Keterampilan Berbicara Mahasiswa Jurusan Jurusan

TUGAS AKHIR

UMPK 608 BAHASA INDONESIA KEILMUAN
Dosen Pembina : Peni Dyah Anggari, M.Pd.

KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG DI DEPAN FORUM BERDASARKAN
PENGUASAAN KOSAKATA

Oleh :
Nama : Lutfi Hamdani Sutikno
NIM

: 160523610828

Off

: C

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2016

Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga karya tulis ini dapat di selesaikan tepat pada waktu nya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dosen Bahasa
Indonesia Keilmuan, Peni Dyah Anggari, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penulisan
karya tulis ini. Juga kepada teman-teman Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Malang semua tanpa terkecuali.
Karya tulis ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh Ibu Dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan. Karya tulis ini dibuat sebagai tugas akhir mata kuliah Bahasa
Indonesia Keilmuan.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mohon maaf jika ada kelemahan dan kekurangan dalam karya
tulis ini. Sekian dan terima kasih.


Malang, Desember 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ...............................................………………………………..............

i

2. Daftar Isi ..........................................................………………………………….........

ii

Pendahuluan ............................................………………………………...

1


1.1

Latar Belakang …………………………………………………………....

1

1.2

Identifikasi Masalah …………………………………………...................

3

1.3

Pembatasan Masalah …………………………………………...................

3

1.4


Rumusan Masalah ………………………………………….......................

3

1.5

Tujuan Penelitian …………………………………………........................

3

1.6

Manfaat Penelitian …………………………………………......................

4

Landasan Teori …………………………………………………................

5


2.1

Kajian Teori .................................................................................................

5

2.2

Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 10

6. Bab III.

Metodologi Penelitian ………………………………………………......... 12

3. Bab I

5. Bab II

3.1. Metode dan Jenis Penelitian ....................................................................... 12

3.2. Waktu, Tempat, dan Objek Penelitian ......................................................... 12
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................... 13
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 13
3.5. Teknik Pengolahan Data ............................................................................. 15

7. Bab IV.

Pembahasan ………………………………………………........................ 21

4.1. Tujuan Berbicara ........................................................................................ 21
4.2. Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara ............................................ 22
4.3. Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Berbicara .......................................... 23
4.4. Kiat Meningkatkan Kosakata ..................................................................... 23
4.4. Kiat Meningkatkan Rasa Percaya Diri ....................................................... 25

ii

8. Bab V.

Penutup ………………………………………………............................... 27


5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 27
5.2. Saran-saran ................................................................................................. 27

7. Daftar Pustaka ............................................................................................................... 29

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan
sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa menjadi alat komunikasi dalam
rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Menurut Effendi (1985: 5) bahasa dianggap sebagai alat yang paling
sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang
bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Seseorang yang mempunyai kemampuan

berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi
baik secara lisan maupun tulisan.
Mengingat pentingnya fungsi dan peranan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak
hanya orang yang berkecimpung di bidang linguistik saja yang berusaha memperdalam
pengetahuannya tentang bahasa, begitu juga orang yang bergelut dalam bidang lain.
Akhir-akhir ini semakin disadari betapa pentingnya fungsi bahasa bagi kehidupan
manusia. Semua orang menyadari bahwa penguasaan bahasa memegang peranan sangat
penting dalam kegiatan berkomunikasi, baik penguasaan secara lisan maupun
penguasaan secara tertulis. Mereka semua menyadari bahwa interaksi dan segala
macam kegiatan masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan bahasa
tersebut menggambarkan esensi dari bahasa, yaitu sarana dalam berkomunikasi. Karena
itu, keterampilan dalam segala aspek berbahasa wajib dimiliki oleh setiap orang,
termasuk mahasiswa.
Mahasiswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa.
Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di perguruan tinggi tidak
hanya menekankan pada teori saja, tetapi mahasiswa dituntut untuk mampu
menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya.
Sejak kecil manusia sudah dilatih untuk berkomunikasi. Bayi mendengarkan

bunyi dari lingkungannya dan belajar untuk memahami arti dari berbagai bunyi
tersebut. Perlahan ia belajar berbicara untuk menyampaikan keinginannya atau
menyapa orang tuanya. Beranjak besar, ia pun mulai belajar membaca dan menulis
1

sebagai bentuk komunikasi dalam bahasa tulis. Dari rangkaian proses ini, tampak
bahwa bahasa lisan lebih dulu dikuasai manusia dibandingkan dengan bahasa tulis.
Berbicara adalah satu sarana komunikasi yang paling efektif dengan orang lain.
Istilah ini sering kita kenal dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah
komukasi dua arah atau lebih yang menggunakan bahasa verbal (percakapan).
Selain berbicara, keterampilan lain yang perlu dikembangkan oleh mahasiswa
adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis kini tampaknya dianggap sebagai
keterampilan berbahasa yang paling perlu dikuasai. Hal ini pun tecermin dalam ujian
bahasa Indonesia yang lebih banyak mengujikan teori-teori bahasa yang terkait dengan
keterampilan menulis.
Keterampilan menulis tidak mungkin tumbuh sendiri tanpa diiringi dengan
penguasaan keterampilan berbahasa yang lain. Oleh karena itu, membaca merupakan
keterampilan yang perlu dikuasai oleh mahasiswa selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh
manfaat


membaca

yang

begitu

besar.

