T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SDN Karangrejo 1 Dempet Demak T2 BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Supervisi Akademik
2.1.1 Definisi Supervisi Akademik
Supervisi akademik merupakan bagian supervisi
pendidikan
yang
memberikan
menitikberatkan
bantuan
pada
upaya
meningkatkan
mutu
pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola
proses belajar di kelas.
“supervisi
akademik
Menurut Muslim (2009: 41)
diberi
pengertian
sebagai
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
dalam bentuk layanan professional yang diberikan
oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses
dan hasil belajar mengajar”.
Supervisi akademik bukan hanya membantu
guru dalam memahami pendidikan dan apa peran
sekolah
dalam
membantu guru
mencapai
tujuannya,
dalam memahami
tapi
juga
keadaan dan
kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam
menyusun
(Arikunto,
rencana
2009:
12).
pembelajaran
Di
samping
secara
itu
tepat
supervisi
membantu guru agar memiliki kemampuan dalam
mengembangkan
kecakapan
pribadi.
Supervisi
bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan
mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif,
bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling
9
menghargai satu sama lainnya. Makna lain yang
terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa
supervisi dimaksudkan untuk membantu guru dalam
memberi pengertian kepada masyarakat mengenai
program yang sudah ada dan direncanakan oleh
sekolah
agar
masyarakat
dapat
mengerti
dan
membantu usaha sekolah. Intinya, supervisi akademik
merupakan
bantuan
kepada
guru
dalam
meningkatkan pemahaman dan kecakapan kinerja
profesinya sebagai tenaga pendidik, agar berhasil
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan
kegiatan
bahwa
berupa
supervisi
bantuan
dan
akademik
adalah
bimbingan
yang
diberikan oleh supervisor yaitu pengawas sekolah dan
kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, sehingga akan mendorong
peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2.1.2 Tujuan supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah membantu
guru
mengembangkan
kemampuannya
mencapai
tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.
Sudjana (2011: 56) menjelaskan bahwa supervise
akademik diselenggarakan dengan tujuan membantu
guru
dalam
mengembangkan
melaksanakan
kemampuan
tugas
profesionalnya
pokok
dan
tanggungjawabnya yakni melaksanakan pembelajaran
10
yang mendidik. Oleh sebab itu melalui supervise
akademik guru hendaknya mengusai kompetensi yang
harus
dimilikinya
yakni
kompetensi
sosial,
kompetensi
professional
kompetensi
kompetensi
kepribadian,
pedagogik,
sebagaimana
dan
dituangkan
dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007.
Supervisi
akademik
diselenggarakan
dengan
tujuan meningkatkan kulaitas pembelajaran melalui
pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar dan
proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauh
mana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan
dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan
observasi
kelas
pembelajaran.
pada
saat
Pembelajaran
guru
melaksanakan
dikatakan
berkualitas
apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil
belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki
rasa keingintahuan lebih lanjut.
2.1.3 Pengelolaan Supervisi Akademik
a. Perencanaan Supervisi Akademik
Supervisi
akademik
harus
direncanakan
dengan baik, rapi dan terstruktur. Perencanaan
dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas,
wawancara hingga diskusi dan tindak lanjutnya.
Perencanaan ini meliputi tujuan, waktu, tempat,
instrument dan sebagainya yang diperlukan demi
11
kelancaran proses supervisi. Perencanaan sangat
berpengaruh terhadap hasil supervisi, oleh karena
itu perencanaan yang matang merupakan awal
keberhasilan (Hartoyo, 2006:93).
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut Herabudin (2009: 234) supervisi
akademik dapat dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan antara lain: (1)
Kunjungan rutin yang
terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai
silaturahmi para supervisor sehingga terbentuk
hubungan
dialogis
yang
harmonis
dalam
mendiskusikan berbagai permasalahan pembela
jaran
yang
dihadapi
sekolah;
(2)
Melakukan
berbagai kegiatan sekolah dengan melibatkan para
guru dan siswa untuk mengenali dan menerapkan
metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran;
(3) Melaksanakan seminar pendidikan untuk para
guru untuk menambah wawasan kependidikannya.
(4)
Pelaksanaan
menekankan
kurikulum
kepada
baru
kemandirian
yang
siswa.
lebih
(5)
Penilaian terhadap kinerja guru dan reward yang
dijanjikan.
c. Umpan Balik
Sebelum pertemuan balikan dilaksanakan
diharapkan
pendahuluan
supervisor
tentang
mengadakan
rekaman
analisis
observasi
yang
dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini
(Anonim,
12
2009:
7).
Untuk
kasus-kasus
atau
kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan
diskusi
setelah
supervisi
selesai
dibawa
ke
pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru
yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan
waktu tertentu maka pertemuan balikan dilakukan
secara bergantian. Diskusi pada pertemuan balikan
perlu
mempertimbangkan
kemampuan
guru,
pribadi, watak, dan sifat-sifat guru lainnya (Pidarta,
2009: 107).
2.1.4 Teknik Supervisi
Efektivitas
supervisi
juga
dipengaruhi
oleh
pemilihan teknik supervisi yang sesuai. Menurut
Arikunto (2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi
yaitu:
a. Teknik Perorangan
Yang dimaksud dengan teknik perorangan
dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang
dilakukan secara sendiri oleh petugas supervise,
baik terjai di dalam kelas maupun di luar kelas
(Arikunto, 2004: 54). Teknik perorangan antara
lain:
(1)
Mengadakan
kunjungan
kelas
(Classroom
Visitation) Yang dimaksud dengan kunjungan
kelas
atau
classroom
visitation
adalah
kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau
kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika
kegiatan sedang berlangsung untuk melihat
atau mengamati guru yang sedang mengajar,
ataupunn ketika kelas sedang kosong, atau
13
sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak
mengajar (Arikunto, 2004: 55).
(2)
Mengadakan
observasi
kelas
(classroom
observation), yang dimaksud dengan observasi
kelas
atau
classroom
observation
ialah
kunjungan yang dilakukan oleh supervisor,
baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah
kelas
dengan
situasi
maksud
atau
berlangsungdi
untuk
peristiwa
kelas
mencermati
yang
sedang
yang
bersangkutan
wawancara
perseorangan
(Arikunto, 2004: 55).
(3)
Mengadakan
(individual interview) Wawancara perseorangan
dilakukan
apabila
supervisor
berpendapat
bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari
individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan
apabila, (a) ada masalah khusus pada individu
guru
atau
staf
sekolah
lain
yang
penyelesaianya tidak boleh di dengar oleh
orang
lain.
mengecek
(b)
apabila
kebenaran
supervisor
data
yang
ingin
sudah
dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini
wawancara perseorangan adalah teknik yang
tep[at agar orang yang diwawancari tidak
terpengaruh
oleh
pendapat
orang
lain
(Arikunto, 2004: 56).
(4)
Mengadakan
wawancara
kelompok
(group
interview) Teknik wawancara ini dalam bahasa
Inggris di kenal dengan sitilah round table
(meja bundar). Dikatakan demikian karena
14
round table menghendaki adanya persyaratan
yang
harus
dipenuhi,
yaitu
situasi
dan
peraturan duduk dalam diskusi hendaknya
memang dalam posisi lingkaran yang bundar,
dimana
masing-masing
angota
kelompok
memiliki kedudukan dan hak yang sama.
Demikian juga pewawancara hendaknya duduk
juga dalam lingkaran, berada di antara anggota
kelompok yang lain (Arikunto, 2004: 56).
b. Teknik kelompok
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting)
Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah
dapat terlaksana dengan baik apabila masingmasing warga sekolah mempunyai hak yang
sama
untuk
mengemukakn
pendapat,
dan
segala informasi yang ada dapat dengan segera
sampai ke semua warga dengan cepat dan
dengan sis yang tepat pula (Arikunto, 2004: 57).
2) Mengadakan
Discussion)
diskusi
Diskusi
kelompok
kelompok
(group
dapat
juga
digunakan untuk mempertemukan pendapat
antar
khusus
pimpinan
antar
kelompok
dalam
staff
dapat
bentuk
pimpinan
pertemuan
saja.
diselenggarkan
Diskusi
dengan
mengundang atau mengumpulkan guru-guru
bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai
dengan keperluannya (Arikunto, 2004: 57).
