T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SDN Karangrejo 1 Dempet Demak T2 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Supervisi Akademik

2.1.1 Definisi Supervisi Akademik
Supervisi akademik merupakan bagian supervisi
pendidikan

yang

memberikan

menitikberatkan

bantuan

pada


upaya

meningkatkan

mutu

pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola
proses belajar di kelas.
“supervisi

akademik

Menurut Muslim (2009: 41)
diberi

pengertian

sebagai

serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru

dalam bentuk layanan professional yang diberikan
oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses
dan hasil belajar mengajar”.
Supervisi akademik bukan hanya membantu
guru dalam memahami pendidikan dan apa peran
sekolah

dalam

membantu guru

mencapai

tujuannya,

dalam memahami

tapi


juga

keadaan dan

kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam
menyusun
(Arikunto,

rencana
2009:

12).

pembelajaran
Di

samping

secara
itu


tepat

supervisi

membantu guru agar memiliki kemampuan dalam
mengembangkan

kecakapan

pribadi.

Supervisi

bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan
mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif,
bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling
9

menghargai satu sama lainnya. Makna lain yang

terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa
supervisi dimaksudkan untuk membantu guru dalam
memberi pengertian kepada masyarakat mengenai
program yang sudah ada dan direncanakan oleh
sekolah

agar

masyarakat

dapat

mengerti

dan

membantu usaha sekolah. Intinya, supervisi akademik
merupakan

bantuan


kepada

guru

dalam

meningkatkan pemahaman dan kecakapan kinerja
profesinya sebagai tenaga pendidik, agar berhasil
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan
kegiatan

bahwa

berupa

supervisi


bantuan

dan

akademik

adalah

bimbingan

yang

diberikan oleh supervisor yaitu pengawas sekolah dan
kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, sehingga akan mendorong
peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2.1.2 Tujuan supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah membantu
guru


mengembangkan

kemampuannya

mencapai

tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.
Sudjana (2011: 56) menjelaskan bahwa supervise
akademik diselenggarakan dengan tujuan membantu
guru
dalam

mengembangkan
melaksanakan

kemampuan
tugas

profesionalnya

pokok

dan

tanggungjawabnya yakni melaksanakan pembelajaran

10

yang mendidik. Oleh sebab itu melalui supervise
akademik guru hendaknya mengusai kompetensi yang
harus

dimilikinya

yakni

kompetensi

sosial,


kompetensi

professional

kompetensi

kompetensi

kepribadian,

pedagogik,

sebagaimana

dan

dituangkan

dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007.
Supervisi


akademik

diselenggarakan

dengan

tujuan meningkatkan kulaitas pembelajaran melalui
pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar dan
proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauh
mana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan
dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan
observasi

kelas

pembelajaran.

pada

saat

Pembelajaran

guru

melaksanakan

dikatakan

berkualitas

apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil
belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki
rasa keingintahuan lebih lanjut.
2.1.3 Pengelolaan Supervisi Akademik
a. Perencanaan Supervisi Akademik
Supervisi

akademik

harus

direncanakan

dengan baik, rapi dan terstruktur. Perencanaan
dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas,
wawancara hingga diskusi dan tindak lanjutnya.
Perencanaan ini meliputi tujuan, waktu, tempat,
instrument dan sebagainya yang diperlukan demi

11

kelancaran proses supervisi. Perencanaan sangat
berpengaruh terhadap hasil supervisi, oleh karena
itu perencanaan yang matang merupakan awal
keberhasilan (Hartoyo, 2006:93).
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut Herabudin (2009: 234) supervisi
akademik dapat dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan antara lain: (1)

Kunjungan rutin yang

terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai
silaturahmi para supervisor sehingga terbentuk
hubungan

dialogis

yang

harmonis

dalam

mendiskusikan berbagai permasalahan pembela
jaran

yang

dihadapi

sekolah;

(2)

Melakukan

berbagai kegiatan sekolah dengan melibatkan para
guru dan siswa untuk mengenali dan menerapkan
metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran;
(3) Melaksanakan seminar pendidikan untuk para
guru untuk menambah wawasan kependidikannya.
(4)

Pelaksanaan

menekankan

kurikulum

kepada

baru

kemandirian

yang
siswa.

lebih
(5)

Penilaian terhadap kinerja guru dan reward yang
dijanjikan.
c. Umpan Balik
Sebelum pertemuan balikan dilaksanakan
diharapkan
pendahuluan

supervisor
tentang

mengadakan

rekaman

analisis

observasi

yang

dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini
(Anonim,

12

2009:

7).