Salah

satunya

adalah

memperkaya

perbendaharaan kata dan memperluas wawasan. Membaca telah memberi pengaruh
terhadap kemampuan mahasiswa dalam berbahasa utamanya berbicara dan menulis.
Menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang disampaikan secara lisan.
Dalam kegiatan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri

dengan memahami atau menanggapi. Dengan demikian, di sini berarti bukan sekedar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa
pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses
yang tidak kita sadari sehingga kita pun tidak menyadari begitu kompleksnya proses
pemerolehan keterampilan mendengar tersebut.
Pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa di jenjang perguruan tinggi
menguasai empat aspek dalam keterampilan berbahasa. Hal tersebut patut disayangkan
mengingat perguruan tinggi merupakan jenjang tertinggi dalam pendidikan formal.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu motode untuk meningkatkan keterampilan berbahasa
masing-masing mahasiswa.
Menurut Jeff Cob (2011: 4) peningkatan kualitas belajar mahasiswa merupakan
bagian yang fundamental dalam setiap pembelajaran karena pembelajaran merupakan
proses transfer informasi dan pengalaman melalui pengetahuan, keahlian, perilaku dan
sikap yang melibatkan faktor internal, yaitu akal, indera dan emosi. Selain itu juga
faktor eksternal, yaitu lingkungan, suasana dan sarana-prasarana belajar.

2

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
1. Tidak semua mahasiswa di perguruan tinggi memiliki keterampilan berbahasa yang
memadai.
2. Dibutuhkan suatu metode untuk meningkatkan keterampilan berbahasa masingmasing mahasiswa.

1.3

Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan kemampuan, tenaga, waktu, dan dana, maka
penelitian ini perlu dibatasi. Adapun penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh
antara penguasan kosakata dengan keterampilan berbicara mahasiswa Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

1.4

Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka kajian yang akan dibahas pada karya
tulis ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana penguasaan kosakata dari mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Malang dapat berpengaruh pada keterampilan berbicara?
2. Apa pengaruh dari perbendaharaan kata dengan keterampilan berbicara?
3. Bagaimana upaya meningkatkan keterampilan berbicara bagi mahasiswa?

1.5

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi ada tidaknya
hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. hubungan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang;

3

b. upaya meningkatkan perbendaharaan kata bagi mahasiswa;
c. dan strategi untuk mengasah keterampilan berbicara.

1.6

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis kepada dosen, khususnya dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
Keilmuan dan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang serta para pembaca pada umumnya.

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Memberikan informasi tentang ada tidaknya hubungan signifikan penguasaan
kosakata dengan keterampilan berbicara;
b. memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran tentang berbicara serta
variabel-variabel yang mendukung keterampilan berbicara;
c. menambah wawasan ilmu khususnya bidang pembelajaran bahasa Indonesia
keilmuan sehingga mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian
sejenis yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
a. Mahasiswa
Manfaat

penelitian

ini

bagi

mahasiswa

adalah

untuk

mengetahui

kemampuannya dalam hal keterampilan berbicara dan meningkatkannya dengan
penguasaan kosakata, sehingga mahasiswa dapat mengukur kemampuannya.
b. Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan


Sebagai bahan pertimbangan tentang arti penting penguasaan kosakata
mahasiswa

bagi

pengembangan

keterampilan

berbicara,

sehingga

mendorong para dosen mata kuliah terkait untuk mengajarkan empat
keterampilan berbahasa secara merata.

4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah
aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian
manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.
Henry

Guntur

Tarigan

mengatakan

berbicara

diartikan

sebagai

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan danmenyampaikan pikiran, gagasan, serta
perasaan (1983a: 14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu
system tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)
yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,
semantik, dan linguistik.
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan
secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia
dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan
latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (1997: 56)
memandang penguasaan kosakata yang baik akan menciptakan komunikasi
yang efektif yang merupakan sesuatu yang esensial untuk mencapai
keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Mahasiswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami
oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis.
Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi
bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan mahasiswa dalam
berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami
bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua

5

mahasiswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu,
pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara
diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar

atau

penyimak.

Berbicara

merupakan

instrumen

yang

mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraan maupun para
penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau
tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya, apakah dia
waspada serta antusias ataukah tidak.
Menurut pandangan whole language, berbicara tidak diajarkan sebagai
suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain.
Kenyataan teresebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa,
keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa
yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu
melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan dapat hanya
menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja sepanjang aktivitas berbahasa
yang dilakukan bermakna.
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga
diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan social
maupun profesional. Keuntungan social berkaitan dengan kegiatan interaksi
social antar individu. Sedangkan keuntungan professional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan
berbahasa

lisan

tersebut

memudahkan

mahasiswa

mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.

