karya ilmiah EFEK RUMAH KACA dan dampaknya

karya ilmiah “EFEK RUMAH KACA”

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Sederhana yang berjudul ”EFEK
RUMAH KACA SILAUKAN BUMI” dengan baik.

Jakarta,05 Desember 2014
Penyusun,

(Fauziah Rahmadani)
DAFTAR ISI
Halaman Cover………………………………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………… iii
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………… 1
1.1 LatarBelakang …………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………. 2
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
Bab II Pembahasan ………………………………………………………… 3
2. Efek Rumah Kaca ………………………………………………………. 3

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca …………………………………….. 4
2.2 Peneyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca …………………….. 4
2.3 Akibat Dari Efek Rumah Kaca …………………………………… 4
2.4 Efek Rumah Kaca Untuk Kehidupan di Bumi……………….. 5
3. Pengearuh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan
dan Produktifvitas Tanaman ………………………………………. 10
4. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan
dan Produktifvitas Tanaman ……………………………………… 11
5. Pengaruh Biologis Langsung ……………………………………….. 14
5.1 Pertumbuhan Tanaman Dalam Rumah Kaca ………………… 14
5.2 Efesiensi Fotosintesis ……………………………………………….. 15
5.3 Efesiensi Penggunaan Air ………………………………………….. 16

6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi ……………………………. 17
7. Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman …………………….. 18
7.1 Kemampuan Adaptasi Terhadap Suber daya
Iklim di Bumi …………………………………………………………… 18
8. Prakiraan Regional …………………………………………………….. 19
8.1 Pola Iklim dan Respon Tanaman ………………………………… 19
9. Pemanasan Global …………………………………………………….. 20

9.1 Pengertian Pemanasan Global ……………………………………. 20
9.2 Penyebab Pemanasan Global………………………………………. 20
9.3 Dampak Pemanasan Global ………………………………………. 21
9.3.1 Cuaca …………………………………………………………………… 22
9.3.2 Tinggi Muka Laut ………………………………………………….. 22
9.3.3 Pertanian ……………………………………………………………… 23
9.3.4 Hewan dan Tumbuhan …………………………………………… 23
9.3.5 Kesehatan Manusia ……………………………………………….. 24
10. Hubungan Pemanasan Global dengan
Efek Rumah Kaca ……………………………………………………. 24
11. Cara Menanggulangi Pemanasan Global ……………………… 27
12. Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi ……. 30
12.1 Global Warming …………………………………………………….. 30
12.2 Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca ………………………………… 31
Bab III Penutup …………………………………………………………….. 32
Daftar Pustaka……………………………………………………………….. 33

BAB I
PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang

Saat ini perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang sering disebut
Iptek memang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan, yaitu dapat menyederhanakan
dan mempermudah aktivitas-aktivitas dalam kehidupan. Namun, tidak hanya dampak positif saja
yang diberikan oleh kemajuan di bidang iptek ini, tetapi juga dampak-dampak negatif. Misalnya
saja, berkat adanya kemajuan iptek manusia tak perlu lagi berjalan kaki untuk menempuh
perjalanan yang jauh ataupun dekat. Karena saat ini sudah banyak sepeda motor dan mobil yang
mempercepat dan memudahkan kita menuju ke suatu tempat. Namun asap dari kendaraan
bermotor ini dapat menyebabkan polusi dan gas rumah kaca apabila kadarnya telah berlebih.
Tidak hanya itu, pembakaran fosil seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor,
AC, komputer, pembakaran hutan juga menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca meningkat.
Masalah lain yang juga kita alami saat ini adalah meningkatnya temperatur rata-rata permukaan
bumi. Dari tahun 1880-1940 temperatur bumi naik hingga 0,6 derajat celcius. Lalu kembali
menurun 0,3 derajat celcius dari tahun 1940-1975. Kemudian naik secara perlahan-lahan sejak
tahun 1975.
Masalah-masalah lingkungan ini makin lama makin bertambah, terlebih saat ini berhembus
masalah yang lebih besar mengenai global warming dan efek rumah kaca.


