T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Peserta Didik Kelas XI IIS Di SMA Negeri 3 Demak T2 BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dibutuhkan sebagai salah
satu
upaya
agar
tujuan
dari
penyelenggaraan
pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Menurut Mulyasa (2003:7), manajemen pendidikan
adalah proses pengembangan kerja sama sekelompok
orang untuk memperoleh tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam manajemen pendidikan pendekatan
tugas meliputi apa yang hendak dikerjakan oleh
sekolah sebagai wadah pendidikan, Sutisna (1989:48)
mengungkapkan ada tujuh kategori dalam pendekatan
tugas yaitu (a) program sekolah, (b) murid, (c) personil,
(d) kantor sekolah, (e) keuangan sekolah, (f) pelayanan
bantuan, dan (g) hubungan sekolah dan masyarakat.
Dalam pelayanan bantuan disekolah manajemen
kesiswaan memegang peranan penting salah satu
layanan dalam manajemen kesisiwaan adalah layanan
bimbingan
dan
konseling.
Optimalisasi
pelayanan
bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga
pelayanan
Bimbingan
dan
Konseling
benar-benar
memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah yang bersangkutan. Suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai
apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen
yang bermutu. Bimbingan dan konseling merupakan
11
seperangkat
program
pelayanan
bantuan
yang
dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok
untuk
membantu
kehidupan
peserta
sehari – hari
didik
secara
melaksanakan
mandiri
dan
berkembang secara optimal, serta membantu peserta
didik
mengatasi
masalah
yang
dihadapinya,
konseling
permasalahan
(Badrujaman, 2010).
Melalui
bimbingan
peserta didik dapat ditangani baik secara individu
maupun secara kelompok, berkaitan dengan penelitian
ini layanan bimbingan kelompok digunakan untuk
membantu
peserta
didik
dalam
menghadapi
permasalahan kontrol diri. Dengan penanganan yang
sesuai maka tujuan dari pendidikan dapat berjalan
optimal.
2.2.
Self Control
Setiap individu memiliki tingkat pengendalian diri
yang berbeda-beda, terdapat individu yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dan terdapat individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah. Individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah rentan melanggar
aturan tanpa memikirkan efek jangka panjang hingga
melakukan perilaku menyimpang, sedangkan individu
yang dengan kontrol diri yang tinggi akan menyadari
perilaku yang dilakukannya dengan memikirkan akibat.
Gottfredson dan Hirschi (1990) mendefinisikan kontrol
diri
merupakan
kemampuan
individu
dalam
mengendalikan dirinya dari tindakan impulsif dan
mengikuti emosi sesaat". Mereka yang lebih mudah
emosi ini digambarkan memiliki pengendalian diri yang
12
rendah. Gottfredson dan Hirschi berpendapat bahwa
kontrol diri yang rendah muncul dari sosialisasi yang
tidak efektif pada awal kehidupan dan merupakan sifat
yang stabil yang bertahan di atas umur. Selain itu,
mereka melihat pengendalian diri yang rendah sebagai
faktor individu
dasar melakukan perilaku pidana,
penyalahgunaan obat dan alkohol dan bentuk-bentuk
penyimpangan, ( Westercriminology. org/ dokuments /
wcr ). Impulsif dalam kamus bahasa Indonesian artinya
bersifat bertindak secara tiba-tiba menuruti kata hati,
bahwa individu berperilaku dan apa yang dilakukan
tanpa berfikir dulu. Individu tidak dapat menekan
hasrat dalam dirinya dalam merespon rangsangan, dan
tidak sadar hanya mengedepankan naluri semata.
Kontrol diri dalam penelitian ini mendefinisikan
berdasarkan pendapat Gottfredson dan Hirschi (1990)
yang menyatakan kontrol diri merupakan kemampuan
individu dalam mengendalikan dirinya dari tindakan
impulsif dan mengikuti emosi sesaat. Dimana orang
yang memiliki kontrol diri yang rendah adalah orangorang yang cenderung memiliki orientasi “here and now
”, lebih memilih menyelesaikan sesuatu secara fisik
dari pada mengandalkan kognitif, senang terlibat dalam
aktifitas berbahaya, kurangsensitif pada kebutuhan
orang lain, lebih memilih jalan pintas dibanding hal-hal
yang kompleks, serta memiliki toleransi yang rendah
terhadap sumber masalah.
Menurut Gottfredson dan Hirschi (1990) beberapa
karakteristik
yang berhubungan
dengan
lemahnya
13
kontrol diri adalah kurangnya kedewasaan,disiplin dan
pelatihan.
