Makalah dan Biologi Sistem Saraf

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan
kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut
jantung, pernafasan, pencernaan, dan urinaria dikontrol oleh sistem saraf. Sistem
saraf juga mengatur aliran darah, dan konsentrasi osmotik darah.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua
sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk
menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk
menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui
indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan
tersebut ke organ yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf?
2. Apa saja kelainan pada sistem saraf?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada sistem saraf.
2. Untuk mengetahui pengertian, diagnosa, pengobatan, dan pencegahan kelainan
pada sistem saraf.


1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Epilepsi
1. Pengertian penyakit Epilepsi
Epilepsi (berasal dari kata kerja Yunani Kuno yang berarti "menguasai,
memiliki, atau menimpa") adalah sekelompok gangguan neurologis jangka
panjang yang cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan
epileptik ini episodenya bisa bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan
hampir tak terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama. Dalam
epilepsi, serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang mendasari
secara langsung sementara serangan yang disebabkan oleh penyebab khusus
tidak dianggap mewakili epilepsi.
Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui, walaupun
beberapa orang menderita epilepsi sebagai akibat dari cedera otak, stroke,
kanker otak, dan penyalahgunaan obat dan alkohol, di antaranya. Kejang
epileptik adalah akibat dari aktivitas sel sarafkortikal yang berlebihan dan tidak
normal di dalam otak.[4] Diagnosisnya biasanya termasuk menyingkirkan
kondisi-kondisi lain yang mungkin menyebabkan gejala-gejala serupa

(seperti sinkop) serta mencari tahu apakah ada penyebab-penyebab langsung.
Epilepsi sering bisa dikonfirmasikan dengan elektroensefalografi (EEG).
Dalam praktik, epilepsi didefinisikan sebagai dua atau lebih serangan
epilepsi, yang terpisah lebih dari 24 jam, tanpa sebab yang jelas; sementara,
serangan epilepsi didefinisikan sebagai tanda dan gejala sementara yang
dihasilkan oleh aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Epilepsi juga dapat
dilihat sebagai gangguan dimana seseorang sudah mengalami paling tidak satu
kejang epilepsi dengan risiko berkelanjutan untuk serangan selanjutnya.
Forum Internasional Melawan Epilepsi dan Biro Internasional untuk
Epilepsi sebagai mitra kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan epilepsi dalam pernyataan bersama tahun 2005 sebagai
“gangguan otak yang ditandai oleh predisposisi terus-menerus yang
menghasilkan serangan epilepsi dan oleh adanya konsekuensi neurobiologis,
kognitif, psikologis, dan sosial atas kondisi ini. Definisi epilepsi mensyaratkan
terjadinya paling tidak satu serangan epilepsi.”

2

2. Diagnosa penyakit Epilepsi
Dalam mendiagnosis epilepsi, hal utama yang akan dipelajari dokter

adalah riwayat kesehatan dan pola hidup pasien. Dokter akan menanyakan
mengenai ciri-ciri kejang yang dialami pasien.
Jika pasien tidak ingat mengenai detail kejang yang dialaminya, dokter
bisa menanyakan hal tersebut kepada keluarga pasien.Jika pengecekan riwayat
kesehatan dirasa tidak cukup untuk mendiagnosis epilepsi, dokter kemudian
akan melakukan tes untuk memastikannya.
Tes tersebut di antaranya pemindaian dengan pencitraan resonansi
magnetik atau MRI scan, yakni pendeteksian adanya cedera atau kelainan pada
otak sebagai penyebab kejang.
Tes lainnya adalah Electroencephalogram atau EEG, yakni sebuah tes
untuk memeriksa adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam
otak yang mungkin menjadi penyebab terjadinya kejang.
3. Cara Pengobatan penyakit Epilepsi
Epilepsi memang tidak bisa disembuhkan, namun tersedia sejumlah obatobatan anti-epilepsi yang dapat mengendalikan kejang. Banyak penderita
epilepsi yang kejangnya berkurang, atau bahkan tidak mengalami kejang sama
sekali selama bertahun-tahun setelah menjalani terapi pengobatan dengan obat
anti epilepsi (OAE).
Dalam menentukan OAE yang paling cocok dengan pasien, dokter akan
menyesuaikannya dengan usia, kondisi, dan frekuensi kejang yang dialami
pasien. Selain itu, jika pasien sedang mengalami masalah kesehatan lainnya,

dokter akan menyesuaikan OAE agar tidak bersinggungan dengan kinerja obatobatan lainnya yang sedang dikonsumsi pasien.
Agar kejang dapat dicegah secara maksimal, pasien disarankan untuk
selalu meminum obat sesuai dengan yang diresepkan dokter secara teratur.
Selain itu, jika pasien ingin berhenti mengonsumsi atau beralih ke jenis OAE
lainnya, sebaiknya tanyakan dahulu kepada dokter.
Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami migrain, perubahan suasana
hati, depresi, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri setelah mengonsumsi
OAE.
Berikut ini adalah jenis-jenis OAE yang telah tersedia pada saat ini:


Phenobarbital



Phenytoin



Carbamazepine


3



Sodium valproate



Vigabatrin



Topamax



Tiagabine




Oxcarbazepine



Levetiracetam



Lamotrigine



Gabapentin
Beberapa efek samping OAE yang umum dialami adalah mual, pusing,

perubahan suasana hati, sakit perut, dan peningkatan berat badan. Sedangkan
efek samping OAE yang tergolong parah, namun jarang terjadi adalah radang
pada hati, ruam tingkat parah, depresi, dan pikiran untuk bunuh diri.
4. Cara pencegahan penyakit Epilepsi