Untuk

kasus-kasus

atau

kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan
diskusi

setelah

supervisi

selesai

dibawa

ke

pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru
yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan
waktu tertentu maka pertemuan balikan dilakukan
secara bergantian. Diskusi pada pertemuan balikan
perlu

mempertimbangkan

kemampuan

guru,

pribadi, watak, dan sifat-sifat guru lainnya (Pidarta,
2009: 107).
2.1.4 Teknik Supervisi
Efektivitas

supervisi

juga

dipengaruhi

oleh

pemilihan teknik supervisi yang sesuai. Menurut
Arikunto (2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi
yaitu:
a. Teknik Perorangan
Yang dimaksud dengan teknik perorangan
dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang
dilakukan secara sendiri oleh petugas supervise,
baik terjai di dalam kelas maupun di luar kelas
(Arikunto, 2004: 54). Teknik perorangan antara
lain:
(1)

Mengadakan

kunjungan

kelas

(Classroom

Visitation) Yang dimaksud dengan kunjungan
kelas

atau

classroom

visitation

adalah

kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau
kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika
kegiatan sedang berlangsung untuk melihat
atau mengamati guru yang sedang mengajar,
ataupunn ketika kelas sedang kosong, atau
13

sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak
mengajar (Arikunto, 2004: 55).
(2)

Mengadakan

observasi

kelas

(classroom

observation), yang dimaksud dengan observasi
kelas

atau

classroom

observation

ialah

kunjungan yang dilakukan oleh supervisor,
baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah
kelas

dengan

situasi

maksud

atau

berlangsungdi

untuk

peristiwa
kelas

mencermati

yang

sedang

yang

bersangkutan

wawancara

perseorangan

(Arikunto, 2004: 55).
(3)

Mengadakan

(individual interview) Wawancara perseorangan
dilakukan

apabila

supervisor

berpendapat

bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari
individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan
apabila, (a) ada masalah khusus pada individu
guru

atau

staf

sekolah

lain

yang

penyelesaianya tidak boleh di dengar oleh
orang

lain.

mengecek

(b)

apabila

kebenaran

supervisor

data

yang

ingin
sudah

dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini
wawancara perseorangan adalah teknik yang
tep[at agar orang yang diwawancari tidak
terpengaruh

oleh

pendapat

orang

lain

(Arikunto, 2004: 56).
(4)

Mengadakan

wawancara

kelompok

(group

interview) Teknik wawancara ini dalam bahasa
Inggris di kenal dengan sitilah round table
(meja bundar). Dikatakan demikian karena
14

round table menghendaki adanya persyaratan
yang

harus

dipenuhi,

yaitu

situasi

dan

peraturan duduk dalam diskusi hendaknya
memang dalam posisi lingkaran yang bundar,
dimana

masing-masing

angota

kelompok

memiliki kedudukan dan hak yang sama.
Demikian juga pewawancara hendaknya duduk
juga dalam lingkaran, berada di antara anggota
kelompok yang lain (Arikunto, 2004: 56).

b. Teknik kelompok
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting)
Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah
dapat terlaksana dengan baik apabila masingmasing warga sekolah mempunyai hak yang
sama

untuk

mengemukakn

pendapat,

dan

segala informasi yang ada dapat dengan segera
sampai ke semua warga dengan cepat dan
dengan sis yang tepat pula (Arikunto, 2004: 57).
2) Mengadakan
Discussion)

diskusi
Diskusi

kelompok

kelompok

(group

dapat

juga

digunakan untuk mempertemukan pendapat
antar
khusus

pimpinan
antar

kelompok

dalam

staff

dapat

bentuk

pimpinan

pertemuan

saja.

diselenggarkan

Diskusi
dengan

mengundang atau mengumpulkan guru-guru
bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai
dengan keperluannya (Arikunto, 2004: 57).

15

3) Mengadakan penataran-penataran (in service
training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan
kemampuan guru dan staff sekolah adalah
penataran.

