T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Melalui Akreditasi SDMI Pada Gugus Jenderal Sudirman Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T2 BAB II

BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Kinerja Sekolah
Pengelompokan

penyelenggaraan

pendidikan

dasar dan menengah di Indonesia dalam UU 20/2003
dan PP Nomor 9 Tahun 2005 Pasal 11 dan 16 terdapat
beberapa

kategori atau jenis sekolah di Indonesia.

Sekolah jenis pertama, pada ujung kontinum paling kiri
adalah sekolah formal standar atau sekolah potensial
(calon SSN), yaitu sekolah yang relatif masih banyak
kekurangan/kelemahan

dalam


memenuhi

kriteria

sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Dan dipertegas dengan PP Nomor 19 Tahun
2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah
formal standar adalah sekolah yang belum memenuhi
(masih jauh) dari SNP.
Selanjutnya Sekolah jenis kedua, adalah kategori
sekolah formal mandiri atau sekolah standar nasional
(SSN), pada jenis ini sekolah hampir atau sudah
memenuhi delapan SNP, meliputi standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana
dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan
dan standar penilaian. Dan sekolah harus memiliki
standarisasi dari kedelapan aspek tersebut secara
19

nasional. Sekolah jenis ketiga, adalah kategori sekolah

formal

mandiri

dan

memiliki

keunggulan

lokal.

Ditegaskan dalam Pasal 14 PP Nomor 19 Tahun 2005
bahwa keunggulan lokal ini dapat merupakan bagian
dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak

mulia,

IPTEK,


estetika

pendidikan

kewarganegaraan
atau

jasmani,

kelompok
olah

raga,

dan

kepribadian,

mata


pelajaran

dan

kesehatan

(panduan pelaksanaan pembinaan SMP SSN 2008: 6).
Pengertian kinerja adalah ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
dengan memperhitungkan indikator masukan, proses
dan output (SPM:56).

Sedangkan menurut Akdon

(2011:281) Kinerja adalah unjuk kerja, prestasi kerja,
tampilan hasil kerja, capaian dalam memperoleh hasil
kerja, tingkat kecepatan/efesiensi/produktivitas/efektifitas dalam mencapai tujuan. Kinerja merupakan
status kondisi dari suatu pelaksanaan kerja dalam

mencapai tujuan, sasaran atau sesuatu yang diinginkan. Kinerja organisasi ditunjukkan dengan berbagai ukuran keberhasilan atau tingkat capaian kinerja
tertentu dalam mencapai tujuan atau sasaran, yang
diukur dengan ukuran kinerja ataupun indikator
kinerja.

Moeheriono (2012:95) mengungkapkan bahwa
kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi

yang

dituangkan

melalui

perencanaan

strategis suatu organisasi. Perencanaan strategis dalam
mengembangkan visi bersama secara terus-menerus

sebagai komitmen bersama,meliputi (1) melakukan
analisa

secara

komprehensif

terhadap

komitmen

internal dan eksternal perusahaan, (2) melakukan
analisa secara komprehensif terhadap isu-isu strategi
secara periodik, (3) melakukan peninjauan ulang secara
periodik terhadap rencana strategi. Adapun dalam
perencanaan kinerja sesuai dengan rencana strategi,
yang meliputi: (1) menetapkan kegiatan untuk mewujudkan target kinerja organisasi, (2) menetapkan
anggaran

berdasarkan


ngembangkan

kinerja

mekanisme

organisasi,

pemantauan

(3)

me-

dan

pe-

ngendalian, (4) melakukan evaluasi kinerja organisasi

secara periodik.
Kinerja sekolah menunjukkan deskripsi kerja
yang baik mengacu pada proses dan produk yang
diinginkan serta situasi kegiatan sekolah. Sergiovanni
(1987 dalam Sagala, 2013:183) mengatakan bahwa
sekolah yang efektif

dapat mempengaruhi kepuasan

kerja yang secara eksplisit muncul sebagai performansi

21

dan kinerja kepala sekolah serta personal sekolah
lainnya dalam bentuk, kehadiran , kesehatan fisik dan
kesehatan mental. Penilaian kinerja kepala sekolah,
guru dan tenaga kependidikan akan bertitik tolak pada
aktivitas, perilaku, dan produktivitasnya dalam mengelola sekolah menjadi sekolah dengan manajemen
dan layanan belajar yang bermutu dan mampu bersaing dalam mutu
sekolah


adalah

dengan sekolah sejenis.

kesediaan

para

personal

Kinerja
sekolah

merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan
kesempatan untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakan sesuai dengan tanggungjawabnya
dan sesuai pula dengan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kinerja
sekolah potensial atau formal standar


merupakan

gambaran pelaksanaan sekolah potensial atau formal
standar yang dilakukan para personal sekolah dalam
memenuhi Standar Nasional Pendidikan dengan indikator kinerja atau standar minimum berdasarkan
standar yang telah ditetapkan oleh Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) yang dituangkan dalam perencanaan strategis.

2.2. Standar Mutu Pendidikan
2.2.1. Konsep Mutu
Kinerja sekolah membutuhkan standar kinerja
yang dijadikan pedoman dalam peningkatan mutu
sekolah. Dalam standar mutu, diperlukan pemahaman
tentang konsep mutu pendidikan. Dalam konteks
pendidikan banyak pendapat tentang mutu. Menurut
Sallis (2012 : 49) terdapat 3 pengertian konsep mutu.
Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak),
sesuatu dikatakan bermutu jika memenuhi standar
yang tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga

mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat
dikompromikan, jika dikaitan dengan pendidikan mutu
absolut bersifat elit karena hanya sedikit lembaga
pendidikan

yang

dapat

memberikan

pendidikan

dengan high quality kepada siswa dan sebagian besar
siswa tidak dapat menjangkaunya.
Konsep mutu Kedua, mutu dalam konsep relatif,
terdapat 2 aspek yaitu mutu yang berdasarkan pada
standar