Dari definisi kontrol diri tersebut diatas, yang
menyatakan
bahwa
kontrol
diri
merupakan
kemampuan individu dalam mengendalikan diri dari
tindakan yang impulsif dan mengikuti emosi sesaat,
maka
dapat
diasumsikan
bahwa
kontrol
diri
merupakan kemampuan individu untuk mengatur dan
mengarahkan pikiran, afeksi, dan perilaku agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan maupun melawan sifat emosi
sesaat.
2.2.1. Faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Gottfredson & Hirschi (1990) mengemukakan
bahwa terdapat perbedaan tingkat kontrol diri antara
laki-laki dan perempuan, laki-laki memiliki kontrol diri
lebih rendah dibandingkan perempuan, ( http: journal.
unair. ac.id). Usia menurut gottfredson dan Hirschi
(dalam Conner et all,2009) juga mempengaruhi kontrol
diri,
yaitu
semakin
meningkat
usia
seseorang
kemampuan mengontrol dirinya juga akan semakin
meningkat, (http:// www.academia .edu /4461985_).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anakanak yang dibesarkan dari keluarga miskin lebih sulit
menahan
diri
(delayed
gratification),
resiliensi
(kemampuan menghadapi stres dan tantangan hidup)
yang lebih rendah, ( Jurnal : Pembentukan Self Control
dalam Perspektif Nilai Multikultural, Lilik Sriyanti ).
14
Dari faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol
diri
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
usia,
jenis
kelamin, sosial ekonomi keluarga merupakan faktor
yang mempengaruhi dari kontrol diri seseorang.
2.2.2. Aspek Kontrol diri.
Gottfredson dan Hirschi (1990) menyatakan 6
aspek yang menjadi ciri-ciri individu yang memiliki
kontrol diri rendah. Melalui 6 aspek ini, dapat dilihat
tingkat kontrol diri individu, 6 aspek tersebut adalah :
1. Impulsiveness
Konsep
ini
seseorang
untuk
dilingkungan
orientasi
mengacu
pada
merespon
terdekat.
“here
kecenderungan
and
mempertimbangkan
stimulus
Individu
now”.
ini
nyata
memiliki
Individu
konsekuensi
negatif
tidak
dari
perbuatan yang akan dilakukannya. Individu
mudah
tergoda
menyenangkan.
memiliki
kontrol
untuk
sesuatu
Sebaliknya
diri
yang
apabila
tinggi
yang
individu
cenderung
menunda kepuasan kebutuhan.
2. Preference for Physical Activity
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol
diri yang rendah lebih memilih dengan kegiatan
yang
tidak
membutuhkan
kegiatan
tertentu
mencari
aktifitas
yang
dibandingan
membutuhkan pemikiran (kognitif). Individu ini
senang melakukan aktifitas fisik dibandingkan
aktifitas mental.
3. Risk Seeking Orientation
15
Konsep ini menjelaskan bahwa individu dengan
kontrol diri yang rendah suka terlibat dalam
aktifitas- aktifitas beresiko, menyenangkan, dan
menegangkan.
Mereka
melakukan
tindakan
sembunyi-sembunyi,berbahaya, atau manipulatif.
Oleh karena itu individu yang memiliki kontrol
diri yang rendah cenderung pembereni dan aktif,
sedangkan individu yang memiliki kontrol diri
tinggi cenderung hati-hati, kognitif, dan verbal.
4. Self – Centeredness
Individu
dengan
kontrol
diri
yang
rendah
cenderung mementingkan diri sendiri. Individu
ini juga kurang peka terhadap penderitaan dan
kebutuhan orang lain. Individu ini sering tidak
bersikap ramah atau dengan kata lain, cenderung
kurang
peduli
dalam
pembinaan
hubungan
dengan orang lain. Tindakan mereka merupakan
refleksi dari self-interest (minat pribadi) atau
untuk keuntungan pribadi.
5. Preference for Simple Tasks
Individu dengan kontrol diri yang rendah akan
cenderung menghindari tugas – tugas sulit yang
membutuhkan banyak pemikiran. Individu ini
lebih menyukai tugas sederhana yang dapat
diselesaikan dengan mudah. Dapat dikatakan
bahwa individu yang memiliki kontrol rendah
cenderung kurang rajin, gigih, atau tekun dalam
melakukan suatu tindakan. Mereka lebih mencari
kepuasan hasrat yang mudah dan sederhana.
6. Short- Tempered
16
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol
diri yang rendah cenderung rentan mengalami
frustasi,
emosi
temperamental.
mudah
Ketika
meledak,
terlibat
dan
permasalahan
dengan orang lain, individu yang memiliki kontrol
diri
rendah
cenderung
kesulitan
untuk
menyelesaikannya secara verbal.