Dalam

penataran

klasifikasi

dikategorikan

sebagai

pendidikan,
in

service

training, sebagai jenis lain dari pre service
training, yang merupakan pendidikan sebelum
yang bersangkutan diangkat jadi pegawai yang
resmi (Arikunto, 2004: 57).
4) Seminar, sejak diberlakukan kenaikan pangkat
dengan jabatan fungsional, banyak guru yang
merasa membutuhkan sertifikat yang dapat
diakui sebagaiangka kredit. Cara yang baik
dalam

mengikuti

dilakukan

dengan

seminar

adalah

apabila

sungguh-sungguh,

serius,

dan cermat mengikuti prestasi dan acara Tanya
jawab (Arikunto, 2004: 58).
2.1.5 Supervisi Akademik Kunjungan Kelas
Kunjungan

kelas

(classroom

Visitation)

merupakan salah satu teknik supervisi yang dapat
dilakukan

secara

periodik

dan

berencana

untuk

memperoleh bagan tentang kegiatan pembelajaran dan
kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.
Bagaimana guru mengelola pembelajaran dan segala
aktivitas yang merupakan rangkaian pembalajaran
menjadi fokus dalam kunjungan kelas (Hartoyo, 2006:
104).

16

Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud
dengan kunjungan kelas atau classroom visitation
adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau
kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan
sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati
guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas
sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru
sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi
kelas

sangat

bermanfaat

untuk

mendapatkan

informasi tentang proses belajar mengajar secara
langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun
kekurangan dan kelemahamnnya (Mulyasa, 2013:
245).

Melalui

mengamati

teknik

secara

ini,

kepala

langsung

sekolah

kegitan

dapat

guru

dalam

melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan
alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil
observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor
bersama guru untuk menentukan cara-cara yang
paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi

belajar

mengajar.

Agar

kunjungan

kelas

berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan
teliti

dan

dilaksanakan

secara

hati-hati

dengan

penampilan yang baik pula.
Dalam hal ini kunjungan kelas dimaksudkan
untuk melihat lebih dekat situasi dan suasana kelas
secara keseluruhan. Apabila kunjuungan tersebut
dijumpai

hal-hal

yang

baik

atau

kurang

pada

tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat
mengundang

guru

atau

siswa

diajak

berdiskusi
17

menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang
penting untuk diingat adalah bahwa dari kunjungan
kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam
bentuk

bantuan

atau

pembinaan

dalam

rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata
lain, sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog
yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa
sehingga diperoleh kesepakatan yang harmonis.
2.1.6 Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas
Menurut

Pidarta

(2009:

104-106)

langkah-

langkah dalam supervisi kunjungan kelas terdiri dari.
a. Persiapan
Tahap

persiapan

merupakan

pembuatan

kerangka kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh
supervisor

dan

guru

indikator-indikator

sebaiknya

yang

menjadi

juga

mengetahui

objek

penilaian.

Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan
supervisi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada
tahap persiapan ialah (1) menilai pencapaian belajar
siswa pada bidang studi tertentu, (2) mempersiapkan
instrumen atau alat observasi kunjungan kelas, (3)
memberitahukan kepada guru yang akan di-supervisi
termasuk

waktu

kunjungan,

(4)

mengadakan

kesepakatan pelaksanaan supervisi (Wahjanta, 2007:
42)
Persiapan yang dilakukan ketika akan mulai
melakukan supervisi kunjungan kelas adalah sebagai
berikut.
18

(1)
Memeriksa
catatan-catatan
hasil
supervisi yang lampau, tentang nama-nama
yang masih memiliki kelemahan kecil. (2)
Memeriksa macm-macam kelemahan kecil itu
beserta nama guru yang bersangkutan. (3)
Memeriksa informasi yang di dapat dari
berbagai
pihak
tentang
kasus-kasus
kelemahan pada guru-guru. (4) encatat
kasus-kasus tersebut beserta guru yang
bersangkutan.
(5)
Memilih
kelemahankelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang
mana saja dapat kemungkinan diperbaiki
pada hari itu. (6) Menentukan waktu untuk
mensupervisi, Pidarta (2009: 104).

