Modul Supplement Basis Data. docx

PENDALAMAN MATERI UJI KOMPETENSI LSP LPPPTK KPTK
Kompetensi Keahlian: Rekayasa Perangkat Lunak
MODUL 2

MENGGUNAKAN BASIS DATA

Oleh : Alun Sujjada
LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
BIDANG KELAUTAN PERIKANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2017

Pengarah:
1. Dr. Rusdi, M.Pd.
2. Yopi Sopian, ST., M.Pd.
Penulis:
1. Alun Sujjada, S.Kom., M.T
Editor:
1. Singgih Afifa Putra, S.Pi., M.Si.

2. Robert Polikarpus
3. Andi Risda
4. Rizal Mattawang
© Hak Cipta Milik LPPPTK KPTK Gowa, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan
suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan LPPPTK KPTK Gowa.
Dilarang Mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin LPPPTK KPTK Gowa.

2

KATA PENGANTAR

Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai
profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga
kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan

kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu
“Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Untuk itu guru dan tenaga
kependidikan khususnya guru bidang vokasi dalam menjamin profesionalisme nya
wajib melakukan untuk dapat melakukan asesmen kompetensi keahlian.
Modul Pendalaman Materi Uji Kompetensi Sertifikasi Keahlian Bagi Guru khususnya
yang berpartisipasi dalam Program Keahlian ganda adalah untuk institusi
penyelenggara

program

keahlian

ganda

dan

merupakan

petunjuk


bagi

penyelenggara pelatihan di dalam melaksanakan pengembangan modul yang
merupakan salah satu sumber belajar bagi guru vokasi. Modul ini disajikan untuk
memberikan informasi tentang deskripsi dan kisi-kisi materi uji kompetensi yang
akan digunakan dalam asesmen kompetensi keahlian pada kegiatan program
keahlian ganda, dan sertifikasi keahlian bagi guru dan tenaga kependidikan
nantinya.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada
berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi secara maksimal dalam
mewujudkan modul ini, mudah-mudahan modul ini dapat menjadi acuan dan sumber
inspirasi bagi guru dan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program yang
dimaksud.

Kritik

dan

saran


yang

membangun

sangat

diharapkan

untuk

menyempurnakan modul ini di masa mendatang.
Gowa, 31 Agustus 2017
Kepala LPPPTK KPTK Gowa

Dr. H. A. Rusdi., M.Pd.

3

DAFTAR ISI


DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................viii
GLOSARIUM...............................................................................................................ix
PENDAHULUAN: MODUL ASESMEN KOMPETENSI GURU VOKASI....................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Ruang Lingkup...................................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat............................................................................................4
D. Metode Pembelajaran........................................................................................4
E. Daftar Pustaka....................................................................................................6
MEMENUHI PERSYARATAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN
LINGKUNGAN DI TEMPAT KERJA...............................Error! Bookmark not defined.
A. Ringkasan...........................................................................................................7
B. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................7
C. Ruang Lingkup...................................................................................................7
D. Indikator Pencapaian Kompetensi...................................................................8
E. Kontekstualisasi.................................................................................................8
F. Uraian Materi.......................................................................................................9
G. Aktivitas Pembelajaran....................................................................................16
H. Latihan/Kasus/Tugas.......................................................................................21

I. Umpan Balik/Tindak Lanjut...............................................................................22
J. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas............................................................23
K. Daftar Pustaka..................................................................................................25
PENUTUP...................................................................................................................34
Simpulan................................................................................................................34
LAMPIRAN.................................................................................................................35
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................36

4

5

DAFTAR GA
Gambar 1. Alat Tangkap Rawai.........................................................................3
YGambar 2. Cara Pengoperasian Alat Tangkap Rawai....................................3
YGambar 3. Selanjutnya Selanjutnya...............................................................3
YGambar 4. Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya
Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya...............................................51

6


DAFTAR T
Tabel 1. Unit-unit kompetensi Klaster Perakitan dan Pengoperasian Alat
Tangkap 2...........................................................................................3
YTabel 2. Selanjutnya .....................................................................................14
YTabel 3. Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya..............................................23
YTabel 4. Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya
Selanjutnya Selanjutnya...................................................................30

7

DAFTAR LAMP
Lampiran 1. Skema Desain Alat Tangkap Rawai............................................71
YLampiran 2. Bangunan Kapal Pengoperasian Rawai Tuna..........................72
YLampiran 3. Formulir data analisis kebutuhan alat dan bahan perakita rawai
tuna dan pancing.........................................................................73
YLampiran 4. Seterusnya Seterusnya Seterusnya Seterusnya Seterusnya
Seterusnya Seterusnya...............................................................75

8


GLOSARIUM

Shortening/shrinkage

: Pengerutan, beda panjang tubuh jarring dalam keadaan
tegang sempurna dengan panjang jaring setelah diletakkan
pada float line

Mesh size

: Ukuran mata jaring

Float

: Pelampung

Sinker

: Pemberat


Mesh depth

: Lebar jaring

Basket

: Rangkaian tali utama dan tali cabang di antara dua
pelampung

Main line

: Tali utama pada rangkaian alat tangkap longline.

Branch line

: Tali cabang dari alat tangkap longline.

Snapper


: Penjepit yang berbentuk seperti peniti dan terbuat dari
bahan stainless steel atau besi galvanis dengan ukuran
panjang 12 cm, lebar 2,6 cm, dan diameter besi 0,4 cm.

Sekiyama

: Tali kecil dengan diameter 5 mm dan panjang 6 – 12 m
yang berupa kawat yang dibungkus dengan benang

dst…

9

BAB 1
PENDAHULUAN: MODUL ASESMEN KOMPETENSI GURU VOKASI
Oleh: Singgih Afifa Putra, M.Si.

