tentang pengajuan dana untuk ganti rugi pelepasan tanah adat di Jl. Yan Mamoribo seluas + 4 Ha (hektaare), namun Pangdam XVII / Cenderawasih pada bulan Maret 2007 memberi petunjuk lisan kepada saksi-I kalau Kodam tidak ada dana untuk ganti rugi pelepasan tanah adat tersebut.

d. Bahwa Terdakwa selaku Perwira Hukum Korem 173/PVB tidak pernah mengecek bukti surat-surat tanah tersebut yang ada di Subdenzibang Korem 173/PVB, selanjutnya Terdakwa atas permintaan Saksi-II menyarankan kepada Saksi-I untuk membuat surat perjanjian dan rekomendasi antara Saksi-I dengan Saksi-II dan disetujui oleh Saksi-

I, kemudian Terdakwa membuat konsep surat rekomendasi pada tanggal

3 April 2007, dan ditandatangani oleh Saksi-I di ruangan Danrem 173/ PVB pada tanggal 5 April 2007, kemudian surat asli dengan Nomor Surat B/158/IV/2007 tersebut oleh Terdakwa diserahkan kepada Saksi-II di rumahnya sebagai persyaratan utama untuk menerbitkan sertifikat tanah yang terletak di Jl. Yan Mamoribo Desa Sumberker Kecamatan Samofa Kabupaten Biak Numfor oleh BPN atas nama Sdr. Sefnat Rumaropen (Saksi-II), sehingga pada bulan September 2007 terbit Sertifikat tanah hak milik No. M. 1670 atas nama Saksi-II.

e. Bahwa selain membuat surat rekomendasi Terdakwa juga membuat surat perjanjian antara Saksi-I dengan Saksi-II tertanggal 4 April 2007, dalam surat perjanjian yang dibuat oleh Terdakwa tersebut

/- tertera ……….

tertera uraian berupa kewajiban Saksi-II untuk memberikan 20 % dari harga penjualan tanah seluas + 50.000 meter persegi kepada Saksi-I dan kawan-kawan sebagai ucapan terima kasih, dan Saksi-II telah memberikan imbalan kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

f. Bahwa setelah diketahui oleh Pangdam XVII / Cenderawasih tentang perbuatan Terdakwa dan Saksi-I yang menyebabkan hilangnya asset tanah yang dikuasai TNI AD / Korem 173/PVB seluas + 4 Ha di Jl. Yan Mamoribo Biak, maka Pangdam XVII/Cenderawasih memerintahkan agar kegiatan diatas tanah tersebut dihentikan, selanjutnya Saksi-I memerintahkan Saksi-III untuk menarik surat rekomendasi yang pernah ditandatangani Saksi-I dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan tanah tersebut, selanjutnya Saksi-III menarik surat-surat tersebut dari Terdakwa dan oleh Saksi-III selanjutnya dimusnahkan, tidak lama kemudian Terdakwa ditarik kembali ke Kesatuan lama Kumdam XVII/ Cenderawasih Jayapura.

g. Bahwa setelah Terdakwa berada di Kumdam XVII / Cenderawasih Jayapura Saksi-II memberi tahu kepada Terdakwa bahwa sertifikat tanah di Jl. Yan Mamoribo Biak sudah keluar dari Badan Pertanahan Kabupaten Biak, kemudian Terdakwa menyarankan agar Saksi-II menjual tanah tersebut kepada teman Terdakwa bernama Sdr. Maskuri (Saksi-IV) Direktur PT. Wika Yohana yang juga tetangga Terdakwa di Perumahan Kodam Lama Jayapura yang bergerak di bidang pengembang Pembagunan KPR BTN dan saran Terdakwa tersebut disetujui oleh Saksi-II.