6

berkomunikasi

dan

2.1.2 Pengertian Kosakata
Harimurti Kridalaksana (1984:114) mengatakan bahwa kosakata
adalah kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu
bahasa; perbendaharaan kata.
Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa
Indonesia,
kosakata

istilah
diartikan

sebagai perbendaharaan
kata,

vokobuler

(Depdikbud,

1990

:

462)
Sri Soekesi (1987

: 7)

berpendapat bahwa kosakata dapat diartikan menjadi lima macam arti, yaitu :
(1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,
(2) kata-kata yang dikuasai seseorang atau kata-kata yang dipakai oleh
segolongan orang dari lingkungan yang sama,
(3) kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,
(4) seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa (dalam linguistik), dan
(5) daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara
alpabetis disertai batasan dan keterangannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kosakata adalah perbendaharaan kata, yaitu kata-kata yang ada dalam suatu
bahasa; dalam hal ini bahasa Indonesia.

2.1.3 Penggunaan Kosakata
Ditinjau dari segi pemakaiannya, penggunaan kata dalam berbahasa tidak
sama. Ada kata yang hanya dipergunakan oleh sekelompok orang, ada pula
kata yang hanya dipergunakan sebagian besar masyarakat; ada kata yang
jarang dipergunakan, ada pula kata yang sering dipergunakan.
Soedjito (1986 : 1) membagi kosakata menjadi dua macam, yaitu kosakata
aktif dan kosakata pasif. Kosakata aktif ialah kosakata yang sering digunakan
dalam pembicaraan dan menulis, sedangkan kosakata pasif adalah kosakata
yang jarang bahkan tidak pernah dipakai.
7

Gorys Keraf (1984 : 81) juga sependapat dengan pendapat di atas. Ia
berpendapat bahwa ada dua macam pembagian kata, yaitu kata-kata aktif dan
kata-kata pasif. Kata-kata aktif ialah kata-kata yang sering dipergunakan
seseorang dalam berbicara atau menulis. Kata-kata itu seolah terlontar keluar
tanpa dipikir panjang oleh pembicara atau penulis dalam menyatakan
gagasannya. Sebaliknya, kata-kata pasif ialah kata-kata yang dapat dikatakan
hampir atau tidak pernah digunakan oleh orang, namun akan menimbulkan
reaksi bahasa jika didengar atau dibaca. Antara kata-kata aktif dan pasif ini
terdapat kata-kata yang setengah aktif dan setengah pasif, artinya orang dapat
menggunakan kata-kata tersebut tetapi sulit. Peristiwa ini kita alami jika kita
harus mempergunakan bahasa asing yang betul-betul belum kita kuasai.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kosakata dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu kosakata yang berfrekuensi tinggi dan kosakata yang
berfrekuensi rendah. Kosakata yang berfrekuensi tinggi ialah kosakata yang
sering digunakan dalam kegiatan berbahasa, sedangkan kosakata yang
berfrekuensi rendah ialah kosakata yang jarang atau bahkan tidak pernah
dipergunakan dalam berkomunikasi.

2.1.4

Pentingnya Penguasaan Kosakata
Dalam kegiatan berbahasa sebagai sarana komunikasi, penguasaan
kosakata mempunyai peranan penting, sebab penggunaan kosakata yang baik
menjadikan kegiatan komunikasi berjalan dengan baik pula. Hal ini
disebabkan oleh sangat pentingnya peranan penggunaan kosakata dalam
proses penguasaan bahasa. Bahkan dapat dikatakan bahwa penguasaan
kosakata merupakan syarat mutlak untuk menguasai bahasa.
Selanjutnya ditegaskan oleh Henry Guntur Tarigan (1986: 1) bahwa
keterampilan berbahasa seseorang sangat tergantung kualitas dan kuantitas
kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimilikinya, maka
semakin besar pula kemungkinannya terampil berbahasa.
Komunikasi merupakan salah satu proses pertukaran informasi melalui
sistem simbol, tanda atau tingkah laku yang umum antara individu. Dalam
komunikasi tersebut baik komunikator maupun komunikan menyampaikan
pikiran, ide, atau gagasannya dalam bentuk kata-kata yang dirangkai menjadi
8

kalimat-kalimat. Komunikasi ini akan terganggu jika salah satu pihak kurang
menguasai kosakata bahasa yang digunakan. Keadaan seperti ini akan nampak
jika terjadi komunikasi antara orang yang telah pandai berbahasa dengan orang
asing yang masih baru belajar bahasa Indonesia. Bagi orang yang telah
menguasai bahasa Indonesia tidak ada masalah, namun bagi orang asing
tersebut tentunya mengalami kesulitan karena kurangnya penguasaan
kosakata.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapt disimpulkan bahwa penguasaan
kosakata merupakan syarat mutlak dalam kegiatan berbahasa. Baik dan
tidaknya keterampilan berbahasa seseorang sangat ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas kosakata yang dimilikinya.