Walaupun banyak kasus yang tidak dapat dicegah, usaha untuk
mengurangi cedera kepala, yaitu dengan penanganan yang baik untuk wilayah
sekitar kepala saat kelahiran, dan menekan parasit dari lingkungan seperti
misalnya cacing pita dapat memberikan hasil yang efektif.[3] Langkah yang
dilakukan di salah satu wilayah Amerika Tengah utuk menurunkan tingkat
infeksi cacing pita telah berhasil menurunkan kasus baru epilepsi hingga 50%.
B. Penyakit Self Injury
1. Pengertian penyakit Self Injury
Self injury atau self harm (menyakiti/melukai diri sendiri) merupakan
tindakan menimbulkan luka-luka pada tubuh diri sendiri secara sengaja.
Tindakan ini dilakukan tidak dengan tujuan bunuh diri tetapi sebagai suatu cara
untuk

melampiaskan

emosi-emosi

yang

terlalu


menyakitkan

untuk

diekspresikan dengan kata-kata. Self injury dapat berupa mengiris, menggores
kulit atau membakarnya, melukai atau mememarkan tubuh lewat kecelakaan
yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim
mereka bahkan mematahkan tulang-tulang mereka sendiri, memakan barangbarang

yang

berbahaya,

mengamputasi

tubuh

mereka


sendiri,

atau

menyuntikkan racun ke dalam tubuh.
Self injury sendiri merupakan kelainan psikologis yang jarang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari bukan karena jumlah kasus ini sedikit namun
karena kasus-kasus yang ada merupakan suatu “fenomena gunung es”. Saat ini

4

terdapat kecenderungan semakin meningkatnya jumlah remaja dan dewasa
muda yang melakukan self injury sehingga topik ini harus dipahami dengan
lebih baik.
Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang
digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau
menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi
pada diri sendiri. Self injury merupakan mekanisme coping yang kejam dan
merusak namun banyak orang melakukannya karena memang mekanisme
tersebut bekerja dan bahkan bisa menyebabkan kecanduan.

Menurut Patti Adler, seorang professor sosiologi di University Colorado,
melihat perihal menyakiti diri sendiri sebagai semacam "pertolongan diri",
daripada ekspresi yang mendekati bunuh diri. Melukai diri, menurutnya,
cenderung mengarah pada mengurangi ketegangan, euforia, perasaan seksual
yang meningkat, kemarahan, kepuasan keinginan menghukum diri sendiri,
keamanan, keunikan, manipulasi orang lain, dan membantu dari perasaan
depresi, kesepian, kehilangan, dan keterasingan. Oleh karena itu, self injury
dibedakan dari bunuh diri walau keduanya sama-sama menyebabkan luka fisik
pada tubuh. Perilaku ini bertujuan untuk mencapai pembebasan dari emosi yang
tak tertahankan, perasaan bahwa dirinya tidak nyata, dan mati rasa.
2. Cara Pengobatan penyakit Self Injury
Bisa Disembuhkan Untuk penanganan kasus ini dibutuhkan perhatian
ekstra. Self injury kerapkali menimbulkan kesulitan, baik untuk diri sendiri
(sang pelaku) maupun psikiater yang bertugas menjadi terapisnya. Sangat
berbahaya jika mereka tidak ditangani secara tepat. Bisa-bisa, perilaku selfinjury berubah menjadi usaha bunuh diri beneran.
Luka-luka fisik yang terdapat dalam tubuh pelaku self-injury membuat
mereka sungkan untuk mencari pertolongan. Ketika luka-luka tersebut sudah
sangat parah, barulah mereka datang ke unit gawat darurat.
Terapi terbaik untuk seorang pelaku self-injury adalah dengan
menemukan mekanisme coping yang lebih baik daripada menyakiti dirinya

sendiri. Terapi yang digunakan pun bervariasi, tergantung dari diagnosa
kelainan jiwa yang dialami dan kebutuhan mereka masing-masing sebagai
seorang individu.
3. Cara pencegahan penyakit Self Injury
 Lebih terbuka menceritakan kondisi anda kepada keluarga atau orang yang
dapat anda percayai.

5

 mencoba aktivitas bersama-sama dengan teman seperti piknik atau olahraga
bersama
 menyibukkan diri anda dengan kegiatan sosial atau melakukan hobi anda
untuk mengalihkan perhatian anda dari tindakan menyakiti diri sendiri
 menenangkan diri sendiri dengan meditasi, yoga atau berdoa
 beristirahat yang cukup.
C. Penyakit Skizofrenia
1. Diagnosa penyakit Skizofrenia
Skizofrenia didiagnosis berdasarkan kriteria dari panduan Asosiasi Psikiatri
Amerika Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders , versi DSM-IVTR, atau dari Organisasi Kesehatan Dunia International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems, yaitu ICD-10. Kriteria ini menggunakan
pengalaman swalapor dari penderita dan kejanggalan perilaku yang dilaporkan,
yang kemudian diikuti dengan penilaian klinis oleh seorang profesional bidang
kesehatan mental. Gejala yang dikaitkan dengan skizofrenia berlangsung dalam
suatu rangkaian kesatuan dalam populasi dan harus mencapai suatu tingkat
keparahan sebelum diagnosis ditegakkan. Sampai dengan 2009 belum ada tes yang
objektif.
a. Kriteria
Kriteria ICD-10 biasanya digunakan di negara-negara Eropa, sementara
kriteria DSM-IV-TR digunakan di Amerika Serikat dan seluruh dunia, dan sering
digunakan dalam studi-studi riset. Kriteria ICD-10 memberi penekanan pada gejala
peringkat pertama Schneiderian. Pada praktiknya, kesepakatan antara kedua sistem
adalah tinggi.
Menurut edisi keempat yang direvisi dari Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (DSM-IV-TR), agar bisa didiagnosis menderita skizofrenia,
tiga kriteria diagnostik harus dipenuhi:
1. Gejala karakteristik: Dua atau lebih dari gejala berikut, masing-masing hadir
dengan frekuensi sering selama periode satu bulan (atau kurang, jika gejala
berkurang karena pengobatan).


