T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Peserta Didik Kelas XI IIS Di SMA Negeri 3 Demak T2 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan dibutuhkan sebagai salah
satu

upaya

agar

tujuan

dari

penyelenggaraan

pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Menurut Mulyasa (2003:7), manajemen pendidikan
adalah proses pengembangan kerja sama sekelompok
orang untuk memperoleh tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam manajemen pendidikan pendekatan

tugas meliputi apa yang hendak dikerjakan oleh
sekolah sebagai wadah pendidikan, Sutisna (1989:48)
mengungkapkan ada tujuh kategori dalam pendekatan
tugas yaitu (a) program sekolah, (b) murid, (c) personil,
(d) kantor sekolah, (e) keuangan sekolah, (f) pelayanan
bantuan, dan (g) hubungan sekolah dan masyarakat.
Dalam pelayanan bantuan disekolah manajemen
kesiswaan memegang peranan penting salah satu
layanan dalam manajemen kesisiwaan adalah layanan
bimbingan

dan

konseling.

Optimalisasi

pelayanan

bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga

pelayanan

Bimbingan

dan

Konseling

benar-benar

memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah yang bersangkutan. Suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak
mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai
apabila tidak dikelola dalam suatu sistem manajemen
yang bermutu. Bimbingan dan konseling merupakan
11

seperangkat


program

pelayanan

bantuan

yang

dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok
untuk

membantu

kehidupan

peserta

sehari – hari

didik

secara

melaksanakan
mandiri

dan

berkembang secara optimal, serta membantu peserta
didik

mengatasi

masalah

yang

dihadapinya,

konseling


permasalahan

(Badrujaman, 2010).
Melalui

bimbingan

peserta didik dapat ditangani baik secara individu
maupun secara kelompok, berkaitan dengan penelitian
ini layanan bimbingan kelompok digunakan untuk
membantu

peserta

didik

dalam

menghadapi


permasalahan kontrol diri. Dengan penanganan yang
sesuai maka tujuan dari pendidikan dapat berjalan
optimal.

2.2.

Self Control
Setiap individu memiliki tingkat pengendalian diri

yang berbeda-beda, terdapat individu yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dan terdapat individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah. Individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah rentan melanggar
aturan tanpa memikirkan efek jangka panjang hingga
melakukan perilaku menyimpang, sedangkan individu
yang dengan kontrol diri yang tinggi akan menyadari
perilaku yang dilakukannya dengan memikirkan akibat.
Gottfredson dan Hirschi (1990) mendefinisikan kontrol
diri


merupakan

kemampuan

individu

dalam

mengendalikan dirinya dari tindakan impulsif dan
mengikuti emosi sesaat". Mereka yang lebih mudah
emosi ini digambarkan memiliki pengendalian diri yang
12

rendah. Gottfredson dan Hirschi berpendapat bahwa
kontrol diri yang rendah muncul dari sosialisasi yang
tidak efektif pada awal kehidupan dan merupakan sifat
yang stabil yang bertahan di atas umur. Selain itu,
mereka melihat pengendalian diri yang rendah sebagai
faktor individu


dasar melakukan perilaku pidana,

penyalahgunaan obat dan alkohol dan bentuk-bentuk
penyimpangan, ( Westercriminology. org/ dokuments /
wcr ). Impulsif dalam kamus bahasa Indonesian artinya
bersifat bertindak secara tiba-tiba menuruti kata hati,
bahwa individu berperilaku dan apa yang dilakukan
tanpa berfikir dulu. Individu tidak dapat menekan
hasrat dalam dirinya dalam merespon rangsangan, dan
tidak sadar hanya mengedepankan naluri semata.
Kontrol diri dalam penelitian ini mendefinisikan
berdasarkan pendapat Gottfredson dan Hirschi (1990)
yang menyatakan kontrol diri merupakan kemampuan
individu dalam mengendalikan dirinya dari tindakan
impulsif dan mengikuti emosi sesaat. Dimana orang
yang memiliki kontrol diri yang rendah adalah orangorang yang cenderung memiliki orientasi “here and now
”, lebih memilih menyelesaikan sesuatu secara fisik
dari pada mengandalkan kognitif, senang terlibat dalam
aktifitas berbahaya, kurangsensitif pada kebutuhan
orang lain, lebih memilih jalan pintas dibanding hal-hal

yang kompleks, serta memiliki toleransi yang rendah
terhadap sumber masalah.
Menurut Gottfredson dan Hirschi (1990) beberapa
karakteristik

yang berhubungan

dengan

lemahnya

13

kontrol diri adalah kurangnya kedewasaan,disiplin dan
pelatihan.
Dari definisi kontrol diri tersebut diatas, yang
menyatakan

