Konsumsi Pangan Keluarga Dan Pola Pangan Harapan (PPH) Di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie

(1)

SKRIPSI

KONSUMSI PANGAN KELUARGA DAN POLA PANGAN

HARAPAN (PPH) DI DESA KAMPONG JEUMPA KECAMATAN

GLUMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE

Oleh :

Ria Rosida

NIM. 051000073

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KONSUMSI PANGAN KELUARGA DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI DESA KAMPONG JEUMPA KECAMATAN GLUMPANG TIGA

KABUPATEN PIDIE

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

RIA ROSIDA 051000073

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi

Pada Tanggal 14 Januari 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, MSi Ernawati Nasution, SKM, MKes NIP. 196806161993032003 NIP. 197002121995012001 Penguji II Penguji III

Dr.Ir.Albiner Siagian, Msi Dra. Jumirah, Apt, Mkes NIP. 196706131993031004 NIP. 195803151988112001

Medan, 10 Februari 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Drs. Surya Utama,MS NIP. 196108311989031001


(3)

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus tersedia setiap saat untuk dapat hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi maka setiap orang perlu mengonsumsi makanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuhnya agar dapat beraktivitas sehat dan berkarya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi pangan keluarga dan pola pangan harapan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga yaitu sebanyak 110 keluarga. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan metode acak sederhana yaitu 53 keluarga. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu formulir Food Recall 24 jam, Food List dan Food Weighing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat tidak mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Dari 53 keluarga hanya 23 rkeluarga (43,4%) yang mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Sementara itu rata-rata konsumsi energi penduduk sebesar 2045 kalori. Dari 53 keluarga hanya 60,4% yang konsumsi energinya cukup sedangkan 39,6% tidak cukup. Dan untuk protein hanya 79,2% konsumsi proteinnya cukup sedangkan 20,8% tidak cukup. Ini disebabkan banyaknya jumlah anggota keluarga sehingga makanan yang disajikan tidak memenuhi kebutuhan energi perorang perhari. Ini juga menyebabkan hanya 9,4% dari 53 keluarga yang skor PPH nya hampir memenuhi skor PPH harapan. Skor PPH penduduk untuk Desa Kampong Jeumpa rendah yaitu 68,2.

Berdasarkan hasil yang ditemukan, disarankan adanya kerjasama dengan lintas sektor secara terpadu untuk memeberikan penyuluhan gizi dan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Perlunya peran aktif dari masyarakat setempat untuk memanfaatkan lahan sendiri agar tersedia bahan pangan tanpa harus mengeluarkan biaya.


(4)

ABSTRACT

Food is as the basic needs for human which must be available every time in order to survive. To fulfill the needs of the body for the nutrient, everyone should consume appropriate food required by the body in order to get energy and have healthy life.

The objective of this research is to know the description of food consumption of family and the availability of food in Kampong Jeumpa village, Glumpang Tiga sub-district. This is descriptive research with cross-sectional design. The population is all families residing in Kampong Jeumpa village Glumpang Tiga sub-district that is 110 family. The sample is partly from the population selected with simple random method that is 53 family. Primary data collection used form assisted sheet of Food Recall 24 hours.

The results of the research show that mostly of the people do not consume appropriate food in accordance with the food classification in Desirable Dietary Pattern (DDP). Of 53 respondents, only 23 respondents (43.45%) consuming the appropriate food with food classification in DDP. Whereas, average energy consumption of the people is 2045 calorie. Of 53 respondents, only 60.4% consume adequate protein whereas for 20.8%, it is inadequate. And for the protein, it is only 79.2% consume adequate protein whereas 20.8% is inadequate. It is caused by the number of family members and the food to serve is inadequate for the energy of each person everyday. It also caused that it is only 9.4% of 35 respondents with DDP score fulfilling the expectation DDP score. And the score of PPH for the population of Kampong Jeumpa village is categorized low that is 68.2.

Based on the findings, it is suggested to have good cooperation with integrated cross sectors in order to give nutritional guidance and health for the society in order food availability the health. The need of active participation from local society is necessary to use their own land for producing the food without spending the cost.

Key words : food consumption of family, DDP score


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Rosida

Tempat/Tanggal Lahir : Kp. Jeumpa, 12 Juni 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : Anak ke 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Kp. Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1993-1999 : SD N 1 Glumpang Tiga 2. Tahun 1999-2002 : SMP N 1 Glumpang Tiga 3. Tahun 2002-2005 : SMA Negri 2 Sigli

4. Tahun 2005-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Sumatera Utara


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah! Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsumsi Pangan Keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie” ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi memperkaya materi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat;


(7)

4. Seluruh dosen dan staf FKM-USU khususnya kepada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, yang telah banyak memberikan bimbingan dan membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi ini;

5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Alm) Idris Abdurrahman dan Ibunda Mariani yang telah membesarkan penulis dengan pengorbanan yang tidak ternilai dengan materi, penuh tanggung jawab dan hati yang ikhlas serta memberikan perhatian, dorongan dan doa’nya;

6. Adikku tersayang Deni dan Edi (cepat selesai kuliahnya), Nurul dan Jakfar (semoga lulus UN nya) dan Nurulita yang telah memberikan perhatian dan do’anya;

7. Sahabat-sahabat di lingkungan FKM USU terima kasih atas motivasi dan do’anya; dan

8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

Akhir kata semoga ALLAH senantiasa melimpahkan karunia-NYA kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk semua pihak.

Medan, Januari 2011


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan ... 7

2.1.1. Konsumsi Pangan Keluarga ... 9

2.1.2. Pola Konsumsi Pangan ... 11

2.2. Pola Pangan Harapan ... 12

2.2.1. Perhitungan Skor PPH... 14

2.3. Kerangka Konsep ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 16

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 16

3.2.2. Waktu Penelitian ... 16

3.3. Populasi dan Sampel ... 16

3.3.1. Populasi ... 16

3.3.2. Sampel ... 17

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 17

3.4.1. Jenis Data ... 17

a. Data Primer ... 17

b. Data Sekunder ... 17

3.4.2. Cara Pengumpulan Data ... 18

3.5. Definisi Operasional... 18

3.6. Aspek Pengukuran ... 19


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 21

4.1.1. Geografis ... 21

4.1.2. Demografi ... 21

4.2. Gambaran Umum Keluarga Responden ... 22

4.2.1. Umur Kepala Keluarga dan Responden ... 22

4.2.2. Pendidikan Kepala Keluarga dan Responden ... 23

4.2.3. Pekerjaan Kepala Keluarga dan Responden ... 23

4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 24

4.3. Jenis Pangan yang Dikonsumsi Keluarga ... 25

4.4. Konsumsi Energi dan Protein Keluarga ... 25

4.5. Skor Pola Pangan Harapan ... 28

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Jenis Pangan ... 30

5.2. Konsumsi Energi dan Protein ... 31

5.3. Skor Pola Pangan Harapan ... 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang

Nasional (PPH Nasional) Tahun 2005 ... 14 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di

Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 21 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di

Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 22 Tabel 4.3. Distribusi Umur kepala Keluarga dan Responden di

Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 22 Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga dan

Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan

Glumpang Tiga... 23 Tabel 4.5.Distribusi Pekerjaan Kepala Keluarga di Desa Kampong

Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 23 Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Kampong Jeumpa

Kecamatan Glumpang Tiga... 24 Tabel 4.7. Distribusi Keluarga Responden Berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan

Glumpang Tiga... 24 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan jenis Pangan yang

Dikonsumsi Keluarga di Desa Kampong Jeumpa

Kecamatan Glumpang Tiga... 25 Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Energi/keluarga/hari di Desa

Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga... 25 Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Protein/keluarga/hari di Desa

Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 25 Tabel 4.11.Konsumsi Energi dan Protein Keluarga Responden Desa

Kampong Jeumpa Berdasarkan Kelompok Umur... 26 Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Skor PPH di Desa Kampong Jeumpa


(11)

Tabel 4.13. Konsumsi Energi Rata-rata Per Orang Per Hari Serta Skor Mutunya di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan


(12)

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus tersedia setiap saat untuk dapat hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi maka setiap orang perlu mengonsumsi makanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuhnya agar dapat beraktivitas sehat dan berkarya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi pangan keluarga dan pola pangan harapan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga yaitu sebanyak 110 keluarga. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan metode acak sederhana yaitu 53 keluarga. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu formulir Food Recall 24 jam, Food List dan Food Weighing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat tidak mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Dari 53 keluarga hanya 23 rkeluarga (43,4%) yang mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Sementara itu rata-rata konsumsi energi penduduk sebesar 2045 kalori. Dari 53 keluarga hanya 60,4% yang konsumsi energinya cukup sedangkan 39,6% tidak cukup. Dan untuk protein hanya 79,2% konsumsi proteinnya cukup sedangkan 20,8% tidak cukup. Ini disebabkan banyaknya jumlah anggota keluarga sehingga makanan yang disajikan tidak memenuhi kebutuhan energi perorang perhari. Ini juga menyebabkan hanya 9,4% dari 53 keluarga yang skor PPH nya hampir memenuhi skor PPH harapan. Skor PPH penduduk untuk Desa Kampong Jeumpa rendah yaitu 68,2.

Berdasarkan hasil yang ditemukan, disarankan adanya kerjasama dengan lintas sektor secara terpadu untuk memeberikan penyuluhan gizi dan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Perlunya peran aktif dari masyarakat setempat untuk memanfaatkan lahan sendiri agar tersedia bahan pangan tanpa harus mengeluarkan biaya.


(13)

ABSTRACT

Food is as the basic needs for human which must be available every time in order to survive. To fulfill the needs of the body for the nutrient, everyone should consume appropriate food required by the body in order to get energy and have healthy life.

The objective of this research is to know the description of food consumption of family and the availability of food in Kampong Jeumpa village, Glumpang Tiga sub-district. This is descriptive research with cross-sectional design. The population is all families residing in Kampong Jeumpa village Glumpang Tiga sub-district that is 110 family. The sample is partly from the population selected with simple random method that is 53 family. Primary data collection used form assisted sheet of Food Recall 24 hours.

The results of the research show that mostly of the people do not consume appropriate food in accordance with the food classification in Desirable Dietary Pattern (DDP). Of 53 respondents, only 23 respondents (43.45%) consuming the appropriate food with food classification in DDP. Whereas, average energy consumption of the people is 2045 calorie. Of 53 respondents, only 60.4% consume adequate protein whereas for 20.8%, it is inadequate. And for the protein, it is only 79.2% consume adequate protein whereas 20.8% is inadequate. It is caused by the number of family members and the food to serve is inadequate for the energy of each person everyday. It also caused that it is only 9.4% of 35 respondents with DDP score fulfilling the expectation DDP score. And the score of PPH for the population of Kampong Jeumpa village is categorized low that is 68.2.

Based on the findings, it is suggested to have good cooperation with integrated cross sectors in order to give nutritional guidance and health for the society in order food availability the health. The need of active participation from local society is necessary to use their own land for producing the food without spending the cost.

Key words : food consumption of family, DDP score


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar, dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Undang-undang Pangan Nomor 7/1996 mengamanatkan bahwa pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang pemenuhannya bagian dari hak asasi manusia (Depkes RI, 2005).

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relativ terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005).

Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan berdasarkan skor pangan dari 9 bahan pangan. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh tingkat produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi dan pada tingkat regional dan lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat rumah tangga. Selanjutnya pola konsumsi pangan


(15)

rumah tangga akan berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan (Depkes RI, 2005).

Persyaratan kecukupan untuk mencapai keberlanjutan konsumsi pangan adalah adanya aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap pangan. Aksesibilitas ini tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Dengan demikian data konsumsi pangan secara riil dapat menunjukkan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan dan menggambarkan tingkat kecukupan pangan dalam rumah tangga. Perkembangan tingkat konsumsi pangan tersebut secara implisit juga merefleksikan tingkat pendapatan atau daya beli masyarakat terhadap pangan.

Perilaku konsumsi pangan merupakan perwujudan dari kebiasaan makan yang tumbuh berkembang dalam proses sosialisasi keluarga dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sedikit banyaknya memberi pengaruh (Baliwati, 2004).

Secara konseptual, penganekaragaman pangan dapat dilihat dari komponen-komponen sistem pangan, yaitu penganekaragaman produksi, distribusi dan penyediaan serta konsumsi pangan. Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup keseimbangan komposisi, namun juga masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Selama ini pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi.

Kontribusi berbagai kelompok sumber pangan terhadap total energi dan Pola Pangan Harapan menunjukkan bahwa di masyarakat perkotaan mempunyai skor PPH lebih baik (83,9) dibanding dengan pedesaan (78,1). Pola pangan masyarakat yang mengacu pada pola pangan harapan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan program diversifikasi pangan. Program diversifikasi bukan bertujuan


(16)

untuk mengganti bahan pangan pokok beras dengan sumber karbohidrat lain, tetapi untuk mendorong peningkatan sumber zat gizi yang cukup kualitas dan kuantitas, baik komponen gizi makro maupun gizi mikro (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, 1998).

Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan suatu bahan pangan sehingga penyediaannya semakin beragam. Latar belakang pengupayaan diversifikasi pangan adalah melihat potensi negara kita yang sangat besar dalam sumber daya hayati. Indonesia memiliki berbagai macam sumber bahan pangan hayati terutama yang berbasis karbohidrat. Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik bahan pangan lokal yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Diversifikasi pangan juga merupakan solusi untuk mengatasi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap satu jenis bahan pangan yakni beras.

Kekurangan pangan bukanlah merupakan hal yang baru, sejarah manusia hampir selalu berkisar pada usaha mereka untuk memperoleh pangan dan mencegah penyakit. Persoalan baru tentang kekurangan pangan berupa kecenderungan para petani di negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat yang bersamaan jumlah pertambahan penduduk meningkat cepat. Petani yang khusus memproduksi beberapa hasil petanian seperti beras, jagung atau ubi jalar untuk dijual jumlahnya makin bertambah, sehingga untuk konsumsi keluarganya sendiri tidak cukup. Masalah gizi sebagai akibat kurang pangan senantiasa menghantui masyarakat petani yang justru sebagai penghasil pangan yang terkadang tidak cukup untuk memenuhi penyediaan pangan keluarga yang disebabkan oleh berbagai faktor (Suhardjo, 1996).


(17)

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa faktor gaya hidup dapat mempengaruhi kebiasaan makan individu dalam mengkonsumsi aneka ragam makanan. Pada penelusuran gaya hidup dalam upaya peningkatan gizi keluarga dalam aspek pola makan, distribusi makanan serta pengolahan makanan terdapat kecenderungan masih jauh dari pola makan yang sehat. Hal ini dilihat dari konsumsi pangan peduduk yang masih belum seimbang. Rata-rata konsumsi energi penduduk Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebesar 1805 Kkal/kap/hari dan tingkat konsumsi protein 69,3 gram/kap/hari. Untuk konsumsi energi belum memenuhi anjuran 2000 Kkal/kap/hari tetapi untuk protein sudah memenuhi anjuran 52 gram/kap/hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Irma (2007), di Kelurahan Namo Gajah mengenai PPH diketahui bahwa dari 76 responden hanya 21 responden yang mengkonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ervina (2008), di Kompleks Perumahan Dosen USU mengenai PPH diketahui bahwa PPH menunjukkan angka 90,8 hanya saja kelompok pangan yang dikonsumsi belum berimbang karena tingginya konsumsi pangan hewani, minyak dan lemak serta sayur dan buah yang memiliki bobot PPH cukup tinggi.

Desa Kampong Jeumpa merupakan lokasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Teknologi Pertanian (Prima Tani). Hasil kegiatan Prima Tani tahun 2008 antara lain implementasi inovasi teknologi yang sesuai dengan kondisi agroekosistem berupa teknologi budidaya tanaman padi, cabai dan ternak itik petelur.


(18)

Kegiatan ini telah dilakukan sinkronisasi dengan instansi terkait Kabupaten Pidie dalam rangka memberdayakan masyarakat tani di lokasi Prima Tani. Hampir semua masyarakat yang tinggal di Desa Kampong Jeumpa adalah petani. Di Desa Kampong Jeumpa juga terdapat Lumbung Desa Modern yang dikelola oleh Provinsi. Beras yang tersedia di lumbung desa nantinya akan didisdribusi ke seluruh Aceh sebagai bahan pangan pokok masyarakat Aceh.

Berdasarkan hal ini penulis ingin mengetahui konsumsi keluarga ditinjau dari Pola Pangan Harapan (PPH) dan ketersediaan pangan di Desa kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsumsi pangan keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsumsi pangan keluarga dan Pola Pangan Harapan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.


(19)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari. 2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein.

3. Untuk mengetahui Skor Pola Pangan Harapan keluarga. 1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi aparat pemerintahan dan petugas kesehatan di Desa kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie dalam rangka meningkatkan mutu keragaman konsumsi keluarga sehingga dapat memenuhi Pola Pangan Harapan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumsi Pangan

Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi rasa lapar juga memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis (Khumaidi, 1994).

Menurut Suharjo (1996), yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan adalah adanya gaya hidup yang dipengaruhi oleh pandangan, pekerjaan, tempat pemukiman, identitas suku, struktur rumah tangga, agama dan kepercayaan, pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan dan karakteristik fisiologis.

Rasa lapar dan dahaga merupakan tanda pertama bahwa gizi yang diperlukan untuk kegiatan tubuh tidak lagi mencukupi. Usaha untuk mengatasi rasa lapar sebenarnya juga diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup, menjalankan alat-alat dalam tubuh, pertumbuhan (pada bayi dan anak) dan penggantian badan-badan yang aus (kulit, ari). Gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja (Khumaidi, 1994).

Tersedianya pangan yang cukup dalam keluarga atau masyarakat, belum menjamin bahwa kebutuhan akan gizi setiap anggota keluarga sudah terpenuhi. Kecukupan gizi bagi seseorang sepenuhnya tergantung pada apa yang dimakannya.

Sedangkan kekurangan pangan sangat mempengaruhi penampilan dan prestasi kerja serta cara berfikir. Akibat kekurangan pangan secara lahiriah dapat dilihat dari


(21)

semakin melemahnya daya produksi dan kegiatan ekonomi masyarakat (Suhardjo, 1996).

Kualitas sumber daya manusia dan kehidupan masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh keadaan gizinya. Keadaan gizi pada dasarnya ditentukan oleh konsumsi pangan dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi. Konsumsi zat gizi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak kurang pentingnya adalah kebiasan makan masyarakat. Cara atau kebiasaan makan yang salah dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan yang pada akhirnya turut berpengaruh pada produktivitas kerja (Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2005).

Adapun sasaran pembangunan pangan selama PJP II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, yang tercermin pada ketersediaan dan konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata, serta terjangkau oleh setiap individu. Ketahanan pangan dikembangkan antara lain dengan bertumpu pada keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan potensi lokal.