15
3) Mengadakan penataran-penataran (in service
training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan
kemampuan guru dan staff sekolah adalah
penataran.
Dalam
penataran
klasifikasi
dikategorikan
sebagai
pendidikan,
in
service
training, sebagai jenis lain dari pre service
training, yang merupakan pendidikan sebelum
yang bersangkutan diangkat jadi pegawai yang
resmi (Arikunto, 2004: 57).
4) Seminar, sejak diberlakukan kenaikan pangkat
dengan jabatan fungsional, banyak guru yang
merasa membutuhkan sertifikat yang dapat
diakui sebagaiangka kredit. Cara yang baik
dalam
mengikuti
dilakukan
dengan
seminar
adalah
apabila
sungguh-sungguh,
serius,
dan cermat mengikuti prestasi dan acara Tanya
jawab (Arikunto, 2004: 58).
2.1.5 Supervisi Akademik Kunjungan Kelas
Kunjungan
kelas
(classroom
Visitation)
merupakan salah satu teknik supervisi yang dapat
dilakukan
secara
periodik
dan
berencana
untuk
memperoleh bagan tentang kegiatan pembelajaran dan
kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.
Bagaimana guru mengelola pembelajaran dan segala
aktivitas yang merupakan rangkaian pembalajaran
menjadi fokus dalam kunjungan kelas (Hartoyo, 2006:
104).
16
Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud
dengan kunjungan kelas atau classroom visitation
adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau
kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan
sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati
guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas
sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru
sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi
kelas
sangat
bermanfaat
untuk
mendapatkan
informasi tentang proses belajar mengajar secara
langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun
kekurangan dan kelemahamnnya (Mulyasa, 2013:
245).
Melalui
mengamati
teknik
secara
ini,
kepala
langsung
sekolah
kegitan
dapat
guru
dalam
melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan
alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil
observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor
bersama guru untuk menentukan cara-cara yang
paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi
belajar
mengajar.
Agar
kunjungan
kelas
berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan
teliti
dan
dilaksanakan
secara
hati-hati
dengan
penampilan yang baik pula.
Dalam hal ini kunjungan kelas dimaksudkan
untuk melihat lebih dekat situasi dan suasana kelas
secara keseluruhan. Apabila kunjuungan tersebut
dijumpai
hal-hal
yang
baik
atau
kurang
pada
tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat
mengundang
guru
atau
siswa
diajak
berdiskusi
17
menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang
penting untuk diingat adalah bahwa dari kunjungan
kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam
bentuk
bantuan
atau
pembinaan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata
lain, sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog
yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa
sehingga diperoleh kesepakatan yang harmonis.
2.1.6 Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas
Menurut
Pidarta
(2009:
104-106)
langkah-
langkah dalam supervisi kunjungan kelas terdiri dari.
a. Persiapan
Tahap
persiapan
merupakan
pembuatan
kerangka kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh
supervisor
dan
guru
indikator-indikator
sebaiknya
yang
menjadi
juga
mengetahui
objek
penilaian.
Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan
supervisi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada
tahap persiapan ialah (1) menilai pencapaian belajar
siswa pada bidang studi tertentu, (2) mempersiapkan
instrumen atau alat observasi kunjungan kelas, (3)
memberitahukan kepada guru yang akan di-supervisi
termasuk
waktu
kunjungan,
(4)
mengadakan
kesepakatan pelaksanaan supervisi (Wahjanta, 2007:
42)
Persiapan yang dilakukan ketika akan mulai
melakukan supervisi kunjungan kelas adalah sebagai
berikut.
18
(1)
Memeriksa
catatan-catatan
hasil
supervisi yang lampau, tentang nama-nama
yang masih memiliki kelemahan kecil. (2)
Memeriksa macm-macam kelemahan kecil itu
beserta nama guru yang bersangkutan. (3)
Memeriksa informasi yang di dapat dari
berbagai
pihak
tentang
kasus-kasus
kelemahan pada guru-guru. (4) encatat
kasus-kasus tersebut beserta guru yang
bersangkutan.
(5)
Memilih
kelemahankelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang
mana saja dapat kemungkinan diperbaiki
pada hari itu. (6) Menentukan waktu untuk
mensupervisi, Pidarta (2009: 104).
Berdasarkan
pendapat
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa tahap persiapan adalah tahap
dimana supervisor mempersiapkan hal-hal yang di
perlukan dalam kegiatan supervisi seperti misalnya
mengumpulkan data tentang kondisi guru yang akan
disupervisi, dan melihat dokumen hasil supervisi
tahun sebelumnya.
b. Proses supervisi
Pada
tahap
ini,
guru
melakukan
kegiatan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RPP) yang
telah
dibuat.
observasi
Selanjutnya
berdasarkan
supervisor
instrumen
melakukan
atau
pedoman
observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan
supervisi
kunjungan
kelas
sebagai
berikut,
(1)
supervisor bersama guru memasuki ruang kelas
tempat proses pembelajaran akan berlangsung, (2)
guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud
kedatangan
supervisor
di
ruang
kelas,
(3)
guru
mempersilakan supervisor untuk menempati tempat
duduk
yang
telah
disediakan,
(4)
guru
mulai
19
melaksanakan
kegiatan
mengacu
pada
rencana
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor
mengobservasi penampilan guru berdasarkan format
observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru
selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegi-atan
pembelajaran,
bersama-sama
dengan
supervisor
meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru
atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007: 43)
Supervisor
yang
memakai
teknik
supervisi
kunjungan kelas dapat melakukan supervisi pada
beberapa kelas dalam satu hari. Proses supervisi
antara satu kelas atau satu kasus dengan kelas atau
kasus lain hampir tidak berbeda. Proses tersebut
secara berturut-turut adalah sebagai berikut: Sikap
supervisor; Catatan mengamati guru; Hal-hal yang
diamatai; Cara mengintervensi guru; Bentuk catatan;
Mengakhiri proses supervisi (Pidarta, 2009: 104-105).
Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti
simpulkan
bahwa
proses
supervisi
merupakan
pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati
jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
sesuai
dengan
hal-hal
yang
telah
direncanakan
sebelumnya.
c. Pertemuan balikan
Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas
adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini
kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi
selama observasi terhadap guru selama melaksanakan
proses
20
pembelajaran.
Tahap
evaluasi
merupakan
diskusi
umpan
sekolah)
balik
antara
dan
guru.
Suasana
persahabatan,
bebas
dari
bersifat
secara
mengadili.
objektif
kekurangan
dan
(kepala
pertemuan
penuh
prasangka,
Supervisor
sehingga
supervisor
dan
tidak
memaparkan
guru
kelebihan
dapat
data
mengetahui
selama
proses
pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43).
Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan
kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi,
dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus
atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam
satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini
dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari
supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali
supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan
balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk
mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor
dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107).
Berdasarkan
disimpulkan
pengertian
bahwa
pertemuan
di
atas
dapat
balikan
adalah
kegiatan yang dilakukan setelah supervisor melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
supervisi
akademik.
Pertemuan balikan dilakukan untuk memberitahukan
kepada guru terhadap kekurangan dan kelebihan yang
mereka miliki selama proses supervisi berlangsung,
supervisor
dan
guru
mencari
solusi
terhadap
permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan
supervisi.
21
2.1.7 Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas
Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas,
diantaranya sebagai berikut. (1) Menentukan waktu
mengadakan supervisi. (2) Bersifat individual. (3) Tidak
ada pertemuan awal. (4) Waktu supervisi cukup
singkat. (5) Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas.
(6) Dapat menginterview guru dan siswa dalam kelas.
(7)
Yang
disupervisi
adalah
kasus-kasus.
(8)
Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai
pembelajaran. (9) Boleh tidak mengadakan pertemuan
balikan. (10) Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan
tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga
tidak ada. Menurut Pidarta (2009: 100-103)
2.1.8 Instrumen supervisi
Untuk
membantu
supervisor
mengarahkan
supervisi diperlukan alat bantu yang dinamakan
instrumen. Ada beberapa macam instrumen, namun
instrumen
pada
umumnya
digunaknan
dalam
supervisi antara lain panduan observasi, wawancara,
kuisioner,
dan
panduan
penelusuran
dokumen
(Hartoyo, 2006:120-126). Berikut ini adalah uraian
penjelasannya.
a. Panduan observasi
Observasi kelas dilaksanakan untuk mengamati
proses pembelajaran yang terjadi, sehingga supervisor
dapat
member
feed
back
pada
guru
untuk
meningkatkan style dan kualitas pembelajarannya.