Waham



Halusinasi



Bicara tidak teratur, yang merupakan manifestasi gangguan pemikiran
formal

6



Perilaku yang tidak teratur secara kasar (misalnya berpakaian yang tidak
sesuai, sering menangis) atau perilaku katatonik



Gejala negatif: Tumpulnya emosi (kurang atau menolak memberikan
respons emosional), alogia (kurang atau menolak bicara), atau avolisi
(kurang atau menolak motivasi)

Jika waham dinilai aneh, atau halusinasi meliputi mendengar satu suara yang
berpartisipasi dalam komentar yang terus menerus terhadap tindakan pasien
atau mendengar dua atau lebih suara yang bercakap-cakap satu sama lain, hanya
gejala di atas yang diperlukan. Kriteria bicara tidak teratur hanya dipenuhi jika
cukup parah untuk mengganggu komunikasi secara substansial.
2. Disfungsi sosial atau okupasional: Selama suatu waktu yang signifikan sejak
mulainya gangguan, satu atau lebih daerah fungsi seperti kerja, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, menjadi sangat rendah dibandingkan level
yang dicapai sebelum gangguan.
3. Durasi yang signifikan: Tanda-tanda gangguan yang kontinu bertahan selama
setidaknya enam bulan. Periode enam bulan ini harus termasuk setidaknya satu
bulan gejala (atau kurang, jika gejala berkurang karena pengobatan).
b. Subtipe
DSM-IV-TR mengandung lima subklasifikasi skizofrenia, meskipun
para pengembang DSM-5 merekomendasikan agar subklasifikasi ini dihilangkan
dari klasifikasi yang baru:


Tipe paranoid: Terdapat waham atau halusinasi auditori, tetapi tidak ada
gangguan pemikiran, perilaku yang tidak teratur, atau ketumpulan afektif. Waham
yang ada merupakan waham menyiksa dan/atau waham kebesaran, tetapi sebagai
tambahan, dapat juga hadir tema-tema lain seperti kecemburuan, religiusitas,
atau somatisasi. (Kode DSM 295.3/kode ICD F20.0)



Tipe tidak teratur : Diberi nama skizofrenia hebefrenik dalam ICD. Gangguan
pemikiran dan ketumpulan afektif hadir secara bersamaan. (Kode DSM 295.1/kode
ICD F20.1)



Tipe katatonik : Subjek mungkin hampir tidak bisa bergerak atau menampakkan
gerakan

gelisah

tanpa

sebab.

Gejala

dapat

termasuk

stupor

katatonik

dan fleksibilitas lilin. (Kode DSM 295.2/kode ICD F20.2)


Tipe tidak dibedakan: Gejala psikotik hadir tetapi kriteria untuk tipe paranoid,
tidak teratur atau katatonik belum dipenuhi. (Kode DSM 295.9/kode ICD F20.3)

7



Tipe residual: Gejala positif hadir hanya dalam intensitas rendah. (Kode DSM
295.6/kode ICD F20.5)

Kriteria ICD-10 memberikan dua subtipe tambahan:


Depresi pascaskizofrenia: Episode depresi yang terjadi setelah sakit skizofrenia,
yakni ketika beberapa gejala skizofrenia ringan mungkin masih dapat ditemukan.
(ICD code F20.4)



Skizofrenia sederhana: Gejala negatif dan dominan berkembang perlahan-lahan
dan progresif tanpa riwayat episode psikotik. (kode ICD F20.6)

Diagnosis banding
Gejala psikotik dapat ditemukan pada beberapa gangguan mental lainnya,
termasuk gangguan bipolar, gangguan kepribadian borderline/perbatasan, intoksikasi
obat danp sikosis dipicu obat. Waham ("non-bizarre"/tidak aneh) juga ditemukan
pada gangguan waham, dan menarik diri dari lingkungan sosial pada gangguan
kecemasan

sosial,gangguan

kecemasan

menghindar dan gangguan

kepribadian

skizotipik. Skizofrenia sering ditemukan bersamaan dengan gangguan obsesifkompusif (OCD) dan cukup bermakna dibandingkan dengan yang dapat terjadi secara
murni kebetulan, meskipun sulit untuk membedakan antara obsesi yang terjadi pada
OCD dengan waham skizofrenia.
Diperlukan pemeriksaan fisik umum dan neurologis lebih lanjut untuk menyingkirkan
penyakit

yang

kadang

dapat

menyebabkan

gejala

psikotik

mirip

skizofrenia, sepertigangguan metabolik, infeksi sistemik, sifilis, infeksi HIV, epilepsi,
dan lesi otak. Kemungkinan delirium perlu disingkirkan, yang dapat dibedakan melalui
halusinasi penglihatan, onset akut, dan tingkat kesadaran yang naik turun, dan
menandakan adanya penyakit medis yang mendasarinya. Penyelidikan biasanya tidak
perlu diulang untuk relaps, kecuali apabila terdapat indikasi medis yang spesifik atau
kemungkinan efek samping dari obat antipsikotik.
2. Cara Pengobatan penyakit Skizofermia
Pengobatan psikiatri lini pertama untuk skizofrenia adalah obat antipsikotik,
yang dapat mengurangi gejala positif psikosis dalam waktu sekitar 7-14 hari. Namun,
obat antipsikotik gagal untuk menghilangkan gejala negatif dan gangguan kognitif
secara bermakna. Penggunaan jangka panjang menurunkan risiko relaps.
Pilihan obat antipsikotik yang digunakan didasarkan pada manfaat, risiko, dan
biaya. Masih

