Makalah Perkembangan anak Masa SMP dan S

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah suatu masa perkembangan yang ditandai adanya proses
perubahan dan kondisi “entropy” ke kondisi “negentropy”. Entropy adalah suatu
keadaan dimana kesadaran (pengetahuan, perasaan) manusia belum tersusun rapih
sehingga belum berfungsi maksimal. Sedangkan negentropy adalah suatu keadaan
dimana kesadaran tersusun urut.
Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan
masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi
matang dan berakhir saat mencapai usia matang tersebut. Masa remaja ini terjadi
beberapa perubahan atau perkembangan yang terjadi antara lain perkembangan fisik,
perkembangan emosional dan perkembangan seksual.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang
kedewasaan kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis
semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupan

sosialnya semakin luas.

1.2 Rumusan Masalah

2

1. Bagaimnakah pertumbuhan dan perkembangan remaja dari masa SMP-SMA?
2. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan fisik yang terjadi pada
remaja?
3. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja?
1.3 Tujuan
1. Mengetahuipertumbuhan dan perkembangan remaja masa SMP-SMA.
2. Mengetahui perkembangan fisik yang terjadi pada remaja.
3. Mengetahui pengaruh lungkungan terhadap perkembangan remaja.

3

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Masa SMP-SMA
Seperti halnya pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai peserta didik,
pada remaja sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui
manusia, juga makna pertumbuhan dan perkembangan menunjuk kepada proses
perubahan secara fisik dan psikis (jiwa) yang dialami oleh remaja yang bersekolah
pada jenjang pendidikan sekolah menengah (SMP/SMA), dan jenjang pendidikan
tinggi.
Masalah pertumbuhan dan perkembangan remaja sebagai peserta didik juga
perlu menjadi perhatian bagi para calon dan para guru di SMP, SMA, dan di
Perguruan Tinggi (PT), karena dengan bekal pengetahuan tentang pertumbuhan dan
perkembangan remaja, para guru di SMP, di SMA, dan PT dapat menyesuaikan
proses pembelajarannya atau perkuliahannya sesuai dengan kebutuhan belajar remaja.
Kebutuhan belajar remaja sebagai peserta didik akan difokuskan kepada pembahasan
tentang kebutuhan belajar remaja secara psikologis yang membutuhkan proses
pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis.
Secara psikologis diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh
gejolak dan goncangan jiwa bagi remaja. Gejolak dan goncangan jiwa terjadi karena
remaja sedang dalam pencarian identitas diri dan menjalani masa eksplorasi yang
menyebabkan para remaja ingin mencoba terhadap segala hal yang diketahui melalui
proses membaca dan mengalami dalam kehidupannya sehari-hari.

Gejolak dan goncangan jiwa juga terjadi karena remaja sedang mengalami
masa pubertas yang menyebabkan, dorongan seksual remaja sangat sensitive dan
menuntut untuk disalurkan

yang bersifat instinktif. Mengingat masa remaja

4

merupakan masa yang penuh gejolak dan goncangan, maka para calon guru dan para
guru

harus

memiliki

pengetahuan

dan

pemahaman


tentang

remaja

dan

permasalahannya dan masalah psikologi remaja. Dengan bekal pengetahuan dan
pemahaman tentang remaja dan psikologi remaja, para guru di sekolah harus
memahami tentang kondisi psikologis remaja dan menghadapi sikap dan perilaku
remaja sebagai peserta didik secara edukatif dan persuasif. Berikut adalah beberapa
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang terjadi pada usia sekolah
menengah.
2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik

Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan
fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan
eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone
seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus
jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering berkaca

hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya,
dan sebagainya.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat.
Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun
ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body
image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya
diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak
terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Perkembangan

atau

pertumbuhan

anggota-anggota

badan

remaja,


sebagaimana dikemukakan oleh Monks dkk. (1994), kadang-kadang lebih cepat
daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang
remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan

5

kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja
sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu
penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang
remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang
diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap
penilaian diri. Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
1. Perempuan
a)

Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)

b)


Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)

c)

Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)

d)

Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)

e)

Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

f)

Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya
bulu ketiak)

2. Laki-laki

a)

Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)

b)

Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)

c)

Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)

d)

Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)

e)

Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan
pembesaran penis)


f)

Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

6

g)

Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya
bulu ketiak)

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut
terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau
tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka
Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang
demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin
Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan
Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.


2.1.2 Perkembangan Seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi
spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa
sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah
bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada
lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah
wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit
menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak
perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon
dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara
membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi
lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,

7


secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2).
Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell
Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan
secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang
anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.

2.1.3

Cara Berfikir Kausalitas

Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil
berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan
maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak
memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja
berupa perkelahian antar pelajar.