1.2

Tujuan

Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui sejauh manakah pemanasan Global ini telah
terjadi? dan penyebab pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda Tanya bagi manusia.
Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini
dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang akan
dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya.
Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh
manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di
permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain
dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena
kekurangan air atau dan sebagainya.

Oleh karena itu melalui karya ilmiah ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah aktivitas
yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan
pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.
1.3
Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam karya ilmiah ini meliputi:
1. Apa itu rumah kaca?
2. Bagaimana dan apa penyebab rumah kaca?.
3. Apa keterkaitan efek rumah kaca dengan global warming dan perubahan iklim?.
4. Dampak apa yang diakibatkan oleh efek rumah kaca?.
5. Bagaimana cara-cara menanggulangi efek rumah kaca.
6.

Manfaat rumah kaca abagi kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN

2. Efek Rumah Kaca

2.1

Pengertian efek rumah kaca

Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh permukaan

bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi.
Sebagian dari panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar
sebagai radiasi infra merah gelombang panjang.
Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer
yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida/CO2
dan metana ) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan
rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat
menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat
Celcius lebih dingin.
Semua kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet
ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.
Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya
pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut !
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada planetatau satelit) yang
disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.Efek rumah kaca hanya terjadi pada planet-


planet yang mempunyai lapisanatmosfer seperti Bumi, Mars, Venus, dan satelit alami Saturnus
(Titan).
2.2

Penyebab terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida(CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi akibatkenaikan pembakaran bahan
bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organiclainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya.Bahan-bahan di permukaan bumi yang
berperan aktif untuk mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, huta, dan laut.
Jadi bisa dimengerti bila hutansemakin gundul, maka panas di bumi akan semakin naik.Energi
yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah olehawan dan permukaan
bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut tertahan olehawan, gas CO2, dan gas
lainnya sehingga terpantul kembali ke permukaan bumi.Dengan meningkatnya konsentrasi gas
CO2 dan gas-gas lain di atmosfir makasemakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan
bumi dan diserap atmosfir.Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang
berada di atmosfir,maka semakin banyak pula panas matahari uang terperangkap di permukaan
bumi.Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik. Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah
kaca terjadi karena emisi gas rumahkaca.

Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:

2.3



Energi Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM memberikontribusi
besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutamaCO2.



KehutananSalah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah
kaca.Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga pengrusakanhutan akan
memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.



Peternakan dan PertanianDi sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan
pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran ternak,serta
pembakaran sabana. Pada sektor pertanian, gas metan (CH4) yang paling banyak

dihasilkan.



SampahSampah sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gasmetan
(CH4), karena aktifitas manusia sehari-hari.
Akibat dari Efek Rumah Kaca

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahaniklim yang sangat
ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan danekosistem lainnya
sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbondioksidadi atmosfir. Pemanasan
global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerahkutub yang dapat menyebabkan
naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akanmengakibatkan meningkatnya suhu air
laut sehingga air laut mengembang dan terjadikenaikan permukaan laun yang mengakibatkan
negara yang berupa kepulauan akanmendapat pengaruh yang sangat besar.

2.4 Efek Rumah Kaca untuk Kehidupan di Bumi
Green house effect atau lebih kita kenal dengan sebutan efek rumah kaca adalah sebuah kondisi
di mana suhu dari sebuah benda permukaan langit, seperti planet dan bintang, meningkat secara
drastis. Meningkatnya suhu ini disebabkan karena adanya perubahan kondisi dari komposisi serta