( http://repository.usu.ac.id/bltstream)
2.3. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (Prayitno, 1999:309) ‘bimbingan
kelompok disekolah merupakan kegiatan bimbingan
kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun
rencana
dan
keputusan
yang
tepat’.
Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok
diselenggarakan
bersifat
untuk memberikan
personal,
vokasional,
informasi
dan
sosial.
yang
Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa layanan
bimbingan
kelompok merupakan
layanan
yang
diberikan kepada beberapa individu dengan prosedur
kelompok untuk memberikan bantuan untuk keperluan
anggota kelompok.
Gazda dalam Romlah ( 2006 : 3) menyatakan
bahwa
:
kegiatan
bimbingan
kelompok
berupa
penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah
pendidikan, pekerjaan dan pemahaman diri. Informasi
tersebut diberikan terutama dengan tujuan untuk
memperbaiki
individu
dan
dan
mengembangkan
pemahaman
terhadap
pemahaman
orang
lain.
Bimbingan kelompok menurut Gazda (1984) bahwa
17
bimbingan kelompok sebagai suatu proses bantuan
kepada
individu
memungkinkan
melalui
suasana
individu
dapat
kelompok
yang
mengembangkan
wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang
suatu
masalah
tertentu,
mengeksplorasi
dan
menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan
permasalahannya atau dalam upaya mengembangkan
pribadinya.
Dari pendapat Gazda diatas Bimbingan Kelompok
merupakan
bantuan
kegiatan
untuk
yang
membantu
memperoleh
memberikan
pemahaman
dan
mengembangkan diri dilingkungan sosial agar menjadi
lebih baik dalam situasi kelompok serta membuat
individu dapat memahami orang lain.
2.3.1 .Keunggulan Bimbingan Kelompok.
Bennet ( dalam Shertzer & Stone 1968:447 )
berpendapat
bahwa
bimbingan
kelompok
memiliki
banyak keunggulan. Keunggulan bimbingan kelompok
itu antara lain: bahwa bimbingan kelompok efisien
diberikan kepada sejumlah individu, dalam bimbingan
kelompok
seluruh
anggota
kelompok
mempunyai
pandangan sendiri-sendiri, anggota kelompok akan
merasa bahwa bukan hanya dia saja yang mempunyai
masalah, anggota kelompok akan merasa dicintai dan
mencintai serta dihargai dan menghargai, mendapat
dukungan sosio emosional didalam kelompok, setiap
individu akan menerima dan memberikan masukan
guna memotivasi sesama anggota kelompok, perasaan
empati dan simpati akan muncul dan merupakan
18
proses
menuju
kelompok
makhluk
tidak
hanya
sosial,
dalam
mencerminkan
suasana
kehidupan
kelompok saja tetapi juga kenyataan hidup sebenarnya,
serta menimbulkan sikap saling komitmen terhadap
norma dan kesepakatan bersama sesama anggota, dari
latar belakang bimbingan kelompok dapat dijadikan
panduan untuk melaksanakan konseling idividual..
M.Surya & R. Natawidjaya (1986: 105-106)
mengutarakan tentang keuntungan yang mendukung
diselenggarakannya bimbingan kelompok: bimbingan
kelompok lebih efektifndan efisien karena dilaksanakqn
secara
kelompok
memanfaatkan
dan
menghemat
pengaruh
seseorang
waktu,
atau
dapat
beberapa
orang terhadap individu yang lain, dalam bimbingan
kelompok dapat terjadi saling tukar pengalaman bagi
anggota dan dapat berpengaruh terhadap perubahan
tingkah
laku
individu,
dari
bimbingan
kelompok
merupakan langkah awal untuk konseling individual
sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan
individu
dengan
yang
akan
bimbingan
mendapat
kelompok
layanan
terdapat
konseling,
kesempatan
untuk penyegaran watak / pikiran.
2.3.2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Prayitno
(1995:147)
mengemukakan
tujuan
bimbingan kelompok antara lain, mampu berbicara di
depan orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat,
ide, tanggapan, perasaan kepada orang lain, dengan
bimbingan
pendapat
kelompok
orang
lain,
individu
dapat
bertanggung
menghargai
kjawab
atas
19
pendapat yang dikemukakan, mampu mengendalikan
diri dan menahan emosi (gejoloak kejiwaan yang
bersifat negatif, saling tenggang rasa dan menjadi akrab
dengan anggota yang lain, serta bisa membahas
masalah atau topik umum yang dirasakan menjadi
kepentingan umum.
Melihat definisi tersebut diasumsikan bahwa
tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih
siswa mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan
mewujudkan
perilaku
yang
lebih
efektif
serta
meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal
maupun non-verbal. Layanan bimbingan kelompok
dimaksudkan
untuk
mencegah
berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri siswa, ( Juntika, 2005
:
17).