Yang perlu diperhatikan dari sasaran pembangunan pangan diatas, adalah bahwa orientasi penyediaan pangan tidak lagi semata pada peningkatan kuantitas, tetapi juga pada kualitas (khususnya dinilai dari aspek komposisi/keragaman penyediaan dan konsumsi pangan serta mutu gizi konsumsi, pangan dengan menitik beratkan pada potensi sumber daya setempat, pada masa lalu pertimbangan perencanaan pangan lebih mengacu pada upaya meningkatkan kemampuan produksi dan permintaan pangan. Sedangkan dimasa yang akan datang, pertimbangan yang juga penting adalah bahwa pangan yang disediakan dan dikonsumsi harus memenuhi


(22)

kecukupan gizi dan kualitas tertentu, serta sedapat mungkin penyediaannya dilakukan dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal.

Namun pola konsumsi penduduk selalu berubah dari waktu ke waktu maupun antara daerah yang satu dengan daerah lainnya tergantung kepada selera, pendapatan dan kebiasaan setempat/lingkungan. Pola konsumsi pada gilirannya akan menentukan berapa yang harus disediakan dan bagaimana distribusinya, yang menyangkut permintaan dan penawaran pangan yang seimbang agar harga tidak terguncang.

Maka seiring dengan semangat otonomi daerah adalah bagi setiap peranan propinsi dan kebudayaan/kota sangat penting untuk menyusun perencanaan pangan yang memenuhi, prinsip-prinsip di atas guna mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal. Salah satu acuan/pendekatan yang dapat digunakan untuk itu adalah Pola Pangan Harapan (BKP, 2005).

2.1.1. Konsumsi Pangan Keluarga

Tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga sangat tergantung pada kemampuan daya beli masyarakat dan kestabilan harga pangan. Keterjangkauan rumah tangga terhadap pangan ditentukan oleh daya beli masyarakat. Masih cukup besarnya jumlah penduduk yang tergolong miskin menggambarkan keperluan adanya kebijaksanaan harga dan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien.

Struktur wilayah Indonesia yang berupa kepulauan menggambarkan adanya masalah untuk menyalurkan pangan secara efektif ke seluruh pelosok tanah air. Di samping permasalahan jarak spasial, distribusi pangan mencakup juga masalah ketepatan waktu, karena adanya unsur musim dalam produksi pangan. Dengan adanya berbagai masalah seperti diuraikan di atas, tantangan dalam pembangunan


(23)

pangan adalah meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga sesuai dengan keadaan dan pola pangan setempat.

Ketersediaan pangan telah berhasil ditingkatkan, tetapi ketersediaan itu belum berimbang karena ketersediaan energi sebagian besar berasal dari karbohidrat. Pola konsumsi pangan secara nasional menggambarkan bahwa padi-padian dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk. Untuk penduduk yang berpendapatan rendah, padi-padian hampir merupakan satu-satunya makanan pokok utama. Keseimbangan pola konsumsi pangan padi-padian dengan pangan hewani, kacang-kacangan dan sayuran serta buah-buahan merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan pangan. Dengan mengacu pada patokan pola ketersediaan pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia tergolong rendah (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1994).

Selain itu kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan utuk dikonsumsi, seperti misalnya budaya mengajarkan orang tentang apa yang akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, kapan boleh dimakan atau tidak boleh dimakan (tabu).

Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi diberbagai masyarakat dan negara (Baliwati, dkk, 2004).

Informasi mengenai asal bahan pangan yang dikonsumsi rumah tangga, dapat berasal dari bahan pangan yang dihasilkan sendiri ( dari pekarangan, kebun atau lahan lainnya) dibeli atau diberi (BKP, 2005).


(24)

2.1.2 Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Menurut Badan Ketahanan Pangan (BKP) jenis pangan atau kelompok pangan terdiri dari 9 (sembilan) bahan makanan dan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Padi-padian terdiri dari : beras giling, jagung pipilan, tepung terigu.

2. Umbi-umbian terdiri dari : ketela pohon, ubi jalar, sagu, kentang, talas, ubi kayu.

3. Pangan hewani terdiri dari : daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan.

4. Minyak dan lemak terdiri dari : minyak kelapa, minyak sawit, lemak, minyak lain.

5. Buah/biji berminyak terdiri dari : kelapa, kemiri, biji jambu mete, melinjo. 6. Kacang-kacangan terdiri dari : kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau,

kacang merah.

7. Gula terdiri dari : gula aren, gula merah, gula kelapa. 8. Sayur dan buah terdiri dari : sayur-sayuran dan buah 9. Lain-lain terdiri dari : minuman, bumbu, dan lainnya.

Jumlah pangan keluarga didapat dari frekuensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi yang dikonsumsi keluarga selama periode waktu tertentu seperti : hari, minggu, bulan atau tahun.

Bahan makanan yang didata adalah bahan makanan yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh keluarga (Supariasa, 2001).


(25)

2.2 Pola pangan harapan (PPH)

Untuk mengukur keberhasilan upaya diversifikasi baik dibidang produksi, penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan adalah Pola Pangan Harapan.

Pola Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolute maupun relative terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupoun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk baik kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Suhardjo, 1996).

PPH pertama kali diperkenalkan FAO-RAPA (Food And Agriculture Organization - Regional Conference For Asia And The Pacific) pada tahun 1989, yang kemudian dikembangkan oleh Departemen Pertanian untuk menjabarkan penganekaragaman pangan melalui Workshop yang diselenggarakan secara kerjasama dengan Organisasi Pangan Dunia.

PPH disusun berdasarkan DPP (Desirable Dietary Pattern) FAO-RAPA dengan didasarkan pada pertimbangan faktor yang essensial antara lain, kondisi iklim, geografis, genetik, sosial, ekonomi, budaya dan gaya hidup penduduk Indonesia. Dengan metode PPH dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan. Skor pangan diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat kontribusi energi kelompok pangan dengan bobotnya. Bahan pangan dikelompokkan menjadi delapan yaitu padi-padian, umbi-umbian/pangan berpati, pangan hewani, minyak dan


(26)

lemak, buah dan biji berminyak, kacang-kacangan, gula dan sayur/buah. Bobot untuk setiap kelompok pangan didasarkan kepada konsentrasi kalori, kepadatan kalori, zat gizi esensial, zat gizi mikro, kandungan serat, volume pangan dan tingkat kelezatannya ( Suhardjo, 1996)

Dengan PPH tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi yang diketahui tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli. Dengan pendekatan PPH ini dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan. Semakin tinggi skor pangan maka semakin beragam dan semakin baik komposisinya (BKP, 2005)

Tiap Negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for Nutritional Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989 direkomendasikan sebagai berikut: Kelompok padi-padian sekitar 50% makanan berpati sekitar 5%, pangan hewani sekitar 15-20%, minyak dan lemak lebih dari 10%, kacang-kacangan sekitar 5% , gula 6-7%, buah dan sayur 5% (FAO-MOA, 1989). Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII tahun 2004, susunan PPH Nasional yang telah disepakati terdapat pada table 2.1 dengan target pencapaian energi sebesar 2000 Kkal/kapita/hari.