bahwa


kontrol

diri

merupakan

kemampuan individu dalam mengendalikan diri dari
tindakan yang impulsif dan mengikuti emosi sesaat,
maka

dapat

diasumsikan

bahwa

kontrol

diri


merupakan kemampuan individu untuk mengatur dan
mengarahkan pikiran, afeksi, dan perilaku agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan maupun melawan sifat emosi
sesaat.
2.2.1. Faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Gottfredson & Hirschi (1990) mengemukakan
bahwa terdapat perbedaan tingkat kontrol diri antara
laki-laki dan perempuan, laki-laki memiliki kontrol diri
lebih rendah dibandingkan perempuan, ( http: journal.
unair. ac.id). Usia menurut gottfredson dan Hirschi
(dalam Conner et all,2009) juga mempengaruhi kontrol
diri,

yaitu

semakin

meningkat

usia

seseorang

kemampuan mengontrol dirinya juga akan semakin
meningkat, (http:// www.academia .edu /4461985_).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anakanak yang dibesarkan dari keluarga miskin lebih sulit
menahan

diri

(delayed

gratification),

resiliensi

(kemampuan menghadapi stres dan tantangan hidup)
yang lebih rendah, ( Jurnal : Pembentukan Self Control
dalam Perspektif Nilai Multikultural, Lilik Sriyanti ).

14

Dari faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol
diri

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

usia,

jenis

kelamin, sosial ekonomi keluarga merupakan faktor
yang mempengaruhi dari kontrol diri seseorang.
2.2.2. Aspek Kontrol diri.
Gottfredson dan Hirschi (1990) menyatakan 6
aspek yang menjadi ciri-ciri individu yang memiliki
kontrol diri rendah. Melalui 6 aspek ini, dapat dilihat
tingkat kontrol diri individu, 6 aspek tersebut adalah :
1. Impulsiveness
Konsep

ini

seseorang

untuk

dilingkungan
orientasi

mengacu

pada

merespon

terdekat.

“here

kecenderungan

and

mempertimbangkan

stimulus

Individu
now”.

ini

nyata

memiliki

Individu

konsekuensi

negatif

tidak
dari

perbuatan yang akan dilakukannya. Individu
mudah

tergoda

menyenangkan.
memiliki

kontrol

untuk

sesuatu

Sebaliknya
diri

yang

apabila
tinggi

yang
individu

cenderung

menunda kepuasan kebutuhan.
2. Preference for Physical Activity
Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol
diri yang rendah lebih memilih dengan kegiatan
yang

tidak

membutuhkan

kegiatan

tertentu

mencari

aktifitas

yang

dibandingan

membutuhkan pemikiran (kognitif). Individu ini
senang melakukan aktifitas fisik dibandingkan
aktifitas mental.
3. Risk Seeking Orientation
15

Konsep ini menjelaskan bahwa individu dengan
kontrol diri yang rendah suka terlibat dalam
aktifitas- aktifitas beresiko, menyenangkan, dan
menegangkan.

Mereka

melakukan

tindakan

sembunyi-sembunyi,berbahaya, atau manipulatif.
Oleh karena itu individu yang memiliki kontrol
diri yang rendah cenderung pembereni dan aktif,
sedangkan individu yang memiliki kontrol diri
tinggi cenderung hati-hati, kognitif, dan verbal.
4. Self – Centeredness
Individu

dengan

kontrol

diri

yang

rendah

cenderung mementingkan diri sendiri. Individu
ini juga kurang peka terhadap penderitaan dan
kebutuhan orang lain. Individu ini sering tidak
bersikap ramah atau dengan kata lain, cenderung
kurang

peduli

dalam

pembinaan

hubungan

dengan orang lain. Tindakan mereka merupakan
refleksi dari self-interest (minat pribadi) atau
untuk keuntungan pribadi.
5. Preference for Simple Tasks
Individu dengan kontrol diri yang rendah akan
cenderung menghindari tugas – tugas sulit yang
membutuhkan banyak pemikiran. Individu ini
lebih menyukai tugas sederhana yang dapat
diselesaikan dengan mudah. Dapat dikatakan
bahwa individu yang memiliki kontrol rendah
cenderung kurang rajin, gigih, atau tekun dalam
melakukan suatu tindakan. Mereka lebih mencari
kepuasan hasrat yang mudah dan sederhana.
6. Short- Tempered
16

Konsep ini menjelaskan individu dengan kontrol
diri yang rendah cenderung rentan mengalami
frustasi,

emosi

temperamental.

mudah

Ketika

meledak,

terlibat

dan

permasalahan

dengan orang lain, individu yang memiliki kontrol
diri

rendah

cenderung

kesulitan

untuk

menyelesaikannya secara verbal.
( http://repository.usu.ac.id/bltstream)

2.3. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (Prayitno, 1999:309) ‘bimbingan
kelompok disekolah merupakan kegiatan bimbingan
kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun

rencana

dan

keputusan

yang

tepat’.

Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok
diselenggarakan
bersifat

untuk memberikan

personal,

vokasional,

informasi

dan

sosial.

yang
Dari

pengertian tersebut dapat dipahami bahwa layanan
bimbingan

kelompok merupakan

layanan

yang

diberikan kepada beberapa individu dengan prosedur
kelompok untuk memberikan bantuan untuk keperluan
anggota kelompok.
Gazda dalam Romlah ( 2006 : 3) menyatakan
bahwa

:

kegiatan

bimbingan

kelompok

berupa

penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah
pendidikan, pekerjaan dan pemahaman diri. Informasi
tersebut diberikan terutama dengan tujuan untuk
memperbaiki
individu

dan

dan

mengembangkan

pemahaman

terhadap

pemahaman
orang

lain.

Bimbingan kelompok menurut Gazda (1984) bahwa
17

bimbingan kelompok sebagai suatu proses bantuan
kepada

individu

memungkinkan

melalui

suasana

individu

dapat

kelompok

yang

mengembangkan

wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang
suatu

masalah

tertentu,

mengeksplorasi

dan

menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan
permasalahannya atau dalam upaya mengembangkan
pribadinya.
Dari pendapat Gazda diatas Bimbingan Kelompok
merupakan
bantuan

kegiatan
untuk

yang

membantu

memperoleh

memberikan

pemahaman

dan

mengembangkan diri dilingkungan sosial agar menjadi
lebih baik dalam situasi kelompok serta membuat
individu dapat memahami orang lain.
2.3.1 .Keunggulan Bimbingan Kelompok.
Bennet ( dalam Shertzer & Stone 1968:447 )
berpendapat

bahwa

bimbingan

kelompok

memiliki

banyak keunggulan. Keunggulan bimbingan kelompok
itu antara lain: bahwa bimbingan kelompok efisien
diberikan kepada sejumlah individu, dalam bimbingan
kelompok

seluruh

anggota

kelompok

mempunyai

pandangan sendiri-sendiri, anggota kelompok akan
merasa bahwa bukan hanya dia saja yang mempunyai
masalah, anggota kelompok akan merasa dicintai dan
mencintai serta dihargai dan menghargai, mendapat
dukungan sosio emosional didalam kelompok, setiap
individu akan menerima dan memberikan masukan
guna memotivasi sesama anggota kelompok, perasaan
empati dan simpati akan muncul dan merupakan
18

proses

menuju

kelompok

makhluk

tidak

hanya

sosial,

dalam

mencerminkan

suasana
kehidupan

kelompok saja tetapi juga kenyataan hidup sebenarnya,
serta menimbulkan sikap saling komitmen terhadap
norma dan kesepakatan bersama sesama anggota, dari
latar belakang bimbingan kelompok dapat dijadikan
panduan untuk melaksanakan konseling idividual..
M.Surya & R. Natawidjaya (1986: 105-106)
mengutarakan tentang keuntungan yang mendukung
diselenggarakannya bimbingan kelompok: bimbingan
kelompok lebih efektifndan efisien karena dilaksanakqn
secara

kelompok

memanfaatkan

dan

menghemat

pengaruh

seseorang

waktu,
atau

dapat

beberapa

orang terhadap individu yang lain, dalam bimbingan
kelompok dapat terjadi saling tukar pengalaman bagi
anggota dan dapat berpengaruh terhadap perubahan
tingkah

laku

individu,

dari

bimbingan

kelompok

merupakan langkah awal untuk konseling individual
sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan
individu
dengan

yang

akan

bimbingan

mendapat
kelompok

layanan

terdapat

konseling,
kesempatan

untuk penyegaran watak / pikiran.
2.3.2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Prayitno

(1995:147)

mengemukakan

tujuan

bimbingan kelompok antara lain, mampu berbicara di
depan orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat,
ide, tanggapan, perasaan kepada orang lain, dengan
bimbingan
pendapat

kelompok
orang

lain,

individu

dapat

bertanggung

menghargai
kjawab

atas
19

pendapat yang dikemukakan, mampu mengendalikan
diri dan menahan emosi (gejoloak kejiwaan yang
bersifat negatif, saling tenggang rasa dan menjadi akrab
dengan anggota yang lain, serta bisa membahas
masalah atau topik umum yang dirasakan menjadi
kepentingan umum.
Melihat definisi tersebut diasumsikan bahwa
tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih
siswa mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan
mewujudkan

perilaku

yang

lebih

efektif

serta

meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal
maupun non-verbal. Layanan bimbingan kelompok
dimaksudkan

untuk

mencegah

berkembangnya

masalah atau kesulitan pada diri siswa, ( Juntika, 2005
:

17).