Dalam
penelitian
ini
dengan
pelaksanaan
bimbingan kelompok dapat mencegah berkembangnya
masalah dari peserta didik sehingga dapat meningkat
kontrol diri dari peserta didik.
2.3.3. Fungsi Bimbingan Kelompok
Fungsi bimbingan kelompok terdiri dari berbagai
hal yang dilakukan oleh konselor bekerjasama dengan
konseli diantaranya berfungsi sebagai :
(a) Pencegahan (preventif), yaitu yang berkaitan dengan
upaya
konselor
untuksenantiasa
mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam upaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh siswa.
Konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang
tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau
kegiatan yang membahayakan dirinya, (b) Pemahaman,
20
yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya
(pendidikan,
pekerjaan
dan
norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal
dan
menyesuaikan
dirinya
dengan
lingkungannya
secara dinamis dan konstruktif, (c) Pengembangan,
yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Pembimbing berupaya untuk
menciptakan
lingkungan
belajar
yang
kondusif,
memfasilitasi perkembangan siswa. Pembimbing dan
personil sekolah senantiasa bersinergi sebagai Team
Work
berkolaborasi
atau
bekerjasama
dalam
melaksanakan program bimbingan secara sistematis
dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa
dalam
mencapai
tugas-tugas
perkembangan,
(d)
Perbaikan (penyembuhan) yaitu fungsi bimbingan yang
bersifat kuratif, Fungsi yang berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan siswa yang telah mengalami
masalah, baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar maupun karir, (e) Penyaluran, yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstra kurikuler, jurusan atau program studi dan
pemantapan penguasaan karir sesuai minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya, (f) Adaptasi,
yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala
sekolah
dan
menyesuaikan
staf,
pembimbing
program
serta
pendidikan
guru
dengan
untuk
latar
belakang, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa, (g)
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
21
siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan
sekolah atau norma agama.
2.4. Kerangka berpikir
Raw
input
Siswa
dengan
pengenda
lian diri
rendah
BIMBINGAN
KELOMPOK
Out put
Siswa
dengan
pengenda
lian diri
tinggi
Out come
pengendalian diri
yang meningkat
ditandai dengan
perubahan dalam
diri
Gambar. 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kontrol
diri yang rendah. Program Bimbingan Kelompok yaitu
proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan kontrol diri peserta didik.
Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan
bimbingan
kelompok
yang
dilakukan
untuk
22
meningkatkan kontrol diri peserta didik. Outcome yaitu
dampak
dari
program
bimbingan
kelompok
yang
dilakukan untuk meningkatkan kontrol diri. Kontrol
diri
yang ditandai dengan perubahan sikap dan
perilaku peserta didik dalam merasakan,
secara
efektif
serta
melakukan
memahami
tindakan
dengan
menerapkan kepekaan kontrol diri.
2.5. Kajian yang Relevan
Penelitian dengan judul “Layanan Bimbingan
belajar untuk Meningkatkan Self Control siswa yang
Prokastinasi Akademik “, oleh Amirudin (2012) Thesis
UIN Sunan Ampel, Surabaya, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengubah tingkat pengendalian diri
penerima
manfaat
melalui
layanan
bimbingan
kelompok. Penelitian ini termasuk dalam penelitian
eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test
and post-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan
penerima
pengendalian
manfaat
diri
sebelum
yang
dimiliki
pemberian
oleh
treatment
berupa layanan bimbingan kelompok sebesar 50%
termasuk dalam kategori rendah. Setelah memperoleh
layanan bimbingan kelompok sebanyak delapan kali.
Pengendalian diri mengalami perubahan menjadi 73%
termasuk dalam kategori tinggi. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pengendalian
diri
yang
meningkat
dimiliki
setelah
oleh
penerima
mereka
manfaat
mengikuti
dapat
kegiatan
bimbingan kelompok.
23
Penelitian
oleh
Priatmoko
tentang
“Upaya
Meningkatkan Pengendalian Emosi melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Remaja di Panti Asuhan
Yayasan
Al-Hidayah
Desa
Desel
Sadeng
Kec.
Gunungpati Semarang Tahun 2010”. Menunjukkan
bahwa skor pengendalian emosi sebelum pemberian
layanan bimbingan kelompok sebesar 166 atau 60,79%
dengan kategorisasi sedang setelah pemberian layanan
bimbingan kelompok menjadi 192,5 atau 70,01 %
dengan kategorisasi tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan
pengendalian emosi.
2.5. Rumusan hipotesis
Berdasarkan telaah pustaka dan kerangka pikir
maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis :
bimbingan kelompok dapat meningkatkan kontrol diri
peserta didik kelas XI IIS di SMA Negeri 3 Demak.