dan

mutu

yang

memenuhi

kebutuhan

pelanggan. Mutu yang berdasarkan pada standar, mutu
diukur dan dinilai

berdasarkan persyaratan kriteria

dan spesifikasi (standar-standar) yang telah ditetapkan
lebih dulu. Pemenuhan standar ini ditujukan oleh
produsen secara konsisten sehingga hasilnya

sesuai

dengan spesifikasi yang ditetapkan. Upaya menjaga
23

kualitas secara konsisten berdasarkan sistem yang
dianut dan dimiliki oleh lembaga produsen tersebut
biasa

disebut

“penjaminan

mutu”

atau

“quality

assurance”. Sedangkan mutu relatif dalam memenuhi
kebutuhan

pelanggan, dengan

mengakomodasi ke-

inginan konsumen, bahwa dalam penetapan standar
untuk produk yang dihasilkan memperhatikan syaratsyarat

yang

dikehendaki

pelanggan.

Mutu

dalam

konsep relatif ini terus berkembang dan lembaga dapat
terus melakukan inovasi untuk meningkatkan spesifikasi

dan

standar

serta

menyesuaikan

dengan

kebutuhan pelanggannya.
Selanjutnya

konsep

Ketiga,

mutu

menurut

pelanggan, mutu merupakan sesuatu yang didefinisikan oleh pelanggan, yang intinya adalah kepuasan
pelanggan, sejauh mana mampu memuaskan kebutuhan

dan

keinginan

pelanggan.

Dalam

konteks

pendidikan kepuasan pelanggan (siswa, orang tua,
masyarakat) mengenai tata layanan pendidikan dan
prestasi yang dicapai siswa.
Dalam

praktek

penyelenggaaan

pendidikan

konsep mutu diatas digunakan secara integrasi. Mutu
dalam pengertian relatif (standar) diterapkan dengan
mengacu pada sejumlah standar yang telah digunakan
untuk melakukan pengecekan standar yang berkaitan
dengan kinerja satuan pendidikan dan kelayakan

pengelolaan satuan pendidikan

yang disebut dengan

standar

(SPM)

pelayanan

minimum

dan

Sistem

Akreditasi Sekolah.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup

input,

proses

dan

output

(Depdiknas, 2001:5). Input pendidikan

pendidikan

adalah segala

sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Output pendidikan merupakan
kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensi, inovasi dan
moral kerjanya.
Pengertian mutu pendidikan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan pasal (1)
ayat(1) menyebutkan mutu pendidikan adalah tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari
penerapan Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam hal ini konsep mutu
lenggaraan

pendidikan

berdasarkan

dalam penyestandar

yang

dilaksanakan secara integrasi melalui mutu input,
proses dan output dalam pemenuhan terhadap standar
nasional

pendidikan

sesuai

Sistem

Pendidikan

Nasional.
2.2.2. Standar Nasional Pendidikan
Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam Standarisasi Nasional yang dikenal dengan
25

Standar Nasional Pendidikan (SNP).
adalah

ukuran

tingkat

kinerja

Standar kinerja
yang

diharapkan

tercapai dan yang dinyatakan dalam suatu pernyataan
kuantitatif. Penetapan standar kinerja dapat bersumber
dari peraturan perundang-undangan

yang berlaku,

keputusan manajemen, pendapat para ahli, atau atas
dasar pengalaman dari pekerjaan yang sama tahuntahun sebelumnya, dalam Akdon (2011 : 169)
Standar
berdasarkan

kinerja
peraturan

yang

ada

di

negara

perundang-undangan

kita
yang

berlaku seperti dalam Standar Nasional Pendidikan
yang berlaku di negara kita. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
tentang Standar

No 19 Tahun 2005

Nasional Pendidikan (SNP) dan telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013, bahwa yang dimaksud dengan Standar Nasional
Pendidikan adalah kriteria minimum tentang berbagai
aspek yang relevan dalam pelaksanaan pendidikan
nasional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan
atau satuan pendidikan, yang berlaku di seluruh
wilayah hukum NKRI.
Adapun SNP tersebut mencakup: 1) Standar
Kompetensi

Lulusan

adalah

kriteria

mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan; 2) Standar Isi adalah
kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat

Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu; 3) Standar
Proses

adalah

kriteria

mengenai

pelaksanaan

pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan. 4) Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria
mengenai

pendidikan

prajabatan

dan

kelayakan

maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5)
Standar

Sarana

dan

Prasarana

adalah

kriteria

mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat
beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta
sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. 6) Standar Pengelolaan
adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional

agar

tercapai

efisiensi

dan

efektivitas

penyelenggaraan pendidikan. 7) Standar Pembiayaan
adalah kriteria mengenai komponen dan

besarnya

biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun. 8) Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar Peserta Didik.

27

Hubungan

dari

kedelapan

Pendidikan

seperti

paparan

sosialisasi

Kurikulum

2013

Standar

Nasional

Mendikbud

tentang

bahwa

pengembangan

pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan,
dengan tantangan untuk memenuhi, maka program
dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah untuk
mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat
mencapai standar yang ditetapkan, dalam Widyastono
(2014:120) seperti berikut :
Gambar 2.1. Pengembangan Pendidikan berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan
Kurikulum

Sedang Dikerjakan
Telah dan
terus Dikerjakan

- Peningkatan Kualifikasi &
Sertitikasi
- Pembayaran Tunjangan
Sertifikasi
- Uji Kompetensi dan
Pengukuran kinerja
- Rehab Gedung Sekolah
- Penyediaan Lab dan Perpustakaan
- Penyediaan Buku

- BOS
- Bantuan Siswa Miskin
- BOPTN/Bidik Misi (di PT)