A. Latar Belakang
Kompetensi


guru

dapat

diartikan

sebagai

kecakapan/keahlian

atau

kemampuan yang dibekali dengan pengetahuan untuk proses instruksional atau
belajar mengajar dan dilakukan dengan proses sadar serta penuh tanggung jawab.
Sadar disini maksudnya adalah mengetahui materi dan keterampilan yang akan dan
sudah diberikan. Sedangkan, tanggung jawab maksudnya adalah seorang guru
memantau perkembangan kelas dari awal hingga akhir dan dia berusaha agar
seluruh kelas terstimulasi, paham, dan turut berperan aktif dalam memperoleh
pengetahuan dan kompetensi yang diajarkan (Kartini, 2011).
Tim Penyusun Standar Kompetensi Guru Pemula (SKGP) merumuskan
kompetensi guru dalam 4 (empat) rumpun yaitu, a) penguasaan bidang studi, b)
pemahaman tentang peserta didik dan kompetensi lulusan yang harus dicapai, c)
penguasaan proses pembelajaran yang sesuai, dan d) pengembangan kepribadian
dan keprofesionalan, atau secara teoritis terdiri atas kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial, dan profesional (Mulyawan, 2013; Salim 2014). Seorang guru
harus memiliki kompetensi pedagogik dan profesional sebagai bekal untuk
menjalankan tugasnya, yaitu mendidik dan mencerdaskan siswa. Kompetensi
pedagogik

mengenai

ilmu

tentang

belajar

dan

pembelajaran,

bagaimana

melaksanakan pembelajaran yang baik dan efektif, dan bagaimana membelajarkan
siswa agar mereka memahami materi pembelajaran (Hartinigtyas et al. 2016).
Sedangkan, kompetensi

profesional

guru

adalah

kemampuan

guru

dalam

menguasai materi yang diampu secara luas dan mendalam berupa penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, dan penguasaan materi serta keterampilan tersebut digunakan dalam
membimbing peserta didik untuk menguasai materi yang diajarkan yang disebut tata
cara instruksional (Kartini, 2011). Sertifikasi kompetensi melalui pendidikan profesi
guru sebagai upaya penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di

1

Indonesia mempunyai arti strategis dan mendasar dalam upaya peningkatan mutu
guru. Oleh karena itu, proses sertifikasi kompetensi dipandang sebagai bagian
esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang diperlukan (Salim, 2014).
Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh
lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui
pemerintah (PP Nomor 19 Tahun 2005) kepada warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Sebagai guru profesional dan telah menyandang sertifikat pendidik, guru
berkewajiban untuk terus mempertahankan profesionalismenya sebagai guru.
Pengembangan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui
upaya

pembinaan

dan

pemberdayaan

guru.

Untuk

menjamin

konsistensi

profesionalisme guru seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan

seni,

diperlukan

upaya-upaya

peningkatan

profesionalisme

secara

berkesinambungan (Slameto, 2014). Pengalaman dalam pelatihan menjadi factor
yang berpengaruh paling besar dalam mempengaruhi profesionalisme guru
(Mulyawan, 2013), selain itu secara preskriptif dukungan kompetensi manajemen,
strategi pemberdayaan, supervisi pengembangan, dan penelitian tindakan kelas
merupakan dimensi-dimensi alternatif untuk meningkatkan profesionalisme guru
(Slameto, 2014).
Rekomendasi ILO (International Labour Organisation) bagi negara-negara
yang belum memiliki standar adalah dengan menerapkan Regional Model
Competency Standar (RMCS). RMCS adalah sistem uji kompetensi berdasarkan
unit kompetensi bukan berdasarkan jabatan atau kualifikasi. Siap saja yang merasa
mampu untuk diuji untuk satu unit kompetensi atau lebih dapat dilakukan setiap
waktu. Keuntungan uji kompetensi berdasarkan unit ini karena beberapa unit
kompetensi dapat dipaketkan menjadi suatu kualifikasi sehingga seseorang yang
memiliki kualifikasi tertentu dapat dterima ditempat kerja di industri (Silitonga, 2007).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Badan Nasional
Seritifkasi Profesi mengadopsi sistem ini untuk diterapkan dalam proses uji
kompetensi keahlian guru-guru vokasi di Indonesia.
Sistem sertifikasi di Indonesia untuk tenaga pendidik dan tenaga kerja lainnya
adalah merupakan sarana pengakuan atas kompetensi yang telah dimiliki baik
melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), dan pengalaman kerja, begitu juga di
Negara lain. Melihat sistem sertifikasi di Jepang yang dilaksanakan oleh JAVADA
2

(Japan Vocational Ability Development Association), bahwa bahan uji kompetensi
dikirim oleh penguji (asesor) beberapa bulan sebelum waktu pelaksanaan ujian
dilaksanakan, hal ini dilakukan untuk membantu tenaga kerja mempersiapkan
dirinya sebelum menghadapi proses asesmen kompetensi (Silitonga, 2007).
Mempertimbangkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
hal ini LPPPTK KPTK Gowa menyusun modul pendalaman materi uji kompetensi
masing-masing skema kompetensi keahlian di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
LPPPTK KPTK Gowa, dengan tujuan untuk dapat dijadikan bahan pembelajar bagi
guru dan tenaga kependidikan yang akan mengikuti proses asesmen kompetensi.
Materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini merupakan hasil telaah
secara akademik yang diharapkan dapat membantu pendalaman materi uji
kompetensi bagi peserta uji kompetensu dalam asesmen kompetensi pada skema
kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak di LSP LPPPTK KPTK. Unit-unit
kompetensi yang dijelaskan dalam modul ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Unit-unit kompetensi Klaster Basis Data
No
1.
2.

Kode Unit
LOG.OO01.001.0
1
J.620100.004.01

Unit Kompetensi
Melakukan Komunikasi Kerja
timbal balik
Menggunakan Struktur Data

3.

J.620100.011.01

4.

J.620100.012.01

5.

J.620100.020.02

Melakukan Instalasi Software
Tools Pemrograman
Melakukan Pengaturan
Software Tools Pemrograman
Menggunakan SQL

6.

J.620100.021.02

Menerapkan Akses Basis Data

7.

ICTDBS403

8.

ICTDBS412

9.