keadaan atmosfir yang mengelilingi benda langit tersebut.
Sebenarnya, penggunaan istilah efek rumah kaca diadopsi dari petani di negara Eropa dan
Amerika, karena mekanisme pemanasan bumi ini sama seperti yang terjadi di rumah kaca yang
digunakan untuk perkebunan di negara tersebut. Biasanya para petani menggunakan rumah kaca
di musim dingin. Tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca akan tetap hidup dan tidak mati
membeku, oleh pengaruh musim dingin. Karena kaca akan menghalangi suhu yang masuk dan
memantulkan kembali keluar. Ini menyebabkan seringnya terjadi kesalah pahaman. bahwa efek
rumah kaca disebabkan oleh banyaknya rumah berdinding kaca.
Yang terjadi pada bumi adalah, ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan
bumi, sekitar 70 persen dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, tumbuhan,
lautan dan benda lainnya. Tiga puluh persen sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan
serta permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas 70 persen itu, tidak selamanya berada di bumi.
Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali
panas yang diserapnya.
Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali
ke bawah permukaan bumi, ketika mengenai zat yang berada di atmosfer. Seperti karbon
dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan bumi tetap hangat
daripada di luar angkasa, karena energi lebih banyak yang terserap dibandingkan dengan yang
dipantulkan kembali.
Jadi, jika bumi tidak memiliki gas rumah kaca, maka suhu di bumi akan terlalu dingin untuk

kehidupan makhluk di dalamnya. Sebagai contoh, planet Mars tidak memiliki gas rumah kaca,
sehingga suhu di sana berada di sekitar -30°C. Jika suhu yang sama terjadi di bumi, tentu saja
tidak ada makhluk hidup dapat hidup di bumi.
Tidak menjadi masalah seadainya konsentrasi gas-gas rumah kaca berada dalam keadaan
konstan, tidak terjadi lonjakan drastis seperti sekarang ini. Meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca diakibatkan berbagai aktivitas manusia yang memicu pancaran gas tersebut ke
atmosfir. Dengan adanya pancaran gas ini, maka konsentrasinya di lapisan atmosfir bumi akan
semakin tinggi. Kondisi ini akan mengakibatkan sinar matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi akan sulit lewat dan menjadi terperangkap di permukaan bumi.
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung pada
besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan
penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang
dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Adapun gas-gas yang terdapat dalam rumah
kaca, adalah sebagai berikut:

CO2 (Karbon Dioksida)
CO2 adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di
atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida
dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan
gas bumi.
Pembukaan lahan baru pertanian dan penggundulan hutan juga meningkatkan jumlah karbon
dioksida dalam atmosfer. Namun selain efek rumah kaca, CO2 juga memainkan peranan sangat
penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar
matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai
fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida diserap oleh ganggang.
Dampak dari meningkatnya CO2 di atmosfer antara lain: meningkatnya suhu permukaan bumi,
naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbulnya berbagai penyakit pada manusia dan
hewan(Astin,2008). Berbagai upaya dilakukan untuk menekan laju peningkatan emisi CO2 di
atmosfer
H2O (Uap Air)
Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Uap air tidak terlihat dan harus
dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air. Jumlah uap air
dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika
bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju
penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca dan pemicu naiknya pemanasan global.
CH4 (Metana)
Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada
kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan
biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan
menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan. Kegiatan manusia telah meningkatkan
jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi
pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke
atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang
berarti, karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa
dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah,
sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk
menghasilkan energi listrik. Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat
dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi.
CFC (Chloro Flouro Carbon)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat tidak mudah terbakar
dan tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan. Mulai
digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chloro fluoro carbon yang paling banyak