8

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalahmasalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi
apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan
pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini,
para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana
pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat
masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di
Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah
(ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab
lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan
dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran
abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

9

2.1.4 Emosi yang Meluap-luap

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa
menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja
yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri
mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya
menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

2.1.5

Perkembangan Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilanketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda
dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai
perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini
maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan
berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena
pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana
pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan

10

remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa
rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif
(misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih
ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan
kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk
dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut
dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada
dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki
ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
sehari-hari.

Ketrampilan-ketrampilan

sosial

tersebut

meliputi

kemampuan

berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri &
orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau
menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan
aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja
pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan
aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini
remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status
atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan
dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak
diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan
sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya

11

sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan
untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan
lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.
Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan
jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang
mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja
cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara
biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

2.1.6

Perkembangan Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja

mulai

mempertanyakan

keabsahan

pemikiran

yang

ada

dan

mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai
melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali
membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu
saja selama masa kanak-kanak.

12

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang

karena

mereka

mulai

melihat

adanya

kejanggalan

dan

ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada
di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola
pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari
sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini
diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah
nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur
bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini
tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri
remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak
menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai
nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak
akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan
yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai
tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang
bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua
dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi
jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh
orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.

2.1.7

Perkembangan Kepribadian

13

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu
mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini
amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan
semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung
dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang
menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik
seperti materi atau penampilan.

2.2 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangna Remaja
Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak
remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya
mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan
kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu
bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap
lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan

interpersonal

yang

awalnya

belum

pernah

ada,

juga

harus

menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk mencapai tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai
baru memilih teman.
2.2.1

Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan
anak. Umur 4 – 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut
jenis kelamin, peranan ibu dan ayah atau orang –tua pengganti ( nenek, kakek dan
orang dewasa lainnya) sangat besar. Peran sebagai “ wanita “ dan “ Prias” harus jelas.

14

Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka, bijaksana,
bersahabat, ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul proses identifikasi
yang salah. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja
berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilainya,
dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.
A. Pola asuh keluarga
Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga.
Sikap orang-tua yang otoriter, mau menang sendiri, selalu mengatur, semua
perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak akan
berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja. Ia akan berkembang
menjadi penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga,
sehingga proses sosialisasi menjadi terganggu. Sikap orang-tua yang
“permisif “ (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu menuruti kehendak
anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial diluar keluarga.Sikap orang-tua
yang selalu membandingkan anak-anaknya, akan menumbuhkan persaingan
tidak sehat dan saling curiga antar saudara. Sikap orang-tua yang berambisi
dan selalu menuntut anaknya, akan berakibat anak cenderung mengalami
frustrasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga.
Orang-tua yang “ demokratis “, akan mengakui keberadaan anak
sebagai individu dan makluk sosial serta mau mendengarkan dan menghargai
pendapat anak. Kondisi ini akan menimbulkan keseimbangan antara
perkembangan individu dan sosial, sehingga anak akan memperoleh suatu
kondisi mental yang sehat.
B. Kondisi keluarga
Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya,

15

Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam
keluarga, dan anak akan “ melarikan diri “ dari keluarga. Keluarga yang tidak
lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan
ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
C. Pendidikan moral dalam keluarga
Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai–
nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah . Pengertian budi pekerti
mengandung nilai-nilai :
1. Keagamaan. Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap
anak yang mampu menjauhi halhal yang dilarang dan melaksanakan
perintah agama. Menaamkan norma agama dianggap sangat besar
peranannya terutama dalam menghadapi situasi globalisasi yang
berakibat bergesernya nilai kehidupan. Remaja yang taat norma agama
akan terhindar atau mampu bertahan terhadap pengaruh buruk di
lingkungannya.
2. Kesusilaan, meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain,
misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang rasa, saling menghayati,
saling menghormati , menghargai orang lain dan sebagainya.
3. Kepribadian, memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri,
misalnya keberanian, rasa malu, kejujuran, kemandirian dan
sebagainya. Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam keluarga dapat
dilakukan melalui keteladanan orang-tua atau orang dewasa. Bacaan
yang sehat , pemberian tugas, dan komunikasi efektif antar anggota
keluarga. sebaliknya, apabila keluarga tidak peduli terhadap hal ini,
misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai
diluar moral agama dan sosial, membaca buku dan menonton VCD

16

porno, bergaul bebas, minuman keras, merokok akan berakibat buruk
terhadap perkembangan jiwa remaja.