Untuk membantu supervisor fokus pada kegiatan
22
observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo,
2006: 120).
b. Panduan wawancara
Saat supervisor melakukan wawancara, baik
kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi
sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan
pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari
responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor
adalah wawancara merupakan kesempatan untuk
memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden,
yang menguak pendapat responden.
Agar wawancara dapat berjalan lancar dan
efektif,
supervisor
perlu
mempersiapkan
outline
pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan
improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini
dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara
meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan
yang
bersangkutan
dengannya
sesuai
dengan
bidangnya (Hartoyo, 2006: 121-122).
c. Kuesioner
Kuesioner
informasi
dengan
digunakan
cara
untuk
menyebarkan
memperoleh
serangkaian
pertanyaan tertulis, yang jawaban dari responden
dituangkan secara tertulis pula pada lembar yang
tersedia. Keuntungan menggunakan kuesioner adalah
efektifitas waktu, karena kuesioner tidak memerlukan
pengawasan intensif dari supervisor. Namun, justru
karena tidak intensifnya pengawasan ini, data yang
diperoleh kemungkinan kurang sesuai dan kurang
23
lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data
atau informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu
dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable
sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124).
d. Panduan penelusuran dokumen
Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh
supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen
yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya,
panduan penelusuran dokumen digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya arsip-arsip pembukuan,
barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup
akademis,
panduan
penelusuran
dokumen
ini
digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam
mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus,
standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo,
2006: 126).
2.1.9 Kelebihan
dan
Kekurangan
Supervisi
Kunjungan Kelas
Kelebihan,
ada
beberapa
kelebihan
teknik
supervisi kunjungan kelas antara lain: (1) Karena
supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat maka
dalam
satuan
melakukan
waktu
sejumlah
yang
tidak
supervisi.
panjang
(2)
dapat
Supervisi
kunjungan kelas yang hanya mengambil data sampel
yang
diperlukan
merupakan
proses
untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan kecil atau kasuskasus negatif tertentu dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran. (3) Teknik supervisi kunjungan kelas
24
adalah
satu-satunya
membolehkan
teknik
supervisor
kelemahan-kelemahan
kecil
supervisi
meperbaiki
yang
yang
langsung
dilakukan
guru
ketika sedang mengajar dan mendidik para peserta
didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak selalu
membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang
disupervisi,
sebab
ada
kalangan
supervisor
memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam
proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik
supervisi ini cukup efisien.
Kekurangan,
ada dua kekurangan teknik
supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi
kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk
mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin
bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh
tentang
kemampuan
disupervisi.
(2)
atau
Teknik
ini
kualitas
tidak
guru
dapat
yang
dipakai
mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi
atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh
supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat
dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui
kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu
atau
bersumber
dari
informasi
tertentu
tentang
kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta,
2009: 108-109).
Berdasarkan uraian diatas teknik supervisi
kunjungan kelas sangat tepat dilakukan di SD negeri
Karangrejo I karena mempunyai kelebihan-kelebihan
dan cukup efisien
25
2.2
Kinerja Guru
2.2.1 Pengertian Kinerja Guru
Kinerja sebagai perbuatan terhadap pekerjaan
yang wajib sesuai dengan perjanjian atau kontrak.
Istilah kamus bahasa Indonesia, kinerja diartikan
sebagai
sesuatu
diperlihatkan,
yang
dan
dicapai,
kemampuan
prestasi
kerja.
yang
Pengertian
demikian juga berlaku dalam pengertian kinerja guru.
Menurut
025/O/1995
keputusan
tentang
Petunjuk
Mendikbud
Teknis
No.
Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kridit (2001: 28) bahwa kinerja guru meliputi kegiatan
pelaksanaan proses pembelajaran atau bimbingan
meliputi: 1) penyusunan program pengajaran atau
praktik atau bimbingan dan konseling; 2) penyajian
program pengajaran atau praktik aau bimbingan dan
konseling; 3) evaluasi belajar atau praktik atau
bimbingan dan konseling; 4) analisis, remidial dan
pengayaan.
Kinerja
atau
performansi
dapat
diartikan
sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja,
atau unjuk kerja. Kinerja, sebagaimana dinayatakan
Smith dalam Mulyasa (2007: 135) adalah ...out put
drive from processes, human or otherwise, jadi kinerja
merupakan hasil atau keluaran
dari suatu proses.
Sejalan dengan itu, Mitchel dalam Mulyasa (2007: 137)
menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek,
yaitu quality of work, promptness, initiative, capability,
and
26
comunicatio.
Kelima
aspek
tersebut
dapat
dijadikan
ukuran dalam
mengkaji kinerja tenaga
kependidikan. Disamping itu, untuk mengadakan
pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian
khusus tentang kemampuan dan komunikasi.
Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka
guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan
akademik dan juga non akademik. Guru merupakan
jabatan
atau profesi yang memerlukan
khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan
yang tidak
memiliki keahlian
keahlian
oleh orang
untuk melakukan
kegiatan
atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang
mampu
berbicara
diberbagai
bidang
ilmu
pengetahuan belum tentu guru, untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil
kerja dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan
kualitas
kerja,
tanggung
jawab,
kejujuran,
dan
kerjasama.
2.2.2 Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja Guru
Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak
telah
mengemukakan
tujuh
langkah
yang
dapat
dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui Adanya
kekurangan dalam kinerja. (b) Mengenai kekurangan
dan tingkat keseriusan. (c) Mengidentifikasikan
hal-
hal yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan
baik
yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.
(e) Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f)
27
Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah
teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu,
(Anwar, 2006: 22).
Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil
dalam peningkatan karena semuanya mempunyai
kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna
bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang
kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja
guru
dalam
seseorang
penelitian
untuk
menghasilkan
ini
adalah
melaksanakan
hasil
yang
kemampuan
tugasnya
memuaskan
yang
guna
tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu
unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat
diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu kinerja guru
dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi pembelajaran,
kinerja
guru
dalam
serta kinerja guru dalam
melaksanakan tindak lanjut.
2.2.3 Mengukur Kinerja Guru
Dengan
dilaksanakannya
kegiatan
penilaian
dapat dikatakan bahwa seorang guru mendapatkan
perhatian dari atasannya sehingga dapat mendorong
para guru untuk lebih semangat lagi dalam bekerja,
tentu saja asal penilaian ini dilakukan secara obyektif
dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Kegiatan tindak
lanjut dari penilaian ini, memungkinkan untuk guru
dalam memperoleh imbalan jasa dari sekolah seperti
memperoleh kenaikan jabatan seperti menjadi wakil,
28
ketua jurusan, modal untuk mendapatkan kenaikan
pangkat dengan sistem kredit.
Dalam
melaksanakan
tugas
profesionalnya,
setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat
diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru
tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh
Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga
dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru
yang
bersangkutan
menjadi
mengajar.
kontroversi,
penilaian
Walaupun
kinerja
guru
masih
oleh
peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian
yang
bisa
mengidentifikasi
kinerja
guru
yang
sebenarnya.
Salah
satu
alasan
yang
melatar
belakangi
penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik
diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat
Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru
masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti
Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah
untuk mendapatkan data dan mengamati realitas
keseharian performance guru di hadapan peserta
didik.
Memang program kunjungan kelas oleh Kepala
Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh
guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha
menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek
perencanaan
maupun
pelaksanaan
pembelajaran
hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau
pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja
seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang
29
matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang
tinggi.
Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja guru
terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi
yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya.
Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di
dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula
dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala
perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan
metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran
yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di
dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja
guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen
persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun
anak didik.
Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah
satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu
menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh
derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu
adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru.
Konsep
kualitas
atau
mutu
pembelajaran
dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu
mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya.
Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang
dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang
menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan
30
yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal
tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto
dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa
“kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa
yang
menunjukkan
kemampuannya
dalam
memenuhi pelanggan”.
Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi
guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama,
yaitu
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru.
Berkaitan
dengan
kinerja
guru
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas
keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor
14
Tahun
2005
pasal
20(a)
TentangGuru dan Dosen ditegaskan bahwa guru
memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan
kegiatan
belajar
pembelajaran,
mengajar
melaksanakan
yaitu
proses
merencanakan
pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
Untuk
mengetahui
kinerja
guru
maka
diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan
dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan
apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan.
31
2.2.4 Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja
merupakan
proses
yang
dilakukan suatu instansi dalam mengevaluasi kinerja
pekerjaan
seseorang.
Penilaian
kinerja
meliputi
dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas. Dalam
dunia
kompetitif
yang
mengglobal,
perusahan
membutuhkan kinerja tingi. Pada waktu yang sama,
para karyawan membutuhkan umpan balik tentang
kinerja
mereka
mempersiapkan
sebagai
petunjuk
untuk
masa
depan,
perilaku
(Mangkuprawira, 2003: 223).
Penilaian merupakan bagian penting dari fungsi
manajemen. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
kendala-kendala
memperbaiki
sehingga
yang
dihadapi,
dan
kesalahan-kesalahan
tujuan
organisasi
dapat
sekaligus
yang
terjadi
dicapai
secara
maksimal. Penilaian adalah suatu proses pengukuran
dan pertimbangan hasil pekerjaan nyata yang dicapai
dengan kriteria yang ditetapkan.
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi
sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan
memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran
atau kriteria yang telah ditetapkansekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang
guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan
balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira
(2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja karyawan
adalah:
(1)
perbaikan
kinerja;
(2)
penyesuaian
kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan
32
pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan
pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan
staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan
rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama;
(10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik
pada SDM.
Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan
tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:
“Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan
pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam
kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga
kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga
kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan
balik
terhadap
berbagai
hal,
kemampuan,
ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada
gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,
jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi
sekolah,
hasil
penilaian
prestasi
tenaga
kependidikan
sangat
penting
dalam
mengambilkeputusan
berbagai
hal,
seperti
identifikasi
kebutuhan
program
sekolah,
penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan,
promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari
keseluruhan proses pengembangan sumber daya
manusia secara keseluruhan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa
penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah
untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun
untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana
atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi
guru
dalam
kinerjanya.
memperbaiki
Selain
itu
dan
penilaian
meningkatkan
kinerja
guru
33
membantu
guru
dalam
mengenal
tugas-tugasnya
secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan
pembelajaran
seefektif
mungkin
untuk
kemajuan
peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru
yang
profesional.Penilaian
dimaksudkan
untuk
kinerja
guru
mengkritik
tidak
dan
mencari
kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru
dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan
diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti
akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik.
Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku
dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara
berkelajutan.
Penilaian kinerja guru dapat dilakukan oleh
kepala sekolah maupun pengawas untuk mengetahui
realisasi tugas yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja
yang baik harus menghargai prestasi kerja yang telah
dicapai oleh guru dan tidak bermaksud mencari
kesalahan, namun lebih bertujuan menindaklanjuti
hasil
penilaian.
Penilaian
terhadap
guru
dapat
dilakukan apabila telah disepakati standar/target
kinerja yang di harapkan.
Kegiatan
penilaian
kinerja
bermanfaat
bagi
kepala sekolah untuk mengadakan perbaikan dan
pembinaan kepada guru dalam menjalankan tugas
bimbingan
dan
penilaian
kinerja
prestasi
kerja,
pengajaran.
untuk
Bagi
guru,
mengetahui
selanjutnya
manfaat
pencapaian
digunakan
untuk
mengadakan perbaikan dalam rangka meningkatkan
kinerjanya. Sedangkan bagi sekolah manfaat penilaian
34
kinerja
dapat
digunakan
sebagai
dasar
dalam
menyusun program semester dan program tahunan
sekolah.
2.3 Penelitian Yang Relevan
Ryan dan Gottfried (2012: 565-571) dalam
penelitiannya yang berjudul “Elementary SuperVision
and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive
Education”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri,
dan
mengetahui
mengawasi,
orang-orang
sangat
penting
bahwa
untuk
ia
sedang
keberhasilan
kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan
supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan
guru yang akan disupervisi.
Wasonga, Wanzare, dan Rari (2011: 117-120)
dalam penelitiannya yang berjudul “Adults helping
adults:
Teacher-initiated
supervisory
option
for
professional development”. Penelitian ini membahas
tentang pengawasan sebaya di kalangan guru. Ini
mempertimbangkan
potensi
pentingnya
memfasilitasi
sebaya
praktek,
pengawasan
guru
profesionalismenya.
rekan
fokus,
dalam
Pengawasan
adalah
bagian
masalah
sebaya
dan
dalam
meningkatkan
atau
pembinaan
penting
untuk
pengembangan profesional yang memungkinkan guru
untuk
membuat
perubahan
dalam
praktik
pembelajaran mereka dan prosedur untuk tujuan
meningkatkan prestasi siswa.
35
Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: 214217) dalam penelitiannya yang berjudul “Concerns of
Teachers and Principals on Instructional Supervision in
Three Asian Countries“. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengawasan yang dilakukan tidak sungguhsungguh
atau
memberikan
hanya
hasil
sekedar
yang
melihat-lihat
tidak
maksimal.
saja
Dalam
pelaksanaan supervisi diperlukan adanya keterlibatan
kepala sekolah, guru-guru serta supervisor untuk
kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan
juga diperoleh hasil yang maksimal.
Barinto (2012: 201-214) dalam penelitiannya
yang berjudul “Hubungan Kompetensi Guru Dan
Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri
Se-Kecamatan Percut Sei Tuan” Hasil analisis yaitu: 1)
terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi
guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang
signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja
guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi guru dan supervisi akademik
secara bersama-sama dengan kinerja guru.
Ali Sudin (2008: 73) dalam penelitiannya yang
berjudul “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap
Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten
Sumedang”
Kesimpulan
secara
umum
dari
hasil
penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi dalam
seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini
terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,
27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut
aspek
36
pengelolaan
pembelajaran
berada
dalam
kategori cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi
yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan
akademik guru dalam pembelajaran berada dalam
kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang
menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai
guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam
kategori kurang yaitu 35, 97%.
Suryani (2013: 234-139) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik di SD
N 1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”
menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik
di SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala
sekolah
dalam
penggunaan
pelaksanaan
komunikasi
supervisi
adalah
arah
untuk
dua
memudahkan pelaksanaan komunikasi. Aspek yang
dinilai dalam supervisi akademik adalah sistematika
pembelajaran, penggunaan alat peraga serta evaluasi
pembelajaran. sikap kepala sekolah ketika melakukan
supervisi pembelajaran tidak mengganggu jalannya
pembelajaran.
Dari
beberapa
penelitian
di
atas
terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.
Persamannya adalah sama-sama membahas tentang
supervisi
akademik
meningkatkan
kineraja
yang
dilakukan
guru.
Hasil
untuk
penelitiannya
menyatakan supervisi akademik dapat meningkatkan
kinerja mengajar guru. Perbedaannya adalah supervisi
akademik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
supervisi akademik dengan teknik kunjungan kelas.
37
2.4 Kerangka Pikir
Gambar
Kerangka Pikir
1. Pendekatan
kepada guru
2. Guru
merasa
diperhatikan
3. Guru
merasa
ada
tempat
untuk mencari
solusi
4. Kepala sekolah
memotivasi
5. Guru
melaksanakan
pembelajaran
Supervisi
akademik
melalui
kunjungan kelas
Kinerja
mengajar
guru
meningkat
Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik
kunjungan
kelas
terhadap
guru
pada
saat
melaksanakan proses pembelajaran. Kepala sekolah
mengadakan
pendekatan
kepada
supervisi guru merasa diperhatikan,
guru.
Adanya
ada tempat
untuk mencari solusi, kepala sekolah memberikan
motivasi pada guru untuk senantiasa melaksanakan
pembelajaran
dengan
sebaik-baiknya.