2.1.5

Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara pada saat ini juga dirasa
telah memposisikan diri dalam peran yang nyata dan positif. Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia yang bermula dari bahasa Melayu, telah
menjadi bahasa pengantar bagi seluruh bangsa Indonesia dan berbagai bidang
kehidupan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36. Dan
karenanya pula, kita sebagai pemakai bahasa Indonesia patut member
perhatian yang besar terhadap kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi Negara dan bahasa pergaulan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam konteks inilah, kemampuan berbagai disiplin ilmu yang terkandung
dalam ilmu bahasa Indonesia, seperti linguistik, membaca, menulis, berbicara,
dan menyimak perlu mendapat perhatian yang serius. Bahasa tulisan sebagai
salah satu bentuk wacana yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya
mensyaratkan seorang penulis untuk menguasai kaidah-kaidah bahasa,
khususnya penggunaan EYD. Karena dengan pengusaaan terhadap kaidah
EYD, dapat dipastikan pesan informasi yang disampaikan dalam tulisannya
dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya. Hal ini berkaitan dengan
pernyataan Henri Guntur Tarigan (1984:21) yang menyatakan bahwa menulis
adalah

menurunkan

atau melukiskan

lambang-lambang

grafik,

yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, hingga orang lain
memahami lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik itu.
9

Surat resmi sebagai salah satu bentuk karya berbentuk tulisan tampaknya
patut dicermati lebih jauh khususnya dalam kaitan penggunaan EYD yang
terdapat didalamnya. Berbagai macam bentuk surat resmi diantaranya seperti
surat lamaran, surat permohonan, surat perjanjian dan sebagainya. Untuk
memenuhi fungsi dan tujuannya sebagai alat komunikasi juga tidak terlepas
dari unsure penggunaan EYD. Bahkan dalam suratresmi, format penulisan
surat pun juga menjadi salah satu tolok ukur yang penting.
Dalam prakteknya, sebagai padanan berbahasa yang baku, EYD kurang
dikuasai oleh remaja pada umumnya. Hal ini disebabkan pengaruh
penggunaan bahasa local atau bahasa ibu dalam pergaulan keseharian.
Yang memprihatinkan, saat ini bermunculan beberapa aliran atau paham
yang meluas di masyarakat tentang gaya hidup yang berpengaruh pada kaidah
berbahasa, misalnya bahasa alay.
Inilah yang juga mampu merusak bentuk penulisan bahasa Indonesia
yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Khususnya para
remaja saat mereka menulis, mencatat, bahkan penulisan jawaban pada lembar
jawaban

ketika

mengerjakan

ujian.

Oleh karena itu perlu adanya kesadaran pada diri kita sendiri agar tidak
menggunakan bahasa yang tidak sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
dalam proses pembelajaran di sekolah. Perlunya juga bantuan dari para guru
bahasa Indonesia untuk memberi bimbingan, ajaran, serta aturan untuk bentuk
penulisannya tidak menggunakan bentuk penulisan pada SMS dan sesuai
dengan bentuk penulisan bahasa Indonesia yang sesuai Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Kosakata yang dikuasai mahasiswa juga dipengaruhi oleh penguasaan
mereka terhadap Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal ini tentunya
memiliki hubungan dengan kecerdasan mereka dalam berbicara khususnya
secara formal.

2.2

Hipotesis Penelitian
Penelitian ini berlandaskan teori yang dikemukakan oleh Stewart dan Kennert
Zimmer (1997: 56) yang memandang penguasaan kosakata yang baik akan
menciptakan komunikasi yang efektif yang merupakan sesuatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Sehingga, berdasarkan
10

rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan, dapat diperoleh hipotesis
“Adanya pengaruh penguasaan kosakata terhadap keterampilan berbicara mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.”

11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca berpengaruh
terhadap keterampilan berbicara. Keduanya diduga mempunyai hubungan yang sangat
erat.Selain itu, penguasaan kosakata seseorang juga dianggap berpengaruh terhadap
keterampilan berbicara sehingga antara minat membaca, penguasaan kosakata, dan
keterampilan berbicara saling berhubungan dan mempengaruhi.
Dalam penelitian ilmiah, faktor metodologi memegang peranan penting guna
mandapatkan data yang obyektif, valid, dan selanjutnya digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang telah dirumuskan. Menurut W.J.S Poerwodarmingto (1987:649)
pengertian metode adalah cara yang

teratur dan telah terfikir secara baik yang

digunakan untuk mencapai tujuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena
metode ini bersifat menerangkan dan bertujuan menentukan sifat hubungan antara satu
atau lebih variabel bebas. Dengan demikian, melalui metode deskriptif ini diharapkan
dapat diperoleh gambaran objektif tentang hubungan penguasaan kosakata dengan
keterampilan berbicara mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang.
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif. Artinya data-data yang dihimpun dari
responden diolah menjadi bentuk angka-angka yang merupakan presentase jawaban
responden atas rumusan masalah yang ada terkait pembatasan dan tujuan penelitian
yang telah ditentukan.
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu dirumuskan
scenario penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada evaluasinya.

3.2

Waktu, Tempat, dan Objek Penelitian
1.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 hingga 29 November 2016

12

2.

Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang.

3.

Objek Penelitian

Peserta yang diteliti, yang selanjutnya kami sebut responden terdiri dari mahasiswa
angkatan 2016 sebanyak 19 orang, angkatan 2015 sebanyak 16 orang, dan angkatan
2014 sebanyak 15 orang.

3.3

Populasi dan Sampel
➢ Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Malang.
➢ Sampel dari penelitian ini yang selanjutnya disebut sebagai responden terdiri
dari mahasiswa angkatan 2016 sebanyak 19 orang, angkatan 2015 sebanyak 16
orang, dan angkatan 2014 sebanyak 15 orang.

