RANCANGAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK LANGSU

RANCANGAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK LANGSUNG KEPADA PETANI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah telah memberikan berbagai macam subsidi kepada petani, dan salah satu
bentuk subsidi yang menonjol adalah subsidi pupuk. Model subsidi pupuk yang diterapkan saat
ini adalah subsidi tidak langsung, yaitu subsidi yang diberikan kepada produsen pupuk.
Walaupun diberikan secara tidak langsung, petani memperoleh manfaat dari subsidi tersebut,
berupa harga pupuk yang lebih murah. Jika dibandingkan dengan model–model sebelumnya,
model subsidi pupuk saat ini sudah lebih baik tetapi masih ada beberapa kelemahan. Pertama,
manfaat subsidi tidak langsung dirasakan oleh petani sebagai kelompok sasaran. Kedua, terjadi
disparitas harga antara pupuk bersubsidi dengan pupuk non-subsidi sehingga terjadi aliran
pupuk dari sektor yang mendapatkan subsidi ke sektor yang tidak disubsidi yang kemudian
menimbulkan masalah langka-pasok di sektor yang mendapatkan subsidi. Masalah langka
pasok pupuk tersebut akan selalu ada selama ada disparitas harga. Sehubungan itu,
pemerintah merencanakan untuk merubah model subsidi tidak langsung menjadi model subsidi
langsung.
B. Pengertian Subsidi Langsung
“Subsidi langsung pupuk kepada petani” adalah sistem subsidi dimana petani menerima
dana subsidi harga langsung dari pemerintah. Dalam transaksi pembelian pupuk, petani
dikenakan harga pasar, tetapi hanya membayar harga neto sebesar harga pasar dikurangi
dengan subsidi harga.

C. Keuntungan Subsidi Langsung
(1)

Menghapus disparitas harga antara pupuk bersubsidi dan pupuk non-subsidi sehingga
aliran pupuk dari sektor yang mendapatkan subsidi ke sektor yang tidak mendapatkan
subsidi tidak terjadi lagi.

(2)

Petani dapat merasakan manfaat subsidi secara langsung.

(3)

Penggunaan anggaran subsidi lebih transparan dan jumlah dana yang diperlukan bias
lebih rendah.

II. RANCANGAN SUBSIDI LANGSUNG
A.

Jenis Pupuk, Komoditas Dan Kelompok Sasaran


Jenis pupuk yang akan disubsidi adalah Urea, NPK, ZA, SP-18 dan pupuk organik.
Kelompok sasaran yang disubsidi adalah usaha pertanian rakyat, yang mencakup subsektor
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Petani yang berhak menerima
subsidi pupuk adalah yang mempunyai luas garapan sampai dengan 2 (dua) hektar untuk
tanaman semusim dan sampai dengan 5 (lima) hektar untuk tanaman tahunan.
B.

Pengajuan Kebutuhan Pupuk

Pengajuan kebutuhan pupuk bersubsidi oleh petani tetap menggunakan prosedur yang
saat ini, yaitu melalui penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Penetapan
jenis, jumlah dan waktu penyaluran pupuk yang dibutuhkan didasarkan atas kesepakatan
semua anggota Kelompok Tani sesuai rekomendasi penggunaan pupuk wilayah setempat.
Dalam penyusunan RDKK, Kelompok Tani didampingi oleh penyuluh/petugas lapang
pertanian setempat. Data luas lahan garapan masing-masing petani harus obyektif, sedapat
mungkin sesuai dengan dokumen resmi. RDKK ditandatangani oleh Ketua Kelompok Tani,
Penyuluh/petugas lapang pertanian setempat sebelum diserahkan ke Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota untuk dibuat rekapitulasi kebutuhan pupuk per kecamatan. Hasil rekapitulasi


 

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kemudian dikirim ke Dinas Pertanian Provinsi untuk dibuat
rekapituasi kebutuhan pupuk per kabupaten. Hasil rekapitulasi Dinas Pertanian Provinsi dikirim
ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian untuk dibuat rekapitulasi
kebutuhan pupuk per provinsi. Berdasarkan hasil rekapitulasi kebutuhan pupuk, kemudian
dibuat Permentan mengenai alokasi pupuk per provinsi.
C.