Berdasarkan

pendapat

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa tahap persiapan adalah tahap
dimana supervisor mempersiapkan hal-hal yang di
perlukan dalam kegiatan supervisi seperti misalnya
mengumpulkan data tentang kondisi guru yang akan
disupervisi, dan melihat dokumen hasil supervisi
tahun sebelumnya.
b. Proses supervisi
Pada

tahap

ini,

guru

melakukan

kegiatan

pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RPP) yang
telah

dibuat.

observasi

Selanjutnya

berdasarkan

supervisor

instrumen

melakukan

atau

pedoman

observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan
supervisi

kunjungan

kelas

sebagai

berikut,

(1)

supervisor bersama guru memasuki ruang kelas
tempat proses pembelajaran akan berlangsung, (2)
guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud
kedatangan

supervisor

di

ruang

kelas,

(3)

guru

mempersilakan supervisor untuk menempati tempat
duduk

yang

telah

disediakan,

(4)

guru

mulai
19

melaksanakan

kegiatan

mengacu

pada

rencana

pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor
mengobservasi penampilan guru berdasarkan format
observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru
selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegi-atan
pembelajaran,

bersama-sama

dengan

supervisor

meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru
atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007: 43)
Supervisor

yang

memakai

teknik

supervisi

kunjungan kelas dapat melakukan supervisi pada
beberapa kelas dalam satu hari. Proses supervisi
antara satu kelas atau satu kasus dengan kelas atau
kasus lain hampir tidak berbeda. Proses tersebut
secara berturut-turut adalah sebagai berikut: Sikap
supervisor; Catatan mengamati guru; Hal-hal yang
diamatai; Cara mengintervensi guru; Bentuk catatan;
Mengakhiri proses supervisi (Pidarta, 2009: 104-105).
Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti
simpulkan

bahwa

proses

supervisi

merupakan

pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati
jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
sesuai

dengan

hal-hal

yang

telah

direncanakan

sebelumnya.
c. Pertemuan balikan
Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas
adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini
kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi
selama observasi terhadap guru selama melaksanakan
proses

20

pembelajaran.

Tahap

evaluasi

merupakan

diskusi

umpan

sekolah)

balik

antara

dan

guru.

Suasana

persahabatan,

bebas

dari

bersifat
secara

mengadili.
objektif

kekurangan

dan

(kepala

pertemuan

penuh

prasangka,

Supervisor

sehingga

supervisor
dan

tidak

memaparkan

guru

kelebihan

dapat

data

mengetahui

selama

proses

pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43).
Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan
kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi,
dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus
atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam
satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini
dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari
supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali
supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan
balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk
mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor
dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107).
Berdasarkan
disimpulkan

pengertian

bahwa

pertemuan

di

atas

dapat

balikan

adalah

kegiatan yang dilakukan setelah supervisor melakukan
evaluasi

terhadap

hasil

supervisi

akademik.

Pertemuan balikan dilakukan untuk memberitahukan
kepada guru terhadap kekurangan dan kelebihan yang
mereka miliki selama proses supervisi berlangsung,
supervisor

dan

guru

mencari

solusi

terhadap

permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan
supervisi.

21

2.1.7 Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas
Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas,
diantaranya sebagai berikut. (1) Menentukan waktu
mengadakan supervisi. (2) Bersifat individual. (3) Tidak
ada pertemuan awal. (4) Waktu supervisi cukup
singkat. (5) Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas.
(6) Dapat menginterview guru dan siswa dalam kelas.
(7)

Yang

disupervisi

adalah

kasus-kasus.

(8)

Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai
pembelajaran. (9) Boleh tidak mengadakan pertemuan
balikan. (10) Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan
tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga
tidak ada. Menurut Pidarta (2009: 100-103)
2.1.8 Instrumen supervisi
Untuk

membantu

supervisor

mengarahkan

supervisi diperlukan alat bantu yang dinamakan
instrumen. Ada beberapa macam instrumen, namun
instrumen

pada

umumnya

digunaknan

dalam

supervisi antara lain panduan observasi, wawancara,
kuisioner,

dan

panduan

penelusuran

dokumen

(Hartoyo, 2006:120-126). Berikut ini adalah uraian
penjelasannya.
a. Panduan observasi
Observasi kelas dilaksanakan untuk mengamati
proses pembelajaran yang terjadi, sehingga supervisor
dapat