digunakan mempunyai nama dagang Freon. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan
adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan
busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk
membersihkan mikrochip.CFC menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2.
Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama
dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
O3 (Ozon)
Ozon terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat
pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang
kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan.
Ternyata, tanpa kita sadari, begitu banyak pemicu terjadinya efek rumah kaca. Maka mari kita
jaga bumi ini, demi anak cucu kelak.
Bahaya efek rumah kaca
Mengapa efek rumah kaca berbahaya? Sebagai salah satu contoh sederhana adalah saat Anda
berjalan di bawah terik matahari. Dari waktu ke waktu bisa Anda bandingkan suhu panas yang
kian berbeda kekuatannya. Rasa panas yang menyengat tersebut salah satunya disebabkan oleh
pengaruh efek rumah kaca yang kian meluas tersebut. Diperkirakan suhu bumi terus meningkat
sebesar 1o – 5oC. Dampak lain yang paling ditakuti dari efek rumah kaca tersebut adalah proses
mencairnya daratan es di bagian kutub Bumi. Dengan mencairnya es di bagian kutub, maka lama
kelamaan permukaan air laut akan meningkat. Tak hanya itu, efek rumah kaca juga berdampak
pada pengaruh perubahan iklim bumi yang cukup ekstrim, sehingga jangka waktu atau kondisi
sebuah musim terkadang sulit untuk diprediksi waktunya.
efek rumah kaca juga akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan biologis kehidupan
ekosistem di laut sehingga dapat meningkatkan jumlah ganggang yang hidup di lautan. Beberapa
jenis ganggang tersebut ada yang akan dapat mengeluarkan racun sehingga membahayakan
kehidupan di laut dan juga akan meracuni manusia yang memakan hasil laut tersebut.
Upaya mencegah efek rumah kaca
Setelah memerhatikan begitu banyaknya dampak yang akan ditimbulkan dari efek rumah kaca
tersebut, maka sudah selayaknya sebagai sesama penduduk bumi, kita saling bahu membahu
berupaya untuk mencegah meluasnya pemanasan global supaya tidak semakin parah. Bagaimana
upaya strategis yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca tersebut? berikut ini
beberapa cara yang bisa dilakukan secara sinergis oleh para penduduk bumi:
1. Menciptakan dan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan
Tahukah Anda bahwa gas karbon dioksida cukup besar disumbangkan dari asap
kendaraan bermotor yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, Anda perlu memilih

bahan bakar alternatif seperti biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang dibuat
dari berbagai lemak tanaman atau pun hewan yang ramah lingkungan. Ada banyak
tanaman yang bisa dijadikan sebagai sumber lemak untuk pembuatan bahan bakar,
diantaranya adalah biji jarak, zaitun, bunga matahari dan sebagainya. Sementara dari
jenis lemak hewani, lemak ayam merupakan bahan murah yang mudah didapat dan bisa
dibuat sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Saat ini telah banyak ditemukan berbagai
penelitian tentang biodiesel. Penggunaan biodiesel secara jelas akan membantu
mengurangi efek rumah kaca.
2. Penghijauan di muka bumi
Tanaman hijau merupakan salah satu solusi utama untuk mengurangi timbunan gas
karbon dioksida di udara. Dimana pada proses fotosintesis tanaman, gas tersebut
dibutuhkan sebagai komponen utama. Oleh karena itu, dengan melakukan penghijauan
melalui penanaman pohon hijau, atau pemeliharaan hutan-hutan lindung di muka bumi,
secara langsung akan membantu menyerap timbunan gas rumah kaca di udara, sehingga
kondisi udara pun dapat disaring dan akhirnya akan bersih kembali. Gerakan menanam
pohon merupakan langkah mudah untuk mencegah efek rumah kaca.

1. 3. Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas
Tanaman.
Iklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada kebutuhan akan tanaman
setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa, buah-buahan, anggur, kacangkacangan, beberapa sayuran seperti asparagus, rhubarb, dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut
dikembangbiakan dalam kondisi pertanaman tertentu.
Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis cuaca,
lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata. Tanaman dan ternak sangat
peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun
lebih berpengaruh dibanding dengan perubahan iklim yang diproyeksikan. Dan tak terdapat bukti
bahwa perubahan iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca tahunan.
Petani selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran perbedaan antar tahun telah
melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi iklim tahunan, dalam beberapa urutan besaran
lebih tinggi dibanding dengan besar prediksi perubahan pelan-pelan iklim yang diajukan para
ahli ekologi. Hal ini digambarkan pada Musim panas daerah pertanian Jagung Amerika serikat,
antara tahun 1988 (kering dan panas) dan 1992 (basah dan dingin). Suhu selama Juli dan Agustus
berbeda 80F dalam dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal paling kritis yang belum diketahui
adalah pola frekuensi kemarau. Kemarau terjadi dibeberapa tempat didunia setiap tahun.
Kemarau tahunan juga lumrah terjadi di area pertanian India, China, Rusia dan beberapa negara
Afrika.