Alokasi Pupuk

Alokasi pupuk bersubsidi kepada petani menggunakan prosedur yang berlaku saat ini.
Menteri Pertanian menerbitkan Permentan tentang alokasi pupuk bersubsidi menurut provinsi.
Berdasarkan Permentan tersebut, Gubernur menerbitkan SK Gubernur tentang alokasi pupuk
bersubsidi untuk masing-masing Kabupaten/Kota. Berdasarkan SK Gubernur tersebut,
kemudian Bupati/Walikota menerbitkan SK Bupati/Walikota mengenai alokasi pupuk bersubsidi
untuk masing-masing kelompok tani penerima subsidi di setiap kecamatan.
D.

Distribusi Pupuk


Pupuk adalah komoditas yang peredarannya diawasi oleh pemerintah, agar pasokan
pupuk dapat diterima petani dengan prinsip 6 tepat. Oleh karena itu, penyaluran pupuk pada
prinsipnya tetap menggunakan jaringan yang berlaku saat ini. Dalam jaringan tersebut,
penyalur pupuk di Lini-4 adalah kios setempat. Namun apabila ada Gapoktan yang memenuhi
syarat sebagai penyalur pupuk bersubsidi (sesuai Permendag), maka Gapoktan tersebut dapat
diberikan peran sebagai penyalur di Lini-4. Dengan demikian, mekanisme distribusi pupuk
mengikuti alur sebagai berikut:
Lini-1 (Prod)  Lini-2 (Prod)  Lini-3 (Distributor)  Lini-4 (Kios/GAPOKTAN) 
Petani/Kelompok Tani
E.

Penentuan Harga Eceran Pasar, Subsidi Harga Dan Harga Neto Petani

Harga Eceran Pasar (HEP) pupuk adalah harga pupuk di Lini-4 (tanpa subsidi). HEP
pupuk ditetapkan sama untuk semua wilayah Indonesia. HEP ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan rata-rata Harga Pokok Penjualan (HPP) Pupuk dari semua produsen pupuk
BUMN (PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia Gresik
dan PT Pupuk Kalimantan Timur).
Pada prinsipnya petani membeli pupuk sesuai HEP namun dalam pelaksanaannya

mereka hanya membayar sebesar HNP (Harga Neto Petani). Harga Neto Petani (HNP) adalah
HEP setelah dikurangi subsidi. Nilai HNP pupuk ditetapkan sama di semua wilayah Indonesia.
Pemerintah harus menetapkan harga neto petani (HNP) terlebih dahulu, baru kemudian
menghitung subsidi harga (SH). Langkah ini sangat penting karena dua alasan. Pertama, petani
pada akhirnya akan melihat harga neto yang mereka bayar yaitu HNP. Kedua, penentuan HNP
(seperti HET pada model subsidi tidak langsung) akan selalu dikaitkan dengan harga pembelian
pemerintah untuk gabah (HPP Gabah). Pemerintah dapat mengatur rasio HNP terhadap HPP
Gabah dengan mempertimbangkan tujuan sebagai berikut: (a) Peningkatan produktivitas dan
laba usahatani; dan (ii) Mendorong petani untuk menggunakan pupuk majemuk (NPK) dan
pupuk organik lebih banyak serta mengurangi penggunaan pupuk tunggal (terutama Urea).
Untuk menyalurkan pupuk bersubsidi sampai ke Lini-4, diperlukan biaya pemasaran dan
dan marjin keuntungan di Lini-3 (Distributor) dan Lini-4 (Kios atau GAPOKTAN). Biaya
pemasaran dan marjin keuntungan tersebut ditetapkan oleh pemerintah, seperti yang sudah
berjalan saat ini.


 

F.