diperdebatkan

mana

yang

8

lebih

baik

antara

golongan

obat tipik atau antipsikotik atipik/tidak khas. Keduanya memiliki angka putus obat dan
kekambuhan gejala apabila obat tipik digunakan pada dosis rendah hingga
sedang. Respon yang baik ditemukan pada 40–50%, respon sebagian pada 30–40%,
dan resistensi terhadap pengobatan (gagal menunjukkan respon gejala yang
memuaskan setelah enam minggu pengobatan menggunakan dua atau tiga obat
antipsikotik yang berbeda) pada 20% orang Klozapin adalah pengobatan yang efektif
bagi mereka yang tidak menunjukkan respon pengobatan yang baik terhadap obat lain,
namun memiliki potensi efek samping berat yaitu agranulositosis (jumlah sel darah
putih menurun) pada 1–4%.
Berdasarkan pertimbangan efek samping, obat antipsikotik tipik memiliki efek
samping ekstrapiramidal yang lebih tinggi, sedangkan obat atipik menyebabkan
kenaikan berat badan yang bermakna, diabetes, dan risiko sindrom metabolik. Obat
atipik memiliki efek samping ekstrapiramidal yang lebih sedikit, namun perbedaannya
tidak besar. Beberapa obat atipik seperti quetiapine dan risperidon terkait dengan risiko
kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat antipsikotik tipik perfenazin,
sedangkan klozapin terkait dengan risiko kematian yang lebih rendah. Belum jelas
apakah obat antipsikotik yang lebih baru menurunkan kemungkinan terjadinya sindrom
keganasan neuroleptik, suatu gangguan neurologis yang jarang namun berat.
Untuk orang-orang yang tidak bersedia atau tidak mungkin meminum obat secara
teratur, dapat digunakan bentuk sediaan obat antipsikotik kerja panjang depot untuk
mengendalikan penyakit. Obat-obat ini menurunkan risiko peningkatan ke derajat yang
lebih berat dibandingkan dengan obat minum. Saat digunakan bersama dengan
intervensi psikososial, obat ini dapat meningkatkan kepatuhan jangka panjang terhadap
pengobatan.

3. Cara pencegahan penyakit Skizofermia
Saat ini belum disimpulkan adanya bukti efektivitas intervensi dini untuk
mencegah skizofrenia. Meski terdapat bukti bahwa intervensi dini pada orang dengan
episode psikotikdapat memperbaiki hasil jangka pendek, hanya sedikit manfaat upaya
ini

setelah

lima

tahun.

Usaha

untuk

mencegah

skizofrenia

pada

fase prodromal/awal belum jelas manfaatnya dan karena itu sejak tahun 2009 tidak
disarankan. Pencegahan sulit dilakukan karena tidak ada petanda yang terpercaya untuk
terjadinya penyakit di kemudian hari. Namun, beberapa kasus skizofrenia dapat ditunda
atau mungkin dicegah dengan mencegah pemakaian ganja, khususnya pada
remaja. Seorang dengan riwayat skizofrenia dalam keluarga mungkin lebih rentan
terhadap psikosis yang dipicu ganja.[35] Dan, satu studi menemukan bahwa gangguan

9

psikotik yang dipicu ganja diikuti oleh terjadinya kondisi psikotik persisten pada
sekitar setengah kasus.
Penelitian teoretis berlanjut pada strategi yang mungkin dapat menurunkan angka
kejadian skizofrenia. Salah satu pendekatan berusaha memahami apa yang terjadi pada
tingkat genetik dan neurologis yang dapat menyebabkan penyakit, sehingga dapat
dikembangkan intervensi biomedis. Namun, efek genetik yang bermacam-macam dan
bervariasi, masing-masing dalam skala kecil, yang berinteraksi dengan lingkungan,
membuat hal ini menjadi sulit. Kemungkinan lain, strategi kesehatan masyarakat dapat
secara selektif mengatasi faktor sosioekonomi yang dikaitkan dengan angka kejadian
skizofrenia yang lebih tinggi pada beberapa kelompok, misalnya terkait imigrasi,
etnisitas, atau kemiskinan. Strategi berskala populasi dapat menyediakan layanan untuk
memastikan kehamilan yang aman dan pertumbuhan yang sehat, termasuk di area
perkembangan psikologis seperti kecerdasan sosial. Namun, belum cukup bukti untuk
menerapkan ide yang demikian untuk saat ini, dan sejumlah masalah yang lebih luas
memang tidak spesifik pada skizofrenia
D. Penyakit Alzeimer
1. Pengertian penyakit Alzeimer
Alzheimer bukan penyakit menular,

melainkan

merupakan

sejenis

sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan,
sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan
sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua. Risiko untuk mengidap
Alzheimer, meningkat seiring dengan pertambahan usia. Bermula pada usia 65
tahun, seseorang mempunyai risiko lima persen mengidap penyakit ini dan akan
meningkat dua kali lipat setiap lima tahun, kata seorang dokter.
Menurutnya, sekalipun penyakit ini dikaitkan dengan orang tua, namun
sejarah membuktikan bahwa penyakit pertama yang dikenal pasti menghidap
penyakit ini ialah wanita dalam usia awal 50-an. Penyakit Alzheimer paling
sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke atas. Di negara
maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih dari 4 juta orang usia
lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat
sampai hampir 4 kali pada tahun 2050. Hal tersebut berkaitan dengan lebih
tingginya harapan hidup pada masyarakat di negara maju, sehingga populasi
penduduk lanjut usia juga bertambah. Sedangkan di Indonesia diperkirakan
terdapat sedikitnya 5 juta penderita Alzheimer pada tahun 2015.