3.4

Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini dimulai dengan persiapan peneliti menyiapkan angket atau lembar

kuesioner yang sifatnya open minded (terbuka) dan lentur, sehingga dapat menggali data
sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Sebanyak 50 lembar sebagai sampel dari seluruh
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Pencarian data
dari angket dilaksanakan selama 2 hari berturut-turut. Masing-masing responden mengisi
angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan.

ANGKET KETERAMPILAN BERBAHASA

1. Dapatkah Anda menggunakan bahasa Indonesia sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD)?
a.

Ya

b.

Tidak

Mengapa ?
……………………………………………………………………
13

2. Dapatkah Anda secara lisan menyampaikan pendapat / isi pikiran dengan baik dan runtut?
a. Ya
b. Tidak
Mengapa ?
……………………………………………………………………
Bagaimana caranya ?
………………………………………………………………..
3. Apakah Anda memiliki keberanian untuk berbicara di forum kecil seperti kelas ?
a.

Ya

b.

Tidak

Mengapa ?
……………………………………………………………………
4. Kesulitan apa saja yang Anda alami ketika menyampaikan gagasan?
a. Kesulitan menyampaikan gagasan denganbahasa yang tepat
b. Pemilihan kosakata
c. Kesulitan menyampaikan alur gagasan secara teratur

5. Apakah Anda mengalami kesulitan saat menyimak materi pelajaran yang diterangkan oleh
guru ?
a. Ya
b. Tidak
Mengapa ?
……………………………………………………………………
6. Dapatkah Anda menangkap dengan mudah materi pelajaran tersebut ?
a. Ya
b. Tidak
Mengapa ?
……………………………………………………………………
7.

Jenis bacaan apa yang sering Anda baca ?(pilihan dapat lebih dari 1)
14

a. Novel
b. Komik
c. Artikel
d. Koran
e. Fakta-fakta
f. Religi
g. Motivasi
Lainnya
……………………………………………………………

3.5

Teknik Pengolahan Data
Setelah terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut.
1)

Penyeleksian data, yakni dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil
pekerjaan responden itu memenuhi syarat atau tidak dan juga untuk
menghindari pertukaran antar sampel.

2)

Penghitungan presentasi hasil jawaban, yakni untuk mengetahui mayoritas dan
minoritas jawaban yang telah diberikan oleh responden, baik untuk jawaban Ya
dan Tidak, serta alasan yang mendasarinya.

3)

Membuat grafik presentasi, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas presentasi
jawaban dari responden.

Persentase Hasil Penelitian
Setelah responden mengumpulkan lembar kuisioner yang peneliti bagikan, kami
melakukan rekapitulasi pengolahan data dalam bentuk persentase dari jawaban masingmasing pertanyaan yang ada di lembar kuisioner.

1. Dapatkah Anda menggunakan bahasa Indonesia sesuai Ejaan Yang disempurnakan
(EYD) ?

15

Dapatkah Anda menggunakan bahasa
Indonesia sesuai EYD ?
0
37.50%
62.50%

Ya
Tidak



Sebanyak 62,5% dari responden menjawab Ya. Alasannya dapat kami rinci
sebagai berikut.
a.

28,57% responden menjawab Ya mengaku karena mereka sudah
mempelajarinya di sekolah melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b.

28,57% responden mengaku sudah terbiasa menggunakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).

c.

19,05% responden menyadari keharusan menggunakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) karena mereka adalah generasi penerus bangsa.

d.

19,05%

responden

mengaku

dapat

menggunakan

Ejaan

Yang

Disempurnakan (EYD) karena mudah.
e.

4,76% responden mengaku terbiasa menggunakannya sebagai bahasa
keseharian di rumah.



Responden yang menjawab Tidak persentasenya sebanyak 37,5% dengan
alasan sebagai berikut.
a. 58,82% beralasan bahwa mereka terpengaruh dengan bahasa pergaulan
sehari- hari.
b. 41,18% responden mengaku bahwa Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
cukup sulit dan mereka tidak memahaminya.

2. Dapatkah Anda secara lisan menyampaikan pendapat atau isi pikiran dengan baik
dan runtut ?

16



Sebanyak 57,5% menjawab Ya. Ada beberapa alasan yang mendasarinya
sebagai berikut.

Dapatkah Anda secara lisan menyampaikan pendapat
atau isi pikiran dengan baik dan runtut ?

42,50%
Ya
57,50%

Tidak

a. 68,42% dari responden yang menjawab Ya mengaku sudah terbiasa
mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
b. 31,58% mengaku hal itu adalah keharusan untuk memudahkan orang lain
memahami maksud ucapannya.


Dari pengakuan responden dalam lembar kuisioner sebanyak 42,5% mengaku
kesulitan mengungkapkan isi pikirannya dengan baik dan runtut. Beberapa
alasan mereka dapat kami jabarkan sebagai berikut.
a. 64,3% mengaku kesulitan memilih kata-kata yang tepat.
b. 14,3% mengaku malu dan tidak biasa melakukannya.
c. 14,3% responden mengaku kesulitan karena mengalami hambatan
mengungkapkan maksudnya secara runtut.