Penebusan Pupuk Oleh Petani Dan Penyaluran Dana Subsidi

Ada beberapa alternatif tentang mekanisme penebusan pupuk oleh petani dan
penyaluran dana subsidi, sebagai berikut:
1. Dana subsidi disalurkan ke Bank pelaksana (penerima dan penyalur dana subsidi di
lokasi setempat yang telah ditunjuk pemerintah) sesuai dengan jumlah alokasi subsidi
yang ditetapkan menurut SK Bupati. Lini 4 (Kios) menebus pupuk di distributor dengan
harga non subsidi. Petani/Kelompok Tani membeli pupuk di Lini 4 dengan jumlah
sesuai dengan RDKK sebesar harga subsidi (HNP). Selanjutnya berdasarkan nota
pembelian oleh petani, Lini 4 mengklaim dana subsidi ke Bank. Apabila dana subsidi
yang diklaim ke Bank oleh Lini 4 lebih rendah dari alokasi subsidi pemerintah yang
disalurkan ke Bank (misalnya karena petani tidak menebus semua jatah pupuk sesuai
RDKK), sisa dana subsidi tetap disimpan di Bank untuk keperluan subsidi tahap
selanjutnya.
2. Dana subsidi disalurkan kepada Bank pelaksana, tetapi petani/Kelompok Tani membeli
pupuk dengan jumlah sesuai dengan RDKK sebesar harga non subsidi (HEP). Atas
dasar nota pembelian pupuk oleh petani/Kelompok Tani, Lini 4 mengklaim dana subsidi
ke Bank pelaksana. Selanjutnya dana subsidi disalurkan kepada masing-masing petani
sesuai dengan jumlah pupuk yang dibeli menurut. Apabila dana subsidi yang diklaim ke
Bank oleh Lini 4 lebih rendah dari alokasi subsidi pemerintah yang disalurkan ke Bank,

maka sisa dana subsidi tetap disimpan di Bank untuk keperluan subsidi tahap
selanjutnya.
3. Dana subsidi disalurkan langsung kepada Kelompok Tani/Gapoktan melalui Bank
pelaksana sesuai dengan jumlah alokasi subsidi yang ditetapkan menurut SK
Bupati/Walikota. Petani membeli pupuk di penyalur Lini 4 dengan jumlah sesuai dengan
RDKK sebesar harga non subsidi (HEP). Atas dasar nota pembelian pupuk, petani
mengklaim dana subsidi ke Kelompok Tani/GAPOKTAN. Apabila dana subsidi yang
diklaim oleh petani lebih kecil dari nilai subsidi yang telah disalurkan ke Rekening
Kelompok Tani/GAPOKTAN, sisa dana subsidi menjadi milik Kelompok
Tani/GAPOKTAN untuk penguatan modal kelompok.
4. Bagi Kelompok Tani/GAPOKTAN yang sudah mampu bertindak sebagai penyalur Lini 4,
dana subsidi disalurkan langsung kepada Kelompok Tani/GAPOKTAN. melalui Bank
pelaksana. Petani membeli pupuk ke GAPOKTAN dengan harga subsidi (HNP).
Apabila dana subsidi yang diklaim oleh petani lebih kecil dari nilai subsidi yang telah
disalurkan kepada Kelompok Tani/GAPOKTAN, sisa dana subsidi menjadi milik
Kelompok Tani/GAPOKTAN untuk penguatan modal kelompok.
Untuk dapat menebus pupuk dan memperoleh dana subsidi, petani diberi Kartu Kendali
Pupuk (KKP) yang mencantumkan: (a) Nama dan alamat petani, (b) Nama dan alamat
penyalur Lini-4, (c) Jenis, jumlah, harga pupuk, total nilai pupuk yang ditebus; (d) Nilai
subsidi; dan (e) Tandatangan, nama jelas dan jabatan petugas terkait (Ketua Kelompok Tani,

Penyuluh/Petugas lapangan setempat). KKP tersebut dibuat dan disediakan pemerintah
untuk petani. Dilihat dari segi efisiensi, kartu tersebut sebaiknya tidak diberikan kepada
petani individu tetapi kepada Kelompok Tani. Pada saat menebus pupuk di Lini-4,
petani/kelompok tani harus membawa KKP tersebut.
Jika Kios ditetapkan sebagai penyalur Lini-4, maka proses klaim dana subsidi ke Bank
memerlukan biaya tambahan, yang pada akhirnya akan dibebankan kepada petani.
Sebaliknya jika GAPOKTAN yang ditetapkan sebagai penyalur Lini-4, maka biaya tambahan
tersebut dianggap tanggungjawab GAPOKTAN sehingga tidak berdampak pada kenaikan
harga pupuk.