Dengan
demikian kinerja mengajar guru menjadi meningkat
38
39
LANDASAN TEORI
2.1
Supervisi Akademik
2.1.1 Definisi Supervisi Akademik
Supervisi akademik merupakan bagian supervisi
pendidikan
yang
memberikan
menitikberatkan
bantuan
pada
upaya
meningkatkan
mutu
pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola
proses belajar di kelas.
“supervisi
akademik
Menurut Muslim (2009: 41)
diberi
pengertian
sebagai
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru
dalam bentuk layanan professional yang diberikan
oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses
dan hasil belajar mengajar”.
Supervisi akademik bukan hanya membantu
guru dalam memahami pendidikan dan apa peran
sekolah
dalam
membantu guru
mencapai
tujuannya,
dalam memahami
tapi
juga
keadaan dan
kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam
menyusun
(Arikunto,
rencana
2009:
12).
pembelajaran
Di
samping
secara
itu
tepat
supervisi
membantu guru agar memiliki kemampuan dalam
mengembangkan
kecakapan
pribadi.
Supervisi
bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan
mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif,
bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling
9
menghargai satu sama lainnya. Makna lain yang
terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa
supervisi dimaksudkan untuk membantu guru dalam
memberi pengertian kepada masyarakat mengenai
program yang sudah ada dan direncanakan oleh
sekolah
agar
masyarakat
dapat
mengerti
dan
membantu usaha sekolah. Intinya, supervisi akademik
merupakan
bantuan
kepada
guru
dalam
meningkatkan pemahaman dan kecakapan kinerja
profesinya sebagai tenaga pendidik, agar berhasil
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan
kegiatan
bahwa
berupa
supervisi
bantuan
dan
akademik
adalah
bimbingan
yang
diberikan oleh supervisor yaitu pengawas sekolah dan
kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, sehingga akan mendorong
peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2.1.2 Tujuan supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah membantu
guru
mengembangkan
kemampuannya
mencapai
tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.
Sudjana (2011: 56) menjelaskan bahwa supervise
akademik diselenggarakan dengan tujuan membantu
guru
dalam
mengembangkan
melaksanakan
kemampuan
tugas
profesionalnya
pokok
dan
tanggungjawabnya yakni melaksanakan pembelajaran
10
yang mendidik. Oleh sebab itu melalui supervise
akademik guru hendaknya mengusai kompetensi yang
harus
dimilikinya
yakni
kompetensi
sosial,
kompetensi
professional
kompetensi
kompetensi
kepribadian,
pedagogik,
sebagaimana
dan
dituangkan
dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007.
Supervisi
akademik
diselenggarakan
dengan
tujuan meningkatkan kulaitas pembelajaran melalui
pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar dan
proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauh
mana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan
dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan
observasi
kelas
pembelajaran.
pada
saat
Pembelajaran
guru
melaksanakan
dikatakan
berkualitas
apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil
belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki
rasa keingintahuan lebih lanjut.
2.1.3 Pengelolaan Supervisi Akademik
a. Perencanaan Supervisi Akademik
Supervisi
akademik
harus
direncanakan
dengan baik, rapi dan terstruktur. Perencanaan
dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas,
wawancara hingga diskusi dan tindak lanjutnya.
Perencanaan ini meliputi tujuan, waktu, tempat,
instrument dan sebagainya yang diperlukan demi
11
kelancaran proses supervisi. Perencanaan sangat
berpengaruh terhadap hasil supervisi, oleh karena
itu perencanaan yang matang merupakan awal
keberhasilan (Hartoyo, 2006:93).
b. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Menurut Herabudin (2009: 234) supervisi
akademik dapat dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan antara lain: (1)
Kunjungan rutin yang
terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai
silaturahmi para supervisor sehingga terbentuk
hubungan
dialogis
yang
harmonis
dalam
mendiskusikan berbagai permasalahan pembela
jaran
yang
dihadapi
sekolah;
(2)
Melakukan
berbagai kegiatan sekolah dengan melibatkan para
guru dan siswa untuk mengenali dan menerapkan
metode dan pendekatan baru dalam pembelajaran;
(3) Melaksanakan seminar pendidikan untuk para
guru untuk menambah wawasan kependidikannya.
(4)
Pelaksanaan
menekankan
kurikulum
kepada
baru
kemandirian
yang
siswa.
lebih
(5)
Penilaian terhadap kinerja guru dan reward yang
dijanjikan.
c. Umpan Balik
Sebelum pertemuan balikan dilaksanakan
diharapkan
pendahuluan
supervisor
tentang
mengadakan
rekaman
analisis
observasi
yang
dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini
(Anonim,
12
2009:
7).
Untuk
kasus-kasus
atau
kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan
diskusi
setelah
supervisi
selesai
dibawa
ke
pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru
yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan
waktu tertentu maka pertemuan balikan dilakukan
secara bergantian. Diskusi pada pertemuan balikan
perlu
mempertimbangkan
kemampuan
guru,
pribadi, watak, dan sifat-sifat guru lainnya (Pidarta,
2009: 107).
2.1.4 Teknik Supervisi
Efektivitas
supervisi
juga
dipengaruhi
oleh
pemilihan teknik supervisi yang sesuai. Menurut
Arikunto (2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi
yaitu:
a. Teknik Perorangan
Yang dimaksud dengan teknik perorangan
dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang
dilakukan secara sendiri oleh petugas supervise,
baik terjai di dalam kelas maupun di luar kelas
(Arikunto, 2004: 54). Teknik perorangan antara
lain:
(1)
Mengadakan
kunjungan
kelas
(Classroom
Visitation) Yang dimaksud dengan kunjungan
kelas
atau
classroom
visitation
adalah
kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau
kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika
kegiatan sedang berlangsung untuk melihat
atau mengamati guru yang sedang mengajar,
ataupunn ketika kelas sedang kosong, atau
13
sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak
mengajar (Arikunto, 2004: 55).
(2)
Mengadakan
observasi
kelas
(classroom
observation), yang dimaksud dengan observasi
kelas
atau
classroom
observation
ialah
kunjungan yang dilakukan oleh supervisor,
baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah
kelas
dengan
situasi
maksud
atau
berlangsungdi
untuk
peristiwa
kelas
mencermati
yang
sedang
yang
bersangkutan
wawancara
perseorangan
(Arikunto, 2004: 55).
(3)
Mengadakan
(individual interview) Wawancara perseorangan
dilakukan
apabila
supervisor
berpendapat
bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari
individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan
apabila, (a) ada masalah khusus pada individu
guru
atau
staf
sekolah
lain
yang
penyelesaianya tidak boleh di dengar oleh
orang
lain.
mengecek
(b)
apabila
kebenaran
supervisor
data
yang
ingin
sudah
dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini
wawancara perseorangan adalah teknik yang
tep[at agar orang yang diwawancari tidak
terpengaruh
oleh
pendapat
orang
lain
(Arikunto, 2004: 56).
(4)
Mengadakan
wawancara
kelompok
(group
interview) Teknik wawancara ini dalam bahasa
Inggris di kenal dengan sitilah round table
(meja bundar). Dikatakan demikian karena
14
round table menghendaki adanya persyaratan
yang
harus
dipenuhi,
yaitu
situasi
dan
peraturan duduk dalam diskusi hendaknya
memang dalam posisi lingkaran yang bundar,
dimana
masing-masing
angota
kelompok
memiliki kedudukan dan hak yang sama.
Demikian juga pewawancara hendaknya duduk
juga dalam lingkaran, berada di antara anggota
kelompok yang lain (Arikunto, 2004: 56).
b. Teknik kelompok
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting)
Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah
dapat terlaksana dengan baik apabila masingmasing warga sekolah mempunyai hak yang
sama
untuk
mengemukakn
pendapat,
dan
segala informasi yang ada dapat dengan segera
sampai ke semua warga dengan cepat dan
dengan sis yang tepat pula (Arikunto, 2004: 57).
2) Mengadakan
Discussion)
diskusi
Diskusi
kelompok
kelompok
(group
dapat
juga
digunakan untuk mempertemukan pendapat
antar
khusus
pimpinan
antar
kelompok
dalam
staff
dapat
bentuk
pimpinan
pertemuan
saja.
diselenggarkan
Diskusi
dengan
mengundang atau mengumpulkan guru-guru
bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai
dengan keperluannya (Arikunto, 2004: 57).