ICTDBS402

Create Basic Databases
(Membuat basis data dasar)
Build a database (Membuat
basis data)
Complete database backup
and restore (Membuat
database backup and restore)
Configure and Maintain
Databases (Konfigurasi dan
memelihara basis data)

10. ICTPRG412

Acuan Standar
SKKNI
KEP.240/MEN/X/2004
SKKNI 282 Tahun
2016
SKKNI 282 Tahun
2016
SKKNI 282 Tahun
2016
SKKNI 282 Tahun
2016
SKKNI 282 Tahun
2016
Australian National
Register of VET
Australian National
Register of VET
Australian National
Register of VET
Australian National
Register of VET

3

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup disini maksudnya adalah batasan (limitation) penggunaan modul
dan sumber materi uji kompetensi yang akan dijelaskan. Modul ini terbatas
penggunaanya hanya untuk diklat pendalaman materi uji kompetensi terkait skema
kompetensi yang akan diikuti asesmen kompetensinya. Secara umum sasaran
capaian materi uji kompetensi terbatas hanya kepada calon peserta asesmen
kompetensi (asesi) di LSP (lembaga Sertifikasi Profesi) LPPPTK KPTK, dan
khususnya kepada peserta guru tahap in service training ke-2 program Keahlian
Ganda yang akan mengikuti asesmen kompetensi yang dilaksanakan oleh LPPPTK
KPTK Gowa.

C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penyusunan modul ini adalah untuk memberikan deskripsi dan kisikisi pendalaman materi uji kompetensi pada Skema sertifikasi klaster Basis Data
kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak yang akan diujikan dalam asesmen
kompetensi LSP LPPPTK KPTK. Manfaat dari penyusunan modul ini adalah kisi-kisi
materi uji kompetensi dapat diberikan oleh instruktur sebelum waktu pelaksanaan
ujian dilaksanakan, hal ini dilakukan untuk membantu calon asesi mempersiapkan
dirinya sebelum menghadapi proses asesmen kompetensi.

D. Metode Pembelajaran
Menurut Purnamawati (2011) pendekatan metode pembelajaran dapat
memberikan hasil yang optimal dalam proses pembelajaran, beberapa prinsip yang
harus ditaati dalam konsep ini, adalah:
a) Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan
alternatif, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang
berproses dalam belajar (learning to know, learning to do, dan actually
doing) secara kontekstual
b) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik peserta
didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam
proses konstruksi, dekonstruksi, dan rekonstruksi pengetahuan, sikap dan
pengetahuan

4

c) Isi pembelajaran harus dipahami dan didesain dalam kerangka atau
konteks bekal awal (entry level behaviour) peserta didik, sehingga
pengalaman belajar dapat diefektifkan secara optimal
d) Asesmen peserta didik dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk
menyesuaikan pengalaman belajar secara berkesinambungan dalam
bingkai belajar sepanjang hayat (life-long-continuing education);
e) Pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator memberi keleluasaan dan
mendorong munculnya kemajemukan dalam perspektif dan skema
pengorganisasian pengetahuan dan kemampuan sehingga pengetahuan
atau keterampilan yang dikuasai peserta didik kaya akan konteks.
Berdasarkan uraian tersebut, Purnamawati (2011) membagi beberapa model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan vokasi, yaitu,
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Pembelajaran peserta didik aktif;
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual;
Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
Pembelajaran discovery-learning;
Pembelajaran tematik (proyek/tugas);
Pembelajaran problem-solving.

Pembelajaran di laboratorium (pembelajaran praktik) merupakan salah satu
cara mengembangkan Competency-Based Training (CBT). Pembelajaran praktik di
laboratorium pada pendidikan vokasi bertujuan untuk mengembangkan kompetensi
atau kemampuan peserta didik dalam keterampilan manual dan kemampuan berpikir
kreatif, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Dengan demikian CBT
merupakan salah satu alternatif pembelajaran dan pelatihan dalam mengembangkan
kompetensi (Purnamawati 2011). Larson (1972) Leighbody & Kidd (1968) dalam
Purnamawati

(2011)

menjelaskan

pola

yang

dapat

menjadi

tuntutan

dosen/guru/instruktur dalam menyampaikan pembelajaran berbasis praktik, yaitu: (1)
persiapan, meliputi persiapan guru dan motivasi belajar siswa untuk menerima
pelajaran; (2) presentasi; (3) aplikasi; dan (4) pengujian (evaluasi).

E. Daftar Pustaka

5

Hartiningtyas L., Purnomo, Elmunsyah H., 2016. Meningkatkan kompetensi
pedagogik

dan

professional

guru

SMK

melalui

pemberdayaan

pengembagan keprofesian berkelanjutan (PKB). Seminar Nasional
Pendidikan. Hal 79-88.
Kartini T., 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi professional guru di
SMK Negeri 1 Losarang Kabupaten Indramayu [Tesis]. Program
Pascasarjana, Kekhususan Administrasi dan Kebijakan Pendidikan,
Universitas Indonesia. 159 Hal.
Mulyawan B., 2013. Pengaruh pengalaman dalam pelatihan terhadap peningkatan
kompetensi profesional guru. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 11(1): 45-65
Purnamawati, 2011. Peningkatan kemampuan pelatihan berbasis kompetensi
(competency-based training) sebagai suatu proses pengembangan
pendidikan vokasi. Jurnal MEDTEK 3(2): 13 halaman.
Salim S., 2014. Upaya peningkatan kompetensi professional guru sekolah kejuruan.
Prosiding Pedagogika FIP Universitas Negeri Gorontalo. 10 Hal. Tautan:
http://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/243/upaya-peningkatankompetensi-profesional-guru-sekolah-kejuruan.html [diakses 18 Juli 2017]
Silitonga P., 2007. Perbandingan penerapan sistem sertifikasi kompetensi di
Indonesia dan di Negara-Negara lain. Panorama Nusantara 2 (1): 57-65
Slameto, 2014. Permasalahan-permasalahan terkait dengan profesi Guru SD.
Scholaria 4(3): 1-12.

