PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN (2)

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL
PADA BIDANG PENDIDIKAN
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu mata kuliah Pendidikan
Pancasila
dari dosen M. Yusuf, S.Ip, MM

Oleh:
Kelompok 5
Kelas Manajemen A
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Resti Nur Fitria
Yudi Prasetyo handoko
Syafitri Nur Aulia
Alsya Adnagraha Lestari
Yolanda Zamzami Nurul Nisa

Dewi Elizabeth Panggabean

(A10130127)
(A10140122)
(A10170059)
(A10170153)
(A10170174)
(A10170393)

Sekolah Tingg Ilmu Ekonomi
EKUITAS
Bandung
2017
i

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan dalam Bidang Pendidikan”
tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Dalam makalah ini membahas tentang Pengertian Pancasila, Pengertian Paradigma, Pengertian
Pendidikan, Pengertian Pendidikan Pancasila, Pancasila sebagai Paradigma Pendidikan,
Pancasila sebagai Landasan Pendidikan, Pentingnya Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila,
Manfaat Pendidikan Pancasila, Penerapan Pendidikan Pancasila di Kehidupan Sehari-hari. Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya pembaca pad umumnya.
Akhirnya tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran–saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca sekalian guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah–makalah lainnya
pada waktu yang akan datang.

Bandung, 18 Desember 2017

Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.

Latar Belakang Masalah................................................................................. 1

B.

Rumusan masalah......................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pancasila...................................................................................... 3
2.2 Pengertian Paradigma..................................................................................10
2.3 Pengertian Pendidikan................................................................................. 11
2.4 Pendidikan Pancasila.................................................................................... 14
2.5 Pancasila sebagai Paradigma Pendidikan.....................................................15
2.6 Pancasila sebagai Landasan Pendidikan......................................................17
2.7 Pentingnya Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila.........................................21

2.8 Manfaat Pendidikan Pancasila......................................................................24
2.9 Penerapan Pendidikan Pancasila Pada Kehidupan Sehari-hari.....................28
BAB III....................................................................................................................... 31
PENUTUP............................................................................................................... 31
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 31
3.2 Saran............................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 32

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional artinya pancasila berisi anggapananggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan,
pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemamfaatan hasil-hasil
pembangunan nasional.
Rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi aspek politik, ekonomi,
soaial dan budaya, dan pemdidikan. Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana termaksud
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Dari rangkaian tersebut terdapat aspek pendidikan yang sangat berperan penting untuk
membangun pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dasar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organis
harmonis dinamais, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Namun banyak masyarakat sekarang yang menyepelekan pendidikan dan kurangnya
perhatian terhadapa pendidikan untuk pembangunan nasional padahal aspek pendidikan
memiliki banyak manfaat dan fungsinya yang dapat dikaji lebih dalam lagi.
Maka dari itu, perlu menyusun makalah dengan tema “Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan Nasional Pada Bidang Pendidikan"
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud pancasila ?
2. Apakah yang dimaksud paradigma?
3. Apakah yang dimaksud pendidikan?
4. Apakah yang dimaksud pendidikan pancasila?
5. Bagaimana peranan pancasila sebagai paradigma pendidikan?
6. Apa landasan pancasila dalam bidang pendidikan?
7. Apa pentingnya mata pelajaran pancasila?
8. Apa manfaat dari pendidikan pancasila?
9. Bagaimana hasil dari penerapan pendidikan pncasila dikehidupan sehari–hari?
1


C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penulisan ini diantaranya adalah untuk
mengetahui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pengertian Pancasila
Pengertian Paradigma
Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan Pancasila
Pancasila sebagai Paradigma Pendidikan
Pancasila sebagai Landasan Pendidikan

Pentingnya Mata Pelajaran Pancasila
Manfaat Pendidikan Pancasila
Penerapan Pendidikan Pancasila di Kehidupan Sehari-hari

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap
bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara
Indonesia. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara.
Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua
komponen dari Sabang sampai Merauke.
Etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) yaitu panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”. Jadi secara harfiah,
“Pancasila” dapat diartikan sebagai “lima dasar”.
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dimana silasila yang terdapat dalam Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat maupun
kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum dirumuskan secara konkrit. Menurut kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular, Pancasila berarti “berbatu sendi yang lima” atau “pelaksanaan

kesusilaan yang lima”.
Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila, sebaiknya kita membaca
beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa berikut:
1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang
berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan
demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang
tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
SEJARAH PERUMUSAN DAN LAHIRNYA PANCASILA
Pada bulan 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan
kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?"
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan

pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yaitu:
3

 Lima
Dasar oleh Muhammad
Yamin,
yang
berpidato
pada
tanggal 29
Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia
menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad
Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[2]
 Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme
atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar perwakilan, dasar

permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh
Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca
Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas
kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk:
 Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang diucapkan
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
 Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
 Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22
Juni 1945 yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:
 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27

Desember 1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15
Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya
sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.