(27)

Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang nasional (PPH Nasional) Tahun 2005

No Bahan Makanan

Konsumsi Energi (Kkal) PPH Nasional 2005

Bobot Skor Mutu (PPH)

1 Padi-padian 1,000 50,0 0,5 25,0

2 Umbi-umbian 120 6,0 0,5 2,5

3 Pangan hewani 240 12,0 2,0 24,0

4 Minyak dan lemak 200 10,0 0,5 5,0

5 Biji berminyak 60 3,0 0,5 1,0

6 Kacang-kacang 100 5,0 2,0 10,0

7 Gula 100 5,0 2,0 10,0

8 Sayur dan buah 120 6,0 5,0 30,0

9 lain-lain 60 3,0 0,0 0,0

Jumlah 2,000 100,0

Sumber : Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, BKP Tahun 2005

Data Susenas tahun 2005 yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebutuhan konsumsi pangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2.2.1.Perhitungan Skor PPH

Cara menghitung skor Pola Pangan Harapan: pertama, dengan mengelompokkan bahan makanan yang dikonsumsi (energi) ke dalam 9 jenis kelompok bahan makanan; kedua, menghitung persentase masing-masing kelompok terhadap total energi; ketiga, persentase masing-masing kelompok dikalikan dengan rating menurut FAO untuk golongan padi-padian dan umbi-umbian 0.5; untuk golongan pangan hewani 2; untuk golongan minyak dan lemak 0.5 untuk golongan kacang-kacangan 2; untuk golongan buah/biji berminyak 0.5; untuk golongan gula 0.5; dan golongan sayur/buah 5.


(28)

2.3 Kerangka Konsep

Konsumsi keluarga yaitu jenis pangan, dan jumlah pangan dalam bentuk tingkat kecukupan energi dan protein akan memberi pengaruh terhadap skor PPH.

Konsumsi Keluarga - Jenis pangan - Tingkat kecukupan

energi dan protein


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional, bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Pertimbangan penulis menetapkan lokasi penelitian ini karena di Desa Kampong Jeumpa merupakan lokasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Teknologi Pertanian (Prima Tani) maka penulis tertarik ingin mengetahui gambaran tingkat konsumsi keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan September s/d November 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga yaitu sebanyak 110 kepala keluarga.


(30)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo,2002).

n =

n =

n = 52,38

≈ 53 keluarga

Ket :

n= Besar sampel N=Besar populasi

d= Penyimpangan statistika dari sampel terhadap populasi ditetapkan (0,1)

Dari hasil perhitungan rumus di atas diperoleh besar sampel sebanyak 52,38 KK (dibulatkan menjadi 53 KK). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana dan sebagai responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. 3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data a. Data Primer

- Konsumsi keluarga b. Data Sekunder

Data sekunder meliput data:


(31)

- Demografi yaitu jumlah penduduk, distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.

3.4.2. Cara Pengumpulan Data

1. Data konsumsi keluarga diperoleh melalui wawancara dengan responden (ibu) menggunakan food recall 24 selama 1 hari.

2. Data sekunder diambil dari kantor kepala desa Kampong Jeumpa. 3.5. Definisi Operasional

1. Jenis pangan adalah berbagai macam pangan yang dikonsumsi keluarga dalam sehari yang disesuaikan dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan, yaitu:

- Padi-padian - Umbi-umbian - Pangan hewani - Minyak dan lemak - Buah/biji berminyak - Kacang-kacangan - Gula

- Sayur dan buah

- Lain-lain terdiri dari bumbu

2. Jumlah pangan adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi keluarga dalam sehari yang dilihat dari tingkat kecukupan energi dan protein.

3. Tingkat kecukupan energi adalah banyaknya energi yang harus terpenuhi dari makanan untuk kebutuhan tubuh terhadap energi yang dibutuhkan.


(32)

4. Tingkat kecukupan protein adalah banyaknya protein yang harus terpenuhi dari makanan untuk kebutuhan tubuh terhadap protein yang dibutuhkan. 5. Skor Pola Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan yang didasarkan

pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan masyarakat Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Jenis pangan diukur dengan menggunakan susunan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu:

- Sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. - Tidak sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH

2. Tingkat kecukupan energi dan protein diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam dengan cara bahan makanan dikonversikan dalam bentuk gram kemudian dianalisis ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.

3. Untuk skor PPH (Depkes, 2003) - Kurang baik jika skor PPH <72 - Baik jika skor PPh 72-92,9 - Sangat baik jika skor PPh ≥93 3.7. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariat dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase yang terdiri dari


(33)

1. Jenis pangan

2. Tingkat kecukupan energi 3. Tingkat kecukupan protein 4. PPH


(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografi

Desa Kampong Jeumpa merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Glumpang Tiga dengan luas wilayah ± 1 km², dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Meunjee - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Pulo Batee - Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Bili Aron - Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Pulolon 4.1.2. Demografi

Desa Kampong Jeumpa mempunyai jumlah penduduk sebanyak 456 jiwa, terdiri dari 226 laki-laki dan 230 perempuan serta 110 kepala keluarga.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Pendidikan Jumlah (Orang) %

1 Belum Sekolah 88 19,2

2 Tidak Tamat SD 17 3,7

3 SD 124 27,1

4 SLTP 83 18,2

5 SLTA 98 21,4

6 Diploma 34 7,4

7 Perguruan Tinggi 12 2,6

Jumlah 456 100,0 Sumber : Data Demografi Desa Kampong Jeumpa 2010

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis pendidikan penduduk yang paling banyak adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 124 orang (27,1 %) dan yang


(35)

paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 12 orang (2,6 %) dan masih ada yang tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 88 orang (19,2 %).

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Pekerjaan Jumlah (Orang) %

1 Petani 83 40,4

2 Wiraswasta 47 22,9

3 Pegawai Negri 36 17,5

4 Buruh 28 13,6

5 Sopir 11 5,3

Jumlah 205 100,0 Sumber : Data Demografi Desa Kampong Jeumpa 2010

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat di Desa Kampong Jeumpa pada umumnya adalah petani yaitu sebesar 83 orang (40,4 %), sedangkan yang paling sedikit adalah Sopir yaitu sebesar 11 orang (5,3 % ).