24
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dibutuhkan sebagai salah
satu
upaya
agar
tujuan
dari
penyelenggaraan
pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Menurut Mulyasa (2003:7), manajemen pendidikan
adalah proses pengembangan kerja sama sekelompok
orang untuk memperoleh tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam manajemen pendidikan pendekatan
tugas meliputi apa yang hendak dikerjakan oleh
sekolah sebagai wadah pendidikan, Sutisna (1989:48)
mengungkapkan ada tujuh kategori dalam pendekatan
tugas yaitu (a) program sekolah, (b) murid, (c) personil,
(d) kantor sekolah, (e) keuangan sekolah, (f) pelayanan
bantuan, dan (g) hubungan sekolah dan masyarakat.
Dalam pelayanan bantuan disekolah manajemen
kesiswaan memegang peranan penting salah satu
layanan dalam manajemen kesisiwaan adalah layanan
bimbingan
dan
konseling.
Optimalisasi
pelayanan
bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga
pelayanan
Bimbingan
dan
Konseling
benar-benar
memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah yang bersangkutan. Suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai
apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen
yang bermutu. Bimbingan dan konseling merupakan
11
seperangkat
program
pelayanan
bantuan
yang
dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok
untuk
membantu
kehidupan
peserta
sehari – hari
didik
secara
melaksanakan
mandiri
dan
berkembang secara optimal, serta membantu peserta
didik
mengatasi
masalah
yang
dihadapinya,
konseling
permasalahan
(Badrujaman, 2010).
Melalui
bimbingan
peserta didik dapat ditangani baik secara individu
maupun secara kelompok, berkaitan dengan penelitian
ini layanan bimbingan kelompok digunakan untuk
membantu
peserta
didik
dalam
menghadapi
permasalahan kontrol diri. Dengan penanganan yang
sesuai maka tujuan dari pendidikan dapat berjalan
optimal.
2.2.
Self Control
Setiap individu memiliki tingkat pengendalian diri
yang berbeda-beda, terdapat individu yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dan terdapat individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah. Individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah rentan melanggar
aturan tanpa memikirkan efek jangka panjang hingga
melakukan perilaku menyimpang, sedangkan individu
yang dengan kontrol diri yang tinggi akan menyadari
perilaku yang dilakukannya dengan memikirkan akibat.
Gottfredson dan Hirschi (1990) mendefinisikan kontrol
diri
merupakan
kemampuan
individu
dalam
mengendalikan dirinya dari tindakan impulsif dan
mengikuti emosi sesaat". Mereka yang lebih mudah
emosi ini digambarkan memiliki pengendalian diri yang
12
rendah. Gottfredson dan Hirschi berpendapat bahwa
kontrol diri yang rendah muncul dari sosialisasi yang
tidak efektif pada awal kehidupan dan merupakan sifat
yang stabil yang bertahan di atas umur. Selain itu,
mereka melihat pengendalian diri yang rendah sebagai
faktor individu
dasar melakukan perilaku pidana,
penyalahgunaan obat dan alkohol dan bentuk-bentuk
penyimpangan, ( Westercriminology. org/ dokuments /
wcr ). Impulsif dalam kamus bahasa Indonesian artinya
bersifat bertindak secara tiba-tiba menuruti kata hati,
bahwa individu berperilaku dan apa yang dilakukan
tanpa berfikir dulu. Individu tidak dapat menekan
hasrat dalam dirinya dalam merespon rangsangan, dan
tidak sadar hanya mengedepankan naluri semata.
Kontrol diri dalam penelitian ini mendefinisikan
berdasarkan pendapat Gottfredson dan Hirschi (1990)
yang menyatakan kontrol diri merupakan kemampuan
individu dalam mengendalikan dirinya dari tindakan
impulsif dan mengikuti emosi sesaat. Dimana orang
yang memiliki kontrol diri yang rendah adalah orangorang yang cenderung memiliki orientasi “here and now
”, lebih memilih menyelesaikan sesuatu secara fisik
dari pada mengandalkan kognitif, senang terlibat dalam
aktifitas berbahaya, kurangsensitif pada kebutuhan
orang lain, lebih memilih jalan pintas dibanding hal-hal
yang kompleks, serta memiliki toleransi yang rendah
terhadap sumber masalah.
Menurut Gottfredson dan Hirschi (1990) beberapa
karakteristik
yang berhubungan
dengan
lemahnya
13
kontrol diri adalah kurangnya kedewasaan,disiplin dan
pelatihan.