4

HARI KESAKTIAN PANCASILA
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30
September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi
mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan
kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan
usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknumoknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

BUTIR BUTIR PENGAMALAN PANCASILA
Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
a) Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
b) Saling mencintai sesama manusia.
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g) Berani membela kebenaran dan keadilan.
h) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

5

3. Persatuan Indonesia
a) Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
b) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c) Cinta Tanah Air dan Bangsa.
d) Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
e) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
a)
b)
c)
d)
e)

Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
f) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
b) Bersikap adil.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d) Menghormati hak-hak orang lain.
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g) Tidak bersifat boros.
h) Tidak bergaya hidup mewah.
i) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j) Suka bekerja keras.
k) Menghargai hasil karya orang lain.
l) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

6

Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Sila pertama

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Sila kedua

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
7

Sila ketiga

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

8

Sila kelima

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.

9

2.2 Pengertian Paradigma
Istilah paradigma cenderung merujuk kepada dunia pola pikir atau pun teknis penyelesaian
masalah yang dilakukan oleh manusia. Istilah yang satu ini pertama kali diperkenalkan oleh
seorang ilmuan bernama Thomas Kuhn melalui buku buatannya yang berjudul The Structure of
Scientific Revolution.
Saat pertama kali diperkenalkan, istilah Paradigma tidak dijelaskan secara gamblang oleh
Thomas Khun. Pada waktu itu, paragima hanya diutarakan sebagai termonologi kunci yang
dipakai dalam model perkembangan ilmu pengetahuan saja. Beberapa saat kemudian, barulah
istilah Paradigma terdefenisi secara jelas oleh Robert Fridrichs (merupakan orang pertama yang
mengungkapkan apa itu paradigma secara jelas dan gamblang).
Pradigma berkaitan erat dengan prinsip – prinsi dasar yang menentukan berbagai macam
pandangan manusia terhadap dunia sebagai bagian dari sistem bricoluer. Sebuah paradigma
biasanya meliputi tiga elemen utama yaitu elemen metodologi, elemen epistemologi, dan elemen
ontologi. Dengan menggunakan tiga elemen ini, manusia menggunakan paradigma untuk meraih
berbagai macam pengetahuan mengenai dunia dan berbagai macam fenomena yang terjadi di
dalamnya.

Definisi dan Pengertian Paradigma Menurut Para Ahli
Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
“para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan,
ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan
sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam
sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk
menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.

1. Robert Freidrichs
Menurut Robert Freidrichs, paragigma merupakan kumpulan tata nilai yang membentuk pola
pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga terbentuk citra subjektif seseorang
terhadap ralita sehingga berujung pada ketentuan bagaimana cara untuk menangani realita
tersebut.
2. Thomas Kuhn
Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir atau pun konsep
dasar yang digunakan / dianut sebagai model atau pun pola yang dimaksud para ilmuan
dalam usahanya, dengan mengandalkan studi – studi keilmuan yang dilakukannya.
3. C. J. Ritzer
Menurut C. J. Ritzer, paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan mengenai apa yang
menjadi pokok permasalahan yang seharusnya dipelajari oleh satu cabang ilmu pengetahuan
tertentu.
10

4. Guba
Menurut Guba, pengertian paradigma adalah
membimbing tindakan manusia.

sekumpulan

keyakinan

dasar

yang

2.3 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan,
atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”.
Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan
umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan
kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas
pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu,
bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua
memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak
mereka.
Pengertian Pendidikan menurut KBBI:
Kata pendidikan secara berasal dari kata “didik” dengan mendapatkan imbuhan “pe” dan
akhiran “an“, yang berarti cara, proses atau perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa
berasal dari kata “pedagogi” yakni “paid” yang berarti anak dan “agogos” yang berarti
membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam membimbing anak
Pengertian pendidikan menurut Undang Undang :
Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya
memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual
keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia

11

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli :
 Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia): Menurut Ki Hajar
Dewantara bahwa pengertian pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
 Ahmad D. Marimba: Pengertian pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah
bimbingan atau bimbingan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani
dan rohani terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.
 H.H.Horne: Pengertian pendidikan menurut Horne bahwa pendidikan adalah alat dimana
kelompok sosial melanjutkan keberadaannya dalam mempengaruhi diri sendiri serta
menjaga idealismenya.
 Martinus Jan Langeveld: Pengertian pendidikan menurut Martinus Jan Langeveld
bahwa pengertian pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas
hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan
merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa
menuju kedewasaan.
 Gunning dan Kohnstamm: Pengertian pendidikan menurut Gunning dan Kohnstamm
adalah proses pembentukan hati nurani. Sebuah pembentukan dan penentuan diri secara
etis yang sesuai dengan hati nurani.
 Stella Van Petten Henderson: Menurut Stella Van Petten Henderson bahwa pendidikan
adalah kombinasi pertumbuhan, perkembangan diri dan warisan sosial.
 Carter. V.Good: Pengertian pendidikan menurut Carter V. Good bahwa pendidikan
adalah proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan perilaku
bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang
terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan
kecakapan sosial.
Filosofi Pendidikan
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak
orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia
bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan
formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu
pendidikan saya. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering
kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan
secara tidak resmi.

12

Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes)
berikut:
 Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
 Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
 Melestarikan kebudayaan.
 Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
 Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua
melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
 Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk
menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya
perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya
pendidikan seks dan sikap terbuka.
 Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat
mensosialisasikan
kepada
para
anak
didiknya
untuk
menerima
perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga
diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling
tidak sesuai dengan status orang tuanya.
 Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa
dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:






Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
Menjamin integrasi sosial.
Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
Sumber inovasi sosial.

13

Tujuan Pendidikan










Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk
pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD
1945 dan isi UUD 945.
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dalam
pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Berdasarkan UU Amandemen Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”
Berdasarkan UU Amandemen Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

2.4 Pendidikan Pancasila
Pancasila dasar filsafat Negara RI secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik
Indonesia tahun II No 7 bersama – sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat Negara republik Indonesia mengalami berbagai
macam interprestasi dan manipulasi politik sesuai kepentingan penguasa yang berlindung dibalik
legtimasi ideology Negara pancasila .
Gerakan reformasi berupaya mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai
dasar Negara RI, yang direalisasikan melalui ketetapan MPR Th 1998 No. XVIII/MPR/1998
disertai dengan pencabutan p – 4 dan pencabutan pancasila sebagai satu – satunya asas bagi
orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada
Presiden atas wewenangnya untuk membudayakan pancasila melalui p -4 dan asas tunggal
pancasila.
Dampak yang sangat serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada masa
lampau , dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa
pancasila merupakan label politik orde baru. Pandangan yang sinis serta upaya melemahkan
peranan ideology pancasila pada era reformasi dewasa ini akan sangat berakibat fatal bagi
14

bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi Negara yang
kemudian pada gilirannya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah
lama dibina, dipelihara serta didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah hasil reformasi yang belum
menampakan hasil yang dapat dinikmati oleh rakyat. Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif
tersebut diatas maka sudah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk
mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita yang
setingkat dengan paham atau Isme – isme besar dunia dewasa ini seperti misalnya Liberalisme.
Upaya untuk mempelajari serta mengkaji pancasila tersebut terutama dalam kaitannya
dengan tugas besar bangsa Indonesia untuk mengembalikan tatanan Negara kita yang porak
poranda dewasa ini. Reformasi ke arah terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak
cukup dengam hanya mengembangkan dan membesarkan kebencian, mengobarkan sikap dan
kondisi konflik antar elit politik.
2.5 Pancasila sebagai Paradigma Pendidikan
Bila paradigma adalah kerangka berpikir atau konsep dasar yang dibutuhkan sebagai landasan
dasar, maka pancasila sebagai paradigma adalah sebagai landasan dasar negara Indonesia yang
digali dari nilai-nilai luhur dan adat istiadat bangsa Indonesia untuk dijadikan pedoman dalam
memajukan dan mengembangkan Indonesia, baik dalam hal politik, ketatanegaraan, hak asasi
manusia, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan lain-lain. Oleh karena itu, Pancasila tidak
boleh hanya dijadikan simbolisasi landasan negara, tetapi juga implementasinya dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala aspek.
Salah satu aspek tersebut adalah peran pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan
pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,
cara, dan perbuatan mendidik. Setiap wilayah di Indonesia dicanangkan pendidikan berjenjang
mulai dari TK, SD, SMP, SMA/K, hingga perguruan tinggi.Pendidikan yang berkelanjutan
tersebut ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik, keluasan bahan
pengajaran, dan tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum.
Agar acuan-acuan dalam segala aspek pembelajaran seragam, maka pendidikan di Indonesia
mengacu pada nilai-nilai luhur bangsa yang terangkum dalam Pancasila. Oleh karena itu,
dihimpunlah pendidikan di Indonesia menjadi pendidikan nasional yang dipersatukan atas dasar
Pancasila. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia (manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dan sebagainya).
Pancasila sebagai paradigma pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting untuk
membangun pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dasar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organisasi harmonis
dinamis, di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

