Teori Belajar Pemerosesan Imformasi dan (1)

Teori Belajar Pemerosesan Imformasi dan
Penerapanya dalam Pembelajaran
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Teori belajar dan pembelajaran
: Ahmad Fuadi M.Pd
: Tarbiyah - PAI (IV-A)

Di susun Oleh
Kelompok 8 (Delapan)
- Husna Hukmanda
- Raihana Jannati
- Siti Rahmah
- Suryani Tarigan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017


i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses
informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu
yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan
yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran

Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para
ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang
belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut

teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda
lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.

B. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan adanya rumusan
masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang
ada sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dari teori pemrosesan informasi?

2. Bagaimana penerapan teori pemrosesan informasi di kelas?

1

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui konsep dari teori pemrosesan informasi.
b. Untuk mengetahui penerapan teori pemrosesan informasi di kelas

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Pemrosesan Informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah
informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu
menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua
informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.

Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang
masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima
sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang
sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap
informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat
informasi itu akan hilang.

Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting
dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi
bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk
membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam

kesadaran.1

1

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran.
(Jakarta : Ar – Ruzz Media.2007)hlm,89

2

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi.
Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi
dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan
banyak faktor lain.

Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan
ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek.
Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah
terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam
memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau
mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan

selama mengajar.

Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat
menyimpan informasi untuk periode panjang. Tulving membagi memori jangka
panjang menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik, yaitu bagian memori jangka
panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita,
memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang
menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori
yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran)
diterima, disandi, disimpan dan dimunculkan kembali dari ingatan serta
dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model
pemrosesan informasi oleh para pakar seperti Biehler dan Snowman (1986); Baine
(1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada tiga
asumsi yaitu:2

2

Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan

pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal : 72

3

a.

Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu
tertentu.

b.

Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami
perubahan bentuk ataupun isinya.

c.

Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Dari ketiga asumsi tersebut,dikembangkan teori tentang komponen

struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses control). Kompenen
pemrosesan dipilih menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas,
bentuk informasi, serta proses terjadinya”lupa”. Ketiga komponen tersebut
adalah:

1. Sensory receptor
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. informasi masuk ke sistem melalui sensory register Di
dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya dapat
bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah
terganggu dengan kata lain sangat mudah berganti. Agar tetap berada dalam
sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2. Working memory
Pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory.
Disini, berlangsung proses berpikir secara sadar. Working Memory (WM)
diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian (attention)
oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi.
Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih
kurang 7 slots. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15

detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 2) informasi dapat
disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Asumsi pertama
berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan asumsi kedua
berkaitan dengan peran proses kontrol. Artinya, agar informasi dapat bertahan

4

dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas WM
disamping melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada tahapan WM,
dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, dipengaruhi oleh peran proses
kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
3. Long term memory
Long Term Memory (LTM) diasumsikan; 1) berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak
terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan
pernah terhapus atau hilang. 3
Kelemahannya

adalah


betapa

sulit

mengakses

informasi

yang

tersimpan di dalamnya. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh
kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali (retrieval failure) informasi yang
diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan
proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan.
Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM
dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah
dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru.
Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru
pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar

pengetahuan (knowledge base) (Lusiana, 1992).

Sejalan

dengan

teori

pemrosesan

informasi,

Ausubel

(1968)

mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur
kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan
pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti
pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh

individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci Proses
pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan
3

Ibid,hlm, 78

5

(retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses
penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan
inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang
diinginkan diperoleh.

Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar
merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan
dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi
mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah : 4

1. Menarik perhatian

2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa

3. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar

4. Menyajikan bahan peransang

5. Memberikan bimbingan belajar

6. Mendorong unjuk kerja

7. Memberikan balikan informatif

8. Menilai unjuk kerja

9. Meningkatkan retensi dan alih belajar

4

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran.
(Jakarta : Ar – Ruzz Media.2007)hlm,89

6

B. Konsep Dasar Teori pemrosesan Informasi
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan
pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.
Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus
pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.

Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai
berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organorgan sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa
informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam
ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan
informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian
rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan
cepat. 5

Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam
ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal penting dalam proses
belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi
yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana cara
mengerjakan sesuatu.

Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat
kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam
suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat.
Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak
berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam.
Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada
stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan
lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg

5

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Bina Aksara,1987)hlm, 86

7

menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari
pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.

Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model.
Penyimpanan

juga dianggap penting

dalam pendekatan

model

tingkat

pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat.
Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah
bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses
pemberian makna dari informasi yang masuk.

C. Diagram Pemrosesan informasi
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan
memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia
ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

Teori belajar yang cocok serta dapat menjawab dua pertanyaan didepan
adalah suatuteori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information
Processing LearningTheory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari
kegiatan di dalam otak manusiadi saat memroses suatu informasi. Karenanya teori
belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau
‘Model Pemrosesan Informasi’. Beberapa model telah dikembangkan di antaranya
oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) sertaLefrancois, yang terdiri atas
tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau MemoriInderawi (MI),Memori
Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka
Panjang (MJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat
dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:6

6

Nana Sujana. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran.
Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 1991)hlm,97

8

Gambar tersebut menunjukkan menunjukkan informasi diproses dan
disimpan dalam tiga tahap.Menunjukkan

titik awal dan akhir dari peristiwa

pengolahan informasi. Garis putus-putus menunjukkan batas antara kognitif
internal dan dunia eksternal.Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik
seperti cahaya, panas, tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan
disimpan secara cepat di dalam sistem penampungan penginderaan jangka
pendek.Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke
memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja.Apabila informasi
di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat
dimasukkan ke dalam memori jangka panjang.

Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori
jangka pendek tidak pernah ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga
terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi
yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi,
yaitu terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi
lain.Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu:7



Pelancaran Proaktif : Seseorang mengingat informasi sebelumnya apabila
informasi yang baru dipelajari memiliki karakter yang sama.

7

Ibid, hlm,92

9



Pelancaran Retroaktif : Seseorang mempelajari informasi baru akan
memantapkan ingatan informasi yang telah dipelajari

Memori Inderawi (MI)

Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang
terdapatpada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui
panca inderanya.Informasi tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam
ingatan selama tidaklebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi
tanpa disadari dan akan digantidengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau
sekelebat yang didapat melalui pancaindera ini biasanya disebut ’sensory
memory’ atau ‘ingatan inderawi’.

Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa,
sepertiyang telah sering dialami para guru, pesan atau keterangan yang
disampaikan seorang guru dapat hilangseluruhnya dari ingatan para siswa jika
pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagaiingatan inderawi. Alasanya,
seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapatbertahan di dalam
pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaanpenting yang
dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atas keterangan
seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?

Pertama,orang biasanya memperhatikan rangsangan

jika rangsangan

tersebut mengandung sesuatu yang menarik perhatian. Maka sebagai guru kita
mungkin membuat respon yang terorientasi jika rangsangan dihadirkan.

Kedua, orang lebih memperhatikan jika rangsangan melibatkan pola yang
dikenal. Sejauh ini kita memancing pikiran siswa lebih dulu sebelum kita memulai
presentasi.Kita dapat mengambil keuntungan dari prinsip ini.

Memori Jangka Pendek (MJPd)

10

Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan
berbeda dariinformasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu
informasi baru yangmendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai
MJPd sebagaimana dinyatakanGage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When
we pay attention to a stimulus, theinformations represented by that stimulus goes
into short-term memory or workingmemory.” Jelaslah bahwa MJPd adalah setiap
Ingatan Inderawi yang stimulusnyamendapat perhatian dari seseorang. Dengan
kata lain, MJPd tidak akan terbentuk di dalamotak siswa tanpa adanya perhatian
dari siswa terhadap informasi tersebut. MJPd inimenurut Lefrancois dapat
bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.Sebagai akibatnya,
pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadisangat
penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkanselama
proses pembelajaran di kelasnya.8

Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari
para guruakan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang
disampaikan para gurutersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa
terhadap bahan yang disajikan,di samping selalu memotivasi siswanya, seorang
guru pada saat yang tepat sudahseharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anakanak, bagian ini sangat penting.” Tidakhanya itu, aksi diam seorang guru ketika
siswanya ribut, mencatat hal dan contoh pentingdi papan tulis, memberi kotak
ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materiessensial, menyesuaikan
intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampaimenjewer telinga
merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selamaproses
pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih
pentinglagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam
diri siswasendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para
gurunya selamaproses pembelajaran sedang berlangsung.