6

BAB 2
MELAKUKAN KOMUNIKASI KERJA TIMBAL BALIK
Kode Unit: (LOG.OO01.001.01)
Oleh: Alun Sujjada

A. Ringkasan
Unit Kompetensi “Melakukan Komunikasi Kerja Timbal Balik” adalah salah satu
unit kompetensi mengenai keahlian melakukan bentuk komunikasi spsesifik di
lingkungan tempat kerja. Cakupan target komunikasi yang dibahas adalah pekerja
dalam kelompok, dan pekerja di luar kelompok. Bentuk komunikasi adalah informasi
pokok dan informasi pendukung dalam tujuan mencapai hasil kerja yang ditetapkan
sebelumnya.
Tujuan uraian materi ini adalah agar para peserta dapat ikut aktif berperan dalam
kelompok untuk menghasilkan kesepakatan solusi kerja dan merepresentasikan
solusi tersebut menuju pihak di luar kelompok kerja. Pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk pendalaman materi unit kompetensi ini diantaranya adalah dapat
diawali dengan metode ceramah dan dapat ditambahkan kerja kelompok sebagai
metode untuk memastikan pemahaman melaksanakan komunikasi kerja timbalbalik.
Adapun urutan penyampaian materi adalah dimulai pembahasan materi dasar
komunikasi. Dengan tercapainya materi pengertian komunikasi, pembahasan
dikerucutkan pada komunikasi dalam organisasi. Setelah bahasan kedua terpenuhi,
materi berikutnya diikuti dengan bahasan Media Komunikasi, Bentuk-Bentuk
Komunikasi, Urgensi Komunikasi Dalam Organisasi untuk memastikan bahwa
peserta mengerti mengenai pentingnya komunikasi timbal-balik di tempat kerja.

7

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah peserta diklat menyelesaikan pendalaman materi mengenai unit kompetensi
Melakukan Komunikasi Kerja Timbal-Balik, diharapkan dapat:
a) Melaksanakan komunikasi informasi pokok dan pendukung pencapaian hasil
kerja.
b) Menampilkan partisipasi aktif dalam diskusi kelompok untuk mencapai hasil
kerja.
c) Mewakili dan melakukan komunikasi pendapat kelompok terhadap pihak
eksternal.
C. Ruang Lingkup
Unit

Kompetensi

Melakukan

Komunikasi

Kerja

Timbal-Balik,

menunjukkan

kemampuan pekerja untuk melaksanakan sebuah bentuk komunikasi dengan lokasi
implementasi dalam ruang lingkup tempat kerja. Komunikasi yang dibahas berisi
informasi tentang tugas-tugas, proses serta informasi pendukung lainnya untuk
mencapai hasil kerja.

D. Indikator Pencapaian Kompetensi
Elemen-elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja dalam unit kompetensi
Melakukan Komunikasi Kerja Timbal-Balik dijelaskan pada Tabel 2 berikut,
Tabel 2. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja unit kompetensi (Berdasarkan
SKKNI No 240 Tahun 2004)
ELEMEN KOMPETENSI
01 Mengkomunikasikan
informasi tentang tugas
,
proses, peristiwa atau
keahlian-keahlian.

1.1
a

KRITERIA UNJUK KERJA
Suatu pilihan teknik komunikasi yang tepat , misalny
telpon, secara langsung, laporan tertulis, sketsasketsa
dsb, digunakan.

1.2
a

Pengoperasian

ganda

yang

melibatkan

beberap

1.3
si

Mendengar dilakukan tanpa terus menerus menginterup

topik/area dikomunikasikan.

(memotong) pembicara yang sedang berbicara.

1.4 Pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk
mendapatkan

8

Tabel 2. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja unit kompetensi (Berdasarkan
SKKNI No 240 Tahun 2004)
ELEMEN KOMPETENSI

02 Berpartisipasi dalam
diskusi kelompok untuk
mencapai hasil-hasil
kerja yang tepat.

03 Mewakili pandangan
kelompok terhadap
orang lain.

KRITERIA UNJUK KERJA
informasi ekstra.
1.5

Sumber-sumber informasi yang benar dikenali.

1.6

Informasi dipilih dan diurutkan dengan tepat.

1.7

Laporan lisan dan tertulis dilakukan bila perlu.

1.8
ab

Komunikasi didemonstrasikan baik dalam situasi akr

2.1

maupun tidak akrab dan untuk individu dan kelompok ya
ng
akrab maupun tidak akrab.
Tanggapan-tanggapan dicari dan diberikan untuk orangorang dalam kelompok.

2.2

Kontribusi yang membangun dibuat berkenaan dengan
proses produksi terkait.

2.3
3.1

Cita-cita dan tujuan dikomunikasikan.
Pandangan, pendapat orang lain dimengerti dan
digambarkan dengan akurat..

E. Kontekstualisasi
Unit ini meliputi kompetensi kompetensi yang dibutuhkan dalam situasi dimana
karyawan harus melakukan tugas secara kolektif misalnya: tiga atau empat
pasangan bekerja sama untuk merakit suatu produk, seorang juru trampil yang
harus menghadiri panggilan layanan, atau suatu kelompok pekerja proses yang
melakukan tugas yang mirip satu dengan yang lainnya. Unit ini menganggap bahwa
kelompok secara formal tidak harus dirancang sebagai suatu unit kerja kohesif yang
permanen oleh manajemen. Kriteria kinerja menyatakan bahwa teknik berikut ini
dapat digunakan sebagai pokok komunikasi dalam unit ini, misalnya: sketsa,
gambar, jadwal produksi: mesin tertulis atau instruksi kerja: instruksi nasabah.
Aplikasi dalam unit ini dikebanyakan tempat kerja akan memerlukan tingkat
kemampuan dasar dalam berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Inggris
begitupun numerik (berhitung) dasar. Numerik dasar berarti kemampuan untuk
melakukan aritmetika sederhana dengan menggunakan empat aturan, penambahan,