3. Apakah Anda memiliki keberanian untuk berbicara di forum kecil seperti kelas ?

17

Apakah Anda memiliki keberanian untuk
berbicara di forum kecil seperti kelas ?
82,5%

100.00%

17,5%

50.00%
0.00%
Ya

Tidak



Responden yang menjawab Ya persentasenya 82,5% . Alasan yang mereka
ajukan adalah:
a. 69,23% mengaku berani melakukannya untuk melatih mental dan rasa
percaya diri agar dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya ketika
berbicara di forum yang lebih besar lagi.
b. 30,77% responden mengaku karena sudah terbiasa berbicara di depan
teman-temannya.



Sebanyak 17,5% responden menjawab Tidak.
a. 50% responden takut melakukan kesalahan dalam berbicara.
b. 50% responden mengaku malu.

4. Kesulitan apa yang Anda alami ketika menyatakan gagasan ?

Kesulitan apa yang Anda alami ketika
menyatakan gagasan ?

28.57%

Bahasa
37.14%
Kosakata
Alur

34.28%

18

a. 37,14% menjawab bahwa mereka kesulitan menyampaikan gagasan dengan
bahasa yang tepat.
b.

34,28% mengalami kesulitan dalam pemilihan kosakata.

c.

28,57% responden mengalami kesulitan menyampaikan alur gagasan secara
teratur.

5. Apakah Anda mengalami kesulitan saat menyimak materi pelajaran yang
diterangkan oleh guru ?


37,5% dari responden yang mengisi angket di lembar kuisioner kami
menjawab Ya. Alasannya :
a. 71,43% mengaku metode mengajar yang digunakan oleh guru tidak
menyenangkan.
b. 14,3% dari responden mengaku materi pelajarannya sulit.
c. 14,3% dari responden menjawab situasi kelas yang rebut telah
mengganggu konsentrasi mereka.



Sebanyak 62,5% responden menjawab Tidak dengan alasan:
a. 56,25% memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat guru menerangkan
materi pelajaran.
b. 31,25% responden mengaku guru mereka memiliki metode mengajar yang
cukup menyenangkan.
c. 6,25% beralasan bahwa faktor tempat duduk turut berperan memberi
kesulitan kepada mereka saat menyimak materi pelajaran.

6. Dapatkah Anda menangkap dengan mudah materi pelajaran tersebut ?


Responden yang menjawab Ya sebanyak 75%.
a. Metode mengajar guru yang asyik dipilih sebagai alasan 47,37%
responden.
b. 15,79% responden mengaku materi yang mereka pelajari mudah.
c. Motivasi belajar yang tinggi dipilih sebagai alasan mereka dapat
menangkap dengan mudah materi pelajaran sebanyak 36,84% responden.



Responden yang menjawab Tidak sebanyak 71,43% alasan mereka antara lain
:
a. 71,43% responden menjawab bahwa penjelasan guru sulit dimengerti.

19

b. 14,3% dari mereka mengaku materi pelajarannya sulit.
c. 14,3% mengaku kurangnya konsentrasi menghambat mereka dalam
menangkap materi pelajaran.

7. Jenis bacaan apa yang sering Anda baca ?(pilihan dapat lebih dari 1)
Karena jawaban yang diberikan boleh lebih dari satu, maka perinciannya peneliti
jabarkan sebagai berikut.
a. 45% mengaku bacaan yang sering mereka baca adalah komik, novel dan faktafakta.
b. Sebanyak 35% lainnya menjawab artikel.
c. Responden yang menjawab koran sebanyak 37,5% .
d. 47,5% dari responden menjawab mereka sering membaca bacaan yang bergenre
religi.
e. Sementara persentase terbesar yaitu sebanyak 55% dari responden memilih
bacaan motivasi.

20

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud
dan tujuan. Menurut Henry Guntur Tarigan (1983b: 15) tujuan utama berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka
sebaiknya

sang pembicara

memahami

makna

segala

sesuatu

yang

ingin

dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap
pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago,
dkk (1997: 37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan
yaitu:
a. menghibur,
b. menginformasikan,
c. menstimulasi,
d. meyakinkan, dan
e. menggerakkan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang
melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk
mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh
lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam
kegiatan berbicara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

21

4.2

Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam
usaha menyampaikan pesan secara
lisan kepada sekelompok orang, yang
disebut juga audience atau majelis.
Supaya

tujuan

pembicaraan

atau

pesan dapat sampai kepada audience
dengan

baik,

beberapa
menunjang

perlu

faktor

diperhatikan
yang

keefektifan

dapat

berbicara.

Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu
pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan beberapa hal berikut, yaitu :

1)

penguasaan bahasa,

2)

bahasa,

3)

keberanian dan ketenangan,

4)

kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.

Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut.
1.

Faktor kebahasaan, meliputi :
1) ketepatan ucapan,
2) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
3) pilihan kata,
4) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
5) ketepatan sasaran pembicaraan.

2.

Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi :
1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
2) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
3) kesediaan menghargai orang lain,
4) gerak-gerik dan mimik yang tepat,
5) kenyaringan suara,
6) kelancaran,
7) relevansi, penalaran,
22

8) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non
kebahasaan (nonlinguistik).