Dalam

penelitian

ini

dengan

pelaksanaan

bimbingan kelompok dapat mencegah berkembangnya
masalah dari peserta didik sehingga dapat meningkat
kontrol diri dari peserta didik.
2.3.3. Fungsi Bimbingan Kelompok
Fungsi bimbingan kelompok terdiri dari berbagai
hal yang dilakukan oleh konselor bekerjasama dengan
konseli diantaranya berfungsi sebagai :
(a) Pencegahan (preventif), yaitu yang berkaitan dengan
upaya

konselor

untuksenantiasa

mengantisipasi

berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam upaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh siswa.
Konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang
tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau
kegiatan yang membahayakan dirinya, (b) Pemahaman,
20

yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya

(pendidikan,

pekerjaan

dan

norma

agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal
dan

menyesuaikan

dirinya

dengan

lingkungannya

secara dinamis dan konstruktif, (c) Pengembangan,
yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Pembimbing berupaya untuk
menciptakan

lingkungan

belajar

yang

kondusif,

memfasilitasi perkembangan siswa. Pembimbing dan
personil sekolah senantiasa bersinergi sebagai Team
Work

berkolaborasi

atau

bekerjasama

dalam

melaksanakan program bimbingan secara sistematis
dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa
dalam

mencapai

tugas-tugas

perkembangan,

(d)

Perbaikan (penyembuhan) yaitu fungsi bimbingan yang
bersifat kuratif, Fungsi yang berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan siswa yang telah mengalami
masalah, baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar maupun karir, (e) Penyaluran, yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstra kurikuler, jurusan atau program studi dan
pemantapan penguasaan karir sesuai minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya, (f) Adaptasi,
yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala
sekolah

dan

menyesuaikan

staf,

pembimbing

program

serta

pendidikan

guru
dengan

untuk
latar

belakang, minat, kemampuan dan kebutuhan siswa, (g)
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu
21

siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan
sekolah atau norma agama.

2.4. Kerangka berpikir

Raw
input
Siswa
dengan
pengenda
lian diri
rendah

BIMBINGAN
KELOMPOK

Out put
Siswa
dengan
pengenda
lian diri
tinggi

Out come
pengendalian diri
yang meningkat
ditandai dengan
perubahan dalam
diri

Gambar. 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kontrol
diri yang rendah. Program Bimbingan Kelompok yaitu
proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan kontrol diri peserta didik.
Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan
bimbingan

kelompok

yang

dilakukan

untuk
22

meningkatkan kontrol diri peserta didik. Outcome yaitu
dampak

dari

program

bimbingan

kelompok

yang

dilakukan untuk meningkatkan kontrol diri. Kontrol
diri

yang ditandai dengan perubahan sikap dan

perilaku peserta didik dalam merasakan,
secara

efektif

serta

melakukan

memahami

tindakan

dengan

menerapkan kepekaan kontrol diri.

2.5. Kajian yang Relevan
Penelitian dengan judul “Layanan Bimbingan
belajar untuk Meningkatkan Self Control siswa yang
Prokastinasi Akademik “, oleh Amirudin (2012) Thesis
UIN Sunan Ampel, Surabaya, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengubah tingkat pengendalian diri
penerima

manfaat

melalui

layanan

bimbingan

kelompok. Penelitian ini termasuk dalam penelitian
eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test
and post-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan
penerima

pengendalian

manfaat

diri

sebelum

yang

dimiliki

pemberian

oleh

treatment

berupa layanan bimbingan kelompok sebesar 50%
termasuk dalam kategori rendah. Setelah memperoleh
layanan bimbingan kelompok sebanyak delapan kali.
Pengendalian diri mengalami perubahan menjadi 73%
termasuk dalam kategori tinggi. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pengendalian
diri

yang

meningkat

dimiliki
setelah

oleh

penerima

mereka

manfaat

mengikuti

dapat

kegiatan

bimbingan kelompok.
23

Penelitian

oleh

Priatmoko

tentang

“Upaya

Meningkatkan Pengendalian Emosi melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Remaja di Panti Asuhan
Yayasan

Al-Hidayah

Desa

Desel

Sadeng

Kec.

Gunungpati Semarang Tahun 2010”. Menunjukkan
bahwa skor pengendalian emosi sebelum pemberian
layanan bimbingan kelompok sebesar 166 atau 60,79%
dengan kategorisasi sedang setelah pemberian layanan
bimbingan kelompok menjadi 192,5 atau 70,01 %
dengan kategorisasi tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan
pengendalian emosi.

2.5. Rumusan hipotesis
Berdasarkan telaah pustaka dan kerangka pikir
maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis :
bimbingan kelompok dapat meningkatkan kontrol diri
peserta didik kelas XI IIS di SMA Negeri 3 Demak.

24

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121