Dari definisi kontrol diri tersebut diatas, yang
menyatakan
bahwa
kontrol
diri
merupakan
kemampuan individu dalam mengendalikan diri dari
tindakan yang impulsif dan mengikuti emosi sesaat,
maka
dapat
diasumsikan
bahwa
kontrol
diri
merupakan kemampuan individu untuk mengatur dan
mengarahkan pikiran, afeksi, dan perilaku agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan maupun melawan sifat emosi
sesaat.
2.2.1. Faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Gottfredson & Hirschi (1990) mengemukakan
bahwa terdapat perbedaan tingkat kontrol diri antara
laki-laki dan perempuan, laki-laki memiliki kontrol diri
lebih rendah dibandingkan perempuan, ( http: journal.
unair. ac.id). Usia menurut gottfredson dan Hirschi
(dalam Conner et all,2009) juga mempengaruhi kontrol
diri,
yaitu
semakin
meningkat
usia
seseorang
kemampuan mengontrol dirinya juga akan semakin
meningkat, (http:// www.academia .edu /4461985_).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anakanak yang dibesarkan dari keluarga miskin lebih sulit
menahan
diri
(delayed
gratification),
resiliensi
(kemampuan menghadapi stres dan tantangan hidup)
yang lebih rendah, ( Jurnal : Pembentukan Self Control
dalam Perspektif Nilai Multikultural, Lilik Sriyanti ).
14
Dari faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol
diri
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
usia,
jenis
kelamin, sosial ekonomi keluarga merupakan faktor
yang mempengaruhi dari kontrol diri seseorang.
2.2.2. Aspek Kontrol diri.
Gottfredson dan Hirschi (1990) menyatakan 6
aspek yang menjadi ciri-ciri individu yang memiliki
kontrol diri rendah. Melalui 6 aspek ini, dapat dilihat
tingkat kontrol diri individu, 6 aspek tersebut adalah :
1. Impulsiveness
Konsep
ini
seseorang
untuk
dilingkungan
orientasi
mengacu
pada
merespon
terdekat.
“here
kecenderungan
and
mempertimbangkan
stimulus
Individu
now”.
ini
nyata
memiliki
Individu
konsekuensi
negatif
tidak
dari
perbuatan yang akan dilakukannya. Individu
mudah
tergoda
menyenangkan.
memiliki
kontrol
untuk
sesuatu
Sebaliknya
diri
yang
apabila
tinggi
yang
individu
cenderung
menunda kepuasan kebutuhan.
2. Preference for Physical Activity
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol
diri yang rendah lebih memilih dengan kegiatan
yang
tidak
membutuhkan
kegiatan
tertentu
mencari
aktifitas
yang
dibandingan
membutuhkan pemikiran (kognitif). Individu ini
senang melakukan aktifitas fisik dibandingkan
aktifitas mental.
3. Risk Seeking Orientation
15
Konsep ini menjelaskan bahwa individu dengan
kontrol diri yang rendah suka terlibat dalam
aktifitas- aktifitas beresiko, menyenangkan, dan
menegangkan.
Mereka
melakukan
tindakan
sembunyi-sembunyi,berbahaya, atau manipulatif.
Oleh karena itu individu yang memiliki kontrol
diri yang rendah cenderung pembereni dan aktif,
sedangkan individu yang memiliki kontrol diri
tinggi cenderung hati-hati, kognitif, dan verbal.
4. Self – Centeredness
Individu
dengan
kontrol
diri
yang
rendah
cenderung mementingkan diri sendiri. Individu
ini juga kurang peka terhadap penderitaan dan
kebutuhan orang lain. Individu ini sering tidak
bersikap ramah atau dengan kata lain, cenderung
kurang
peduli
dalam
pembinaan
hubungan
dengan orang lain. Tindakan mereka merupakan
refleksi dari self-interest (minat pribadi) atau
untuk keuntungan pribadi.
5. Preference for Simple Tasks
Individu dengan kontrol diri yang rendah akan
cenderung menghindari tugas – tugas sulit yang
membutuhkan banyak pemikiran. Individu ini
lebih menyukai tugas sederhana yang dapat
diselesaikan dengan mudah. Dapat dikatakan
bahwa individu yang memiliki kontrol rendah
cenderung kurang rajin, gigih, atau tekun dalam
melakukan suatu tindakan. Mereka lebih mencari
kepuasan hasrat yang mudah dan sederhana.
6. Short- Tempered
16
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol
diri yang rendah cenderung rentan mengalami
frustasi,
emosi
temperamental.
mudah
Ketika
meledak,
terlibat
dan
permasalahan
dengan orang lain, individu yang memiliki kontrol
diri
rendah
cenderung
kesulitan
untuk
menyelesaikannya secara verbal.