 

G. Pengawasan
Pengawasan perlu dilakukan terhadap distribusi pupuk mulai dari Lini-1 sampai dengan
Lini-4 agar pupuk yang disalurkan dapat sampai ke kelompok sasaran sesuai dengan prinsip
enam tepat. Pengawasan yang ketat perlu dilakukan terhadap penggunaan KKP, penebusan
pupuk oleh petani, dan penyaluran dana subsidi kepada petani. Pengawasan distribusi
dilakukan oleh produsen pupuk dan Dinas Pertanian. Penyuluh/petugas lapang melakukan
pengecekan secara intensif terhadap pasokan pupuk di Lini-4 dan penyaluran dana subsid



 

Tabel 1. Perbandingan Alternatif Proses Penebusan Pupuk oleh Petani dan Penyaluran Dana Subsidi
Alternatif

I

II

III

Keuntungan
1. Praktis. Tidak banyak merubah sistim
lama. Hanya memindahkan alokasi
subsidi dari pabrik pupuk ke Bank
Pelaksana.
2. Bank bisa memberi dana talangan.
3. Petani tidak perlu menyediakan dana

untuk membayar harga non subsidi.
4. Jika subsidi tidak terserap, dana
masih tersimpan di Bank.
1. Petani menerima subsidi dalam
bentuk uang tunai.
2. Bank bisa memberi dana talangan.
3. Jika subsidi tidak terserap, dana
masih tersimpan di Bank.

1. Petani menerima subsidi dalam
bentuk uang tunai.
2. Dana subsidi disalurkan langsung
kepada KT dan berdampak pada
penguatan modal kelompok.
3. Mendorong
terbentuknya
dan

Kelemahan
Persyaratan

1. Tidak semua Kios mampu menyediakan 1. Diperlukan kesepakatan antara
dana untuk menebus pupuk dengan
Pemerintah
dengan
Bank
harga non subsidi.
pelaksana dalam penyaluran
2. Penyalur Lini 4 memerlukan biaya
subsidi.
Bank
harus
tambahan untuk proses klaim dana
menyediakan dana talangan
subsidi ke Bank (pada akhirnya biaya
apabila terjadi keterlambatan
tersebut dibebankan kepada petani).
pembayaran dana subsidi oleh
3. Petani tidak mendapat subsidi dalam
pemerintah.
bentuk uang tunai.
1. Petani harus menyediakan dana untuk 1. Diperlukan kesepakatan antara
Pemerintah
dengan
Bank
membayar pupuk dengan harga non
pelaksana dalam penyaluran
subsidi.
subsidi.
Bank
harus
2. Dengan harga pupuk relatif tinggi,
menyediakan dana talangan
kemungkinan petani yang membayar
apabila terjadi keterlambatan
secara ‘Yarnen’ atau skim pinjaman lain
pembayaran dana subsidi oleh
semakin banyak. Harga pupuk naik =>
pemerintah.
nilai subsidi riil berkurang.
3. Kemungkinan petani mengurangi dosis
penggunaan pupuk.
4. Efek sampingan berupa
maraknya
peredaran pupuk dengan mutu di bawah
standard (pupuk palsu) namun harganya
lebih murah.
5. Maraknya
praktek
rentenir
untuk
meminjamkan uang kepada petani yang
tidak mampu.
6. Timbul kecemburuan dari kelompok
masyarakat yang tidak menerima subsidi,
karena melihat ada pembagian uang
tunai.
1. Diperlukan kesepakatan antara
1. Butir 1- 6 dari alternatif II
Pemerintah
dengan
Bank
2. Ada
kemungkinan
dana
subsidi
pelaksana dalam penyaluran
disalurkan secara merata kepada semua
subsidi.
Bank
harus
petani.
menyediakan dana talangan
3. Ada peluang penyalahgunaan dana
apabila terjadi keterlambatan
subsidi oleh pihak-pihak yang tidak


 

Alternatif

Keuntungan
berkembangnya KT /Gapoktan.
4. Bank bisa memberi dana talangan.

1.
2.
IV

3.
4.
5.

4.

1.
Bank bisa memberi dana talangan.
Petani tidak perlu menyediakan dana
untuk membayar pupuk dengan 2.
3.
.harga non subsidi.
Jaminan kecukupan pupuk oleh
petani
Memperkuat peran GAPOKTAN
Petani tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan untuk mengkalim
dana subsidi ke Bank.

