Artikel Di Konstruksi Bangunan Bank

NAMA
NIM

: ERFIN NANNA
: 1004015081

Artikel Konstruksi Bangunan Bank
1. PELAT LANTAI (Floor Plate)
Yang di maksud pelat lantai adalah yang terletak di atas tanah
langsung jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini di bentuk oleh
balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Guna pelat lantai adalah :
1.

Memisahkan ruang bawah dan atas,

2.

Sebagai tempat berpijak penghuni di atas,

3.


Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah,

4.

Meredam suara dari ruang atas maupun ruang bawah dan

5.

Menambah kekakuan bangunan pada arah horisontal.
Kuat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas
(mempunyai ketinggian sama; tidak miring), agar terasa mantap dan enak
untuk berpijak kaki.
Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh: beban yang harus didukung,
besaran lendutan yang di izinkan, lebar bentangan atau jarak antara
balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.
Pada pelat lantai banya diperhitungkan adanya beban tetap saja
yang bekerja tetap dalam waktu yang lama. Sedang beban tak terduga
seperti gempa, angin, getaran tidak di perhitungkan.
Bahan untuk pelat lantai dapat terbuat dari:


1.

Kayu,

2.

Beton dan

3.

Baja.
Pelat lantai dari baja umumnya hanya untuk bangunan gudang,
bengkel atau bangunan khusus yang dapat di pesan dari perusahaan baja
atau bengkel besi.
Pelat lantai dari beton bertulang umumnya di cor ditempat ,bersama
sama balok penumpu dan kolom pendukungnya. Demikian akan diperoleh
hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut
jepit-jepit.
Pada belat lantai beton di pasang tulangan baja pada kedua

arah,tulangan silang untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk
mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan pelat lantai harus di kaitkan
kuat pada tulangan balok pengampu.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai
tidak dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat di beri balok-balok sebagai
tumpuan yang juga berfungsi menambah kekuatan pelat. Bentangan pelat
yang besar juga akan menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah
tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat
bangunan akan menjadi lebih besar dan harga persatuan luas akan
menjadi mahal.
Pelat lantai dari beton umumnya dicor di tempat. Untuk ini diperlukan
pekerjaan bekesting, yaitu membuat cetakan dari papan kayu yang di
dukung oleh tiang tiang perancah. Cetakan ini berfungsi untuk menahan
tulangan dan adukan beton yang masih basah yang belum mempunyai
kekuatan dan juga memberi bentuk agar ukuran beton sesuai dengan
yang di rencanakan.

Pada pelat lantai beton yang bawahnya tidak di pasang plafon, maka
kabel kabel listrik harus di tanam di bawah betonnya, jadi sebelum
pekerjaan cor di mulai, semua kabel jaringan listrik sudah terpasang rapi

di atas papan cetakan. Untuk menggantungkan bola lampu dapat di
pasang papan kayu kecil yang tertanam didalam betonnya.
Bagian pelat lantai untuk ruangan dibuat rata atas dengan balok
penumpunya,tapi pada ruangan kamar mandi harus di buat rata bawah,
jadi pelat lantai kamar mandi lebih rendah daripada lantai ruangan. Beda
lantai ini dimaksudkanuntuk meletakkan pipa sanitasi agar dapat
tertanam dan menyebabkan merembesnya air ke ruangan lain apabila
pelat lantai kamar mandi ternyata bocor.
Untuk membongkar bekesting harus menunggu sampai betonnya
menjadi keras dan kuat mendukung beban diatasnya.jika tidak ditentukan
lain, pembongkaran bekesting hanya boleh setelah beton berumur 3
minggu.
Untuk mencegah kepingan plat lepas saat bangunan digoncang
gempa, maka kepingan plat harus dibuat menyatu dengan baloknya.
Caranya:
Tulangan pada kepingan plat harus dilebihkan keluar yang
nantinya di lilitkan pada stek-stek tulang yang sudah disiapkan pada
baloknya, sehingga dengan demikian dapat dijamin adanya hubungan
yang baik antara kepingan plat dan balok penumpunya.