4.2. Gambaran Umum Keluarga Responden

4.2.1. Umur Kepala Keluarga dan Responden (IRT)

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa.

Tabel 4.3. Distribusi Umur Kepala Keluarga dan Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Kelompok Umur (Tahun)

KK Responden

n % n %

1 21-30 2 3,7 6 11,3

2 31-40 17 32,1 21 39,6

3 >40 34 64,1 26 49,1

Jumlah 53 100,0 53 100,0

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah KK terbesar berada pada golongan umur >40 tahun yaitu sebanyak 34 orang (64,1%) dan jumlah responden


(36)

terbesar berada pada golongan umur >40 tahun yaitu sebanyak 26 orang (49,1%). Sementara itu jumlah KK terkecil berada pada golongan umur 21-30 yaitu sebanyak 2 orang (3,7%) dan jumlah responden terkecil berada pada golongan umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 6 orang (11,3%).

4.2.2. Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga dan Responden

Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga dan

Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga N

o

Pendidikan Terakhir KK Responden

n % n %

1 Belum Sekolah 7 13,4 4 7,7

2 Tidak Tamat SD 4 7,6 2 3,8

3 SD 10 18,8 9 16,9

4 SLTP 11 20,7 14 26,4

5 SLTA 14 26,4 15 28,3

6 Diploma 3 5,6 6 11,3

7 Perguruan Tinggi 4 7,5 3 5,6

Jumlah 53 100,0 53 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar KK dan Responden memiliki tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah SLTA yaitu masing-masing sebanyak 14 orang (26,4%) dan 15 orang (28,3%) dan masih ada belum sekolah yaitu sebesar 7 orang (13,4%) untuk KK dan 4 orang(7,7%) untuk responden.

4.2.3. Pekerjaan Kepala Keluarga dan Responden

Tabel 4.5. Distribusi Pekerjaan Kepala Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Pekerjaan Jumlah (Orang) %

1. Petani 21 39,6

2. Wiraswasta 14 26,4

3 Pegawai Negri 7 13,2

4 Buruh 11 20,7

5 Sopir 0 0


(37)

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan KK terbesar adalah petani yaitu sebanyak 21 orang (39,6) dan jenis pekerjaan KK terkecil adalah Pegawai Negri yaitu sebanyak 7 orang (13,2%).

Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Pekerjaan Jumlah (Orang) %

1 Petani 11 20,7

2 Wiraswasta 5 9,4

3 Pegawai Negri 4 7,5

4 Buruh 0 0

5 Sopir 0 0

6 IRT 33 62,2

Jumlah 53 100,0

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 11 orang (20,7%) dan sebanyak 33 orang (62,2%) tidak bekerja atau merupakan ibu rumah tangga.

4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Tabel 4.7. Distribusi Keluarga Responden Berdasarkan Jumlah anggota Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga No Jumlah Anggota

Keluarga

Jumlah %

1. 1-3 13 24,5

2. 4-6 35 66,1

3 7-9 5 9,4

Jumlah 53 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga responden paling banyak pada jumlah anggota keluarga 4-6 orang yaitu 35 responden (66,1%).


(38)

4.3. Jenis Pangan yang Dikonsumsi Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan formulir recall selama dua puluh empat jam diketahui bahwa rata-rata keluarga di Desa Kampong Jeumpa tidak mengonsumsi jenis makanan yang disesuaikan dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan. Dari 53 keluarga hanya 23 keluarga (43,4%) yang mengonsumsi jenis bahan makanan yang sesuai dengan Pola Pangan Harapan sedangkan 30 keluarga (56,6%) tidak mengonsumsi jenis bahan makanan yang sesuai dengan Pola Pangan Harapan. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pangan yang Dikonsumsi Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga No Jenis Pangan yang Dikonsumsi

Keluarga Jumlah %

1. Sesuai dengan kelompok pangan

dalam PPH 23 43,4

2. Tidak sesuai dengan kelompok

pangan dalam PPH 30 56,6

Jumlah 53 100,0

4.4. Konsumsi Energi dan Protein Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 53 responden yang diwawancarai dengan menggunakan formulir list-recall method selama dua puluh empat jam (24 jam) diketahui bahwa rata-rata jumlah konsumsi energi keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga adalah 2045 Kkal/keluarga/hari dan rata-rata jumlah konsumsi protein adalah 47,8 gr. Untuk lebih jelasnya data konsumsi energi dan protein dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10.


(39)

Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Energi/keluarga/hari di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Konsumsi Energi/Keluarga/hari Jumlah %

1. Cukup (≥ 2000 Kkal) 32 60,4

2. Tidak cukup (< 2000 Kkal) 21 39,6

Jumlah 53 100,0

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa konsumsi energi kategori cukup sebanyak 32 keluarga (60,4%) dan kategori tidak cukup sebanyak 21 keluarga (39,6%). Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Protein/Keluarga/hari di Desa Kampong

Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Konsumsi Protein/Keluarga/hari Jumlah %

1. Cukup (≥ 46,2 gr) 42 79,2

2. Tidak cukup (< 46,2 gr) 11 20,8

Jumlah 53 100,0

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa konsumsi protein kategori cukup sebanyak 42 keluarga (79,2%) dan kategori tidak cukup sebanyak 11 keluarga (20,8%).

Dari 53 keluarga dilakukan recall anggota keluarga untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein anggota keluarga berdasarkan kelompok umur. Hasil perhitungan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Dari 53 keluarga terdapat 240 orang anggota keluarga, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.11.


(40)

Tabel 4.11. Konsumsi Energi dan Protein Keluarga Responden Desa Kampong Jeumpa Berdasarkan Kelompok Umur

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa konsumsi energi masih mengalami kekurangan yaitu pria pada kelompok umur 20-45 tahun sebanyak 12 orang, kelompok umur 46-59 tahun 2 orang dan pada wanita yaitu pada kelompok umur 20-45 tahun sebanyak 1 orang dan pada umur > 60 tahun sebanyak 7 orang. Konsumsi protein juga masih mengalami kekurangan yaitu pada wanita pada kelompok umur 13-15 tahun sebanyak 1 orang dan pada kelompok umur 16-19 tahun sebanyak 1 orang.