Manajemen
Berbasis
Sekolah

Negara mempunyai standar untuk mencapai
mutu pendidikan yang diharapkan. Sebagai pembanding standar yang berlaku di negara kita tersebut
dan standar yang berlaku di negara Amerika pada

Universtas Oklahoma yaitu 1) standar visi dan tujuan
2)

standar hubungan masyarakat dan sekolah 3)

standar

administrasi dan organisasi, 4)

standar

kurikulum, pembelajaran, penilaian dan iklim,
standar

5)

staf sekolah, 6) standar pelayanan kepada

siswa, 7) standar program media, 8) standar program
aktivitas siswa 9) standar biaya, 10) standar sarana,
11) standar akreditasi,
dan

deregulasi

dan 12)

dalam

standar

Jurnal

peraturan

Barresi

Janet

(2012/1013).
Selain

Standar Nasional Pendidikan yang ber-

laku di negara kita juga ada standar akreditasi. Dalam
pengelolaan sekolah ada standar pelayanan minimum
yang

harus

dipenuhi.

Dalam

Standar

Pelayanan

Mininum (SPM) kriteria atau indikator kinerja sekolah
diadaptasi dari komponen-komponen sekolah yang
menjadi bahan penilaian berdasarkan standar yang
ditetapkan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional
(BASNAS),dan
Akreditasi
sekolah

sekarang

Nasional
yang

diganti

dengan

Sekolah/Madrasah

memenuhi

standar

Badan

(BAN-S/M),

minimal

akan

dinyatakan “terakreditasi”, Sedangkan pada konsep
penilaian kinerja yang lebih bernuansa pembinaan
berkesinambungan.

Penilaian

dilakukan

melalui

serangkaian kegiatan proses perbandingan kondisi
sekolah dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan.

29

Standar

tersebut

meliputi; (a) standar input: aspek

tenaga kependidikan, aspek kesiswaan, aspek sarana
prasarana, dan pembiayaan (b) standar proses: aspek
kurikulum dan bahan ajar, aspek Proses Belajar
Mengajar, aspek penilaian dan aspek manajemen dan
kepemimpinan

(c)

standar

output:

aspek

prestasi

belajar siswa, aspek prestasi guru dan kepala sekolah,
dan aspek prestasi sekolah. Standar penilaian ini terdiri
dari berbagai aspek dan sub aspek,
menyeluruh.

Hasil

yang

diperoleh

yang bersifat
dapat

meng-

gambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja
sekolah tersebut.SPM (2005:56)
Dengan menggunakan instrumen akreditasi yang
komprehensif,
memetakan

hasil

secara

akreditasi
utuh

diharapkan

profil

dapat

sekolah/madrasah.

Proses akreditasi sekolah/madrasah berfungsi untuk
hal-hal berikut.: (1) Dari sisi pengetahuan, yakni
sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan
dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur terkait,
mengacu pada standar yang telah ditetapkan beserta
aspek-aspek
akuntabilitas,

sekaligus
yakni

indikatornya.
sebagai

bentuk

(2)

Dari

sisi

pertanggung

jawaban sekolah kepada masyarakat, apakah layanan
yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah
memenuhi harapan atau keinginan masyarakat. (3)
Dari sisi pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai

dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam
upaya

peningkatan

atau

pengembangan

mutu

sekolah.(Depdiknas ,2009:7).
Dalam Sisdiknas (2003) akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang
dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri
yang berwenang untuk menentukan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan
dilakukan

secara

obyektif,

adil,

transparan

dan

komprehensif dengan menggunakan instrumen dan
kriteria

yang

mengacu

kepada

Standar

Nasional

Pendidikan.(Sisdiknas, 2003:23).
Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan
atau pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dan negara kita memberikan jaminan atas
penyelenggaraan pendidikan bermutu dalam pemenuhan delapan Standar sebagai jaminan mutu eksternal yang dilakukan pemerintah dengan melakukan
akreditasi sekolah.

31

2.2.3 Peningkatan Mutu Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan harus diupayakan
untuk

mencapai

dilandasi

oleh

kemajuan
komitmen

sesuai
pada

standar

yang

perubahan

yang

terencana. Peningkatan mutu pendidikan

diperoleh

melalui dua strategi, yaitu peningkatan mutu yang
berorientasi akademis untuk memberi dasar minimal
dalam perjalanan yang harus ditempuh mencapai mutu
pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman,
dan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi
pada ketrampilan hidup yang esensial yang dicakupi
oleh pendidikan

yang berlandaskan luas, nyata dan

bermakna.(Sagala,2013 :170)
Untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan,

khususnya

pendidikan

di

sekolah

dapat

dilakukan dengan cara : 1) meningkatkan kemampuan
kepala sekolah dalam aspek kepemimpinanya maupun
manajerialnya; 2) pengembangan kualitas kinerja guru
mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban sekolah; 3) kepala
sekolah harus memiliki visi dan misi yang jelas dan
realistis;

4)

kepemimpinan

disosialisasikan

dan

situasional

dibudayakan;

5)

sebaiknya
peningkatan

kualitas mutu kurikuler dengan mendatangkan pelatih
yang profesional dari luar sekolah; 6) peningkatan
alokasi dan dana sumber dari masyarakat untuk proses

pembelajaran; 7) peningkatan program training dan
diklat bagi guru-guru minimal satu kali dalam satu
semester;
dengan

8)

sekolah

lembaga

memprogramkan

pendidikan

formal;

kerjasama
9)

sekolah

membudayakan memberi penghargaan bagi guru-guru
yang berprestasi (Makawimbang, 2011:54).
Menurut
ningkatan

Makawimbang

mutu

diperlukan

(2011:52)

untuk

dasar-dasar

pe-

program

peningkatan mutu, yaitu 1) komitmen pada perubahan,
2) pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada,
3) mempunyai visi yang jelas tentang kondisi yang
ada,4) mempunyai rencana yang jelas.