member

feed

back

pada

guru

untuk

meningkatkan style dan kualitas pembelajarannya.
Untuk membantu supervisor fokus pada kegiatan
22

observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo,
2006: 120).
b. Panduan wawancara
Saat supervisor melakukan wawancara, baik
kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi
sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan
pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari
responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor
adalah wawancara merupakan kesempatan untuk
memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden,
yang menguak pendapat responden.
Agar wawancara dapat berjalan lancar dan
efektif,

supervisor

perlu

mempersiapkan

outline

pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan
improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini
dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara
meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan
yang

bersangkutan

dengannya

sesuai

dengan

bidangnya (Hartoyo, 2006: 121-122).
c. Kuesioner
Kuesioner
informasi

dengan

digunakan
cara

untuk

menyebarkan

memperoleh
serangkaian

pertanyaan tertulis, yang jawaban dari responden
dituangkan secara tertulis pula pada lembar yang
tersedia. Keuntungan menggunakan kuesioner adalah
efektifitas waktu, karena kuesioner tidak memerlukan
pengawasan intensif dari supervisor. Namun, justru
karena tidak intensifnya pengawasan ini, data yang
diperoleh kemungkinan kurang sesuai dan kurang
23

lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data
atau informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu
dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable
sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124).
d. Panduan penelusuran dokumen
Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh
supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen
yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya,
panduan penelusuran dokumen digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya arsip-arsip pembukuan,
barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup
akademis,

panduan

penelusuran

dokumen

ini

digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam
mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus,
standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo,
2006: 126).
2.1.9 Kelebihan

dan

Kekurangan

Supervisi

Kunjungan Kelas
Kelebihan,

ada

beberapa

kelebihan

teknik

supervisi kunjungan kelas antara lain: (1) Karena
supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat maka
dalam

satuan

melakukan

waktu

sejumlah

yang

tidak

supervisi.

panjang
(2)

dapat

Supervisi

kunjungan kelas yang hanya mengambil data sampel
yang

diperlukan

merupakan

proses

untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan kecil atau kasuskasus negatif tertentu dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran. (3) Teknik supervisi kunjungan kelas
24

adalah

satu-satunya

membolehkan

teknik

supervisor

kelemahan-kelemahan

kecil

supervisi

meperbaiki
yang

yang

langsung

dilakukan

guru

ketika sedang mengajar dan mendidik para peserta
didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak selalu
membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang
disupervisi,

sebab

ada

kalangan

supervisor

memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam
proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik
supervisi ini cukup efisien.
Kekurangan,

ada dua kekurangan teknik

supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi
kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk
mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin
bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh
tentang

kemampuan

disupervisi.

(2)

atau

Teknik

ini

kualitas
tidak

guru

dapat

yang

dipakai

mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi
atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh
supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat
dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui
kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu
atau

bersumber

dari

informasi

tertentu

tentang

kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta,
2009: 108-109).
Berdasarkan uraian diatas teknik supervisi
kunjungan kelas sangat tepat dilakukan di SD negeri
Karangrejo I karena mempunyai kelebihan-kelebihan
dan cukup efisien

25

2.2

Kinerja Guru

2.2.1 Pengertian Kinerja Guru
Kinerja sebagai perbuatan terhadap pekerjaan
yang wajib sesuai dengan perjanjian atau kontrak.
Istilah kamus bahasa Indonesia, kinerja diartikan
sebagai

sesuatu

diperlihatkan,

yang

dan

dicapai,

kemampuan

prestasi
kerja.

yang

Pengertian

demikian juga berlaku dalam pengertian kinerja guru.
Menurut
025/O/1995

keputusan
tentang

Petunjuk

Mendikbud
Teknis

No.

Ketentuan

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kridit (2001: 28) bahwa kinerja guru meliputi kegiatan
pelaksanaan proses pembelajaran atau bimbingan
meliputi: 1) penyusunan program pengajaran atau
praktik atau bimbingan dan konseling; 2) penyajian
program pengajaran atau praktik aau bimbingan dan
konseling; 3) evaluasi belajar atau praktik atau
bimbingan dan konseling; 4) analisis, remidial dan
pengayaan.
Kinerja

atau

performansi

dapat

diartikan

sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja,
atau unjuk kerja. Kinerja, sebagaimana dinayatakan
Smith dalam Mulyasa (2007: 135) adalah ...out put
drive from processes, human or otherwise, jadi kinerja
merupakan hasil atau keluaran

dari suatu proses.