10

2. Diagnosa penyakit Alzeimer
Penyakit Alzheimer yang terdiagnosis sejak dini dapat membuat
penderita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta
perencanaan untuk masa depan, dan yang lebih terpenting lagi adalah
mendapatkan penanganan yang lebih cepat yang dapat membantu.
Dalam mendiagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan bertanya terlebih
seputar gejala yang dirasakan pasien atau mengenai riwayat kesehatan
keluarganya. Tidak ada tes medis khusus untuk membuktikan seseorang
mengidap Alzheimer. Pemeriksaan atau tes dilakukan untuk memastikan bahwa
kondisi pasien bukan disebabkan oleh penyakit lain. Pemeriksaan lebih lanjut
bisa meliputi:


Pemeriksaan darah di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan guna
mengetahui apakah ada kondisi lain selain penyakit Alzheimer yang
menyebabkan pasien mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan,
misalnya seperti gangguan tiroid.



Pemeriksaan

kesehatan

saraf. Pemeriksaan

ini

dilakukan

guna

mengetahui seberapa baik fungsi saraf pasien, misalnya dengan menguji
keseimbangan, koordinasi, daya refleks, kemampuan mendengar atau
melihat, dan kekuatan otot saat bangun dari duduk atau pun berjalan.


Pemeriksaan mental

dan neuropsikologi. Pemeriksaan

ini

dilakukan

untuk mengetahui kemampuan berpikir, daya ingat, serta fungsi mental si
pasien, dengan mengacu pada umur serta tingkat pendidikannya.


Pemindaian otak. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui adanya
kelainan di dalam otak yang mungkin dapat menjadi faktor pemicu penyakit
Alzheimer. Pemindaian otak dapat dilakukan dengan menggunakan
resonansi magnetik atau disebut MRI scan, dan juga dengan menggunakan
sinar X atau disebut CT scan.
Biasanya pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit Alzheimer
tersebut dilakukan oleh dokter spesialis, misalnya spesialis saraf.

3. Cara Pengobatan penyakit Alzeimer
Penyakit Alzheimer belum dapat disembuhkan. Cara penanganan yang
ada saat ini hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat
perkembangan penyakit, serta membuat penderita dapat hidup semandiri
mungkin.

11

Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit
Alzheimer adalahrivastigne, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat
obat ini mampu meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar
dan aktivitas kimia di dalam otak.
Rivastigne,

galantamine, dan donepezil biasanya

digunakan

untuk

menangani penyakit Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah.
Sedangkan memantine biasanya diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan
gejala

tahap

menengah

yang

tidak

dapat

mengonsumsi

obat-obatan

lainnya. Memantine juga dapat diresepkan pada penderita Alzheimer dengan
gejala yang sudah memasuki tahap akhir.
Efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi rivastigne,
galantamine, dandonepezil adalah:


Kram otot



Diare



Mual



Insomnia



Rasa lelah



Sakit kepala
Sedangkan

efek

samping

yang

mungkin

timbul

dari

mengonsumsi memantine adalah:


Sakit kepala



Sesak napas



Konstipasi



Rasa lelah



Gangguan keseimbangan
Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat diterapkan
untuk menangani penyakit Alzheimer.



Stimulasi kognitif. Metode ini bertujuan meningkatkan daya ingat,
kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan dalam memecahkan masalah.



Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif. Metode ini bertujuan
mengurangi halusinasi, delusi, agitasi, kecemasan, depresi yang dialami
oleh penderita Alzheimer.
Penurunan kognitif pada penderita penyakit Alzheimer tidak hanya dapat
diperlambat dengan obat-obatan atau pun terapi psikologis, namun juga
sebaiknya dikombinasikan dengan penerapan pola hidup sehat di rumah
agar hasilnya lebih maksimal. Seperti rutin berolahraga, mengonsumsi

12

makanan sehat yang rendah lemak, serta kaya serat dan omega-3, lebih
sering bersosialisasi, melakukan kegiatan yang dapat menstimulasi pikiran
seperti mengisi teka-teki silang atau membaca buku.
Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang
menderita penyakit ini, lakukanlah tips berikut ini di rumah.


Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda lakukan, dan tempel
catatan tersebut di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di mana pun yang
mudah Anda lihat.



Setel alarm pada jam atau ponsel sebagai pengingat, atau beri tahu orang
yang Anda percaya mengenai rencana kegiatan yang akan Anda lakukan,
dan mintalah pada mereka untuk mengingatkan.



Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang yang Anda
butuhkan di buku telepon dan di ponsel.



Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat dan mudah terlihat.



Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda tidak lupa dengan hari atau
bila perlu mulailah berlangganan surat kabar tiap hari.



Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar Anda tidak lupa isinya,
misalnya pada laci atau lemari makanan.



Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari
terjatuh.



Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer
kebingungan atau bahkan ketakutan.



Atur perabotan agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

4. Cara pencegahan penyakit Alzeimer
Hingga kini belum ada cara pasti dalam mencegah penyakit Alzheimer
karena penyebabnya yang belum diketahui. Namun dengan makin banyaknya
informasi yang didapat dari penelitian, bukan tidak mungkin suatu saat nanti
cara mencegah atau pun mengobati Alzheimer dapat ditemukan.
Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit
Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung,
maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu
lakukanlah beberapa langkah berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar
dari risiko terkena penyakit Alzheimer.


Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah.
Tingkatkan asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

13



Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.



Jika Anda menderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi,
teraturlah dalam mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta
menjalani nasihat dari dokter mengenai pola hidup sehat.



Jika Anda mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah
untuk menurunkan berat badan secara aman.



Pastikan Anda selalu rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar
kolesterol dan gula secara teratur agar Anda selalu waspada.



Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti
bersepeda atau berjalan kaki.
Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak
akan mudah terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah hal-hal
yang menyenangkan yang dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran
Anda. Misalnya dengan mengikuti gerak jalan, menulis blog santai,
membaca, bermain musik, dan bermain bulu tangkis.