h. Bahwa Terdakwa sebagai Perwira Hukum Korem 173/PVB telah memberikan saran yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang Perwira Hukum Korem 173/PVB dengan menyarankan kepada Saksi-I selaku Danrem 173/PVB untuk membuatkan rekomendasi Nomor : B/158 /IV/2007 tanggal 5 April 2007, dan Terdakwa telah dengan sengaja membiarkan tanah yang terletak di Jl. Yan Mamoribo Biak yang selama ini berada dalam penguasaan secara fisik oleh Korem 173/PVB dan kemudian beralih kepada pihak lain yaitu Saksi-II dikarenakan adanya surat rekomendasi dari Saksi-I selaku Danrem 173/PVB, kemudian tanah tersebut oleh Saksi-II dijual kepada Saksi-IV dan oleh Saksi-IV digunakan sebagai perumahan, bahwa secara hukum Terdakwa maupun Saksi-I tidak berhak, dan tidak ada kewenangan untuk membuat perjanjian ataupun membuat rekomendasi yang dapat berakibat beralihnya penguasaan tanah tersebut kepada Saksi-II, apalagi Terdakwa juga turut serta menawarkan tanah tersebut kepada pihak lain untuk diperjualbelikan.

Bahwa perbuatan-perbuatan Terdakwa tersebut telah memenuhi unsur- unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dan diancam dengan pidana yang tercantum dalam pasal :

Pertama :

Pasal 424 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Atau

Kedua :

Pasal 126 KUHPM jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

/- Menimbang ……….

Menimbang : Bahwa atas Dakwaan tersebut Terdakwa menerangkan bahwa ia benar- benar mengerti atas Surat Dakwaan yang didakwakan kepadanya.

Menimbang : Bahwa di sidang Terdakwa didampingi oleh Team Penasihat Hukum yaitu HERU PURNOMO. SH, Mayor Chk. NRP. 11990011140273, SONY OCKTAVANUS. SH, Kapten Chk. NRP. 11000022921076 dan JOHNY SOSANG. SH, Lettu Chk. NRP. 11060006210681, berdasarkan Surat Perintah dari Ka Kumdam XVII / Cenderawasih Nomor : Sprin / 35 / II / 2009 tanggal 3 Februari 2010 dan Surat Kuasa dari Terdakwa ANDREAS WAU LEDO. SH, Kapten Chk. NRP. 548434 kepada Team Penasihat Hukum Terdakwa tertanggal 4 Februari 2010.

Menimbang : Bahwa atas Dakwaan tersebut Terdakwa melalui Team Penasihat Hukum tidak mengajukan Eksepsi namun akan menguraikannya sekaligus dalam Pembelaan (Pledoi) lebih lanjut.

Menimbang : Bahwa para Saksi yang dihadapkan di sidang menerangkan di bawah sumpah sebagai berikut :

Saksi - I

: Nama lengkap : HERMAN TEDEZ, Pangkat / NRP : Kolonel Inf / 28873, Jabatan : Pa Men Ahli Ka Sad bidang Ekonomi (mantan Dan Rem 173 / PVB), Kesatuan : Ma Bes AD, Tempat tanggal lahir : Surabaya 29 Juni 1953, Jenis kelamin : Laki-laki, Kewarganegaraan : Indonesia, Agama : Kristen Katholik, Tempat tinggal : Komplek Han Kam / Ma Bes TNI Jati Makmur Jln. Sakura Raya B. 68 Pondok Gede Jakarta.

Pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

1. Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Atasan dan Bawahan, tetapi tidak ada hubungan keluarga / famili dengan Terdakwa.

2. Bahwa Saksi menjabat sebagai Dan Rem 173/PVB sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2008 sehingga mengetahui bahwa tanah yang terletak di Jln. Yan Mamoribo Biak tepatnya di belakang Gudang Senjata Korem 173/PVB seluas 4,9 Ha (empat koma sembilan Hektar) adalah tanah Negara yang belum bersertifikat dan belum ada pelepasan adat sebagaimana Surat Penjelasan dari Dan Den Zibang/

XVII, namun tanah tersebut berada di dalam wilayah pengawasan dan perawatan Korem 173/PVB yang pada tahun 2003 telah digugat oleh masyarakat suku besar Rumaropen yang mengaku sebagai pemilik hak ulayat atas tanah tersebut dengan melakukan unjuk rasa melarang pembangunan lapangan upacara Korem 173/PVB karena tanah tersebut dimiliki oleh Sdr. SEFNAT RUMAROPEN sesuai Surat Keterangan dari Dewan Adat Biak.