Makalah ini akan membahas implikasi dari effek rumah kaca, atau khusunya, perubahan iklim
yang diakibatkan meningkatnya kandungan CO2 atmosfir dan gas rumah kaca lainnya terhadap
produktifitas tanaman pangan. Juga mempertimbangkan efek langsung maupun biologis dari
peningkatan kadar CO2 tersebut. Dan interaksi Biologi dan Iklim terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pangan.
1. 4.

Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman

Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah bumi yang
memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan akan lebih rendah
dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan komputer. Berdasarkan
permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2
meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti,
dan pemanasaan terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah dikhatulistiwa.
Kedua, kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan. Untuk
kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan dalam ketersediaan
air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim secara regional
telah dimodelkan dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding model untuk iklim
global.
Perubahan yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang
tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi. Pertambahan areal pertanian
beririgasi di Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara. Hal serupa terjadi di India, China
dan Rusia bagian selatan. Di USA, area tanam jagung dan gandum musim dingin akan bergeser
ke utara dan akan digantikan sorgum dan padi-padian.
Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap produktifitas
pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu, baik bagi
pertambahan maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat pertumbuhan. Perhatian petani
akan tertuju pada perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan, salju, lama musim
tanam, dan beda suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan. Stabilitas dan
keandalan produksi adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah produksi itu sendiri.
Keprihatinan akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi akan
diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis dan
berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil. Selama 70 tahuan,
perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia, India, China, Argentina,
Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan cuaca baik dapat menjaga keamanan
pangan negara dari cuaca yang buruk. Kekeringan secara menyeluruh di dunia hampir tak pernah
terjadi saat ini.
Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi perubahan iklim, perubahan itu
akan menambah masalah yang harus ditangani dalam dasa warsa kedepan. Masalah lain adalah
Kelangkaan air dan kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan energi dari bahan bakar

fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa praktek yang
membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah bersamaan dengan
tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus terus ditingkatkan. Prakiraan
terjadinya perubahan iklim membuat penelitian pertanian yang komprehensif menjadi sangat
penting dalam menghadapi perubahan itu secara efektif.
Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan produktivitas
tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah dilakukan melalui
rekayasa genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan memberi dua manfaat
sekaligus, baik sebagai pelindung mengahadapi perubahan jangka pendek lingkungan, seperti
kemarau dan juga membantu menghadapi perubahan iklim dalam jangka panjang, dan untuk
mengkapitalisasi sumberdaya hayati bagi peningkatan produksi.
Pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik
muncul, mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah disimpulkan
oleh beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat merupakan penyederhanaan
yang sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan yang sangat kompleks. Dan tak dapat
dibuktikan bahwa pengeluaran gas rumah kaca akan berpengaruh signifikan terhadap iklim
dunia, sebab-sebab pemanasan global juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.
1. 5.

Pengaruh Biologis Langsung:

5.1 Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca
Penelitian mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai abad lalu. Awal 1888, manfaat pemupukan
dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca di Jerman, dan beberapa tahun
kemudian di Inggris, serta 80 tahun yang lalu di USA. Hasil yang menguntungkan pertama kali
dilaporkan terjadi pada tanaman pangan seperti letuce, tomat, mentimun, dan kemudian bunga
dan tanaman hias.
Banyak catatan dan pernyataan yang disusun mengenai pertumbuhan tanaman yang berada
dalam lingkungan yang dikontrol dan diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb membuat
catatan menyeluruh mengenai data-data sebelumnya dan ditambah hasil penelitiannya sendiri
bahwa tanaman tomat mencapai usia dewasa dan hasil produksi yang menguntungkan dalam
rumah kaca yang diperkaya CO2. Sementara Strain dan Cure menyusun Bibliographi literature
mengenai pengayaan CO2 dan efeknya terhadap lingkungan dan tanaman yang lengkap. Kimball
dkk. pada tahun 1983, 1985 dan 1996 mengumpulkan 770 penelitian mengenai hasil tanaman
dalam rumah kaca dengan pengayaan CO2, dan terbukti hasil tanaman tersebut meningkat 32%.
Pada tahun 1982 diselenggarakan Konferensi Internasional yang bertujuan mengidentifikasi
makalah yang terkait dengan pengaruh biologis langsung dari pengaruh peningkatan CO2 pada
produktifitas tanaman, sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dengan efisiensi photositensis,
efisiensi penggunaan air, Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan sumberdaya iklim seperti
cahaya, suhu dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat dengan mengacu kepada tindak