E. Penyakit Parkinston
1. Pengertian penyakit Parkinston
Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak
bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak
diketahui orang dari penyakit Parkinson adalah terjadinya tremor atau
gemetaran. Tapi gejala-gejala penyakit Parkinson pada tahap awal sulit
dikenali, misalnya:


Merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian tubuh.



Gemetaran halus pada salah satu tangan saat beristirahat.
Setelah gejala awal di atas, maka akan muncul gejala-gejala yang akan
dialami oleh penderita penyakit Parkinson:



Tremor makin parah dan menyebar.



Otot terasa kaku dan tidak fleksibel.



Pergerakan menjadi lambat.



Berkurangnya keseimbangan dan juga koordinasi tubuh.
Penderita penyakit ini juga bisa mengalami gejala fisik dan psikologis lain
seperti depresi,konstipasi, sulit tidur atau insomnia, kehilangan indera
penciuman atau anosmia, bahkan muncul masalah daya ingat.

2. Diagnosa penyakit Parkinston

14

Pada tahap awal, penyakit Parkinson sangat sulit untuk didiagnosis.
Hingga saat ini, belum ada satu tes khusus untuk memastikan adanya penyakit
Parkinson tapi dokter akan memeriksa gejala yang muncul, riwayat kesehatan,
dan melakukan beberapa tes mental atau fisik sederhana.
Tidak ada tes darah maupun tes laboratorium yang bisa memastikan
diagnosis penyakit Parkinson. Oleh karena itu, deteksi dini terhadap penyakit
ini makin sulit. Tes lain seperti CT scan dan juga MRI bisa dilakukan untuk
memastikan gejala yang ada bukan karena penyakit lain.
Saat penyakit Parkinson bertambah parah, terkadang gejalanya sulit untuk
dikenali, dan bisa disalahartikan dengan penyakit lainnya. Gejala tremor bisa
tidak terlihat ketika pasien duduk, dan perubahan postur yang terjadi bisa
dianggap sebagai akibat dari osteoporosis. Perlu diketahui, ada beberapa
penderita penyakit Parkinson yang tidak memiliki gejala tremor.
Dokter akan mengamati gejala pada pasien selama beberapa waktu.
Gejala seperti tremor, kekakuan otot, serta lambatnya gerakan akan
diperhatikan. Pemeriksaan fisik seperti gerakan refleks, keseimbangan,
kekuatan otot, dan fungsi otak juga akan dilakukan oleh dokter.
Diagnosis penyakit Parkinson akan berdasarkan pada penelitian dokter
akan sifat dan gerakan pasien serta tes fisik dan mental yang dilakukan.
3. Cara Pengobatan penyakit Parkinston
Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit Parkinson difokuskan untuk
meredakan gejala yang muncul dan juga menjaga agar pasien bisa tetap
beraktivitas sehari-hari semaksimal mungkin. Hingga kini, belum ada obat yang
bisa menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya.
Pada tahap awal penyakit Parkinson, pengobatan mungkin tidak perlu
dilakukan, mengingat gejala yang terjadi masih ringan. Tapi pertemuan rutin
dengan dokter dianjurkan untuk mengawasi kondisi kesehatan Anda.
Pelajari dan tanyakan risiko dan manfaat tiap jenis pengobatan yang
dilakukan untuk penyakit Parkinson. Dengan ini, Anda bisa lebih mudah dalam
menentukan dan mengikuti proses pengobatan yang ada.
Terapi untuk Penyakit Parkinson
Berikut ini adalah beberapa terapi yang disarankan untuk membantu
meredakan gejala yang muncul akibat penyakit Parkinson:


Fisioterapi. Terapi ini berfungsi untuk membantu penderita mengatasi
kekakuan otot dan juga rasa sakit pada persendian ketika bergerak. Jadi
dengan

terapi

ini

penderita

15

bisa

bergerak

dengan

leluasa

dan

mempertahankan kelenturan tubuh. Terapi ini akan melatih kemampuan dan
stamina agar penderita bisa melakukan aktivitas tanpa bergantung kepada
orang lain.


Perubahan menu makanan. Salah satu gejala dari penyakit Parkinson
adalah terjadinya konstipasi. Kondisi ini bisa dikurangi dengan lebih banyak
mengonsumsi air dan makanan berserat tinggi. Jika penderita mengalami
tekanan darah rendah terutama saat bangkit berdiri, asupan garam bisa
ditingkatkan untuk membantu mengatasinya.



Terapi wicara. Penderita penyakit Parkinson cenderung mengalami
kesulitan atau bermasalah dalam berbicara. Jika diperlukan, ahli terapi
wicara bisa membantu meningkatkan cara berbicara.
Obat-obatan Penyakit Parkinson
Gejala-gejala utama, seperti tremor dan gangguan pada pergerakan tubuh,
bisa dikurangi dengan obat-obatan. Tapi tidak semua obat cocok untuk
semua orang, dan reaksi terhadap obat itu juga berbeda-beda. Berikut ini
adalah obat-obatan yang biasa diberikan:



Levodopa. Obat ini diserap oleh sel-sel saraf dalam otak dan diubah
menjadi senyawa kimia dopamine. Dengan meningkatkan kadar dopamine,
levodopa membantu mengatasi gangguan pergerakan tubuh. Jenis obat
levodopa yang lain yang dipakai untuk mengatasi gangguan suasana hati
adalah duodopa.



Dopamine agonist. Obat ini berfungsi untuk menggantikan dopamine di
dalam

otak

dengan

efek

levodopa. Dopamine agonist umumnya

yang

sama

digunakan

pada

seperti

tahap

awal

Parkinson karena efek samping yang ditimbulkan tidak sekuat levodopa.


Monoamine

oxidase-b

inhibitors (MAO-B).