2.3. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah
Kinerja sekolah dalam memenuhi standar mutu
diperlukan

manajemen

peningkatan

mutu.

Mutu

menjadi bagian penting dari strategi institusi, kinerja
sekolah yang harus dibuat secara sistematis dengan
menggunakan

proses

perencanaan

strategis.

Pe-

rencanaan strategis menjadi salah satu bagian penting
dari Total Quality Management (TQM), karena kinerja
sekolah

tanpa arahan jangka panjang yang jelas

sekolah tidak dapat melaksanakan peningkatan mutu.
Menurut

Manajemen

Peningkatan

Mutu

Berbasis

Sekolah (MPMBS), karakteristik MPMBS dikategorikan
33

menjadi input, proses, dan output (Depdiknas, 2002).
Selanjutnya, uraian singkat berikut dimulai dari output
dan diakhiri input, mengingat output memiliki tingkat
kepentingan tertinggi, sedang proses memiliki tingkat
kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan
input memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih
rendah dari output.
1. Output yang diharapkan: Sekolah harus memiliki
output yang diharapkan. Output sekolah adalah
prestasi

sekolah

pembelajaran

yang

dan

dihasilkan

manajemen

oleh
sekolah

proses
baik

akademik maupun non akademik.
2. Proses: Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki
sejumlah karakteristik proses sebagai berikut: (a)
Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi;
(b) Kepemimpinan sekolah yang kuat; (c) Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib; (d) Pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif;

(e)

Sekolah memiliki

budaya mutu; (f) Sekolah memiliki “teamwork” yang
kompak, cerdas dan dinamis; (g) Sekolah memiliki
kewenangan
tinggi

dari

Sekolah

(kemandirian);

(h)

warga sekolah

dan

memiliki

keterbukaan

Partisipasi

yang

masyarakat;

(i)

(transparansi)

manajemen; (j) Sekolah memiliki kemauan untuk
berubah (psikologis dan pisik); (k) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; (l)
Sekolah responsif dan antisipasif terhadap ke-

butuhan; (m) Memiliki komunikasi yang baik; (n)
Sekolah memiliki akuntabilitas; (o) Sekolah memiliki
kemampuan menjaga sustainabilitas atau berkelanjutan.
3. Input

pendidikan: Karakteristik aspek input pen-

didikan adalah (a) Memiliki kebijakan, tujuan, dan
sasaran mutu yang jelas; (b) Sumber daya tersedia
dan siap; (c) Staf yang kompeten dan berdedikasi
tinggi; (d) Memiliki harapan prestasi yang tinggi; (e)
Fokus pada pelanggan khususnya siswa; (f) Input
manajemen.
Sejalan dengan MPMBS tersebut dalam otonomi
manajemen

sekolah

menyangkut

kebijakan

yang

dibutuhkan untuk melaksanakan wewenang mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan evaluasinya. Menurut

Sagala (2013:163) otonomi manajemen

sekolah dan desentralisasi fungsi manajemen sekolah
seperti pada Gambar berikut :

35

Gambar 2.2. Otonomi Manajemen Sekolah dan
Desentralisasi Fungsi Manajemen.
Input

Proses

Output

Perencanaan dan evaluasi
program sekolah
Pengayaan kurikulum dan
bahan ajar.
Pembinaan ketenagaan dan
pertumbuhan jabatan profesi.
Mengelola fasilitas.
Mengelola keuangan dan
anggaran.
Program kesiswaan.
Melakukan hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Kenyamanan iklim sekolah.

1. Pelayanan
kebutuhan
mengajar guru.

Proses
manajemen
sekolah dan
proses belajar
mengajar dalam
sistem otonomi
sekolah

Selektif

2. Pelayanan
belajar siswa
oleh guru.
3. Prestasi belajar
siswa dan
lulusan yang
kompetitif.

Efektif dan Efisien

Menurut
Management”

Sallis

(2011:73)

(TQM) dalam

dunia

Berkualitas

Quality

“Total

pendidikan

ada

beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan: (1)
Perbaikan

yang

secara

terus-menerus

(continuous

improvement). (2) Menentu-kan standar mutu (quality
assurance). (3) Perubahan kultur (change of cultur). (4)
Perubahan organisasi (upside-down organization). (5)
Mempertahankan

hubungan

dengan

pelanggan

(keeping close to the custome). Sejalan dengan ini
pendapat

Sallis, Sukmadinata dkk (2008) dalam

Sunandar (2014) menyatakan 5 prinsip yang harus
dipedomani

dalam

proses

penjaminan

mutu

pendidikan,

yaitu 1) berfokus pada konsumen, 2)

keterlibatan menyeluruh, 3) Pengu-kuran 4) pendidikan
sebagai sistem dan 5) perbaikan yang berkelanjutan.
Menurut Sagala (2013:154) konsep MBS perlu
memperhatikan

kajian,

penelitian,

strategi

yang

bertujuan otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat
mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan memberikan kerangka dasar meningkatkan mutu. Dengan beberapa model yaitu 1) peningkatan peranan guru, 2) peningkatan

wawasan pengelolaan pengajaran melalui

studi penelitian dan kajian pustaka 3) penyamaan visi
semua pihak dalam proses perubahan

untuk mem-

fokuskan arah baru merealisasikan penyelenggaraan
program dengan sistem MBS.
Dalam implementasi MBS membutuhkan penjaminan mutu, kegiatan penjaminan mutu dilakukan
secara sinergis oleh berbagai pihak, baik pihak internal
maupun pihak eksternal. Penjaminan mutu secara
internal

dilakukan

oleh

masing-masing

satuan

pendidikan. Secara internal satuan pendidikan menerapkan

penjaminan

mutu

manajemen

berbasis

sekolah/madrasah (MBS/M), visi dan misi, menyusun
program

kerja,

dan

melakukan

ujian

sekolah/

madrasah serta evaluasi diri secara menyeluruh. Upaya
satuan pendidikan dalam peningkatan mutu dilakukan
secara berkelanjutan sebagai penjaminan mutu yang
bersifat internal.(Depdiknas, 2009:13).