15

Pendidikan sebagai bagian dari ilmu humaniora memperlihatkan proses yang terus menerus
mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Salah satu agenda penting dalam upaya
mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan
nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti.
Agar pancasila dapat berperan dengan baik sebagai paradigma pembangunan pendidikan, perlu
adanya pewarisan nilai-nilai pancasila yang diwariskan melalui pendidikan.Hal ini bertujuan
membentuk generasi bangsa yang terpelajar berasaskan nilai luhur bangsanya. Hal itu
terkandung dalam pancasila sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Bahwa manusia pada hakikatnya memiliki harkat dan martabat yang patut bagi kita saling
bertoleransi.Juga keadilan dan kesamaan hak untuk mengembangkan dirinya, salah satunya
dibidang pendidikan dalam rangka memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea empat juga telah ditegaskan, dalam rangka
mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan, “…mencerdaskan kehidupan bangsa…”
Selain itu, ditegaskan pula dalam UUD 1945 BAB XIII tentang Pendidikan dan
Kebudayaanyang berisi :
Pasal 31
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
Pasal 32
1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Dari pasal 32, dijelaskan tentang kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul
sebagai buah usaha budidaya rakyat Indonesia seluruhnya.Kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung
sebagai kebudayaan bangsa.Usaha kebudayan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan
16

persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia.
Dua pasal diatas menegaskan pentingnya pendidikan dan upaya-upaya yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan bangsa melalui pendidikan. Namun pada
kenyataannya, implementasi pendidikan tersebut belumlah merata dilaksanakan di seluruh
penjuru nusantara. Masih banyak daerah-daerah yang terkendala untuk berkembang dalam dunia
pendidikan karena faktor ekonomi, jarak, keadaan wilayah, dan minimnya tenaga pendidik.
Selain itu juga minimnya pemahaman rakyat Indonesia tentang arti pentingnya suatu pendidikan
yang dapat membentuk kaum intelek yang bermoral dan beretika sesuai dengan pancasila.

2.6 Pancasila sebagai Landasan Pendidikan
Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang panjang sejak adanya zaman
kerajaan Kutai Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa-bangsa lain yang menjajah dan
menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta
memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa.
Setelah melalui proses yang panjang dalam perjalannya bangsa Indonesia menemukan jati
dirinya yang tersimpul dalam suatu sifat, karakter, kebudayaan yang berbeda dengan bangsa
yang lainnya yang dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang
meliputi 5 prinsip yang diberi nama pancasila.
Bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang kuat harus memiliki visi serta pandangan hidup
yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Bangsa Indonesia
harus memiliki rasa nasionalisme serta kebangsaan yang kuat. Hal tersebut dapat terlaksana
bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni ideology melainkan suatu kesadaran bangsa dan
bernegara yang berakar pada sejarah bangsa Indonesia.
Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan sebagai dasar Negara Indonesia secara objektif historis telah dimilki
oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain adalah diri
bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis
Indonesia.
Landasan Kultural
Setiap bangsa didunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa memiliki
suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup yang kuat agar tidak terombangambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa juga pastinya memiliki
pandangan hidup yang berbeda-beda dengan bangsa lain. Contohnya adalah Negara komunisme
dan liberalisme yang meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi yang
tertentu.