Obat

ini

berfungsi

menghambat senyawa kimia otak yang menghancurkan dopamine. Yang
termasuk dalam MAO-B adalahselegiline dan rasagiline. MAO-B bisa
dikonsumsi bersamaan dengan levodopa ataudopamine agonist. Obat ini
membantu meredakan gejala penyakit Parkinson, meski dampaknya tidak
sekuat levodopa.


Catechol-O-methyltransferase

inhibitor (COMT). Obat

ini

khusus

diberikan kepada orang dengan penyakit Parkinson di tahap lanjutan. Obat
ini menghambat enzim yang menghancurkan levodopa.

16

Untuk mengetahui dosis, aturan pakainya, tanyakan kepada dokter yang
menangani Anda. Selain itu, tanyakan tentang efek dan risiko dari masingmasing obat-obatan terhadap tubuh Anda.
Operasi pada Penyakit Parkinson
Operasi hanya dianjurkan jika penanganan dengan obat-obatan pada
penyakit Parkinson tidak bisa meredakan gejala yang muncul. Operasi ini
dikenal sebagai deep brain stimulisation atau stimulasi otak dalam yang bekerja
dengan merangsang bagian otak yang terganggu akibat penyakit Parkinson.
Walau tidak menyembuhkan, prosedur ini mampu mengurangi gejala Parkinson
bagi sebagian penderitanya.
Mengatasi Gejala Lain Akibat Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson dapat menimbulkan gejala lanjutan lain seperti
depresi dan serangan kecemasan. Untuk mengatasinya, Anda bisa lakukan
penanganan sendiri, terapi, atau dengan obat-obatan. Baca selengkapnya
tentang pengobatan depresi.
Insomnia yang muncul akibat penyakit Parkinson bisa diatasi dengan cara
mengatur rutinitas waktu tidur Anda. Terapi dan obat-obatan juga bisa
membantu dalam mengatasi insomnia. Baca selengkapnya tentang pengobatan
insomnia.
Untuk mengatasi gejala inkontinensia urin, Anda bisa berlatih cara
mengencangkan otot panggul, menggunakan dengan obat-obatan dan operasi
pada kasus yang parah.
Penderita Parkinson juga dapat mengalami disfagia atau kesulitan dalam
menelan. Ketika ini terjadi, makanan akan perlu diproses dan dilembutkan
sebelum diberi kepada penderita.
4. Cara pencegahan penyakit Parkinston
 Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan yang keras karena
pada dasarnya penyakit
 Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental
 Menjauh dari zat beracun
 Menghindari kelelahan mental
 Membatasi asupan vitamin B6
 Mengenakan sesuatu yang sederhana
 Memiliki cara makan yang benar
 Pencegahan infeksi

17

 Mengkonsumsi teh hijau
 Menerapkan pola hidup yang sehat dan mengkonsumsi makanan bernutrisi
 Melakukan olahraga dengan teratur
 Pola Makan Pencegahan Parkinson
 Menghindari lemak hewani
 Menghindari Produk Susu
 Minum minumam berkafein
F. Penyakit Meningitis
1. Pengertian penyakit Meningitis
Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang
menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges
membengkak karena infeksi yang terjadi. Sistem saraf dan otak bisa rusak pada
beberapa

kasus.

Tiga

gejala

meningitis

yang

patut

diwaspadai

adalah demam, sakit kepala, dan leher yang terasa kaku.
Meningitis di Indonesia
Data meningitis di seluruh Indonesia belum ada yang tepat karena kasus
meningitis sering kali disangka sebagai penyakit atau infeksi lain. Dilihat dari
tingkat fatal penyakit meningitis, penyakit ini patut diwaspadai dan tidak boleh
dianggap enteng.
Data penderita meningitis di Indonesia yang terbaru berasal dari
kedokteran anak. Menurut data di rumah sakit rujukan nasional (RSCM), dalam
satu tahun (Oktober 2003 hingga Oktober 2004) jumlah bayi penderita
meningitis bakterialis berjumlah 18 jiwa dari total 3289 kelahiran dengan
memenuhi kriteria positif pada pemeriksaan kultur cairan sumsum tulang
belakang dan gambaran pleiositosis (peningkatan jumlah sel darah putih pada
cairan sumsum tulang belakang).
Sejak tahun 2002, merupakan suatu kewajiban bagi mereka yang ingin
menunaikan ibadah haji untuk terlebih dahulu menerima vaksinasi meningitis.
Langkah ini diwajibkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk meminimalisasi
terjangkitnya penyakit meningitis di antara para calon haji. Vaksinasi biasanya
dilakukan satu bulan sebelum jadwal penerbangan.

18

Gejala Meningitis yang Terjadi pada Anak-anak
Penyakit ini sering diderita oleh bayi dan anak-anak, tapi semua orang di
segala usia bisa mengidap meningitis juga. Tanda-tanda yang terjadi pada anakanak adalah:


Mereka mungkin merasa gelisah, tapi tidak ingin disentuh



Demam tinggi dengan tangan dan kaki terasa dingin



Menangis seperti melengking (high pitched cry) secara terus menerus



Terlihat bingung, lemas, dan kurang responsif



Beberapa anak akan mudah mengantuk dan sulit dibangunkan



Mungkin ada ruam merah yang tidak hilang ketika gelas digulirkan dengan
sedikit ditekan di atasnya



Menolak menyusu atau makan disertai muntah



Kejang-kejang
Adapun gejala meningitis yang terjadi pada anak-anak yang lebih besar,
remaja, dan orang dewasa, meliputi:



Muntah-muntah



Sakit kepala parah



Leher kaku



Demam dengan tinggi suhu 38°C atau lebih dengan kaki dan tangan terasa
dingin



Napas cepat



Sensitif terhadap cahaya atau fotofobia



Ruam kulit berupa bintik-bintik merah yang tersebar (tidak terjadi pada
semua orang)