37

Kajian secara teoritis proses penjaminan mutu
dikemukakan oleh

Fatah, N. (2012) dalam Sunandar

(2014:54) yang menyatakan strategi penjaminan mutu
dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran dan
evaluasi melalui audit internal dan audit eksternal
yang dilakukan oleh
assessment

yang

badan akreditasi

dilakukan

oleh

dan self

setiap

satuan

pendidikan. Audit internal biasanya dilakukan oleh
satuan penjaminan

mutu

yang dibentuk lembaga

sementara audit eksternal

dilakukan oleh badan

akreditasi yang dibentuk oleh pemerintah.
Peran BAN-S/M dalam penjaminan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran kegiatan akreditasi
sebagai unsur eksternal yang hasilnya (baik berupa
peringkat

akreditasi

maupun

rekomendasi

tindak

lanjut) disampaikan kepada setiap satuan pendidikan
dan berbagai instansi penyelenggara dan pembina
satuan pendidikan sebagai masukan dalam upaya
perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan mutu
dalam rangka penjaminan mutu pendidikan.

Pen-

jaminan mutu yang bersifat eksternal dilakukan oleh
berbagai pihak atau instansi di luar satuan pendidikan
yang secara fomal memiliki tugas dan fungsi berkaitan
dengan penjaminan mutu pendidikan baik secara
langsung

maupun

tidak

langsung

mempengaruhi

satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu secara

berkelanjutan. Empat unsur yang berperan dalam
penjaminan mutu oleh pihak ekstenal adalah sebagai
berikut. 1) Penetapan SNP, 2) Pemenuhan SNP, 3)
Penentuan Kelayakan Satuan/Program, 4)
Hasil

Belajar

dan

Evaluasi

kinerja

Penilaian

Pendidikan.

(Depdiknas, 2009 :13).
Berdasarkan uraian di atas manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memiliki karakteristik output, proses dan input, yang mana hal ini
berkaitan dengan desentralisasi fungsi
dalam

manajemen

peningkatan mutu sekolah. Sebagai otonomi

manajemen sekolah dalam melaksanakan wewenang
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan
evaluasinya, yang dilaksanakan dengan mengacu pada
penetapan Standar Nasional Pendidikan, pemenuhan
Standar Nasional Pendidikan, penentuan kelayakan
satuan program, dan penilaian hasil belajar dan
evaluasi kinerja pendidikan dengan

berfokus pada

konsumen, keterlibatan menyeluruh,
pendidikan sebagai sistem dan,

Pengukuran,

perbaikan yang

berkelanjutan.

2.4. Rencana Strategis Dalam Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Kinerja sekolah membutuhkan rencana kinerja,
pelaksanaan

kinerja

berdasarkan

standar

mem-

39

butuhkan
strategis

manajemen strategis. Dalam manajemen
berkaitan

dengan

upaya

memutuskan

persoalan strategi dan perencanaan, dan bagaimana
strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam prakteknya.
Menurut Umar(2002:31) teori manajemen strategi dapat
diklasifikasikan tiga yaitu strategi generik (Generic
strategy), yang dijabarkan menjadi strategi

utama/

induk (Grand strategy) selanjutnya dijabarkan menjadi
strategi fungsional.
Dari teori ini diperjelas oleh
tiga

elemen

utama

dalam

Akdon (2011:39)

manajemen

strategis.

Pertama, terdapat analisis strategis di mana penyusun
strategis yang bersangkutan berupaya untuk memahami posisi strategis organisasi yang bersangkutan.
Kedua, terdapat pula adanya pilihan strategis yang
berhubungan dengan perumusan aneka macam arah
tindakan, evaluasinya, dan menentukan pilihan. Ketiga,
implementasi
merencanakan

strategi

yang

bagaimana

berhubungan
pilihan

strategi

dengan
dapat

dilaksanakan.
Jabaran dari strategi generik ke strategi utama/
induk dari Fred R. David dalam Umar(2002:4) sebagai
berikut :

Strategi Generik
Strategi Integrasi Vertikal
(Vertical Integration
Strategy)

Strategi Intensif
(Intensive Strategy)

Strategi Utama/Induk
Strategi Integrasi ke Depan
(Forward Integration Strategy)
Strategi Integrasi ke Belakang
(Backward Integration Strategy)
Strategi Integrasi horisontal
(Horizontal Integration Strategy)
Strategi Pengembangan Pasar
(Market Dev. Strategy)
Strategi Pengembangan Produk
(Product Dev. Strategy)

Strategi Diversifikasi
(Diversification Strategy)

Strategi Penetrasi Pasar
(Market Penetration Strategy)
Strategi Diversifikasi Konsentrik
(Concentric Divers. Strategy)
Strategi Diversifikasi Konglomerat
(Conglomerate Divers. Strategy)
Strategi Diversifikasi Horizontal

Strategi Bertahan
(Devensive Strategy)

(Horizontal Divers . Strategy)
Strategi Usaha Patungan
(Joint Venture Strategy)
Strategi Penciutan Biaya
(Retrenchment Strategy)
Strategi Penciutan Usaha
(Diverstiture Strategy)
Strategi Likuidasi
(Liquidation Strategy)