konferensi tersebut. Dokumentasi yang lebih lengkap mengenai efek langsung CO2 terhadap
produkstifitas tanaman diterbitkan Departemen Energi USA pada Tahun 1985-1987 secara
berseri, makalah Wittwer tahun 1985 dan 1992. Itu semua dilengkapi oleh materi yang diedit
oleh Enoch dan Kimball pada 1968 mengenai Pengayaan Karbondioksida Pada Tanaman Rumah
Kaca meliputi status dan sumber CO2, physiologi, hasil daan ekonomi. Juga telah dilakukan riset
selama 35 tahun oleh sebuah grup dalam Komisi Tanaman Terlindung pada International Society
for Holticultural Science, yang membuktikan bahwa pengayaan CO2 menambah hasil sebesar
12-13 %, dibanding pada kadar atmosfir biasa sebesar 335 ppm.
Pengaruh paling mencolok dari pengayaan tersebut dalah efisiensi fotosintesis dan Penggunaan
Air yang lebih efisien.
5.2 Efisiensi Fotosintesis
Hanya sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi
fototosintesis ketika faktor lain yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan unsur
hara) mencukupi. Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan
fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50% karbohidrat hasil fotosintesa kembali
menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi diperkirakan akan menurun. Peningkatan
Biomassa terbukti terjadi ketika dilakukan pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari fotosintesa
netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti
jagung. Peningkatan efisiensi air ini merangsang pertumbuhan tanaman.
Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat
fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2
mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada
perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding C4.
Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan
jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N
bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar,
Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil
pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini
sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat
pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah dikenal telah
dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan terkontrol secara penuh atau
sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial (padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang,
tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan), yang membuktikannya.
5.3 Efisiensi Penggunaan Air
Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas. Air
kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di
dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur tengah, afrika
utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap produksi tanaman namun
masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi. Kekeringan adalah hal yang
paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi

semakin penting dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk pertanian.
Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk
menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini penguapan air
akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan
air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan
menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini
adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal
itu bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan
berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi
membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman
dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran
daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan
air.
1. 6.

Produksi Tanaman Pangan Beririgasi

Perubahan yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca dan
pemanasan global sepertinya akan menguntungkan lahan pertanian beririgasi. Di USA, luas areal
pertanian beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta Missisipi, hal ini juga berlaku
untuk Cina, India dan negara lain. Dimana lingkungan lebih lembab dan diperuntukkan untuk
tanaman biji-bijian dan kacang-kacangan. Kecenderungan ini telah terjadi di USA, China, dan
India. Jagung dan Gandum kini bergeser mendekati daerah yang dingin dan lebih lembab.
Produksi Sorgum dan padi-padian akan menggeser posisi areal gandum dan jagung tersebut.
Diharapkan juga, dimasa mendatang model dari atmosfir dan iklim akan lebih berkembang dan
melengakapi dari apa yang sekarang telah dikembangkan, sehingga sensitivitas tanaman terhadap
perubahan iklim lebih dapat diketahui.
1. 7.

Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman:

7.1 Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi
Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi, ubikayu,
ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung mampu
tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini. Areal
produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun ini. Kedelai
dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS. Gandum
musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah meluas
keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki
perluasan areal tanam akan semakin mungkin dan cepat terealisasi.

Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika
Utara, hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China. Tanaman
hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA. Tanaman seperti
Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya mulsa dan pelindung
plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan kembalinya era es
sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana produksi tanaman pangan
terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.
Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan adalah
hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin menguntungkan, karena
memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan pisang , dinegara
bagian selatan USA.
1. 8.

Prakiraan Regional:

8.1 Pola Iklim dan Respons Tanaman
Sejak 1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat pembakaran bahan
bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar gas rumah kaca selain
CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan efek pemanas yang setara CO2.
Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan global pertama kali muncul, juga
terdapat kontroversi mengenai besaran perubahan suhu yang terjadi, jika terjadi pada masa yang
akan datang. Perkiraan yang ada berkisar antara minus 1,50C sampai 60C. Prakiraan iklim dan
cuaca regional dengan sebaran variabel seperti awan, kelembaban, dan angin lebih tidak pasti
lagi.
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan, sebagaimana
dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan hasil permodelan iklim yang
sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan. Namun secara garis besar dampak yang terjadi
masih dapat kita kendalikan. Tindakan dari petani, ilmuwan dan kebijkan pemerintah lebih
diperlukan dibandingkan dengan perubahan pola hidup kita.
Prakiraan pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan beberapa riset telah
dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan tanaman dan strategi
perlindungan tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah berdampak sangat merugikan
bagi pertanian. Perubahan Iklim yang mungkin akan berdampak pada hubungan tumbuhan –
hasil panen – hama, dan ekosistem lain. Peningkatan kandungan karbohidrat dan akumulasi
nitrogen akan berpengaruh terhadap pola makan serangga, ini telah ditunjukan dalam beberapa
eksperimen. Pengendalian hama memasuki era baru, dengan pengintegrasian penanganan hama.
1. 9.
9.1

Pemanasan Globa:

Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan
jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan
Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan
banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang
berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
9.2

Penyebab Pemanasan Global

Pemansan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah
kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan
industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang
umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta
pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan
oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti
juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol
Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang
terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi
menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat
emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di
udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70%
energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar
fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras
habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan
energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang
dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah
rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk
bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi
karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga
mempengaruhi kesuburan tanah.
9.3

Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi yang
disebabkan oleh aktifitas manusia terutama aktifitas pembakaran
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_fosil”>bahan bakar fosil (batu bara, minyak
bumi, dan gas alam), yang melepas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca”>gas rumah kaca ke atmosfer.
Atmosfer semakin penuh dengan gas-gas rumah kaca ini dan ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak pantulan panas Matahari dari Bumi. Dampak pemanasan gelobal akan
mempengaruhi :

9.3.1

Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil.
Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang
sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada
pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta
akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur
pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
9.3.2 Tinggi muka laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 –
88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda , 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir
akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang
akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat
besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

9.3.3 Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Bagian Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir
alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan
hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
9.3.4 Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan

global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang
tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

9.3.5

Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena
penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di
daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit
lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang
sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di
daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase
itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit
tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, demam dengue (demam berdarah),
demam kuning, dan encephalitis . Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden
alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak
polutan, spora mold dan serbuk sari.

1. 10.
Kaca

Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah

Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari yang masuk ke
atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu dipantulkan kembali ke angkasa.
Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4),
nitro oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada
suhu yang tepat (60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan hidup.
Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah kaca, suhu rata-rata
di dunia bisa menjadi -18ºC. Sayangnya, karena sekarang ini terlalu banyak gas rumah kaca di
atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya. Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.
Pemanasan global akibat adanya meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menyebabkan
efek rumah kaca yang berlebihan pada atmosfer bumi diyakini merupakan salah satu penyebab
terjadinya perubahan iklim global secara ekstrem ini.
Istilah Efek rumah kaca itu sendiri diusulkan pengunaan namanya pertama kali oleh Joseph
Fourier pada 1824, yang memiliki arti proses pemanasan permukaan suatu benda langit terutama
planet atau satelit yang memiliki atmosfer yang disebabkan oleh tergangunya komposisi gas-gas
rumah kaca pada atmosfernya. Komposisi gas-gas rumah kaca pada atmosfer Bumi terdiri atas
CO2 (Karbon dioksida), N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbos), SF6 (Sulphur