9

pengurangan, perkaliandan pembagian. Meskipun demikian unit ini tidak mengacu
pada kompetensi bahasa Inggris tetapi pada komunikasi. Kemampuan bahasa
Inggris seharusnya dinilai secara profesional.
F. Uraian Materi
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada
pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian (Wursanto, 2005). Tanpa
adanya komunikasi, maka sebuah lembaga akan mengalami kesulitan-kesulitan
dalam pengelolaannya dan akan sulit bergerak dalam mencapai tujuan organisasi.
Semua organisasi tidak bisa dipungkiri selalu melakukan komunikasi dengan
berbagai pihak untuk mencapai tujuannya (Ayatullah, 2003). Berikut beberapa
pendapat dari ahli tentang komunikasi, sebagai berikut (Umboh, 2016):
1. Wilbur Schramm
Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan
penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.
2. Theodore Herbert
Komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud
mencapai beberapa tujuan khusus.
3. Evertt M. Rogers
Komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang
dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah
perilakunya.
4. Concise Oxford Dictionary
Tindakan menyampaikan, terutama berita, atau ilmu dan praktek transmisi
informasi. Definisi ini jelas menunjukkan hubungan antara pengajaran dan guru
komunikasi terus-menerus menanamkan pengetahuan baru, atau transmisi
informasi.
5. Robbins and Mukerji
Komunikasi didefinisikan sebagai „the transference and understanding of
meaning‟
(proses pengiriman dan penerimaan pesan). Jadi, dapat dikatakan bahwa
komunikasi adalah proses transfer informasi dari suatu pihak ke pihak lain melalui
alat-alat berupa simbol-simbol yang penuh arti. Pengertian “transfer” melibatkan

10

lebih

dari

sekedar

kata-kata.

Berbicara,

menulis,

menggambar,

tetapi

gerakgerik/isyarat juga merupakan bagian dari komunikasi.
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi dalam suatu organisasi selalu merupakan komunikasi timbal balik, demi
kepentingan semua pihak. Dalam berkomunikasi kita menciptakan persamaan
pengertian, ide, pemikiran, dan sikap tingkah laku kita terhadap orang lain. Jadi
komunikator dan komunikan mempunyai kesamaan dan kesepakatan pesan
sehingga menimbulkan suatu pengertian. Dalam proses komunikasi melibatkan
beberapa komponen yaitu (Rahmanto, 2004) adalah Komunikator (sumber), Pesan,
Saluran Komunikan (organisasi/publik), dan Efek.
Model

proses

komunikasi

yang

ditampilkan

Philip

Kotler

dalam

bukunya Marketing Management (Effendy, 2004), berdasarkan paradigma Harold
Lasswell, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Komunikasi Harold Lasswell
1. Sender, yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang
atau sejumlah orang.
2. Encoding, yaitu penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam
bentuk. lambang.
3. Message, yaitu pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna
yang disampaikan oleh komunikator.
4. Media,
yaitu
saluran
komunikasi
komunikator kepada komunikan.
5. Decoding, yaitu pengawasandian,

tempat
yaitu

berlalunya

proses

dimana

pesan

dari

komunikan

menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.
6. Receiver, yaitu komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response, yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
11

8. Feedback,

yaitu

umpan

balik,

yakni

tanggapan

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
9. Noise, yaitu gangguan tak terencana yang

komunikan

terjadi

dalam

apabila
proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
MEDIA KOMUNIKASI
Media dalam ilmu komunikasi dapat diartikan dalam beberapa hal adalah sebagai
berikut: Saluran Sarana penghubung dan Alat-alat komunikasi Media dalam
organisasi adalah berbagai macam sarana penghubung yang dipergunakan oleh
suatu organisasi dalam menjalin komunikasi dengan publik, yaitu publik internal dan
publik eksternal untuk membantu pencapaian tujuan (Rahmanto, 2004). Menurut
Burch dan Grudnitski dalam Ratminto (2003), kualitas informasi ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu: relevansi, tepat waktu, dan akurasi.
Tabel 1. Kategori Pemrosesan Informasi Dan Alat Teknologi Informasi Yang Dipakai
No Tugas Pemrosesan
Keterangan
Alat Teknologi Informasi
.
1.

Menangkap
informasi

2.

Menyampaikan
informasi

3.

Menciptakan
informasi

4.

Menyimpan
informasi

5.

Mengkomunikasika
n informasi

Memperoleh
informasi
pada titik asalnya.
Menyajikan
informasi
dalam bentuk yang
paling
berguna
Memproses
informasi
untuk memperoleh
informasi baru.
Menyimpan
informasi
untuk penggunaan
waktu
yang akan datang.
Menyampaikan
informasi
kepada orang lain
atau ke
lokasi lain.

Teknologi input. Misalnya
mouse, keyboard, bar code
reader
Teknologi output.
Misalnya screen, printer,
speaker.
Teknologi sofware.
Misalnya word processing
payroll.
Expert system teknologi
penyimpanan. Misalnya
hard disk, CD-ROM, tape.
Teknologi telekomunikasi.
Misalnya modem satellite

(Sumber: Wardiningsih, 2009)

12

Menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul ilmu komunikasi, teori dan
praktik (2009:62) ada beberapa hambatan dalam komunikasi, yaitu :
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi

emosional

sehingga

mempengaruhi

motivasi,

yaitu

mendorong

seseorang
untuk bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
digunakan antara si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaaan media
komunikasi,

misalnya

gangguan

suara

radio

sehingga

tidak

dapat

mendengarkan
pesan dengan jelas.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima.
e. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.
Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul dinamika komunikasi (2009) faktorfaktor penghambat komunikasi terdiri dari :
a. Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam

konteks

situasional

(situational

context). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika
komunikasi

dilangsungkan,

sebab

situasi

amat

berpengaruh

terhadap

kelnacaran
komunikasi,

terutama

situasi

yang

berhubungan

dengan

faktor-faktor

salah

pengertian

sosiologisantropologis-psikologis.
b. Hambatan semantic
salah

ucap

atau

tulis

dapat

menimbulkan

(misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya
bisa
menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
c. Hambatan mekanis