2. RANGKA BANGUNAN
Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan
struktur utama pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja
padanya.
Rangka bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana atau
bertingkat sederhana atau bertingkat rendah. Umumnya berupa Struktur

Rangka Portal (“Frame Structure”,”Open Frame”). Struktur ini berupa
kerangka yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian
yang menjadi satu kesatuan yang kuat.
Pada sistem rangka ini,dinding penyekat tidak di perhitungkan ikut
mendukung beban, jadi fungsinya hanya sebagai pembatas ruang saja,
oleh karena itu ukurannya harus di buat sekecil mungkin, agar beratnya
dapat seringan-ringannya. Dengan demikian ukuran rangka portal dan
fondasinya akan menjadi lebih kecil.
Kolom portal harus di buat menerus dari lantai bawah sampai lantai
atas, artinya letak kolom kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai,
karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka
portalnya. Jadi harus di hindarkan denah kolom portal yang tidak sama
untuk tiap tiap lapis lantai .Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil,

sesuai dengan beban bangunan yang di dukungnya makin ke atas juga
makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai,
agar satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok
menerima seluruh beban dari plat lantai ke kolom-kolom pendukung.
Hubungan balok dan kolom adalah jepit- jepit, yaitu suatu sistem
dukungan yang dapat menahan Momen, Gaya vertikal dan Gaya
horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
Rangka

Portal

harus

direncanakan

dan

kekuatannya terhadapbeban- beban sebagai berikut:

Beban- Mati, dinyatakan dengan lambang

:M

Beban – Hidup, dinyatakan dengan lambang : H
Beban –Angin, di nyatakan dengan lambang : A
Beban – Gempa, di nyatakan dengan lambang : G
Beban- Khusus, dinyatakan dengan lambang : K
Kombinasi pembebanan
Pembebanan tetap

: M+H

diperhitungkan

Pembebanan sementara

: (M+H) + A Di pilih pengaruh yang lebih

besar

Atau
Pembebanan khusus

: (M+H) + G
: (M+H) + K

Atau

: (M+H) + A +K

Atau

: (M+H) + G +K

Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu kontruksi
bangunan dipakai pembebanan tetap yang paling terberat. Setelah
diperoleh ukuran dari kontruksi portalnya berdasarkan ijin bahan, langkah
selanjutnya adalah mengadakan perhitungan kontrol terhadap beban
sementara atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih
membahayakan kontruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata

kontruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi
tersebut harus diperbasar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus
aman dan mampu mundukung beban tetap, beban sementara dan atau
beban khusus.
Pengertian beban
1.

Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambagan, pekerjaan pelengkap (finishing),
serta alat atau mesin, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka
bangunannya,

2.

Beban-hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang
dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada
atap, beban-hidup termasuk air-hujan yang tergenang,

3.


Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau
bagiannya, karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin
kencang),

4.

Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur
rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh, dihitung berdasarkan
suatu analisa dinamik,

5.

Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih
suhu, penurunan fondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin
berat.
Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat
dari bahan konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi
yang kuat menahan gaya desak, sedang tulangan baja mampu menahan
gaya tarik, jadi bagan beton bertulang merupakan konstruksi bangunan
yang mampu menahan gaya-desak dan gaya tarik yaitu gaya-gaya yang

bersifat merusak pada konstruksi. Selain itu beton bertulang juga
merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan bahan yang
kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
Untuk hitungan Mekanika portalnya, dapat dipakai anggapan-anggapan
sebagai berikut:

1.

Bangunan bertingkat 2 lantai dengan atap rangka kayu.
Portal di sini tidak bertingkat, pada balok bekerja beban terbagi ratarata dari plat lantai. Sedang pada kolom masih ada beban titik (P) dari
berat kuda-kuda dan plafon lantai atas,

2.

Bangunan bertingkat 2 lantai dengan atap datar yang menjadi satu
dengan tangka bangunannya. Di sini portalnya bertingkat satu. Pada
balok lantai bekerja beban terbagi rata dari lantai (q1) dan pada balok
atap bekerja beban terbagi rata dari atap (q2).
Pada stuktur ‘open frame’, semua pasangan bata dan rangka pintujendela tidak boleh diperhitungkan ikut sebagai pendukung beban
bangunan, biasanya bagian ini yang dikorbankan untuk rusak apabila ada
gempa. Dalam perencanaan rangka portal, kolom harus dibuat lebih kuat
daripada baloknya dan balok lebih kuat daripada pelat lantainya.
Hal ini dapat dimengerti, sebab keruntuhan satu kolom berarti
keruntuhan total bangunan.
Langkah-langkah dalam perencanaan struktur bangunan
bertingkat adalah :

1.