No Kelompok Umur

Klasifikasi Tingkat Konsumsi

Energi Protein

Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang

1 1-3 tahun 7 8 0 7 8 0

2 4-6 tahun 10 2 0 7 5 0

3 7-9 tahun 10 4 0 7 7 0

Pria

4 10-12 tahun 5 4 0 6 3 0

5 13-15 tahun 0 10 0 0 10 0

6 16-19 tahun 0 11 0 0 11 0

7 20-45 tahun 0 39 12 15 37 0

8 46-59 tahun 0 10 2 4 7 0

9 > 60 tahun 0 6 0 4 2 0

Wanita

10 10-12 tahun 11 3 0 2 12 0

11 13-15 tahun 6 1 0 0 6 1

12 16-19 tahun 6 4 0 3 7 1

13 20-45 tahun 10 39 1 26 23 0

14 46-59 tahun 2 10 0 5 7 0

15 > 60 tahun 0 0 7 0 7 0


(41)

4.5. Skor Pola Pangan Harapan

Pola pangan harapan disusun berdasarkan hasil total konsumsi energi yang dikelompokkan kedalam 9 jenis kelompok bahan makanan, kemudian menghitung persentase masing-masing kelompok dan mengalikannya dengan rating menurut FAO.

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Skor PPH di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga

No Skor PPH n %

1. < 72 29 54,7

2. 72 – 92,9 19 35,9

3. ≥ 93 5 9,4

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa skor PPH masyarakat Desa Kampong Jeumpa tertinggi berada pada kategori kurang baik (≤ 72) sebanyak 29 keluarga (54,7%) hal ini disebabkan karena sumbangan energi masyarakat lebih banyak berasal dari beras.

Tabel 4.13. Konsumsi Energi Rata-rata Per Orang Per Hari Serta Skor Mutunya di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga No Kelompok

Pangan

Perhitungan PPH

Kalori % %

AKE Bobot

Skor Skor Skor Skor Aktual AKE Maks PPH 1 Padi-padian 1374,6 67,2 68,7 0,5 33,6 34,35 25,0 25,0 2 Umbi-umbian 42,4 2,1 2,1 0,5 1,1 1,1 2,5 1,1 3 Pangan Hewani 317,3 15,5 15,8 2,0 31,0 31,8 24,0 24,0 4

Minyak dan

Lemak 85,5 4,2 4,3 0,5 2,1 2,1 5,0 2,1 5

Buah/Biji

berminyak 21,7 1,1 1,1 0,5 0,6 0,6 1,0 0,6 6 Kacang-kacangan 46,4 2,3 2,3 2,0 4,6 4,6 10,0 4,6 7 Gula 49,7 2,4 2,5 0,5 1,2 1,3 2,5 1,2 8 Sayur dan Buah 97,8 4,8 4,9 5,0 9,6 9,6 30,0 9,6 9 Lain-lain 9,6 0,4 0,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 2045 100,0 102,3 83,7 85,59 100,0 68,2


(42)

Dari tabel 4.13 diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi penduduk Desa Kampong Jeumpa sebesar 2045 kalori lebih tinggi dari kecukupan energi yaitu 2000 kalori. Komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan dan gizi, dimana konsumsi padi-padian dan pangan hewani cukup tinggi sebesar 67,2% dan 15,5%. Sedangkan kelompok pangan lain sangat rendah dibanding PPH Nasional yang telah ditetapkan. Ketidakseimbangan pangan ini menyebabkan skor mutu PPH yang rendah yaitu 68,2.


(43)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Jenis Pangan

Dari hasil data jenis pangan yang dikonsumsi keluarga di Desa Kampong Jeumpa yang disajikan pada tabel 4.8. dapat diketahui bahwa rata-rata penduduk tidak mengkonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan. Dimana dari 53 keluarga hanya 23 keluarga (43,4%) yang mengkonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan. Dimana umumnya responden hanya mengonsumsi makanan pokok, lauk serta sayur, sementara buah ada tapi tidak dikonsumsi setiap hari. Selain itu ada juga yang hanya makan nasi dengan lauk saja tanpa sayur dan buah sehingga belum memenuhi semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Menurut Suhardjo (1988), apabila frekuensi makan tidak terkontrol, apalagi makanan yang sering dikonsumsi kaya akan kalori, tinggi lemak dan tinggi karbohidrat maka secara otomatis akan timbul suatu kebiasaan makan yang tidak baik karena dapat menyebabkan obesitas.

Hal ini menunjukkan bahwa jenis pangan yang dikonsumsi penduduk belum beragam. Jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir responden dan KK seperti yang disajikan dalam tabel 4.4 rata-rata pendidikan SLTA namun karena masih tingginya konsumsi energi yang berasal dari padi-padian dibandingkan dengan makanan yang lain.

Pola kebiasaan makan yang selalu mengutamakan beras sedangkan umbi-umbian, sayur dan buah, dan kacang-kacangan hanya seadanya membuat konsumsi


(44)

masyarakat menjadi tidak beragam. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis padi-padian yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh produksi dan ketersediaan pangan di Desa Kampong Jeumpa. Ini dapat dilihat dari gambaran umum penduduk dimana 40,4% masyarakatnya dengan mata pencaharian bertani, sehingga produksi padi merupakan hasil pertanian daerah tersebut.

Pemberian makanan di Desa Kampong Jeumpa dalam hal jenis makanan kurang diperhatikan. Pada umumnya menu makanan keluarga dalam sehari belum beragam. Karena menu makanan pada pagi hari, itu juga untuk siang dan bahkan untuk makan malam.

Menurut Suhardjo (1988) dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi yaitu berkisar antara 70-80%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini antara lain padi, kentang, singkong, ubi jalar yang merupakan sumber-sumber kaya akan energi. Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting didalam suatu susunan hidangan di Indonesia karena bila suatu susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengonsumsinya mengatakan belum makan meskipun perutnya telah kenyang olehnya.

Menurut Warwati (2000) penganekaragaman konsumsi pangan meniadakan istilah belum makan hanya karena belum menyantap nasi, walaupun sudah mengonsumsi bahan makanan sumber kalori non beras yang lain.

5.2. Konsumsi Energi dan Protein

Dari hasil data konsumsi pangan di Desa Kampong Jeumpa yang disajikan pada tabel 4.13 diperoleh rata-rata konsumsi energi penduduk keluarga Kampong


(45)

Jeumpa sebesar 2045 Kkal/orang/hari. Angka ini lebih tinggi dari pada angka kecukupan energi yakni 2000 Kkal. Bila dilihat dari 53 keluarga seperti yang terdapat pada tabel 4.9, 60,4% konsumsi energinya cukup (≥2000 Kkal) sedangkan 39,6% konsumsinya tidak cukup (<2000 Kkal).