13

Contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, suara telepon yang tidak
jelas, ketika huruf buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat
radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolumnya, gambar yang
meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain.
d. Hambatan ekologis
Hambatan ekologis yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan
terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan.
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Ada beberapa bentuk komunikasi yang dipakai dalam menyampaikan informasi,
perintah, dan kebijakan yaitu komunikasi vertikal, horsontal, dan diagonal.
Disamping bentuk komunikasi tersebut ada juga komunikasi lisan dan tertulis,
komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk
pesan yang akan disampaikan. Biasanya komunikasi antar pribadi disampaikan
secara lisan maupun tertulis. Sebagian besar proses komunikasi dalam organisasi
terjadi dalam bentuk ini, banyak anggota organisasi yang menyukai komunikasi lisan
karena keakraban yang ditimbulkannya. Komunikasi lisan dan tertulis juga dapat
menimbulkan kecermatan dan ketepatan.
Dalam komunikasi organisasi pimpinan juga perlu mendengarkan atau mengetahui
masukan-masukan atau saran-saran dari bawahan, karena itu komunikasi dari
bawahan dapat menunjukkan bahwa pimpinan menghargai karyawan dan
mendengarkan serta berinteraksi dengan karyawan sehingga membentuk dasar bagi
sebuah komunikasi yang efektif, dan salah satu bentuknya dengan meluangkan
waktu untuk pertemuan tatap muka. Dengan adanya komunikasi dari bawahan
kepada atasan mana pimpinan dapat mengetahui pertama informasi tentang
keberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana mendatang dari para bawahan.
Kedua informasi tentang problem-problem pekerjaan yang memerlukan bantuan dari
tingkatan lebih atas dalam organisasi. Ketiga Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas
dan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan. Keempat Informasi mengenai
perasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Ada beberapa cara yang biasa dipergunakan untuk memperbaiki komunikasi dalam
organisasi yaitu. Pertama mengadakan tindak lanjut, teknik ini dilakukan dengan
menganggap pesan pimpinan tidak dimengerti, dan sedapat mungkin pimpinan
14

memastikan apakah pesan yang ingin disampaikan sudah benarbenar diterima.
Kedua mengatur alur informasi, teknik ini meliputi pengaturan komunikasi untuk
menjamin

arus

informasi

yang

optimum

kepada

para

pimpinan.

Ketiga

memanfaatkan umpan balik, umpan balik memberi saluran bagi tanggapan penerima
yang memungkinkan pimpinan untuk menentukan apakah pesannya telah diterima
dan apakah menghasilkan tanggapan yang dimaksud. Keempat empati. empati lebih
berorientasi peda penerima daripada berorientasi pada komunikator. Bentuk
komunikasi sebagian besar harus tergantung dari apa yang diketahui tentang
penerima. Empati mengharuskan para komunikator untuk menempatkan diri mereka
ke dalam diri penerima dengan maksud untuk mengetahui sebelumnya bagaimana
pesan itu akan diuraikan sandinya. Kelima pengulangan, merupakan prinsip belajar
yang telah diterima. umum, menggunakan pengulangan atau ungkapan yang
berlebih-lebihan di dalam komunikasi menjamin bahwa jika satu bagian dari pesan
itu tidak dimengerti, maka masih ada bagian lain yang membawa pesan yang sama.
Keenam mendorong saling mempercayai, suasana saling mempercayai antara
pimpinan dan bawahan dapat memperlancar komunikasi. Ketujuh pengaturan waktu
yang efektif, komunikasi yang efektif dapat dimudahkan dengan penetapan waktu
yang

tepat

mengenai

pengeluaran

pengumuman

penting.

Kedelapan

menyederhanakan bahasa, bahasa yang rumit merupakan hambatan utama bagi
komunikasi yang efektif, pimpinan harus ingat bahwa komunikasi yang efektif
meliputi pengertian dan juga informasi (Ivancevich, 2006).
Dalam proses komunikasi antar pribadi, kita tidak selalu harus bertatap muka
dengan orang lain, dengan menggunakan media komunikasi berupa telepon,
internet, maupun telepon genggam kita juga bisa melakukan proses komunikasi
antar pribadi. Komunikasi antar-pribadi dengan alat elektronik sebagai medianya
dapat menimbulkan banyak efek yang akan terjadi. Soekanto yang mengutip
pendapat Kingsley David dalam Liliweri (1997:63) mengemukakan: “Apabila dengan
perkembangan teknologi dewasa ini, manusia dapat berhubungan satu dengan yang
lain melalui telepon, telegrap, radio, surat kabar sehingga tidak memerlukan
hubungan badaniah; maka manusia modern tidak membutuhkan kontak sebagai
syarat utama dalam memulai hubungan antar pribadi.” Pembicaraan yang dilakukan
secara face to face memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang menggunakan media
komunikasi, karena kecil kemungkinan terjadinya miss communication, akan tetapi
dengan adanya kehadiran smartphone masyarakat bisa berkomunikasi dengan
15

mudah dan praktis. Hal ini menjadi menarik untuk dibahas mengingat fenomena
yang terjadi adalah makin banyak masyarakat dengan banyaknya aktivitas dalam
kesehariannya serta kebutuhan untuk terus berkomunikasi sehingga tidak
memungkinkan untuk selalu berkomunikasi secara tatap muka.
DePorter dan Hernacki (1999) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan
modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual
modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik. Orang yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitikberatkan
ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih
dahulu agar mereka paham. Ciri-ciri orang yang memiliki gaya belajar visual adalah
kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual
sebelum mereka memahaminya. Konkretnya, yang bersangkutan lebih mudah
menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Orang yang memiliki gaya
belajar auditory, belajar dengan mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami
sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan
pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan.
Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang bersangkutan
haruslah mendengarnya lebih dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya
susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki
kesulitan menulis ataupun membaca. Orang yang memiliki gaya belajar kinestetik,
mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.
URGENSI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia telah diteliti, dan hasilnya
menakjubkan: ”Dari total waktu yang digunakan 75-90% digunakan dalam proses
komunikasi, terdiri dari 5% untuk menulis, 10% untuk membaca, 35% untuk bicara,
50% untuk mendengar (Umboh, 2016). Komunikasi memiliki peranan penting,
terutama pada konteks komunikasi di tempat kerja. Dalam komunikasi organisasi,
setiap