Hitungan Mekanika:
Pada tahap ini detentukan besarnya beban yang bekerja, kemudian
dengan dasar gambar konstruksi dan metoda hitungn yang berlaku,
dicari besarnya momen, gaya lintang dan gaya geser akibat beban
tetap,

2.

Perencanaan kontruksi:
Misal

akan

dipakai

konstuksi

beton

bertulang,

maka

dengan

berdasarkan tegangan izin bahan (*) dan hasil hitungn mekanika, dapat
ditentukan dimensi dari struktur beton dan tulangannya,
3.

Kontrol Gaya Gempa: P
Pada tahap beban sementara ini dilakukan kontol hitungan dari hasil
dimensi struktur yang sudah didapat, agar nantinya struktur betul-betul
mempunyai konstruksi yang mantap, aman stabil.
3. ATAP (Roof)
Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian
dalam bangunan dari hujan maupun salju. Bentuk atap ada yang datar
dan ada yang miring, walaupun datar harus dipikirkan untuk mengalirkan
air agar bisa jatuh. Bahan untuk atap bermacam-macam, di antaranya:
genting (keramik, beton), seng bergelombang, asbes, maupun semen cor.
Adapula atap genteng metal yang sangat ringan, tahan lama, anti karat
dan tahan gempa.
Atap landai dapat menggunakan penutup atap dengan lembaranlembaran besar seperti seng gelombang atau asbes. Untuk membentuk
suatu sudut dengan rangka bangunannya.
Ditinjau dari besarnya sudut kemiringan, atap sudut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:

1.

Atap Landai,

2.

Atap Runcing.

Atap landai dapat menggunakan penutup atap dengan lembaranlembaran besar seperti seng gelombang atau asbes. Untuk membentuk
sudut kemiringan atap, dapat dibuat konstruksi rangka batang (kuda-kuda)
dari kayu atau baja. Karena landai, maka tekanan angin yang diterima
hanya kecil saja, hal ini akan menguntungkan terhadap kestabilan
konstruksi
Atap runcing dapat memberi kesan megah dan anggun
terhadap bangunannya. Pembuatan rangka atap membutuhkan batang
lebih banyak dan luas, bidang atapnya juga lebih besar dibandingankan
atap landai, jadi harga per satuan luas atap menjadi lebih mahal juga.
Pengaruh tekanan angin pada bidang atap dan pengaruh gaya gempa
terasa lebih besar, maka ukuran konstruksi pada rangka bangunannya
harus juga diperhitungkan adanya momen guling oleh angin dan atau
gempa.
Makin tinggi tempat lari muka tanah, makin besar pula
tekanan anginnya, maka untuk mencegah agar atap tidak terbang
dihembuskan angin, dalam memasang kuda-kudanya tidak boleh hanya
diletakkan begitu saja, tapi harus diangker kuat atau dibegel pada kolom
pendukungnya.
Bahan penutupan atap, terutama dari bahan yang ringan,
sebaiknya dipaku atau diskrup pada batang tumpuannya, agar tidak
mudah dihempas angin.
Kuda-kuda

dari

konstuksi

rangka

batang

(Vakwerk)

merupakan rangkaian batang-batang yang menjadi satu kesatuan yang
kuat dan membentuk rangka atap. Beberapa syarat yang harus
diperhatikan dalam membuat konstruksi rangka batang adalah sebagai
berikut ini.
1. Pada setiap titik buhul (titik simpul, titik sambung), garis sumbu batang
dan garis kerja batang-batang harus bertemu pada satu titik,
2. Beban-baban pada rangka batang hanya boleh bekerja pada titik buhul
beban yang bekerja pada batang antara dua titik buhul, harus