Kejang-kejang
Terdapat kemungkinan bahwa tidak semua orang akan mengalami semua

gejala-gejala di atas. Cari bantuan medis secepatnya jika Anda melihat
beberapa gejala meningitis terjadi pada anak-anak.
Secara umum, terdapat lima jenis meningitis:
Meningitis bakterialis
Meningitis jenis ini disebabkan bakteri dan menyebar melalui kontak
jarak dekat. Jika tidak ditangani, bisa menyebabkan kerusakan otak parah,
kehilangan indera pendengaran dan menimbulkan infeksi pada darah
(septikemia). Penderita meningitis bakterialis kebanyakan bayi berusia dibawah
satu tahun.
Meningitis virus
19

Sedangkan penyebab meningitis virus adalah virus yang bisa menyebar
melalui batuk, bersin dan lingkungan yang tidak higienis. Meningitis virus
memiliki kesamaan gejala dengan flu. Anak berusia di bawah lima tahun dan
seseorang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih besar
untuk tertular meningitis virus.
Meningitis jamur
Meningitis jamur biasanya merupakan hasil dari menyebarnya jamur di
sumsum tulang belakang melalui aliran darah. Resiko seseorang terkena
meningitis jamur akan meningkat ketika sistem kekebalan tubuhnya terganggu,
seperti pada penderita HIV dan kanker. Beberapa gejala meningitis jamur
adalah penderita akan sensitif terhadap cahaya dan merasa kebingungan.
Meningitis parasit
Meningitis jenis ini disebabkan oleh parasit yang biasanya masuk ke
dalam tubuh melalui hidung. Amuba yang menyebabkan meningitis parasit
umumnya adalahNaegleria fowleri. Amuba ini biasanya ditemukan pada danau,
sungai air tawar yang bersuhu hangat, sumber air panas bumi, kolam renang
yang tidak dirawat, pemanas air dan tanah.
Meningitis Non-infeksi
Ada lebih dari satu faktor penyebab meningitis non-infeksi. Meningitis
jenis ini tidak menular dan memiliki gejala umum yang sama seperti meningitis
jenis lainnya.
2. Diagnosa penyakit Meningitis
Diagnosis meningitis sulit dilakukan karena gejalanya muncul secara tibatiba dan mirip dengan gejala flu. Disarankan untuk segera mencari bantuan
medis jika melihat gejala meningitis, terutama jika terjadi pada anak-anak.
Anda mungkin harus pergi ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) rumah sakit
terdekat kapan pun gejala tersebut muncul. Jangan menunggu munculnya ruam
berwarna ungu karena tidak semua pengidap meningitis mengalami ruam pada
tubuhnya.
3. Cara Pengobatan penyakit Meningitis
Penderita yang dicurigai mengidap meningitis harus ditangani secepatnya,
bahkan sebelum diagnosis dilakukan. Sangat berbahaya untuk menunda
penanganan bagi penderita meningitis. Dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik untuk mencari tanda-tanda meningitis atau septikemia (infeksi darah)
bahkan tanda luka yang terinfeksi di sekitar kepala, telinga, tenggorokan, dan
kulit di sepanjang tulang belakang.

20

Kondisi pasien meningitis virus biasanya akan membaik dalam beberapa
minggu. Penanganan meningitis virus bisa dilakukan dengan banyak istirahat
dan minum obat pereda rasa sakit untuk sakit kepala. Sedangkan pengobatan
meningitis pada pasien meningitis bakterialis, bisa dirawat dengan antibiotik
atau obat-obatan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri. Perawatan
perlu dilakukan di rumah sakit. Untuk kasus yang lebih parah, disarankan
dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) agar fungsi vital tubuh bisa dipantau
dengan saksama.
Vaksinasi Penyakit Meningitis
Di Indonesia, terdapat dua jenis vaksin meningitis, yaitu vaksin
meningokokus polysakarida dan vaksin meningokokus konjugat. Vaksin
meningokokus polysakarida bisa diberikan untuk usia berapa pun dan mampu
memberi perlindungan sebesar 90-95 persen. Untuk anak di bawah usia 5 tahun,
vaksin ini bisa bertahan 1-3 tahun. Sedangkan untuk dewasa akan melindungi
selama 3-5 tahun. Untuk vaksin mengingokokus konjugat hanya untuk usia 1155 tahun, biasanya diberikan pada jamaah haji dan tidak dianjurkan dijadikan
sebagai imunisasi rutin.
4. Cara pencegahan penyakit Meningitis
Cara terbaik untuk mencegah meningitis adalah dengan menerima
vaksinasi yang tersedia. Tetapi karena penyakit ini bisa dibilang jarang,
vaksinasi meningitis belum termasuk dalam jadwal vaksin wajib di Indonesia.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem
organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan.
Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
Namun, tak semua saraf bekerja dengan baik ketika terdapat kelainan seperti gangguan
neurologis, gangguan mental, usia yang semakin bertambah menyebabkan kurangnya
dopamine, penyakit menular maupun stroke ataupun kelainan pada pembuluh darah.
B. Saran
1. Diharapkan kepada semua pihak yang terkait dapat memberikan saran agar
penyempurnaan makalah ini dapat terlaksana dengan baik.
2. Diharapkan agar makalah ini dapat diterima dengan baik meskipun dalam
pengerjaannya terdapat banyak kesalahan.
3. Diharapkan kepada pembaca agar menjadikan makalah ini sebagai salah satu
referensi mengenai gangguan pada sistem saraf.

22

DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.com
file:///H:/bio/Diagnosis%20Epilepsi%20-%20Alodokter_files/saved_resource(4).html
file:///H:/bio/Diagnosis%20Meningitis%20-%20Alodokter_files/push.html
file:///H:/bio/Penyakit%20Parkinson%20-%20Gejala,%20penyebab%20dan%20
mengobati%20-%20Alodokter_files/push.html

23

LAMPIRAN

24

25