( http://repository.usu.ac.id/bltstream)
2.3. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (Prayitno, 1999:309) ‘bimbingan
kelompok disekolah merupakan kegiatan bimbingan
kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun
rencana
dan
keputusan
yang
tepat’.
Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok
diselenggarakan
bersifat
untuk memberikan
personal,
vokasional,
informasi
dan
sosial.
yang
Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa layanan
bimbingan
kelompok merupakan
layanan
yang
diberikan kepada beberapa individu dengan prosedur
kelompok untuk memberikan bantuan untuk keperluan
anggota kelompok.
Gazda dalam Romlah ( 2006 : 3) menyatakan
bahwa
:
kegiatan
bimbingan
kelompok
berupa
penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah
pendidikan, pekerjaan dan pemahaman diri. Informasi
tersebut diberikan terutama dengan tujuan untuk
memperbaiki
individu
dan
dan
mengembangkan
pemahaman
terhadap
pemahaman
orang
lain.
Bimbingan kelompok menurut Gazda (1984) bahwa
17
bimbingan kelompok sebagai suatu proses bantuan
kepada
individu
memungkinkan
melalui
suasana
individu
dapat
kelompok
yang
mengembangkan
wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang
suatu
masalah
tertentu,
mengeksplorasi
dan
menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan
permasalahannya atau dalam upaya mengembangkan
pribadinya.
Dari pendapat Gazda diatas Bimbingan Kelompok
merupakan
bantuan
kegiatan
untuk
yang
membantu
memperoleh
memberikan
pemahaman
dan
mengembangkan diri dilingkungan sosial agar menjadi
lebih baik dalam situasi kelompok serta membuat
individu dapat memahami orang lain.
2.3.1 .Keunggulan Bimbingan Kelompok.
Bennet ( dalam Shertzer & Stone 1968:447 )
berpendapat
bahwa
bimbingan
kelompok
memiliki
banyak keunggulan. Keunggulan bimbingan kelompok
itu antara lain: bahwa bimbingan kelompok efisien
diberikan kepada sejumlah individu, dalam bimbingan
kelompok
seluruh
anggota
kelompok
mempunyai
pandangan sendiri-sendiri, anggota kelompok akan
merasa bahwa bukan hanya dia saja yang mempunyai
masalah, anggota kelompok akan merasa dicintai dan
mencintai serta dihargai dan menghargai, mendapat
dukungan sosio emosional didalam kelompok, setiap
individu akan menerima dan memberikan masukan
guna memotivasi sesama anggota kelompok, perasaan
empati dan simpati akan muncul dan merupakan
18
proses
menuju
kelompok
makhluk
tidak
hanya
sosial,
dalam
mencerminkan
suasana
kehidupan
kelompok saja tetapi juga kenyataan hidup sebenarnya,
serta menimbulkan sikap saling komitmen terhadap
norma dan kesepakatan bersama sesama anggota, dari
latar belakang bimbingan kelompok dapat dijadikan
panduan untuk melaksanakan konseling idividual..
M.Surya & R. Natawidjaya (1986: 105-106)
mengutarakan tentang keuntungan yang mendukung
diselenggarakannya bimbingan kelompok: bimbingan
kelompok lebih efektifndan efisien karena dilaksanakqn
secara
kelompok
memanfaatkan
dan
menghemat
pengaruh
seseorang
waktu,
atau
dapat
beberapa
orang terhadap individu yang lain, dalam bimbingan
kelompok dapat terjadi saling tukar pengalaman bagi
anggota dan dapat berpengaruh terhadap perubahan
tingkah
laku
individu,
dari
bimbingan
kelompok
merupakan langkah awal untuk konseling individual
sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan
individu
dengan
yang
akan
bimbingan
mendapat
kelompok
layanan
terdapat
konseling,
kesempatan
untuk penyegaran watak / pikiran.
2.3.2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Prayitno
(1995:147)
mengemukakan
tujuan
bimbingan kelompok antara lain, mampu berbicara di
depan orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat,
ide, tanggapan, perasaan kepada orang lain, dengan
bimbingan
pendapat
kelompok
orang
lain,
individu
dapat
bertanggung
menghargai
kjawab
atas
19
pendapat yang dikemukakan, mampu mengendalikan
diri dan menahan emosi (gejoloak kejiwaan yang
bersifat negatif, saling tenggang rasa dan menjadi akrab
dengan anggota yang lain, serta bisa membahas
masalah atau topik umum yang dirasakan menjadi
kepentingan umum.
Melihat definisi tersebut diasumsikan bahwa
tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih
siswa mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan
mewujudkan
perilaku
yang
lebih
efektif
serta
meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal
maupun non-verbal. Layanan bimbingan kelompok
dimaksudkan
untuk
mencegah
berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri siswa, ( Juntika, 2005
:
17).