15
3) Mengadakan penataran-penataran (in service
training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan
kemampuan guru dan staff sekolah adalah
penataran.
Dalam
penataran
klasifikasi
dikategorikan
sebagai
pendidikan,
in
service
training, sebagai jenis lain dari pre service
training, yang merupakan pendidikan sebelum
yang bersangkutan diangkat jadi pegawai yang
resmi (Arikunto, 2004: 57).
4) Seminar, sejak diberlakukan kenaikan pangkat
dengan jabatan fungsional, banyak guru yang
merasa membutuhkan sertifikat yang dapat
diakui sebagaiangka kredit. Cara yang baik
dalam
mengikuti
dilakukan
dengan
seminar
adalah
apabila
sungguh-sungguh,
serius,
dan cermat mengikuti prestasi dan acara Tanya
jawab (Arikunto, 2004: 58).
2.1.5 Supervisi Akademik Kunjungan Kelas
Kunjungan
kelas
(classroom
Visitation)
merupakan salah satu teknik supervisi yang dapat
dilakukan
secara
periodik
dan
berencana
untuk
memperoleh bagan tentang kegiatan pembelajaran dan
kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.
Bagaimana guru mengelola pembelajaran dan segala
aktivitas yang merupakan rangkaian pembalajaran
menjadi fokus dalam kunjungan kelas (Hartoyo, 2006:
104).
16
Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud
dengan kunjungan kelas atau classroom visitation
adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau
kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan
sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati
guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas
sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru
sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi
kelas
sangat
bermanfaat
untuk
mendapatkan
informasi tentang proses belajar mengajar secara
langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun
kekurangan dan kelemahamnnya (Mulyasa, 2013:
245).
Melalui
mengamati
teknik
secara
ini,
kepala
langsung
sekolah
kegitan
dapat
guru
dalam
melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan
alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil
observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor
bersama guru untuk menentukan cara-cara yang
paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi
belajar
mengajar.
Agar
kunjungan
kelas
berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan
teliti
dan
dilaksanakan
secara
hati-hati
dengan
penampilan yang baik pula.
Dalam hal ini kunjungan kelas dimaksudkan
untuk melihat lebih dekat situasi dan suasana kelas
secara keseluruhan. Apabila kunjuungan tersebut
dijumpai
hal-hal
yang
baik
atau
kurang
pada
tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat
mengundang
guru
atau
siswa
diajak
berdiskusi
17
menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang
penting untuk diingat adalah bahwa dari kunjungan
kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam
bentuk
bantuan
atau
pembinaan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata
lain, sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog
yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa
sehingga diperoleh kesepakatan yang harmonis.
2.1.6 Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas
Menurut
Pidarta
(2009:
104-106)
langkah-
langkah dalam supervisi kunjungan kelas terdiri dari.
a. Persiapan
Tahap
persiapan
merupakan
pembuatan
kerangka kerja, instrumen penilaian dipersiapkan oleh
supervisor
dan
guru
indikator-indikator
sebaiknya
yang
menjadi
juga
mengetahui
objek
penilaian.
Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan
supervisi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada
tahap persiapan ialah (1) menilai pencapaian belajar
siswa pada bidang studi tertentu, (2) mempersiapkan
instrumen atau alat observasi kunjungan kelas, (3)
memberitahukan kepada guru yang akan di-supervisi
termasuk
waktu
kunjungan,
(4)
mengadakan
kesepakatan pelaksanaan supervisi (Wahjanta, 2007:
42)
Persiapan yang dilakukan ketika akan mulai
melakukan supervisi kunjungan kelas adalah sebagai
berikut.
18
(1)
Memeriksa
catatan-catatan
hasil
supervisi yang lampau, tentang nama-nama
yang masih memiliki kelemahan kecil. (2)
Memeriksa macm-macam kelemahan kecil itu
beserta nama guru yang bersangkutan. (3)
Memeriksa informasi yang di dapat dari
berbagai
pihak
tentang
kasus-kasus
kelemahan pada guru-guru. (4) encatat
kasus-kasus tersebut beserta guru yang
bersangkutan.
(5)
Memilih
kelemahankelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang
mana saja dapat kemungkinan diperbaiki
pada hari itu. (6) Menentukan waktu untuk
mensupervisi, Pidarta (2009: 104).
Berdasarkan
pendapat
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa tahap persiapan adalah tahap
dimana supervisor mempersiapkan hal-hal yang di
perlukan dalam kegiatan supervisi seperti misalnya
mengumpulkan data tentang kondisi guru yang akan
disupervisi, dan melihat dokumen hasil supervisi
tahun sebelumnya.
b. Proses supervisi
Pada
tahap
ini,
guru
melakukan
kegiatan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RPP) yang
telah
dibuat.
observasi
Selanjutnya
berdasarkan
supervisor
instrumen
melakukan
atau
pedoman
observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan
supervisi
kunjungan
kelas
sebagai
berikut,
(1)
supervisor bersama guru memasuki ruang kelas
tempat proses pembelajaran akan berlangsung, (2)
guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud
kedatangan
supervisor
di
ruang
kelas,
(3)
guru
mempersilakan supervisor untuk menempati tempat
duduk
yang
telah
disediakan,
(4)
guru
mulai
19
melaksanakan
kegiatan
mengacu
pada
rencana
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor
mengobservasi penampilan guru berdasarkan format
observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru
selesai melaksanakan seluruh rangkaian kegi-atan
pembelajaran,
bersama-sama
dengan
supervisor
meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru
atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007: 43)
Supervisor
yang
memakai
teknik
supervisi
kunjungan kelas dapat melakukan supervisi pada
beberapa kelas dalam satu hari. Proses supervisi
antara satu kelas atau satu kasus dengan kelas atau
kasus lain hampir tidak berbeda. Proses tersebut
secara berturut-turut adalah sebagai berikut: Sikap
supervisor; Catatan mengamati guru; Hal-hal yang
diamatai; Cara mengintervensi guru; Bentuk catatan;
Mengakhiri proses supervisi (Pidarta, 2009: 104-105).
Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti
simpulkan
bahwa
proses
supervisi
merupakan
pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati
jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
sesuai
dengan
hal-hal
yang
telah
direncanakan
sebelumnya.
c. Pertemuan balikan
Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas
adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini
kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi
selama observasi terhadap guru selama melaksanakan
proses
20
pembelajaran.
Tahap
evaluasi
merupakan
diskusi
umpan
sekolah)
balik
antara
dan
guru.
Suasana
persahabatan,
bebas
dari
bersifat
secara
mengadili.
objektif
kekurangan
dan
(kepala
pertemuan
penuh
prasangka,
Supervisor
sehingga
supervisor
dan
tidak
memaparkan
guru
kelebihan
dapat
data
mengetahui
selama
proses
pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43).
Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan
kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi,
dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus
atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam
satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini
dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari
supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali
supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan
balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk
mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor
dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107).
Berdasarkan
disimpulkan
pengertian
bahwa
pertemuan
di
atas
dapat
balikan
adalah
kegiatan yang dilakukan setelah supervisor melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
supervisi
akademik.
Pertemuan balikan dilakukan untuk memberitahukan
kepada guru terhadap kekurangan dan kelebihan yang
mereka miliki selama proses supervisi berlangsung,
supervisor
dan
guru
mencari
solusi
terhadap
permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan
supervisi.
21
2.1.7 Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas
Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas,
diantaranya sebagai berikut. (1) Menentukan waktu
mengadakan supervisi. (2) Bersifat individual. (3) Tidak
ada pertemuan awal. (4) Waktu supervisi cukup
singkat. (5) Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas.
(6) Dapat menginterview guru dan siswa dalam kelas.
(7)
Yang
disupervisi
adalah
kasus-kasus.
(8)
Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai
pembelajaran. (9) Boleh tidak mengadakan pertemuan
balikan. (10) Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan
tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga
tidak ada. Menurut Pidarta (2009: 100-103)
2.1.8 Instrumen supervisi
Untuk
membantu
supervisor
mengarahkan
supervisi diperlukan alat bantu yang dinamakan
instrumen. Ada beberapa macam instrumen, namun
instrumen
pada
umumnya
digunaknan
dalam
supervisi antara lain panduan observasi, wawancara,
kuisioner,
dan
panduan
penelusuran
dokumen
(Hartoyo, 2006:120-126). Berikut ini adalah uraian
penjelasannya.
a. Panduan observasi
Observasi kelas dilaksanakan untuk mengamati
proses pembelajaran yang terjadi, sehingga supervisor
dapat
member
feed
back
pada
guru
untuk
meningkatkan style dan kualitas pembelajarannya.