8

Ibid, hlm,93

11

Memori Jangka Panjang (MJPJ)
Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota
Negeria?Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa
Jakarta jauh lebihsering disebut dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya
dari buku, pembicaraan,televisi, ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai
Ibukota Indonesia kemungkinan besarsudah tersimpan di dalam MJPJ Informasi
yang sudah tersimpan di dalam MJPJ ini sulituntuk hilang, sehingga Jakarta dapat
diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa MJPJ adalahMJPJ yang mendapat
pengulangan. Kata lainnya MJPJ tidak akan terbentuk tanpa adanyapengulangan.
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kuncidalam
proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah
merupakankata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak
berhasilan suatupengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama. Itulah
sebabnya, ada guruberpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa akan
jauh lebih baik untukbelajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit.

D. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam

Pembelajaran
1) Strategi pembelajaran daya ingat

Salah satunya adalah dengan Pembelajaran verbal. Pembelajaran
verbal adalah pembelajaran kata-kata (atau fakta yang diungkapkan dalam
kata-kata). Dalam banyak studi, misalnya siswa diminta mempelajari daftar
kata-kata atau suku kata yang tidak masuk akal.

Ada tiga jenis tugas pembelajaran verbal yang biasanya dilihat diruangan
kelas seperti:9

a.

Pembelajaran Pasangan-Berkaitan (Paired-Associate Learning)
9

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan
Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.2008) hlm, 69

12

Melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu anggota
pasangan ketika diberikan anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada
suatu daftar pasangan untuk dihapal. Contoh pendidikan tugas pasanganberkaitan meliputi pembelajaran ibu kota Negara bagian, nama dan
tanggal perang saudara, table penambahan dan perkalian, dan ejaan kata.

Dalam
menghubungkan

pembelajaran
tanggapan

pasangan-berkaitan,
dengan

masing-masing

siswa

harus

rangsangan.

Misalnya, kepada siswa tersebut diberikan gambar tulang (rangsangan)
dan harus menjawab tulang kering, atau diberikan symbol Au dan harus
menjawab emas. Salah satu aspek penting pembelajaran rangsangan
berkaitan ialah tingkat pengenalan yang telah dimiliki siswa dengan
rangsangan dan tanggapan tersebut.

Misalnya dengan GAMBAR lebih ampuh dalam membantu
mengingat hubungan. Salah satu metode kuno untuk meningkatkan daya
ingat dengan menggunakan gambaran ialah penciptaan cerita-cerita untuk
menggabungkan informasi. Misalnya gambar-gambar dari mitos yunani
dan sumber-sumber lain yang telah lama digunakan untuk membantu
orang mengingat peta bintang.10

b. Pembelajaran Serial (Serial Learning)

Melibatkan pembelajaran suatu daftar istilah dalam urutan
tertentu. Penghafalan not dalam nada balok, janji kesetiaan, unsure-unsur
dalam susunan berat atom, dan puisi serta lagu adalah tugas-tugas
pembelajaran serial. Pembelajaran serial kurang terjadi dalam pengajaran
di ruang kelas dari pada tugas-tugas pembelajaran pasangan-berkaitan.
10

Ibid, hlm, 70

13

c.

Tugas Pembelajaran Ingatan Bebas (Free-Recall Learning)

Juga melibatkan penghafalan daftar, tetapi bukan dalam urutan
khusus. Mengingat nama ke-50 negara bagian Amerika Serikat, jenisjenis rangsangan, jenis-jenis penggalan baris puisi, dan system organ
dalam tubuh adalah tugas-tugas ingatan bebas.

2) Strategi Yang Membantu Siswa Dalam Belajar

a. Membuat Catatan11
b. MenggarisBawahi
c. Meringkas
d. Menulis untuk Belajar
e. Membuat garis besar dan memetakan

11

Ibid, hlm, 80

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah
informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu
menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua
informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera

.Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit informasi
yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak elemen bisa
sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan pengolahan
informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka diantara, dan
mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang
berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin menempatkan suatu
ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas dan menghambat
pemerolehan informasi

15

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution.2011.Teori Belajar dan
pembelajaran, Medan :Perdana Publishing,
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Ar – Ruzz Media
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta : Rineka Cipta

16