dilimpahkan dahulu ke titi-titik buhul yang terdekat. Berat sendiri rangka
batang tidak diperhitungkan sebagai beban,
3. Batang yang dipakai harus utuh dan lurus, agar garis sumbunya juga
lurus. batang yang cacat, rusak atau sudah rapuh, tidak boleh dipakai,
karena ini dapat melemahkan konstruksi. Bila satu batang pada rangka
patah, maka konstruksi rangka batang tersebut akan runtuh,
4. Rangkaian batang harus selalu membentuk segitiga-segitiga supaya
konstruksi stabil,
5. Titik buhul dianggap sendi tanpa mengalami deformasi (perobahan
bentuk) dan perubahan panjang batang diabaikan, ketentuan ini hanya
dipakai dalam hitungan saja.
4. TANGGA (Stairs)
Tangga adalah jalur yang bergerigi (mempunyai trap-trap) yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi
sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat.
Letak tangga harus dibuat agar mudah dilihat dan dicari
oleh orang yang akan menggunakannya.Ruang tangga sebaiknya terpisah
dengan ruang lain , agar orang yang naik turun tangga tidak mengganggu
aktifitas penghuni lain.
Apabila tangga dimaksudkan juga sebagai jalan darurat,sebaiknya
direncanakan dekat dengan pintu keluar, agar bila terjadi bencana
(kebakaran,gempa,keruntuhan), penghuni di lantai atas dapat turun
langsung ke luar menuju ke halaman.
4.1 Bagian Dari tangga
1) Pondasi Tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami
penurunan, pergeseran,maka di bagian pangkal tangga bawah harus
diberi pondasi.

Pondasi tangga dapat berupa pasangan batu kali, beton bertulang
atau kombinasi kedua bahan.
Pada lantai tingkat,di bawah pangkal tangga harus diberi tangga
harus diberi balok anak sebagai pengaku plat,agar lantai tidak menahan
beban terpusat yang besar.
2) Ibu Tangga
Ibu tangga merupakan bagian kontruksi pokok yang berfungsi
mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat merupakan kontruksi yang
menjadi satu dengan rangka bangunannya, tapi boleh juga dibuat
terpisah, tergantung cara mana yang dianggap paling menguntungkan,
3) Anak Tangga
Anak tangga adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
bertumpunya telapak kaki.Anak tangga di pasang secara teratur,agar
enak dan aman dilalui,bentuk dan lebar serta selisih tinggi masing-masing
anak tangga harus dibuat sama.
Anak tangga dapat dibuat secara menerus bersambungan dari
bawah sampai atas. Bila menghendaki variasi bentuk lain, anak tangga
dapat juga dibuat secara terpisah dengan bentuk lain sesuai selera.
4) Pagar Tangga
Pagar tangga adalah pelindung di samping sisi tangga untuk
melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh. Pada sisi tangga yang
berbatasan langsung dengan tembok,tidak perlu dipasana pagar tangga,
tapi di sisi lain yang bebas harus di beri pagar.
Pada lantai tingkat di sekitar lobang tangga,harus juga dipasang
pagar pengaman agar penghuni, terutama anak anak tidak terjerumus
jatuh.
5) Pegangan Tangga
Pegangan tangga adalah batang yang dipasang sepanjang anak
tangga untuk bertumpunya tangan,agar orang yang naik turun tangga
merasa lebih aman.

Bentuk dan ukuran pegangan tanggadibuat sedemikian ,agar
terasa enak dan pas oleh genggaman telapak tangan.Bentuk yang umum
di buat adalah bulat atau oval dengan diameter 4 -5 cm,bila dipakai bentuk
persegi ukurannya adalah 4 x 6 cm2.
2.4.1.6 Bordes
Bordes adalah plat datar di antara anak-anak tangga,berguna
sebagai tempat untuk memberi kesempatan orang yang naik tangga
beristirahat sejenak.
Bordes dipasang pada tangga lurus yang terlalu panjang atau
pada sudut sebagai tempat peralihan arah tangga yang berbelok.Bordes
dapat dibuat lebih dari satu,apabila arah berbeloknya tangga lebih dari
dua kali.
Lebar bordes untuk bangunan rumah tinggal cukup dibuat 80 –
100 cm, untuk bangunan umum dibuat lebat 120 -200 cm.
4.2 Bentuk Tangga
Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dan
ruangan yang tersedia.
Macam bentuk tangga yang umum banyak dipakai:
1. Tangga lurus,
2. Tangga miring,
3. Tangga lengkung,
4. Tangga siku dan
5. Tangga lingkar.
4.3 Konstruksi Tangga
Berdasarkan