4.3

Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicaraadalah
rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan
kosakata mahasiswa, dan terbatasnya pengetahuan atau pengalaman yang akan
disampaikan kepadalawan bicara atau pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Henry
Guntur Tarigan (1993 : 2) mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa
seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya.
Henry Guntur Tarigan (1984 : 53), menyatakan bahwa tanpa kemampuan
berbicara yang memadai, mahasiswa tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan
menyampaikan pikiran, gagasan, danperasaan dengan baik. Keterampilan berbicara
siswa tidak dapat dimiliki dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui latihan yang teratur.
Mengacu beberapa perkiraan-perkiraan jawaban di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya hubungan signifikan antara minat
membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara.
Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan
yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1) faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal
dari luar partisipan.
2) faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,
irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3) faktor psikologis, kondisi kejiwaan.

4.4

Kiat Meningkatkan Kosakata
Sebanyak 34,28% dari responden yang kami teliti mengaku bahwa hambatan
terbesar mereka dalam berbicara adalah perbendaharaan kata yang kurang memadai.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa tips yang dapat memperkaya kosakata
khususnya bagi mahasiswa.
23

a. Berdiskusi
Dalam diskusi terjadi dua kegiatan berbahasa yaitu menyimak dan berbicara.
Peristiwa ini melibatkan proses timbal balik yang terjadi antara satu orang dengan
yang lain. Tanpa disadari banyak berdiskusi, selain memperluas wawasan,
meningkatkan kemampuan bersosialisasi, juga dapat memperkaya perbendaharaan
kata. Makin banyak berdiskusi, maka akan semakin banyak hal yang kita ketahui.
Dengan demikian, perbendaharaan kata yang dimiliki juga mengalami
peningkatan.

b. Banyak membaca buku
Minat

membaca

yangrendah

diduga

sebagai

pemicu rendahnya penguasaan
kosakata.

Dengan

demikian

mahasiswa yang minat bacanya
rendah

akan

rendah

pula

penguasaan kosakatanya. Hal
itu

akan

berlanjut

kegiatanberbahasa

yang

pada
lain

yang berbentuk berbicara.
Jenis bacaan juga turut mempengaruhi kualitas dari kosakata yang dimiliki
mahasiswa.Tidak semua bacaan yang dibaca akan meningkatkan kosakata.
Hal ini disebabkan dalam tulisan terutama karya sastra yang sebagian besar
berlatar kehidupan keseharian. Berdasarkan hasil penelitian, 45% responden yang
merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang sering membaca komik dan novel. Meskipun hal tersebut dapat
berdampak positif untuk keterampilan menulis mereka, sebaiknya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara, jenis bacaan yang dikonsumsi memiliki
nilai lebih untuk peningkatan perbendaharaan kata seperti bacaan motivasi, koran,
dan tulisan bergenre religi.

24

4.5

Kiat Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Persentase responden yang mengaku tidak memiliki keberanian untuk
berbicara di forum kecil seperti kelas sebanyak 17,5%. Berbagai alasan yang mereka
utarakan ialah takut salah, tidak menguasai materi, malu atau tidak percaya diri, takut
ditertawakan dan lain-lain. Bagi sebagian orang berbicara di depan umum dalam
forum resmi adalah suatu momok yang menakutkan, sehingga hal ini mengakibatkan
mereka menjadi cemas dan takut untuk melakukan hal itu. Masalah-masalah ini
banyak sekali kita jumpai di lapangan, termasuk di perguruan tinggi. Tidak sedikit
mahasiswa yang tidak mampu berbicara baik di depan kelas ataupun forum luar kelas.
Hal ini jika dibiarkan akan sangat berdampak kurang baik bagi pengembangan diri
mahasiswa tersebut.
Masalah-masalah di atas sebenarnya bisa ditangani jika mahasiswa punya
kemauan untuk melakukannya. Berikut ada beberapa tips yang bisa dilakukan supaya
mampu berbicara efektif dalam forum resmi.
a.

Kuasai materi yang akan dibicarakan
Dalam sebuah pembicaraan resmi atau di depan umum, seseorang harus
menguasai materi yang akan disampaikan. Sifat dari pembicaraan resmi berbeda
dengan pembicaraan biasa. Dalam pembicaraan resmi selalu ada tujuan yang
hendak dicapai. Misalnya dalam sebuah presentasi. Tujuan dari presentasi adalah
membahas, mendiskusikan dan menginformasikan sesuatu kepada orang lain.
Kalau materi tidak dikuasai maka mustahil sesorang mampu melakukan
presentasi secara baik. Hal ini berlaku dalam setiap pembicaraan yang bersifat
resmi.

b. Berprasangka baik terhadap diri sendiri
Berpikir positif juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
komunikasi atau pembicaraan yang bersifat resmi. Banyak kasus terjadi,
seseorang tidak mampu berbicara baik di depan umum karena mereka tidak
berpikir positif terhadap diri sendiri. Mereka selalu beranggapan bahwa dirinya
tidak bisa atau tidak berbakat dalam hal tersebut. Supaya mampu berbicara secara
efektif maka kita harus berpikir postif, kita tekankan dalam diri kita bahwa kita
mampu melakukan hal tersebut. Sebaiknya kita tidak usah berpikir bagaimana
tanggapan orang terhadap hasilnya nanti, karena hal itu akan membuat kita

25

semakin takut dan berpikiran negatif terhadap diri kita sendiri. Setelah itu katakan
pada diri kita bahwa kita bisa.
c.