Perencanaan
dari

menejemen

strategis yaitu merupakan bagian
strategis

yang

berfokus

pada

bagaimana menejemen puncak menentukan visi, misi,
falsafah dan strategi perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam jangka panjang .(Umar
2002:17). Sedangkan West-Burnham 1994 (dalam Bush
& Colemon 2012 : 51) mendefinisikan perencanaan
strategis adalah :
Sebuah proses yang berlangsung dalam jangka
waktu yang panjang (tiga sampai lima tahun)
yang menterjemahkan visi dan misi ke dalam
41

outcomes yang signifikan, terukur,dan praktis.
Walaupun ini merupakan tanggungjawab utama
dari manajemen senior, namun ini merupakan
proses yang membutuhkan komunikasi dua arah
dalam semua tahap dan harus difokuskan pada
tujuan utama dan aktivitas praktis sekolah atau
perguruan tinggi.
Menurut Sagala (2013:56) perencanaan merupakan urat nadi dalam sebuah manajemen. Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan
sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan
dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya
yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa
perencanaan

merupakan

suatu

proses

yang

memungkinkan seorang manajer melihat ke masa
depan

dan

menemukan

berbagai

alternatif

arah

kegiatan.
Rencana strategis disebut juga rencana pengembangan usaha atau institusi, yang merinci tolok
ukur-tolok ukur yang kelak digunakan institusi dalam
mencapai misinya. Rencana strategis biasanya disusun
dalam jangka waktu menengah, diatas tiga tahun.
Tujuannya adalah untuk memberi sebuah pedoman
dan arahan kepada institusi, dan rencana bukan
instrumen yang kaku, namun dapat memodifikasi baik
internal

maupun

(Sallis, 2011:226).

eksternal

sesuai

kebutuhannya

Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, tampak
bahwa rencana strategis atau perencanaan strategis
dimaksudkan untuk mencapai tujuan utama sekolah,
yang mana sekolah dalam melaksanakan manajemen
strategis berfokus pada perencanaan strategis yang
dapat digunakan sebagai tolok ukur atau pedoman
dalam lembaga sekolah dalam mencapai misinya.
Dengan proses yang dilakukan dalam memanfaatkan
sumber-sumber

daya

secara

terpadu

dengan

memodifikasi secara internal dan eksternal sesuai
dengan alternatif arah kegiatan yang ditetapkan sesuai
kebutuhan sekolah.

2.5. Strategi Peningkatan Mutu Melalui
Akreditasi Sekolah berdasarkan Analisis
SWOT
Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan,
menurut Stephanie K. Marrus, yang dikutip Sukristono
(dalam Umar 2002: 31)
suatu

proses

strategi didefinisikan sebagai

penentuan

rencana

para

pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana

agar

Sedangkan

Akdon

tujuan

tersebut

(2011:150)

dapat

strategi

dicapai.
organisasi

merupakan suatu pernyataan mengenai arah dan
tindakan yang diinginkan waktu yang akan datang.
Strategi

suatu organisasi yang meliputi: kebijakan,
43

program dan kegiatan manajemen untuk melaksanakan misi organisasi, yang mencakup sasaran kinerja
yang harus dipenuhi, fokus pada pelanggan, dan
memperbaiki kinerja pelayanan.
Prinsip peningkatan mutu secara berkelanjutan
membawa konsekuensi bahwa sekolah perlu memiliki
visi ke depan, misi yang jelas, tujuan yang fokus, serta
perencanaan strategis, dan jangka pendek pada tiap
satuan

pendidikan.

Sekolah

memiliki

kewenangan

(kemandirian) lebih besar dalam mengelola sekolahnya
dalam

menetapkan

sasaran

peningkatan

mutu,

menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan
rencana peningkatan mutu dan melaksanakan evaluasi
pelaksanaan peningkatan mutu,
pengelolaan

sumber

daya

memiliki fleksibilitas

sekolah,

dan

memiliki

partisipasi yang besar dari kelompok-kelompok yang
berkepentingan dengan sekolah (Dikti MBS, 2:16).
Peningkatan
laksanaan

mutu

akreditasi

tidak

terlepas

sekolah/madrasah

dari

pe-

memiliki

manfaat sebagai berikut, (1) dapat dijadikan sebagai
acuan

dalam

madrasah

dan

upaya

peningkatan

rencana

mutu

sekolah/

pengembangan

sekolah/

madrasah, (2) dapat dijadikan sebagai motivator agar
sekolah/madrasah terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik
di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan

regional dan internasional, (3) dapat dijadikan umpan
balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan
kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan
program

sekolah/madrasah,

(4)

membantu

meng-

identifikasi sekolah/madrasah dan program dalam
rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana
swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya, (5)
bahan

informasi

bagi

sekolah/madrasah

sebagai

masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan
dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta
dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana, (6)
membantu sekolah/madrasah dalam menentukan dan
mempermudah kepindahan peserta didik dari satu
sekolah

ke

sekolah

lain,

pertukaran

guru

dan

kerjasama yang saling menguntungkan (Depdiknas,
2009:6).
Sallis (2012:221) menyebutkan SWOT adalah
singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities,
and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman) yang digunakan untuk perencanaan strategis
pendidikan dan merupakan alat yang efektif untuk
menempatkan potensi institusi. Analisis
dibagi

dalam

berkonsentrasi

dua
pada

elemen,
prestasi

analisa

SWOT ini

internal

institusi

yang

melalui

uji

kekuatan dan kelemahan yang merupakan hasil audit

45

internal

dan analisa lingkungan dalam konteks

eksternal melalui uji peluang dan ancaman dimana
institusi beroperasi.
Menurut

Pearce dan Robinson (1997:227) ada

tiga hal pokok untuk keberhasilan suatu strategi, (1)
strategi harus konsisten dengan kondisi lingkungan
persaingan, dengan memanfaatkan peluang yang ada
dan

meminimalkan

ancaman,

(2)

strategi

harus

realistik, dalam hal ini perlu memperhatikan kekuatan
intern, (3) strategi harus dilaksanakan secara cermat.
Berdasarkan uraian diatas strategis peningkatan
mutu melalui akreditasi sekolah dimaksudkan sebagai
arah dan tindakan yang diinginkan oleh sekolah dalam
upaya peningkatan mutu sekolah sesuai pada standar
akreditasi sekolah yang mencakup sasaran kinerja yang
harus dipenuhi sesuai standar dengan memperhatikan
hasil