individu

dalam

organisasi

tersebut

mendapatkan

komunikasi

untuk

menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. Komunikasi tersebut dikelola dengan
Komunikasi Internal (Effendy, 2004).
Menurut Efendi dalam Wonodiharjo (2014) Komunikasi kelompok merupakan
komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok
16

orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi kelompok kecil memiliki
beberapa
karakterisitik, yaitu mempermudah personaliti kelompok, pertemuan ramah tamah,
kekompakkan, komitmen terhadap tugas, adanya norma kelompok yang saling
bergantung satu sama lain. Proses komunikasi yang terjadi pada kelompok kecil
berlangsung secara dialogis. Efendi dalam Wonodiharjo (2014) secara teoritis
mengungkapkan dalam komunikasi untuk membedakan komunikasi kelompok kecil
dari komunikasi kelompok besar tidak didasarkan pada jumlah komunikan dalam
hitungan matematik, melainkan pada kualitas proses komunikasi.

G. Aktivitas Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran unit
kompetensi Melakukan Komunikasi Kerja Timbal-Balik diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Ceramah (Teacher based Learning)
2. Kerja Kelompok (Cooperative Learning)
a. Kelompok I : case study melibatkan unsur yang ada di dalam sebuah tim
untuk memecahkan solusi secara bersama-sama.
b. Kelompok II: simulasi pembentukan organisasi sederhana dalam sebuah
kelompok
c. Kelompok III: simulasi penyampaian informasi melalui media email,
aplikasi smartphone, dan lain-lain

17

H. Latihan/Kasus/Tugas
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, dan d pada jawaban yang Anda anggap
paling benar.
1. Di bawah ini yang bukan termasuk mode komunikasi adalah……….
a.
b.
c.
d.

Menghitung
Berbicara
Menulis
Mendengar

2. Komunikasi adalah hal penting bagi manusia dalam berinteraksi dengan
sesama dan lingkungan. Dari total waktu yang digunakan mana dari moda
komunikasi berikut yang terkecil sampai dengan yang terbesar persentasenya
antara lain:
a.
b.
c.
d.

Menulis, berbicara, membaca, dan mendengar
Mendengar, membaca, berbicara, dan menulis
Menulis, membaca, berbicara, dan mendengar
Mendengar, berbicara, membaca, dan menulis

3. Definisi komunikasi menurut Robbins and Mukerji adalah:
a. Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan
penerima, dengan bantuan pesan
b. Komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti
pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya
dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
c. Menulis Tindakan menyampaikan, terutama berita, atau ilmu dan praktek
transmisi

informasi.Definisi

ini

jelas

menunjukkan

hubungan

antara

pengajaran dan guru komunikasi terus-menerus menanamkan pengetahuan
baru, atau transmisi informasi.
d. Komunikasi didefinisikan sebagai “the transference and understanding of
meaning‟ (proses pengiriman dan penerimaan pesan).

18

4. Berdasarkan gambar model komunikasi berikut:

Nama komponen komunikas “encoding” dan “decoding”, berada pada
nomor:
a. 1 dan 7
b. 9 dan 8
c. 3 dan 4
d. 2 dan 6
5. Berdasarkan gambar model komunikasi berikut:

Nama komponen komunikas “umpan balik” dan “respon”, berada pada
nomor:
a. 1 dan 7
b. 9 dan 8
c. 3 dan 4
d. 2 dan 6

19

6. Berdasarkan gambar model komunikasi berikut:

Nama komponen komunikas “pesan” dan “media”, berada pada nomor:
a. 1 dan 7
b. 9 dan 8
c. 3 dan 4
d. 2 dan 6
7. Di bawah ini Menurut Burch dan Grudnitski dalam Ratminto (2003), kualitas
informasi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Relevansi, tepat waktu, dan akurasi
Relevansi, evaluasi, dan akurasi
Evaluasi, proposisi, dan akurasi
Relevansi, proposisi, dan akurasi

8. Sebutkan bentuk komunikasi yang menimbulkan keakraban adalah:
a.
b.
c.
d.

Lisan
Tertulis
Lisan dan Tertulis
Verbal dan Non Verbal

9. Di dalam hambatan komunikasi yang bersifat akan menghasilkan akibat:
a.
b.
c.
d.

Misunderstanding dan Misinterpretation
Miscommunication, Misinterpretation, dan Misunderstanding
Misinterpretation
Misunderstanding

10. Di bawah ini yang bukan hambatan komunikasi adalah:
a. Ekologis
b. Psikologis
c. Psikis
d. Mekanis
Soal ESSAY
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi menurut:
a. Concise Oxford Dictionary
b. Theodore Herbert

20

c. Robbins and Mukerje
2. Sebutkan dan Jelaskan masing-masing gambar di bawah ini untuk nomor 2 dan
6?jelaskan?

3. Sebutkan moda komunikasi secara berurutan berdasarkan prosentase dari kecil
ke prosentase besar?jelaskan?
4. Sebutkan tiga jenis gaya belajar menurut DePorter dan Hernacki (1999)
mengemukakan

berdasarkan

modalitas yang

digunakan

individu dalam

memproses informasi (perceptual modality)?jelaskan?
5. Sebutkan bentuk-bentuk Komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan informasi,
perintah, dan kebijakan?
6. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi kelompok?jelaskan?
7. Sebutkan minimal 5 (lima) hambatan-hambatan komunikasi?
8. Komunikasi yang efektif adalah bertatap muka secara langsung (face to face).
Jelaskan apakah makna tersebut sesuai dengan berkembangnya teknologi
komunikasi?
9. Apakah bentuk komunikasi yang dapat menimbulkan suasana keakraban?
jelaskan?
10. Sebutkan beberapa cara untuk memperbaiki komunikasi?