17

Berbeda dengan bangsa lain, bangsa indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila bukanlah hanya suatu hasil yang
konseptual seseorang saja tetapi meruapakan suatu hasil karya besar bangsa indonesia yang
diangkat dari nilai-nilai cultural yang dimiliki oleh bangsa indonesia melalui proses refleksi
filosofis para pendiri Negara.
Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila dipendidikan tinggi tertuang dalam undangundang no.2 tahun 1989 tentang sitem pendidikan nasional. Pasal 39 telah menetapkan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat pendidikan pancasila
pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Bedasarkan SK menteri pendidikan nasional RI no.232/2000 tentang pedoman penyusun
kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan
bahwa mata kuliah pendidikan pancasila wajib diberikan dalam kutikulum program studi, yang
terdiri atas pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan. Semua itu
diharapkan agar mahasiswa mampu mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali
masalah hidup terutama kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai
peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.
Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofis bangsa indonesia merupakan
suatu sifat moral yang secara konsisten untuk direalisasikan dalam setiap aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut bedasarkan pada suatu kenyataan filosofis
dan objektif bangsa indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yang bedasarkan pada
nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa
indonesia sebelum mendirikan Negara.
Bangsa indonesia sbelum mendirikan Negara ialah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan yang dapat terlihat pada kenyataan yang obektif bahwa manusia adalah mahluk
Tuhan yang Maha Esa. Syarat mutlah suatu Negara adalah adanya persatuan dan adanya rakyat,
karena rakyat merupakan asal kekuasaan Negara.
Maka dari itu pancasila harus direalisasikan kedalam bentuk kenegaraan dan suatu keharusan
bahwa pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan Negara, baik dalam pembangunan
nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan dan keamanan
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945. Rincian selnjutnya tentang hal itu tercantum dalam Penjelasan
UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang
pendidikan, adalah pengamalan Pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan
antara lain : Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinngi
kualitasnya dan mampu mandiri (Undang-Undang, 1992: 24). Sedangkan Ketetapan MPR RI No.
18

II/MPR?1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang dianngap baik,sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta
muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan, dengan kata lain: Pancasila sebagai
sumber nilai dalam pendidikan.
P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional pengamalan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengalaman
Pancasila itu haruslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu,
sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dalam Buku I Bahan Penataran P4 dikemukakan bahwa Tap MPR No.
II/MPR/1978 tersebut di atas memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila
Pancasila. Bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat kepastian nilai
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan Pancasila tersebut
terdapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai Pancasila sebagai berikut.
Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankanibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan sesuatu agam dan kepercayaan kepada orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama
manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
19

g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan seikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunngal
Ika.
Kerakyatan
yang
dipimpin
permusyawaratan/perwakilan

oleh

hikmah

kebijaksanaan

dalam

a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinngi harkat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan bergotong royong.
b. Bersikap riil.

20

c. Menjaga keseimbangna antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
g. Tidak bersikap boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial

2.7 Pentingnya Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
Pancasila dan UUD1945 merupakan bagian dari pondasi utama dari berdirinya Indonesia sebagai
suatu negara. Ingatkah Anda bahwa dalam sejarah Indonesia, salah satu hal penting yang di
kerjakan oleh para pendiri negara sebagai bagian dari persiapan kemerdekaan Indonesia adalah
membentuk dasar negara dan Undang-Undang Dasar. Tidak mungkin suatu negara dapat berdiri
dan bergerak maju tanpa memiliki dasar negara (Pancasila) dan UUD. Sebab keduanya menjadi
pedoman yang memberi arah dan tujuan yang hendak diraih melalui pengelolaan negara. Jadi,
siapapun yang memegang kekuasaan negara tidak boleh menyimpang dari amanat rakyat, dasar
negara, dan UUD.
Sebagai penganut ideologi terbuka, Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis.
Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita sesuaikan dengan
kebutuhan dan tantangan nyata yang akan kita hadapi dalam setiap kurun waktu. Namun
demikian, faktor manusia baik penguasa maupun rakyatnya sangat menentukan dalam mengukur
kemampuan sebuah ideoogi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik apapun ideologi
21

kalau tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik, maka ideologi itu hanya menjadi
angan-angan belaka.
Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Hal ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan
tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku sebagai
bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intrinsikyang kebenarannya dapat
dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal. Nilai-nilai Pancasila,
merupakan kebenaran bagi bangsa indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan dipersepsi
sebagai nilai-nilai subjektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman hidup seirama dengan
proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh dimensi waktu dan ruang. Nilai-nilai
tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang ditempa dan dimatangkan oleh
pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka,
berdaulat dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal
17 Agustus 1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari penjelasan diatas, dapat cukup jelas untuk mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan
sangat penting apa lagi jika menjadi salah satu mata perkuliahan di perguruan tinggi. Dari situ
kita dapat belajar mengenai rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia dan dapan
mengamalkan nilai-nilai yang ada pada Pancasila di kehidupan sehari-hari. Dan itu juga
diperkuat dengan adanya salah satu landasan Pancas

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18