Untuk membantu supervisor fokus pada kegiatan
22
observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo,
2006: 120).
b. Panduan wawancara
Saat supervisor melakukan wawancara, baik
kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi
sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan
pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari
responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor
adalah wawancara merupakan kesempatan untuk
memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden,
yang menguak pendapat responden.
Agar wawancara dapat berjalan lancar dan
efektif,
supervisor
perlu
mempersiapkan
outline
pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan
improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini
dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara
meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan
yang
bersangkutan
dengannya
sesuai
dengan
bidangnya (Hartoyo, 2006: 121-122).
c. Kuesioner
Kuesioner
informasi
dengan
digunakan
cara
untuk
menyebarkan
memperoleh
serangkaian
pertanyaan tertulis, yang jawaban dari responden
dituangkan secara tertulis pula pada lembar yang
tersedia. Keuntungan menggunakan kuesioner adalah
efektifitas waktu, karena kuesioner tidak memerlukan
pengawasan intensif dari supervisor. Namun, justru
karena tidak intensifnya pengawasan ini, data yang
diperoleh kemungkinan kurang sesuai dan kurang
23
lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data
atau informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu
dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable
sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124).
d. Panduan penelusuran dokumen
Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh
supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen
yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya,
panduan penelusuran dokumen digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya arsip-arsip pembukuan,
barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup
akademis,
panduan
penelusuran
dokumen
ini
digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam
mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus,
standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo,
2006: 126).
2.1.9 Kelebihan
dan
Kekurangan
Supervisi
Kunjungan Kelas
Kelebihan,
ada
beberapa
kelebihan
teknik
supervisi kunjungan kelas antara lain: (1) Karena
supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat maka
dalam
satuan
melakukan
waktu
sejumlah
yang
tidak
supervisi.
panjang
(2)
dapat
Supervisi
kunjungan kelas yang hanya mengambil data sampel
yang
diperlukan
merupakan
proses
untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan kecil atau kasuskasus negatif tertentu dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran. (3) Teknik supervisi kunjungan kelas
24
adalah
satu-satunya
membolehkan
teknik
supervisor
kelemahan-kelemahan
kecil
supervisi
meperbaiki
yang
yang
langsung
dilakukan
guru
ketika sedang mengajar dan mendidik para peserta
didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak selalu
membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang
disupervisi,
sebab
ada
kalangan
supervisor
memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam
proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik
supervisi ini cukup efisien.
Kekurangan,
ada dua kekurangan teknik
supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi
kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk
mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin
bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh
tentang
kemampuan
disupervisi.
(2)
atau
Teknik
ini
kualitas
tidak
guru
dapat
yang
dipakai
mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi
atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh
supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat
dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui
kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu
atau
bersumber
dari
informasi
tertentu
tentang
kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta,
2009: 108-109).
Berdasarkan uraian diatas teknik supervisi
kunjungan kelas sangat tepat dilakukan di SD negeri
Karangrejo I karena mempunyai kelebihan-kelebihan
dan cukup efisien
25
2.2
Kinerja Guru
2.2.1 Pengertian Kinerja Guru
Kinerja sebagai perbuatan terhadap pekerjaan
yang wajib sesuai dengan perjanjian atau kontrak.
Istilah kamus bahasa Indonesia, kinerja diartikan
sebagai
sesuatu
diperlihatkan,
yang
dan
dicapai,
kemampuan
prestasi
kerja.
yang
Pengertian
demikian juga berlaku dalam pengertian kinerja guru.
Menurut
025/O/1995
keputusan
tentang
Petunjuk
Mendikbud
Teknis
No.
Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kridit (2001: 28) bahwa kinerja guru meliputi kegiatan
pelaksanaan proses pembelajaran atau bimbingan
meliputi: 1) penyusunan program pengajaran atau
praktik atau bimbingan dan konseling; 2) penyajian
program pengajaran atau praktik aau bimbingan dan
konseling; 3) evaluasi belajar atau praktik atau
bimbingan dan konseling; 4) analisis, remidial dan
pengayaan.
Kinerja
atau
performansi
dapat
diartikan
sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja,
atau unjuk kerja. Kinerja, sebagaimana dinayatakan
Smith dalam Mulyasa (2007: 135) adalah ...out put
drive from processes, human or otherwise, jadi kinerja
merupakan hasil atau keluaran
dari suatu proses.
Sejalan dengan itu, Mitchel dalam Mulyasa (2007: 137)
menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek,
yaitu quality of work, promptness, initiative, capability,
and
26
comunicatio.
Kelima
aspek
tersebut
dapat
dijadikan
ukuran dalam
mengkaji kinerja tenaga
kependidikan. Disamping itu, untuk mengadakan
pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian
khusus tentang kemampuan dan komunikasi.
Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka
guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan
akademik dan juga non akademik. Guru merupakan
jabatan
atau profesi yang memerlukan
khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan
yang tidak
memiliki keahlian
keahlian
oleh orang
untuk melakukan
kegiatan
atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang
mampu
berbicara
diberbagai
bidang
ilmu
pengetahuan belum tentu guru, untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil
kerja dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan
kualitas
kerja,
tanggung
jawab,
kejujuran,
dan
kerjasama.
2.2.2 Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja Guru
Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak
telah
mengemukakan
tujuh
langkah
yang
dapat
dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui Adanya
kekurangan dalam kinerja. (b) Mengenai kekurangan
dan tingkat keseriusan. (c) Mengidentifikasikan
hal-
hal yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan
baik
yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.
(e) Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f)
27
Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah
teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu,
(Anwar, 2006: 22).
Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil
dalam peningkatan karena semuanya mempunyai
kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna
bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang
kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja
guru
dalam
seseorang
penelitian
untuk
menghasilkan
ini
adalah
melaksanakan
hasil
yang
kemampuan
tugasnya
memuaskan
yang
guna
tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu
unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat
diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu kinerja guru
dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi pembelajaran,
kinerja
guru
dalam
serta kinerja guru dalam
melaksanakan tindak lanjut.
2.2.3 Mengukur Kinerja Guru
Dengan
dilaksanakannya
kegiatan
penilaian
dapat dikatakan bahwa seorang guru mendapatkan
perhatian dari atasannya sehingga dapat mendorong
para guru untuk lebih semangat lagi dalam bekerja,
tentu saja asal penilaian ini dilakukan secara obyektif
dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Kegiatan tindak
lanjut dari penilaian ini, memungkinkan untuk guru
dalam memperoleh imbalan jasa dari sekolah seperti
memperoleh kenaikan jabatan seperti menjadi wakil,
28
ketua jurusan, modal untuk mendapatkan kenaikan
pangkat dengan sistem kredit.
Dalam
melaksanakan
tugas
profesionalnya,
setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat
diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru
tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh
Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga
dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru
yang
bersangkutan
menjadi
mengajar.
kontroversi,
penilaian
Walaupun
kinerja
guru
masih
oleh
peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian
yang
bisa
mengidentifikasi
kinerja
guru
yang
sebenarnya.
Salah
satu
alasan
yang
melatar
belakangi
penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik
diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat
Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru
masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti
Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah
untuk mendapatkan data dan mengamati realitas
keseharian performance guru di hadapan peserta
didik.
Memang program kunjungan kelas oleh Kepala
Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh
guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha
menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek
perencanaan
maupun
pelaksanaan
pembelajaran
hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau
pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja
seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang
29
matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang
tinggi.
Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja guru
terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi
yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya.
Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di
dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula
dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala
perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan
metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran
yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di
dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut dinyatakan bahwa kinerja
guru menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen
persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun
anak didik.
Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah
satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu
menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh
derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu
adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru.
Konsep
kualitas
atau
mutu
pembelajaran
dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu
mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya.
Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang
dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang
menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan
30
yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal
tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto
dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa
“kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa
yang
menunjukkan
kemampuannya
dalam
memenuhi pelanggan”.
Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi
guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama,
yaitu
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru.
Berkaitan
dengan
kinerja
guru
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas
keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik
Indonesia
Nomor
14
Tahun
2005
pasal
20(a)
TentangGuru dan Dosen ditegaskan bahwa guru
memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan
kegiatan
belajar
pembelajaran,
mengajar
melaksanakan
yaitu
proses
merencanakan
pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
Untuk
mengetahui
kinerja
guru
maka
diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan
dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan
apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan.
31
2.2.4 Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja
merupakan
proses
yang
dilakukan suatu instansi dalam mengevaluasi kinerja
pekerjaan
seseorang.
Penilaian
kinerja
meliputi
dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas. Dalam
dunia
kompetitif
yang
mengglobal,
perusahan
membutuhkan kinerja tingi. Pada waktu yang sama,
para karyawan membutuhkan umpan balik tentang
kinerja
mereka
mempersiapkan
sebagai
petunjuk
untuk
masa
depan,
perilaku
(Mangkuprawira, 2003: 223).
Penilaian merupakan bagian penting dari fungsi
manajemen. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
kendala-kendala
memperbaiki
sehingga
yang
dihadapi,
dan
kesalahan-kesalahan
tujuan
organisasi
dapat
sekaligus
yang
terjadi
dicapai
secara
maksimal. Penilaian adalah suatu proses pengukuran
dan pertimbangan hasil pekerjaan nyata yang dicapai
dengan kriteria yang ditetapkan.
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi
sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan
memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran
atau kriteria yang telah ditetapkansekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang
guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan
balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira
(2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja karyawan
adalah:
(1)
perbaikan
kinerja;
(2)
penyesuaian
kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan
32
pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan
pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan
staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8) kesalahan
rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama;
(10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik
pada SDM.
Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan
tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:
“Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan
pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam
kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga
kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga
kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan
balik
terhadap
berbagai
hal,
kemampuan,
ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada
gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,
jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi
sekolah,
hasil
penilaian
prestasi
tenaga
kependidikan
sangat
penting
dalam
mengambilkeputusan
berbagai
hal,
seperti
identifikasi
kebutuhan
program
sekolah,
penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan,
promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari
keseluruhan proses pengembangan sumber daya
manusia secara keseluruhan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa
penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah
untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun
untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana
atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi
guru
dalam
kinerjanya.
memperbaiki
Selain
itu
dan
penilaian
meningkatkan
kinerja
guru
33
membantu
guru
dalam
mengenal
tugas-tugasnya
secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan
pembelajaran
seefektif
mungkin
untuk
kemajuan
peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru
yang
profesional.Penilaian
dimaksudkan
untuk
kinerja
guru
mengkritik
tidak
dan
mencari
kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru
dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan
diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti
akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik.
Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku
dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara
berkelajutan.
Penilaian kinerja guru dapat dilakukan oleh
kepala sekolah maupun pengawas untuk mengetahui
realisasi tugas yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja
yang baik harus menghargai prestasi kerja yang telah
dicapai oleh guru dan tidak bermaksud mencari
kesalahan, namun lebih bertujuan menindaklanjuti
hasil
penilaian.
Penilaian
terhadap
guru
dapat
dilakukan apabila telah disepakati standar/target
kinerja yang di harapkan.
Kegiatan
penilaian
kinerja
bermanfaat
bagi
kepala sekolah untuk mengadakan perbaikan dan
pembinaan kepada guru dalam menjalankan tugas
bimbingan
dan
penilaian
kinerja
prestasi
kerja,
pengajaran.
untuk
Bagi
guru,
mengetahui
selanjutnya
manfaat
pencapaian
digunakan
untuk
mengadakan perbaikan dalam rangka meningkatkan
kinerjanya. Sedangkan bagi sekolah manfaat penilaian
34
kinerja
dapat
digunakan
sebagai
dasar
dalam
menyusun program semester dan program tahunan
sekolah.
2.3 Penelitian Yang Relevan
Ryan dan Gottfried (2012: 565-571) dalam
penelitiannya yang berjudul “Elementary SuperVision
and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive
Education”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri,
dan
mengetahui
mengawasi,
orang-orang
sangat
penting
bahwa
untuk
ia
sedang
keberhasilan
kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan
supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan
guru yang akan disupervisi.
Wasonga, Wanzare, dan Rari (2011: 117-120)
dalam penelitiannya yang berjudul “Adults helping
adults:
Teacher-initiated
supervisory
option
for
professional development”. Penelitian ini membahas
tentang pengawasan sebaya di kalangan guru. Ini
mempertimbangkan
potensi
pentingnya
memfasilitasi
sebaya
praktek,
pengawasan
guru
profesionalismenya.
rekan
fokus,
dalam
Pengawasan
adalah
bagian
masalah
sebaya
dan
dalam
meningkatkan
atau
pembinaan
penting
untuk
pengembangan profesional yang memungkinkan guru
untuk
membuat
perubahan
dalam
praktik
pembelajaran mereka dan prosedur untuk tujuan
meningkatkan prestasi siswa.
35
Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: 214217) dalam penelitiannya yang berjudul “Concerns of
Teachers and Principals on Instructional Supervision in
Three Asian Countries“. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengawasan yang dilakukan tidak sungguhsungguh
atau
memberikan
hanya
hasil
sekedar
yang
melihat-lihat
tidak
maksimal.
saja
Dalam
pelaksanaan supervisi diperlukan adanya keterlibatan
kepala sekolah, guru-guru serta supervisor untuk
kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan
juga diperoleh hasil yang maksimal.
Barinto (2012: 201-214) dalam penelitiannya
yang berjudul “Hubungan Kompetensi Guru Dan
Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri
Se-Kecamatan Percut Sei Tuan” Hasil analisis yaitu: 1)
terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi
guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang
signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja
guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan
antara kompetensi guru dan supervisi akademik
secara bersama-sama dengan kinerja guru.
Ali Sudin (2008: 73) dalam penelitiannya yang
berjudul “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap
Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten
Sumedang”
Kesimpulan
secara
umum
dari
hasil
penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi dalam
seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini
terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,
27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut
aspek
36
pengelolaan
pembelajaran
berada
dalam
kategori cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi
yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan
akademik guru dalam pembelajaran berada dalam
kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang
menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai
guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam
kategori kurang yaitu 35, 97%.
Suryani (2013: 234-139) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik di SD
N 1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”
menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik
di SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala
sekolah
dalam
penggunaan
pelaksanaan
komunikasi
supervisi
adalah
arah
untuk
dua
memudahkan pelaksanaan komunikasi. Aspek yang
dinilai dalam supervisi akademik adalah sistematika
pembelajaran, penggunaan alat peraga serta evaluasi
pembelajaran. sikap kepala sekolah ketika melakukan
supervisi pembelajaran tidak mengganggu jalannya
pembelajaran.
Dari
beberapa
penelitian
di
atas
terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.
Persamannya adalah sama-sama membahas tentang
supervisi
akademik
meningkatkan
kineraja
yang
dilakukan
guru.
Hasil
untuk
penelitiannya
menyatakan supervisi akademik dapat meningkatkan
kinerja mengajar guru. Perbedaannya adalah supervisi
akademik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
supervisi akademik dengan teknik kunjungan kelas.
37
2.4 Kerangka Pikir
Gambar
Kerangka Pikir
1. Pendekatan
kepada guru
2. Guru
merasa
diperhatikan
3. Guru
merasa
ada
tempat
untuk mencari
solusi
4. Kepala sekolah
memotivasi
5. Guru
melaksanakan
pembelajaran
Supervisi
akademik
melalui
kunjungan kelas
Kinerja
mengajar
guru
meningkat
Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik
kunjungan
kelas
terhadap
guru
pada
saat
melaksanakan proses pembelajaran. Kepala sekolah
mengadakan
pendekatan
kepada
supervisi guru merasa diperhatikan,
guru.
Adanya
ada tempat
untuk mencari solusi, kepala sekolah memberikan
motivasi pada guru untuk senantiasa melaksanakan
pembelajaran
dengan
sebaik-baiknya.
Dengan
demikian kinerja mengajar guru menjadi meningkat
38
39