21

I. Umpan Balik/Tindak Lanjut
Silahkan masing-masing peserta pelatihan memberikan umpan balik terhadap uraian materi
yang diberikan dan tanggapan atau tindak lanjut yang diharapakan untuk kegiatan
selanjutnya atau dimasa yang akan datang pada kolom dibawah ini.
Umpan Balik:

Tindak Lanjut:

22

J. Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas
Kunci jawaban untuk soal latihan sub subbab H disajikan pada Tabel x berikut:
Tabel x. Kunci Jawaban soal latihan sub subbah H (Halaman x)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
dst

Jawaban

No
.
6.
7.
8.
9.
10.
dst

A
C
D
D
B

Jawaban
C
A
A
B
C

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban di atas. Hitunglah jumlah
jawaban anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk
megetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada modul ini (Tabel xx).
Rumus:
Tingkat Penguasaan=

Jumlah Jawaban Anda yang Benar
× 100
Jumlah Soal

Tabel xx. Arti tingkat penguasaan yang dicapai berdasarkan hasil latihan
Nilai
90 % - 100 %
80 % - 89 %
70 % - 79 %
 69 %

Makna
Excellent
Very Good
Good
Less

23

Kunci jawaban soal essay?
1. a. Tindakan menyampaikan, terutama berita, atau ilmu dan praktek transmisi
informasi. Definisi ini jelas menunjukkan hubungan antara pengajaran dan
guru
komunikasi terus-menerus menanamkan pengetahuan baru, atau transmisi
informasi.
b. Komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti
pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya
dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
c. Komunikasi didefinisikan sebagai “the transference and understanding of
meaning‟ (proses pengiriman dan penerimaan pesan).
2. Nomor 2 adalah encoding, yaitu penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke
dalam bentuk lambang.

Sedangkan nomor 6 adalah

Decoding, yaitu

pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada
lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
3. 5%

untuk

menulis,

10%

untuk

membaca,

35%

untuk

bicara,

50% untuk mendengar.
4. Gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Orang yang memiliki gaya
belajar visual, belajar dengan menitikberatkan ketajaman penglihatan. Orang
yang memiliki gaya belajar auditory, belajar dengan mengandalkan pendengaran
untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Orang yang memiliki gaya
belajar kinestetik, mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh
sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.
5. Komunikasi vertikal, komunikasi horisontal, komunikasi diagonal, komunikasi
verbal, dan non verbal.
6. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang
komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
7. Menurut Marhaeni Fajar ada beberapa hambatan dalam komunikasi, yaitu :
a. Hambatan dari pengirim pesan,
b. Hambatan dalam penyandian/simbol.
c. Hambatan media,
d. Hambatan dalam bahasa sandi.
e. Hambatan dari penerima pesan.
Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul dinamika komunikasi (2009)
faktor-faktor penghambat komunikasi terdiri dari :
a. Hambatan sosio-antro-psikologis
24

b. Hambatan semantic
c. Hambatan mekanis
d. Hambatan ekologis
8. Mengutip pendapat Kingsley David “apabila dengan perkembangan teknologi
dewasa ini, manusia dapat berhubungan satu dengan yang lain melalui telepon,
telegrap, radio, surat kabar sehingga tidak memerlukan hubungan badaniah;
maka manusia modern tidak membutuhkan kontak sebagai syarat utama dalam
memulai hubungan antar pribadi.”
9. Sebagian besar proses komunikasi dalam organisasi terjadi dalam bentuk lisan
dan tertulis ini. Banyak anggota organisasi yang menyukai komunikasi lisan
karena keakraban yang ditimbulkannya. Komunikasi lisan dan tertulis juga dapat
menimbulkan kecermatan dan ketepatan.
10. Pertama, mengadakan tindak lanjut. Kedua, mengatur alur informasi. Ketiga,
memanfaatkan umpan balik. Keempat, empati. Kelima, pengulangan. Keenam,
mendorong saling mempercayai. Ketujuh, pengaturan waktu yang efektif.
Kedelapan, menyederhanakan Bahasa.

25

K. Daftar Pustaka
Ayatullah, A., & Ishak, F. 2003. Komunikasi dan Organisasi. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi, Universitas Muhammadiyah.
De Porter, B.& Hernacki, M. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyamankan. (Penerjemah Alwiyah Abdurrahman).
Bandung: Kaifa
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
____________________. 2009. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
____________________. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
GrahaI lmu
Ivancevich, John M. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Rahmanto, Aris Febri. 2004. Peranan Komunikasi Dalam Suatu Organisasi. Jurnal
Komunikologi 1 (2): 59-75
Umboh, Willy. 2016. Bahan Bacaan Teknik Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran.
Kementerian Pendidikan Nasional
Wardiningsih, Suprihatmi Sri. 2009. Perkembangan Teknologi Dan Sistem
Informasi
Untuk Peningkatan E-Government Dalam Pelayanan Publik. Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi 7 (1): 69-78
Wonodiharjo, Felicia. 2014. Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Dalam Komunitas Cosplay “COSURA” Surabaya. Jurnal E-Komunikasi 2
(3): 1-10
Wursanto, I. 2005. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

26

BAB 3
MENGGUNAKAN STRUKTUR DATA
Kode Unit: (J.620100.004.01)
Oleh: Alun Sujjada

A. Ringkasan
Unit Kompetensi “Menggunakan Struktur Data” adalah salah satu dasar keahlian
yang harus dipunyai oleh setiap pelaku teknologi informasi diantaranya yaitu
programmer dan database administrator . Tujuan uraian materi ini adalah agar para
peserta dapat memahami kompetensi, pengetahuan dan sikap kerja yang diperlukan
dalam mempelajari dan membuat struktur data yang akan diterapkan pada
pemrograman, tanpa tergantung bahasa pemrograman yang akan dipakai.
Pendekatan

pembelajaran

yang

digunakan

untuk

pendalaman

materi

unit