2.2.2

Lingkungan Sekolah

Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah
lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua menaruh harapan yang besar pada
pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orang–tua perlu
mempertimbangkan hal sebagai berikut :
A. Susunan Sekolah
Prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar
mengajar adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat
tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana
pendidikan dan disiplin sekolah Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal :
1. Kedisiplinan
Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan perilaku
disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan disiplin
longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semaunya dan
terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling
menghormati, cenderung brutal dan agresif.
2. Kebiasaan belajar
Suasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar akan
berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan belajar.
Akibatnya, prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan

17

perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai
kompensasi kekurangannya di bidang akademik, siswamenjadi nakal
dan brutal.
3. Pengendalian diri
Suasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya
tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit untuk
dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah. Suasana
sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat bagi
remaja, mosalnya penyalahgunaan Napza, perkelahian, kebebasan
seksual, dan tindak kriminal lainnya.
B. Bimbingan Guru
Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan
saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal
ini peran wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru
pembimbing sebagai konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak
memperoleh bimbingan yang sewajarnya. Untuk menyalurkan minat, bakat
dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dengan
bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar
mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis
(Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung
didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau
mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan
kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit
diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam
upaya mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru
diharapkan :
1. Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda.

18

2. Bersedia

mendengarkan

dan

memperhatikan

keluhan

siswa

individual ,karena setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan
kemampuan
3. Memiliki kepekaan “ membaca “ kondisi batin ( mood ) siswa
4. Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.
5. Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di
sekolah.
6. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan
misalnya

sopan

santun

,

menghargai

orang

lain

,bekerja

sama,mengendalikan emosi, kejujuran dan sebagainya.
7. Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa
8. Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa
9. Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.
10. Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat
memahami dan menghargai siswa
11. Menghindari sikap mengancam terhadap siswa.
12. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri
13. Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa
berkomunikasi.

2.2.3

Lingkungan Teman Sebaya

Remaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat
dimengerti bahwa sikap, Pembicaraan, minat, Penampilan dan perilaku teman sebaya

19

lebih

besar

pengaruhnya

daripada

keluarga

misalnya,

jika

remaja

mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang
populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi
lebih

besar

Demikian

pula

bila

anggota

kelompok

mencoba

minum

alkohol. rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa
mempedulikan akibatnya. Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan
dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksi–sanksi
dunia dewasa. K elompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja
dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan
oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya
bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok
sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini
cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari
kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan
kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya
hidup kelompoknya.

2.2.4

Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupanya, manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan
pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus
diikuti, dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek
rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing oleh
pasangan nilai materi dan nonmateri. Apabila manusia hendak hidup secara damai di
masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan tadi diserasikan
akan tetapi kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa nilai materi mendapat tekanan
lebih besar daripada nilai non-materi atau spiritual. hal ini terbukti dari kenyataan
bahwa sebagai tolok ukur peranan seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan
kedudukan.

20

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan
masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi
matang dan berakhir saat mencapai usia matang tersebut. Masa remaja ini terjadi
beberapa perubahan atau perkembangan yang terjadi antara lain perkembangan fisik,
perkembangan emosional dan perkembangan seksual.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang
kedewasaan kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis
semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik karena pengalaman kehidupan
sosialnya semakin luas.

3.2 Saran
Peran serta dari orang-orang dewasa atau orang tua sangat dibutuhkan dalam
perkembangan remaja. Sifat remaja yang masih labil dan cenderung berperilaku
menyimpang perlu adanya bimbingan dan arahan dari orang-orang dewasa,
khususnya orang sekitarnya. Untuk itu bagi para orang tua hendaknya selalu
memperhatikan prilaku anak-anaknya agar pada nantinya anak tersebut tidak

21

terjerumus kedalam pergaulan bebas. Karena keberhasilan orang tua dalam mendidik
anak-anaknya akan menjadi anak-anak tersebut berguna baik it bagi orang tuanya
sendiri maupu untuk Negara sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Griadhi, Chakra. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Singaraja: UD Bali Warna.
Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Perkembangna Peserta Didik.Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidkan dasar dan Menengah.
Maulana, Arman. 2011. Karakteristik Anak Usia SMP-SMA. http://smpialkhoirat.
blogspot. com/2011/02/karakteristik-anak-usia remaja.html. (diakses tanggal
29 Maret 2012)
Muharom, Jamaludin. 2011. Perkembangan Remaja. http://honggoseven.blogspot.
com/2011/05/kebutuhan-remaja-tugas-perkembangan.html. (diakses tanggal
29 Maret 2012)
Reni. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Remaja. http://reni77.
wordpress.com/2012/02/23/pengaruh-lingkungan-terhadap-perkembanganjiwa- remaja/ (diakses tanggal 29 Maret 2012)
Zakia, Estrella. 2011. Perubahan Fisik Remaja. http://de-kill.blogspot.com/2008
/03/perubahan-fisik-pada-remaja.html. (diakses tanggal 29 Maret 2012)

22