Peraturan

Pembebanan

Indonesia

Untuk

Gedung,1983,beban pada tangga diambil lebih besar daripada beban
lantai tingkat,hal ini dapay dimaklumi karena banyak orang yang naik
turun tangga.
Untuk bangunan rumah tinggal diambil : 250 kg/m 2

: 300 kg/m2

Bangunan umum di ambil
Kontruksi

tangga

dapat

menjadi

satu

dengan

rangka

bangunannya,hanya kerugiannya bila terjadi penurunan pada bangunan
akan menyebabkan perubahan sudut kemiringan tangga.
Bila kontruksi tangga dibuat terpisah secara struktural dengan
rangka bangunanya ,dapat dibuatkan pondasi tersendiri, rangka tangga
tidak menempel pada dinding , tapi diberi sela ± 5 cm.
4.4 Bahan Tangga.
Tangga dapat dibuat dari bahan :
1.

Kayu,

2.

Beton Bertulang,

3.

Baja,

4.

Batu Alam.
Tangga beton bertulang merupakan tangga yang paling populer di
pakai pada bangunan saat ini. Bentuknya dapat menambah kesan mewah
pada ruangan. Konstruksi yang kuat dan awet menjamin tidak cepat rusak
dan dapat berumur panjang. Bahannya tahan api, sangat dianjurkan
dipakai pada bangunan umum dan bangunan bertingkat tiga lantai atau
lebih, demi keamanan dan keselamatan penghuni lantai atas, bila terjadi
kebakaran sebagai jalan keluar.

5. PONDASI (Sub Structure)
Pondasi merupakan struktur bangunan bagian bawah terletak
paling bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban
bangunan dan meneruskan ke tanah di bawahnya.
Pondasi dapat dibuat dengan berbagai macam cara dan bentuk,
yang semuanya ini sangat dipengaruhi oleh:
1.

Berat bangunan yang harus didukung,

2.

Jenis tanah dan daya dukungnya,

3.

Bahan bangunan untuk pondasi yang tersedia/mudah didapat,

4.

Alat kerja dan tenaga kerja yang ada,

5.

Lokasi dan situasi proyek tempat pekerjaan,

6.

Pertimbangan biaya.
Untuk dapat menentukan jenis pondasi yang ideal, dalam arti
murah, mudah dan kuat, perlu dilakukan penyelidikan tanah (Soil
Investigation). Dari hasil penyelidikan tanah ini didapat diharapkan
mengetahui:

1.

Jenis dan kekuatan tanah serta kedalamannya,

2.

Kedalaman dari muka air tanah,

3.

Meramalkan penurunan dikemudian hari,

4.

Memperkirakan beban maximum yang di ijinkan dan menentukan jenis
pondasinya.
Di dalam merencanakan pondasi ada dua hal yang penting yang
perlu selalu di ingat, yaitu bahwa kekuatan pondasi didasarkan pada
kekuatan bahan pondasinya sendiri dan kekuatan tanah di bawahnya.
Bahan pondasi harus mempunyai kekuatan penuh dan tidak akan rusak
oleh beban bangunan, hal ini dapat dilakukan analisa hitungan
berdasarkan tegangan izin bahan. Kekuatan tanah di bawah pondasi
harus mampu mendukung beban pondasi dan beban bangunan di atasnya
tanpa adanya penurunan, hal ini dapat dirancanakan dengan membuat
ukuran pondasi sedemikian besar berdasarkan rekomendasi penyelidikan
tanah, sehingga tegangan izin tanah tidak di lampaui
Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi adalah:

1.

Adanya perubahan fungsi gedung, sehingga terjadi pembebanan yang
melebihi kapasitas pondasi,

2.

Terjadinya bencana alam seperti: gempa,banjir, tanah longsor atau
getaran yang berulang dari mesin atau kendaraan,

3.

Akar pohon besar yang terkadang mampu mengangkat pondasi,

4.

Kerusakan struktur tanah akibat adanya pembangunan gedung yang
lebih berat di dekatnya,

5.

Usia pondasi dapat menyebabkan kelelahan bahan,

6.

Adanya faktor ketidakpastian dan jenis tanah yang tidak seragam,
mengakibatkan terjadinya salah taksir dalam perencanaan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147