Sejalan dengan itu, Mitchel dalam Mulyasa (2007: 137)
menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek,
yaitu quality of work, promptness, initiative, capability,
and
26

comunicatio.

Kelima

aspek

tersebut

dapat

dijadikan

ukuran dalam

mengkaji kinerja tenaga

kependidikan. Disamping itu, untuk mengadakan
pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian
khusus tentang kemampuan dan komunikasi.
Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka
guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan
akademik dan juga non akademik. Guru merupakan
jabatan

atau profesi yang memerlukan

khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan
yang tidak

memiliki keahlian

keahlian
oleh orang

untuk melakukan

kegiatan

atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang

mampu

berbicara

diberbagai

bidang

ilmu

pengetahuan belum tentu guru, untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil
kerja dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan
kualitas

kerja,

tanggung

jawab,

kejujuran,

dan

kerjasama.

2.2.2 Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja Guru
Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak
telah

mengemukakan

tujuh

langkah

yang

dapat

dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui Adanya
kekurangan dalam kinerja. (b) Mengenai kekurangan
dan tingkat keseriusan. (c) Mengidentifikasikan

hal-

hal yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan
baik

yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

(e) Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f)

27

Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah
teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu,
(Anwar, 2006: 22).
Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil
dalam peningkatan karena semuanya mempunyai
kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna
bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang
kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja
guru

dalam

seseorang

penelitian

untuk

menghasilkan

ini

adalah

melaksanakan

hasil

yang

kemampuan

tugasnya

memuaskan

yang
guna

tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu
unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat
diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu kinerja guru
dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam
pelaksanaan

pembelajaran,

evaluasi pembelajaran,

kinerja

guru

dalam

serta kinerja guru dalam

melaksanakan tindak lanjut.
2.2.3 Mengukur Kinerja Guru
Dengan

dilaksanakannya

kegiatan

penilaian

dapat dikatakan bahwa seorang guru mendapatkan
perhatian dari atasannya sehingga dapat mendorong
para guru untuk lebih semangat lagi dalam bekerja,
tentu saja asal penilaian ini dilakukan secara obyektif
dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Kegiatan tindak
lanjut dari penilaian ini, memungkinkan untuk guru
dalam memperoleh imbalan jasa dari sekolah seperti
memperoleh kenaikan jabatan seperti menjadi wakil,

28

ketua jurusan, modal untuk mendapatkan kenaikan
pangkat dengan sistem kredit.
Dalam

melaksanakan

tugas

profesionalnya,

setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat
diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru
tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh
Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga
dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru
yang

bersangkutan

menjadi

mengajar.

kontroversi,

penilaian

Walaupun
kinerja

guru

masih
oleh

peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian
yang

bisa

mengidentifikasi

kinerja

guru

yang

sebenarnya.
Salah

satu

alasan

yang

melatar

belakangi

penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik
diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat
Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru
masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti
Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah
untuk mendapatkan data dan mengamati realitas
keseharian performance guru di hadapan peserta
didik.
Memang program kunjungan kelas oleh Kepala
Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh
guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha
menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek
perencanaan

maupun

pelaksanaan

pembelajaran

hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau
pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja
seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang
29

matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang
tinggi.
Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja guru
terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi
yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya.
Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di
dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula
dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala
perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan
metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran
yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di
dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja
guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen
persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun
anak didik.
Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah
satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu
menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh
derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu
adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru.
Konsep

kualitas

atau

mutu

pembelajaran

dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu
mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya.
Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang
dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang
menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan
30

yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal
tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto
dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa
“kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa
yang

menunjukkan

kemampuannya

dalam

memenuhi pelanggan”.
Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi
guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama,

yaitu

kompetensi

pedagogik,

kepribadian,

sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru.
Berkaitan

dengan

kinerja

guru

dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas
keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik
Indonesia

Nomor

14

Tahun

2005

pasal

20(a)

TentangGuru dan Dosen ditegaskan bahwa guru
memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan
kegiatan

belajar

pembelajaran,

mengajar

melaksanakan

yaitu
proses

merencanakan
pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
Untuk

mengetahui

kinerja

guru

maka

diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan
dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan
apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan.