audit internal maupun

audit eksternal

dari

analisis SWOT.
Menurut

Pearce

dan

Robinson

(1997:234)

analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara
untuk membantu analisis strategi, dengan alternatif
pada gambar dibawah pada sel 1, Strategi Agresif,
banyak

peluang

mendorong

pada

lingkungan
strategi

pertumbuhan, sel 2

dan

yang

kekuatan

yang

berorientasi

pada

Strategi Diversifikasi, banyak

kekuatan-kekuatan tertentu

menghadapi lingkungan

yang tidak menguntungkan, sel 3 Strategi Berbenah
Diri, menghadapi peluang pasar yang impresif tetapi
dikendalai oleh kelemahan-kelemahan intern, sel 4
Strategi Defensif

menghadapi ancaman lingkungan

yang besar, sementara posisinya lemah.
Gambar 2.3.
Diagram Analisis SWOT
Peluang
(O)

Kelemahan
Internal
(W)

Sel 3: Strategi
Berbenah diri

Sel 1: Strategi
Agresif

Sel 4: Strategi
Defensif

Sel 2: Strategi
Diversifikasi

Kekuatan
Internal
(S)

Ancaman
(T)

Posisi strategi peningkatan mutu melalui akreditasi dengan analisis SWOT merupakan strategi yang
digunakan oleh sekolah untuk peningkatan mutu
sesuai dengan indikator yang ingin dicapai

ber-

dasarkan standar akreditasi, dengan memperhatikan
hasil analisis internal dan eksternal sehingga diperoleh
analisis strategi dengan empat kemungkinan, sesuai
dengan Akdon (2011:306) teknik

analisis SWOT

dengan mengindikasikan beberapa aspek kekuatan dan
kelemahan secara internal demikian

peluang dan

47

ancaman

secara

eksternal,

kekuatan,

kelemahan,

peluang dan ancaman ini tidak konstan fluktuatif
adanya dan bahkan cukup labil pengaruhnya. Dalam
hal ini analisis SWOT memperkenalkan empat tipe
strategis yang akan digunakan yaitu :
1. Konsep strategis Aggresive atau juga disebut
Kuadran-1 (SO) yaitu bagaimana mencapai
sasaran dengan mengoptimalkan kekuatan
(strengths) untuk memanfaatkan peluang
(opportunities), misalnya dengan menambah
frekuensi aktivitas mumpung peluang masih
ada.
2. Konsep strategis Diversification atau juga disebut Kuadran-2 (ST) yaitu bagaimana mencapai sasaran dengan mengoptimalkan kekuatan (strengths) untuk meminimalkan atau
mengatasi ancaman (threats), misalnya dengan
mengembangkan aktivitas dan menetapkan
alternatif-alternatif pilihan yang ditempuh.
3. Konsep strategis Turn-around atau juga disebut Kuadran-3 (WO) yaitu bagaimana mencapai sasaran dengan menekan meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk memanfaatkan peluang (opportunities), misalnya
meninjau kembali perencanaan dengan menyederhanakan dengan melakukan tindakan
efesiensi.
4. Konsep strategis Defensive atau juga disebut
Kuadran-4 (WT) yaitu bagaimana mencapai
sasaran dengan meminimalkan kelemahan
(weaknesses) untuk menghindari atau mengatasi ancaman (threats), misalnya dengan
mengupayakan mitra baru.

2.6. Langkah-langkah Pengembangan
Rencana Strategis
Langkah-langkah
Penelitian
(2013:408)

dan

yang

digunakan

Pengembangan

rencana

strategis

menurut

untuk
Sugiyono

peningkatan

melalui

akreditasi adalah sebagai berikut :
1. Potensi dan Masalah
Potensi yang dimiliki sekolah secara internal sebagai
kekuatan sekolah dan secara eksternal peluang bagi
sekolah untuk mengembangkan. Masalah-masalah
sekolah secara internal

adalah kelemahan yang

dihadapi sekolah dan masalah-masalah eksternal
sekolah adalah ancaman yang dihadapi sekolah
dalam meningkatkan mutu

melalui akreditasi

sekolah. Potensi dan masalah yang ada di sekolah
sebagai data empirik dalam penelitian ini.
2. Mengumpulkan informasi
Setelah

potensi

kekuatan,

dan

masalah

yang

kelemahan,

peluang

dan

menjadi
ancaman

dikumpulkan sebagai informasi yang digunakan
sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi
yang diharapkan dapat dijadikan alternatif
pemecahan

masalah

dalam

dalam meningkatkan mutu

melalui akreditasi tersebut. Data yang diperlukan
diperoleh melalui FGD (Focus

Group Discussions),

wawancara, observasi, dan studi dokumen.

49

3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
rencana

strategis

peningkatan

mutu

melalui

akreditasi sekolah, yang dapat dijadikan pedoman
dalam

meningkatkan

akreditasi

sekolah.

dan

rencana

mempertahankan
ini

masih

bersifat

hipotesis karena keefektifannya belum terbukti dan
akan diketahui setelah melalui pengujian.
4. Validasi Desain
Validasi desain dapat dilakukan sebagai proses
penilaian apakah rencana strategis yang dibuat
secara rasional akan efektif yang digunakan sebagai
usaha peningkatan mutu sekolah dengan mengacu
pada standar akreditasi untuk dilakukan di sekolah.
Oleh

karena

itu

berpengalaman

diperlukan

atau

pakar

tenaga

ahli

pendidikan

yang
untuk

menilai produk penelitian ini.
5. Perbaikan Desain
Setelah

rencana

strategis

dalam

penelitian

ini

dilakukan validasi, akan dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya dicoba untuk memperbaiki
rencana

tersebut.