hexafluoride), PFCs (Perfluorocarbons), SO2 (sulfur dioksida), NO (nitrogen monoksida),
(NO2) nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas CH4 (Metan) dan
(CFC) khloro fluoro karbon.
Gas-gas tersebut dihasilkan lewat proses alami di Bumi ataupun merupakan hasil sampingan dari
aktivitas manusia saat memenuhi kebutuhan hidup. Gas yang dihasilkan oleh letusan gunung
berapi, kebakaran hutan, rawa-rawa, proses photosintesa, proses pembusukan hingga proses
bernafaspun merupakan sumber Gas Rumah Kaca alami. Sedangkan sisa pembakaran hasil
industri, pembakaran bahan bakar fosil, emisi gas buang kendaraan bermotor adalah sumber Gas
Rumah Kaca akibat dari aktivitas manusia. Meningkatnya Gas Rumah Kaca dimulai sejak abad
18 saat manusia menemukan teknologi industri yang banyak menggunakan bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, gas maupun batubara untuk menghasilkan energi dan menyisakan gas-gas
rumah kaca yang kemudian kian banyak terkumpul pada lapisan atmosfer melampaui batas
kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya. Lantas apa hubungan meningkatnya efek
rumah kaca dengan perubahan iklim ?
Meningkatnya kadar gas rumah kaca pada atmosfer yang merupakan mesin pengendali alami
iklim di Bumi dapat mengganggu mekanismenya. Karena sifat dasar dari gas-gas rumah kaca
yang melewatkan cahaya sinar tampak (gelombang pendek) Matahari namun menyerap
gelombang panjang (sinar infra merah). Saat pancaran / radiasi dari Matahari masuk ke Bumi,
25% dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan atau partikel-partikel gas di
atmosfer, 25% diserap oleh atmosfer, 45% diteruskan ke permukaan bumi dan oleh permukaan
bumi seperti permukaan air, es dan permukaan refletif lainnya 5% dipantulkan kembali dalam
bentuk gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah). Proses inilah yang
disebut sebagai efek rumah kaca. Sesungguhnya, tanpa adanya efek rumah kaca pada sistem
perikliman di bumi, maka suhu menjadi sangat rendah dan Bumi menjadi tidak layak huni.
Dalam keadaan normal, Energi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi dalam bentuk
radiasi infra merah diteruskan ke angkasa oleh atmosfer, namun saat kadar gas rumah kaca di
atmosfer meningkat, Sinar infra merah tersebut terhambat dan memantul kembali ke permukaan
bumi, yang jika hal ini berlangsung terus-menerus dalam kurun waktu yang lama akan
menyebabkan pemanasan global di permukaan Bumi.
Meningkatnya suhu pada pemukaan bumi dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem dan
mekasnisme biota di bumi, terutama hutan sebagai sarana pendaur ulang karbon dioksida di
udara. Selain itu mengakibatkan mencairnya es di wilayah kutub hingga meningkatkan volume
air laut dan mengancam kebedaraan daratan. Karena suhu merupakan salah satu parameter dari
iklim maka saat terjadi perubahan suhu secara global akan mengakibatkan terjadinya perubahan
iklim global yang ekstrim pula.
Kini tidak ada salahnya jika kita yang di Bumi hidup lebih “santun” terhadap alam dan mulai
merawat kelestarian lingkungan. Slogan-slogan seperti “back to nature” atau pun “Go Green”
jangan hanya diucapakan semata, tapi harus direalisasikan dalam bentuk nyata demi
kelangsungan hidup seluruh mahluk di Bumi ini.
11.

Cara-cara Menanggulangi Pemanasan Global

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan reboisasi
yang dapat mengantisipasi global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepa

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24