31

2.2.4 Penilaian Kinerja
Penilaian

kinerja

merupakan

proses

yang

dilakukan suatu instansi dalam mengevaluasi kinerja
pekerjaan

seseorang.

Penilaian

kinerja

meliputi

dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas. Dalam
dunia

kompetitif

yang

mengglobal,

perusahan

membutuhkan kinerja tingi. Pada waktu yang sama,
para karyawan membutuhkan umpan balik tentang
kinerja

mereka

mempersiapkan

sebagai

petunjuk

untuk

masa

depan,

perilaku

(Mangkuprawira, 2003: 223).
Penilaian merupakan bagian penting dari fungsi
manajemen. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
kendala-kendala
memperbaiki
sehingga

yang

dihadapi,

dan

kesalahan-kesalahan

tujuan

organisasi

dapat

sekaligus

yang

terjadi

dicapai

secara

maksimal. Penilaian adalah suatu proses pengukuran
dan pertimbangan hasil pekerjaan nyata yang dicapai
dengan kriteria yang ditetapkan.
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi
sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan
memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran
atau kriteria yang telah ditetapkansekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang
guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan
balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira
(2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja karyawan
adalah:

(1)

perbaikan

kinerja;

(2)

penyesuaian

kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan

32

pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan
pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan
staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan
rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama;
(10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik
pada SDM.
Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan
tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:
“Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan
pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam
kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga
kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga
kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan
balik
terhadap
berbagai
hal,
kemampuan,
ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada
gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,
jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi
sekolah,
hasil
penilaian
prestasi
tenaga
kependidikan
sangat
penting
dalam
mengambilkeputusan
berbagai
hal,
seperti
identifikasi
kebutuhan
program
sekolah,
penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan,
promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari
keseluruhan proses pengembangan sumber daya
manusia secara keseluruhan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa
penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah
untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun
untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana
atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi
guru

dalam

kinerjanya.

memperbaiki

Selain

itu

dan

penilaian

meningkatkan
kinerja

guru
33

membantu

guru

dalam

mengenal

tugas-tugasnya

secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan
pembelajaran

seefektif

mungkin

untuk

kemajuan

peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru
yang

profesional.Penilaian

dimaksudkan

untuk

kinerja

guru

mengkritik

tidak

dan

mencari

kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru
dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan
diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti
akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik.
Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku
dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara
berkelajutan.
Penilaian kinerja guru dapat dilakukan oleh
kepala sekolah maupun pengawas untuk mengetahui
realisasi tugas yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja
yang baik harus menghargai prestasi kerja yang telah
dicapai oleh guru dan tidak bermaksud mencari
kesalahan, namun lebih bertujuan menindaklanjuti
hasil

penilaian.

Penilaian

terhadap

guru

dapat

dilakukan apabila telah disepakati standar/target
kinerja yang di harapkan.
Kegiatan

penilaian

kinerja

bermanfaat

bagi

kepala sekolah untuk mengadakan perbaikan dan
pembinaan kepada guru dalam menjalankan tugas
bimbingan

dan

penilaian

kinerja

prestasi

kerja,

pengajaran.
untuk

Bagi

guru,

mengetahui

selanjutnya

manfaat

pencapaian

digunakan

untuk

mengadakan perbaikan dalam rangka meningkatkan
kinerjanya. Sedangkan bagi sekolah manfaat penilaian
34

kinerja

dapat

digunakan

sebagai

dasar

dalam

menyusun program semester dan program tahunan
sekolah.
2.3 Penelitian Yang Relevan
Ryan dan Gottfried (2012: 565-571) dalam
penelitiannya yang berjudul “Elementary SuperVision
and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive
Education”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri,
dan

mengetahui

mengawasi,

orang-orang

sangat

penting

bahwa
untuk

ia

sedang

keberhasilan

kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan
supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan
guru yang akan disupervisi.
Wasonga, Wanzare, dan Rari (2011: 117-120)
dalam penelitiannya yang berjudul “Adults helping
adults:

Teacher-initiated

supervisory

option

for

professional development”. Penelitian ini membahas
tentang pengawasan sebaya di kalangan guru. Ini
mempertimbangkan
potensi

pentingnya

memfasilitasi
sebaya

praktek,

pengawasan

guru

profesionalismenya.
rekan

fokus,

dalam

Pengawasan

adalah

bagian

masalah
sebaya

dan

dalam

meningkatkan
atau

pembinaan

penting

untuk

pengembangan profesional yang memungkinkan guru
untuk

membuat

perubahan

dalam

praktik

pembelajaran mereka dan prosedur untuk tujuan
meningkatkan prestasi siswa.

35

Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: 214217) dalam penelitiannya yang berjudul “Concerns of
Teachers and Principals on Instructional Supervision in
Three Asian Countries“. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengawasan yang dilakukan tidak sungguhsungguh

atau

memberikan

hanya

hasil

sekedar

yang

melihat-lihat

tidak

maksimal.

saja

Dalam

pelaksanaan supervisi diperlukan adanya keterlibatan
kepala sekolah, guru-guru serta supervisor untuk
kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan
juga diperoleh hasil yang maksimal.
Barinto (2012: 201-214) dalam penelitiannya
yang berjudul “Hubungan Kompetensi Guru Dan
Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri
Se-Kecamatan Percut Sei Tuan” Hasil analisis yaitu: 1)
terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi
guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang
signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja
guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi guru dan supervisi akademik
secara bersama-sama dengan kinerja guru.
Ali Sudin (2008: 73) dalam penelitiannya yang
berjudul “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap
Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten
Sumedang”

Kesimpulan

secara

umum

dari

hasil

penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi dalam
seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini
terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,
27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut
aspek
36

pengelolaan

pembelajaran

berada

dalam

kategori cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi
yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan
akademik guru dalam pembelajaran berada dalam
kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang
menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai
guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam
kategori kurang yaitu 35, 97%.
Suryani (2013: 234-139) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik di SD
N 1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”
menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik
di SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala
sekolah

dalam

penggunaan

pelaksanaan

komunikasi

supervisi

adalah

arah

untuk

dua

memudahkan pelaksanaan komunikasi. Aspek yang
dinilai dalam supervisi akademik adalah sistematika
pembelajaran, penggunaan alat peraga serta evaluasi
pembelajaran. sikap kepala sekolah ketika melakukan
supervisi pembelajaran tidak mengganggu jalannya
pembelajaran.
Dari

beberapa

penelitian

di

atas

terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.
Persamannya adalah sama-sama membahas tentang
supervisi

akademik

meningkatkan

kineraja

yang

dilakukan

guru.

Hasil

untuk

penelitiannya

menyatakan supervisi akademik dapat meningkatkan
kinerja mengajar guru. Perbedaannya adalah supervisi
akademik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
supervisi akademik dengan teknik kunjungan kelas.
37

2.4 Kerangka Pikir
Gambar
Kerangka Pikir
1. Pendekatan
kepada guru
2. Guru
merasa
diperhatikan
3. Guru
merasa
ada
tempat
untuk mencari
solusi
4. Kepala sekolah
memotivasi
5. Guru
melaksanakan
pembelajaran

Supervisi
akademik
melalui
kunjungan kelas

Kinerja
mengajar
guru
meningkat

Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik
kunjungan

kelas

terhadap

guru

pada

saat

melaksanakan proses pembelajaran. Kepala sekolah
mengadakan

pendekatan

kepada

supervisi guru merasa diperhatikan,

guru.

Adanya

ada tempat

untuk mencari solusi, kepala sekolah memberikan
motivasi pada guru untuk senantiasa melaksanakan
pembelajaran

dengan

sebaik-baiknya.

Dengan

demikian kinerja mengajar guru menjadi meningkat

38

39

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

THE EFFECT OF USING ENGLISH SONGS ON THE FIFTH YEAR STUDENT’S VOCABULARY ACHIEVEMENT OF SDN KASIYAN TIMUR 03 PUGER, JEMBER

4 68 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3