Kelemahan
Persyaratan
pembayaran dana subsidi oleh
berhak.
pemerintah
Belum semua pengurus KT mampu
mengelola dana subsidi dengan baik dan
transparan sehingga petani dirugikan.
Belum
semua
Gapoktan
mampu 1. Ada
kerjasama/kesepakatan
berperan sebagai penyalur Lini 4.
Pemerintah dengan Bank dalam
Peran Kios akan menurun.
penyaluran subsidi (terutama
Petani tidak mendapat subsidi uang
terkait dengan dana talangan
tunai.
yang harus disediakan Bank
apabila
ada
keterlambatan
pembayaran dana subsidi oleh
pemerintah
ke
Bank
pelaksana).
2. GAPOKTAN sudah kuat secara
finansial dan manajemen.
3. Perlu
disinergikan
dengan
program PUAP dan program
pembiayaan
lainnya
untuk
penguatan modal GAPOKTAN.


 

H. Lain-lain
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan/ditindaklanjuti untuk kelancaran
pelaksanaan kebijakan subsidi langsung:
1. Pemerintah harus menyalurkan dana subsidi ke Bank sebelum petani membeli pupuk di
masing-masing wilayah untuk menjamin tercapainya prinsip 6 tepat.
2. Peninjauan kembali harga pupuk, subsidi transportasi dan marjin pemasaran di Lini 1- Lini 4
agar diperoleh harga pupuk (HEP dan HNP) di Lini 4 yang sama untuk seluruh wilayah.
3. Diperlukan fasilitasi pendanaan khusus untuk Kios pengecer agar bisa menebus pupuk
dengan harga pasar (non-subsidi).
4. Perlu koordinasi yang intensif dengan pihak-pihak calon pelaksana kebijakan subsidi
langsung (Dinas Pertanian, Pemda, Produsen pupuk, dan Perbankan).
5. Perlu sosialisasi di tingkat petani, distributor dan kios pengecer.
6. Perbaikan RDKK menjadi prasyarat untuk pengajuan subsidi pupuk. Untuk itu perlu
meningkatkan peran dan fasilitas Penyuluh/petugas lapang dalam penyusunan RDKK.
7. Diperlukan jaminan penyediaan setiap jenis pupuk sesuai dengan harga yang ditetapkan
pemerintah.
8. Sebelum dilaksanakan, diperlukan sosialisasi rancangan kebijakan subsidi pupuk langsung
kepada petani secara luas.
9.

Diperlukan penyiapan perangkat dalam rangka penerapan subsidi langsung pupuk.
Lampiran
Ringkasan Perbandingan Subsidi Tidak Langsung versus Subsidi Langsung
Komponen

Subsidi Tidak Langsung

Subsidi Langsung

Jenis pupuk

Urea, ZA, SP-18, NPK,
Organik

Urea, NPK, SP-18 ,Organik

Pengajuan kebutuhan pupuk

RDKK tanpa database luas
lahan garapan, penyuluh
hanya mengetahui

RDKK berdasarkan database
luas lahan garapan,
penyuluh terlibat aktif

Alokasi pupuk

Permentan, SK Gubernur,
SK Bupati/Walikota

Permentan, SK Gubernur,
SK Bupati/Walikota

Penyalur di Lini-4

Kios

Kios atau GAPOKTAN

Harga yang dibayar petani

Harga Eceran Tertinggi
(HET) di Lini-4  harga
subsidi

Harga Eceran Pasar (HEP)
di Lini-4 (sebesar HPP)

Subsidi harga

Dibayarkan ke produsen
pupuk sebesar HPP – HET

Dibayarkan ke petani
sebesar HEP dikurangi
harga neto petani

Marjin pemasaran dan
keuntungan Lini-3 dan Lini-4

Sama di seluruh Indonesia
(ditetapkan pemerintah)

Sama di seluruh Indonesia
(ditetapkan pemerintah)

Pengawasan

Dari Lini-1 sampai Lini-4, di
Lini-4 sangat minim

Dari Lini-1 sampai Lini-4,
lebih fokus di Lini-4