Perbaikan

sebelum

diberikan

kepada sekolah dilakukan oleh peneliti. Yang pada
akhirnya produk ini dapat diberikan kepada sekolah
sebagai upaya peningkatan mutu melalui akreditasi
sekolah.

Menurut Rangkuti (2013:23) tahapan perencanaan strategis yaitu: tahap pengumpulan data, tahap
analisis dan tahap pengambilan keputusan, seperti
pada Tabel berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Formulasi Strategis
1. TAHAP PENGUMPULAN DATA
Evaluasi Faktor
Evaluasi Faktor
Matrik Profit
Eksternal
Internal
Kompetitif
Matrik
TOWS SOT

2. TAHAP ANALISIS
Matrik
Matrik IE
Matrik
BCG
Space

Matrik Grand
Strategy

3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Matrik Perencanaan
Strategis Kuantitatif
Sumber: Rangkuti, 2013

Langkah-langkah

pengembangan

strategis dari Sugiyono tersebut sesuai
peneliti

hadapi, maka peneliti

akan

rencana
situasi yang

merumuskan

penggabungan dari Rangkuti tersebut. Perumusan ini
akan

dipakai

sebagai

dasar

untuk

melakukan

penelitian adalah sebagai berikut :
1. Potensi dan Masalah
Potensi

yang dimiliki sekolah secara internal

sebagai kekuatan sekolah dan secara eksternal
peluang bagi sekolah untuk mengembangkan.
Masalah-masalah sekolah secara internal adalah
kelemahan yang dihadapi sekolah dan masalahmasalah eksternal sekolah adalah ancaman yang

51

dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutu
melalui akreditasi sekolah. Potensi dan masalah
yang ada di sekolah sebagai data empirik dalam
penelitian ini.
2. Tahap Pengumpulan Data
Dalam

pengumpulan

data

peneliti

telah

melakukan persiapan berupa rancangan untuk
pelaksanaan pengumpulan data, yaitu instrumen
yang dijadikan pedoman dalam wawancara, studi
dokumentasi,

FGD,

dan

observasi.

Dalam

pengumpulan data primer berdasarkan analisis
SWOT,

untuk

pembobotan

dan

penskoran

dilakukan dalam FGD.
3. Tahap Analisis Data
Dalam tahap
dan

EFAS,

analisis ini berupa matriks IFAS
matriks

SWOT,

Matriks

Internal

Eksternal (IE) Matrik SPACE (Strategic Position
and

Action Evaluation) dan Matriks Grand

Strategy.
4. Tahap pengambilan Keputusan
Pada tahap ini untuk mengambil keputusan
berdasarkan

Matrik

Perencanaan

Strategis

Quantitatif atau QSPM. Dari sini akan diperoleh
alternatif pilihan dari nilai perhitungan yang
tertinggi dalam pembobotan dan penskoran.

5. Desain Produk
Dari hasil keputusan analisis SWOT akan dibuat
rencana strategis yang sekiranya bisa dijadikan
sebagai acuan bagi sekolah dalam meningkatkan
dan mempertahankan mutu melalui akreditasi.
Namun demikian renstra ini akan dilakukan
validasi

desain

kemudian

perbaikan

desain

dipadukan sesuai dengan kebutuhan sekolah
sehingga menghasilkan renstra yang sempurna
untuk diterapkan disekolah.
6. Validasi Desain
Validasi desain dapat dilakukan sebagai proses
penilaian apakah rencana strategis yang dibuat
secara rasional akan efektif yang digunakan
sebagai usaha peningkatan mutu sekolah dengan
mengacu

pada

standar

akreditasi

untuk

dilakukan di sekolah. Oleh karena itu diperlukan
pakar

atau

tenaga

berpengalaman
sehingga

untuk

dapat

ahli

yang

menilai

diketahui

sudah

produk

kekuatan

ini,
dan

kelemahannya.
7. Perbaikan Desain
Setelah rencana strategis dalam penelitian ini
dilakukan

validasi,

kelemahannya,
memperbaiki

akan

selanjutnya
rencana

dapat

diketahui

dicoba

tersebut.

untuk

Perbaikan

sebelum diberikan kepada sekolah dilakukan
53

oleh peneliti. Yang pada akhirnya produk ini
dapat diberikan kepada sekolah sebagai upaya
peningkatan mutu melalui akreditasi sekolah.

2.6. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini

Rencana

Strategis peningkatan Mutu Melalui Akreditasi Sekolah
Pada

SD

Gugus Jenderal Sudirman

Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5

Kondisi sekolah-sekolah potensial merupakan
sekolah yang masih banyak kekurangan atau kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai

dengan Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan strategis untuk mencapai pemenuhan SNP dan akreditasi sekolah. Strategi peningkatan mutu mengacu pada akreditasi sekolah merupakan perencanaan yang berisi tentang kegiatan
yang didesain untuk memastikan bahwa tujuan dapat
dicapai melalui tindakan yang tepat dalam rangka
meningkatkan mutu melalui akreditasi sekolah.
Dalam mendapat strategi yang tepat lembaga
pendidikan perlu mengidentifikasi visi, misi dan tujuan
sekolah

yang

memberikan

arah,

fokus

serta

menganalisis lingkungan internal dan eksternal. Dari
analisis lingkungan internal dan eksternal kemudian
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang mengacu pada
8 SNP dan standar akreditasi sekolah. Dengan analisis
SWOT

sebagai bahan untuk dijadikan sebagai dasar

dalam menentukan rencana strategis dalam hal ini
produk dari penelitian ini. Produk yang dihasilkan
sebagai

input

diusahakan

dengan

selektif

dalam

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang
berupa

perencanaan

dan

hasil

dari

evaluasi

pelaksanaan program sebagai acuan dalam proses
manajemen berbasis sekolah

dan proses belajar

mengajar agar efesien dan efektif untuk menghasilkan
output yang berkualitas yaitu siswa, guru dan kepala
sekolah serta sekolah.
55

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45