Dalam
penelitian
ini
dengan
pelaksanaan
bimbingan kelompok dapat mencegah berkembangnya
masalah dari peserta didik sehingga dapat meningkat
kontrol diri dari peserta didik.
2.3.3. Fungsi Bimbingan Kelompok
Fungsi bimbingan kelompok terdiri dari berbagai
hal yang dilakukan oleh konselor bekerjasama dengan
konseli diantaranya berfungsi sebagai :
(a) Pencegahan (preventif), yaitu yang berkaitan dengan
upaya
konselor
untuksenantiasa
mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam upaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh siswa.
Konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang
tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau
kegiatan yang membahayakan dirinya, (b) Pemahaman,
20
yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya
(pendidikan,
pekerjaan
dan
norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal
dan
menyesuaikan
dirinya
dengan
lingkungannya
secara dinamis dan konstruktif, (c) Pengembangan,
yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Pembimbing berupaya untuk
menciptakan
lingkungan
belajar
yang
kondusif,
memfasilitasi perkembangan siswa. Pembimbing dan
personil sekolah senantiasa bersinergi sebagai Team
Work
berkolaborasi
atau
bekerjasama
dalam
melaksanakan program bimbingan secara sistematis
dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa
dalam
mencapai
tugas-tugas
perkembangan,
(d)
Perbaikan (penyembuhan) yaitu fungsi bimbingan yang
bersifat kuratif, Fungsi yang berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan siswa yang telah mengalami
masalah, baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar maupun karir, (e) Penyaluran, yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstra kurikuler, jurusan atau program studi dan
pemantapan penguasaan karir sesuai minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya, (f) Adaptasi,
yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala
sekolah
dan
menyesuaikan
staf,
pembimbing
program
serta
pendidikan
guru
dengan
untuk
latar
belakang, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa, (g)
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
21
siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan
sekolah atau norma agama.
2.4. Kerangka berpikir
Raw
input
Siswa
dengan
pengenda
lian diri
rendah
BIMBINGAN
KELOMPOK
Out put
Siswa
dengan
pengenda
lian diri
tinggi
Out come
pengendalian diri
yang meningkat
ditandai dengan
perubahan dalam
diri
Gambar. 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kontrol
diri yang rendah. Program Bimbingan Kelompok yaitu
proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan kontrol diri peserta didik.
Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan
bimbingan
kelompok
yang
dilakukan
untuk
22
meningkatkan kontrol diri peserta didik. Outcome yaitu
dampak
dari
program
bimbingan
kelompok
yang
dilakukan untuk meningkatkan kontrol diri. Kontrol
diri
yang ditandai dengan perubahan sikap dan
perilaku peserta didik dalam merasakan,
secara
efektif
serta
melakukan
memahami
tindakan
dengan
menerapkan kepekaan kontrol diri.
2.5. Kajian yang Relevan
Penelitian dengan judul “Layanan Bimbingan
belajar untuk Meningkatkan Self Control siswa yang
Prokastinasi Akademik “, oleh Amirudin (2012) Thesis
UIN Sunan Ampel, Surabaya, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengubah tingkat pengendalian diri
penerima
manfaat
melalui
layanan
bimbingan
kelompok. Penelitian ini termasuk dalam penelitian
eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test
and post-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan
penerima
pengendalian
manfaat
diri
sebelum
yang
dimiliki
pemberian
oleh
treatment
berupa layanan bimbingan kelompok sebesar 50%
termasuk dalam kategori rendah. Setelah memperoleh
layanan bimbingan kelompok sebanyak delapan kali.
Pengendalian diri mengalami perubahan menjadi 73%
termasuk dalam kategori tinggi. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pengendalian
diri
yang
meningkat
dimiliki
setelah
oleh
penerima
mereka
manfaat
mengikuti
dapat
kegiatan
bimbingan kelompok.
23
Penelitian
oleh
Priatmoko
tentang
“Upaya
Meningkatkan Pengendalian Emosi melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Remaja di Panti Asuhan
Yayasan
Al-Hidayah
Desa
Desel
Sadeng
Kec.
Gunungpati Semarang Tahun 2010”. Menunjukkan
bahwa skor pengendalian emosi sebelum pemberian
layanan bimbingan kelompok sebesar 166 atau 60,79%
dengan kategorisasi sedang setelah pemberian layanan
bimbingan kelompok menjadi 192,5 atau 70,01 %
dengan kategorisasi tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan
pengendalian emosi.
2.5. Rumusan hipotesis
Berdasarkan telaah pustaka dan kerangka pikir
maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis :
bimbingan kelompok dapat meningkatkan kontrol diri
peserta didik kelas XI IIS di SMA Negeri 3 Demak.
24