Lakukan latihan secara intensif
Untuk hasil yang maksimal dalam melakukan sesuatu tidak akan pernah
terlepas dari kebiasaan dan latihan yang dilakukan. Anggapan bahwa kecerdasan
linguistik itu adalah bawaan lahir, harus kita hilangkan.Pada dasarnya semua
bakat berkembang karena lingkungan dan latihan, termasuk juga dalam
berbicara.Untuk itu kita harus luangkan waktu kita untuk latihan berbiacara.
Misalnya kita latihan berbiacara di depan cermin, kita lihat diri kita sendiri sudah
bagus atau belum. Kalau kita belum mampu membahas hal-hal yang berat, maka
kita bisa latihan dari hal-hal yang kita sukai.Latihan ini harus kita lakukan secara
intensif untuk hasil yang maksimal.

d. Berani untuk mencoba
Setelah semua hal di atas dilaksanakan dengan baik, maka hal terakhir
yang perlu dilakukan adalah berani mencoba.Apa yang sudah kita upayakan harus
dicoba.Untuk hasil yang baik tidak mungkin bisa seketika, namun butuh sebuah
proses yang panjang sambil terus mengasah kemampuan dengan berlatih dan
evaluasi diri. Seperti kata pepatah yang populer, ala bisa karena biasa.

26

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penguasaan kosakata dari
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dapat
berpengaruh pada keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1.

Terbuktinya kebenaran hipotesis bahwa adanya pengaruh penguasaan kosakata
terhadap keterampilan berbicara mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.

2.

Masih cukup banyak mahasiswa yang kurang mampu menyampaikan pendapatnya
dengan baik dan runtut. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan sebanyak 42,5% dari
responden yang mengalami kendala, baik itu dari segi penguasaan kosakata
maupun kesulitan dalam penyampaian alur gagasan.

3.

Sebagian besar mahasiswa atau 82,5% responden telah memiliki rasa percaya diri
menyampaikan isi pikirannya di depan kelas.

4.

Kesulitan yang dialami saat penyampaian gagasan disebabkan oleh perbendaharaan
kata yang kurang, penggunaan bahasa yang tepat, serta alur yang teratur.

5.2

Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan saran kepada
mahasiswa dan dosen mata kuliah bahasa Indonesia keilmuan sebagai berikut.
5.2.1

Mahasiswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa
yang kurang menguasai kosakata dan mengalami kesulitan dalam berbicara.
Oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang beberapa hal sebagai berikut.
1) Agar lebih meningkatkan penguasaan kosakata, terutama kata-kata atau
istilah yang berasal dari bahasa asing atau unsur serapan. Peningkatan
27

penguasaan kosakata dapat dilakukan dengan cara banyak membaca dan
berdiskusi.
2) Meningkatkan keterampilan berbicara dan rasa percaya diri. Yakinkan
pada diri sendiri bahwa kita mampu. Teruslah berlatih dan berusaha.
3) Mempelajari Ejaan Yang Disempurnakan sebagai pedoman berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Sebagai penerus bangsa, sudah selayaknya
bahasa Indonesia dilestarikan. Untuk itu pengetahuan tentang bahasa
Indonesia yang baik dan benar merupakan hal yang wajib diketahui oleh
mahasiswa.
5.2.2

Dosen Bahasa Indonesia Keilmuan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang
kurang menguasai kosakata dan mengalami kesulitan dalam berbicara. Oleh
sebab itu, penulis menyarankan kepada dosen Bahasa Indonesia Keilmuan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang beberapa hal
sebagai berikut.
1) Agar lebih meningkatkan mutu pengajaran.
2) Menggunakan metode mengajar yang memudahkan mahasiswa dalam
memahami materi. Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah
menjadikan mahasiswa mampu berbahasa dengan baik dan benar. Oleh
sebab itu, dosen hendaknya jangan semata-mata mengajarkan teori tentang
bahasa, tetapi berusaha sedemikian rupa sehingga mahasiswa mampu
berbahasa dengan baik.

28

DAFTAR PUSTAKA
Ansharullah. 2011. Pendidikan Islam Berbasis Kecerdasan Jamak Multiple
Intelligences. Cetakan I. Jakarta: STEP.
Azwar, Saifuddin, 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan V
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk, Teori Dalam Praktek. Batam:
Interaksa.
Anonim. 2010. Perkembangan Bahasa Anak.
http://bayibalita.com/2010/07/perkembangan-bahasa-anak/
Whandi. 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.
http://whandi.net/perkembangan-berbicara-bahasa-pada-anak-anak-usia-dini.html
Massofa. Perkembangan Bahasa Anak.
http://massofa.wordpress.com/2008/04/29/perkembangan-bahasa-anak/

29

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

PENGARUH TERPAAN LIRIK LAGU IWAN FALS TERHADAP PENILAIAN MAHASISWA TENTANG KEPEDULIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT MISKIN(Study Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Pada Lagu Siang Seberang Istana)

2 56 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1