Untuk konsumsi protein seperti yang terlihat pada tabel 4.10. 79,2% tingkat konsumsi protein cukup (≥46,2 gr) sedangkan 20,8% konsumsi proteinnya tidak cukup (<46,2 gr).

Sumber energi terbesar masyarakat adalah karbohidrat seperti nasi dimana ibu rumah tangga Desa Kampong Jeumpa banyak yang mengonsumsi nasi dengan porsi lebih dari satu piring.

Untuk mendapatkan data yang lebih spesifik mengenai konsumsi energi dan protein keluarga, maka dikelompokkan perhitungan konsumsi energi dan protein berdasarkan kelompok umur dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi dan protein yang dianjurkan. Dari hasil penelitian pada tabel 4.11. dapat dilihat bahwa masih ada yang mengalami kekurangan energi dan protein. Pada pria dengan kelompok umur 20-45 tahun sebanyak 12 orang konsumsi energi kurang dan kelompok umur 46-59 sebanyak 2 orang. Pada wanita terdapat 8 orang energi yang dikonsumsi kurang. Sedangkan konsumsi protein terdapat 2 orang yang kurang.

Food recall yang peneliti lakukan hanya satu kali dua puluh empat jam, sebenarnya ini kurang tepat untuk menggambarkan jenis pangan dan jumlah pangan yang dilihat dari tingkat kecukupan energi. Namun setidaknya ini dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi keluarga dalam sehari (Supariasa, 2002).


(46)

Hal ini menunjukan bahwa komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan dan gizi. Rendahnya konsumsi energi penduduk dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti jumlah anggota keluarga yang banyak maka konsumsi panganpun makin berkurang jumlahnya. Seperti yang dapat kita lihat pada tabel 4.7 mayoritas keluarga Kampong Jeumpa mempunyai 4-6 orang anggota keluarga. Hal ini turut menyebabkan konsumsi energi dan protein tiap keluarga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan untuk per orang per hari.

Disamping itu rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein penduduk Desa Kampong jeumpa menunjukkan bahwa penduduk dalam mengonsumsi pangan hanya untuk pemuasan rasa lapar dan haus tanpa memperhatikan pemenuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh, yang juga dapat dilihat dari ketidakragaman pangan yang dikonsumsi oleh penduduk. Sedangkan gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja ( Khumaidi, 1994).

5.3. Skor Pola Pangan Harapan

Pola Pangan Harapan merupakan susunan pangan yang benar-benar menjadi harapan untuk wujudkan, baik untuk konsumsi pangan maupun yang harus tersedia bagi pemenuhan kebutuhan pangan penduduk. Dari hasil penelitian di Desa Kampong Jeumpa didapatlah rata-rata skor PPH penduduk yaitu 68,2. Angka ini masih jauh dari skor PPH yang diharapkan yaitu 100.

Dari 53 keluarga, 54,7% skor PPH kurang baik (<72), 35,9% skor PPH nya baik (72-92,9) dan hanya 9,4% skor PPH nya sangat baik (≥93). Ini menunjukkan bahwa komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan


(47)

dan zat gizi. Seperti yang terlihat pada tabel 4.13` konsumsi padi-padian cukup tinggi sedangkan yang lain kurang memadai.

Kondisi komposisi pangan yang kurang seimbang tersebut menyebabkan skor mutu dan keragaman konsumsi pangan penduduk di Desa Kampong Jeumpa masih rendah yaitu 68,2.

Dari jumlah sumbangan energi pada PPH terlihat bahwa sebagian besar energi disumbangkan oleh padi-padian (terutama beras) sebesar 68,7%. Sementara itu menurut PPH Nasional, skor PPH untuk padi-padian adalah 50%. Energi yang disumbangkan dari umbi-umbian sangat sedikit (2,1%) sedangkan menurut PPH Nasional, skor PPH untuk umbi-umbian adalah 6%. Sementara itu energi yang disumbang dari pangan hewani sebesar 15,9%. Angka ini lebih tinggi dari skor PPH yang dianjurkan yaitu 12%. Namun untuk minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah skor PPH nya masih jauh dari skor PPH Nasional.

Sumbangan energi terbesar berasal dari beras menunjukkan bahwa pola kebiasaan makan penduduk selalu mengutamakan beras. Sedangkan umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sayur dan buah hanya seadanya saja sehingga menyebabkan konsumsi pangan penduduk menjadi tidak beragam.


(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis pangan yang dikonsumsi keluarga belum sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Hal ini terlihat bahwa hanya 43,4% yang jenis pangannya sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat memanfaatkan bahan pangan yang tersedia sebagai bahan pengganti.

2. Konsumsi energi keluarga rata-rata per hari adalah 2045 Kkal sedangkan konsumsi protein rata-rata keluarga per hari adalah 47,8 gr Ini sudah melebihi angka kecukupan yang dianjurkan yaitu 2000 Kkal untuk energi dan 46,2 gr untuk protein.

3. Skor Pola Pangan Harapan di Desa Kampong Jeumpa yaitu 68,2 masih berada jauh dari skor yang diharapkan yaitu 100. Hal ini terlihat bahwa hanya 9,4% masyarakat di Desa Kampong Jeumpa yang skor PPHnya hampir mencapai angka 100 yaitu > 93. Ini berarti bahwa masyarakat Desa Kampong Jeumpa kurang mengonsumsi pangan yang beranekaragam.

6.2. Saran

1. Dinas Pertanian perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk menerapkan penganekaragaman pangan dalam kehidupan sehari-hari guna


(49)

mencapai status gizi yang baik sebab status gizi yang baik dapat diwujudkan apabila pangan yang dikonsumsi cukup, baik dalam jumlah, mutu dan keragaman serta aman bagi kesehatan manusia.

2. Bagi masyarakat dianjurkan untuk memanfaatkan lahan yang ada sehingga bisa memanfaaatkan bahan makanan dari pekarangan sendiri.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, 2005.

Menuju Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang 2010. Jakarta.

Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM, 2005. Selayang Pandang pangan Keluarga bagian Pertama, Jakarta.

Baliwati, Y.F Ali Khomsan dan C.M. Dwiriani (Editor), 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta.

________,2000. Info Pangan dan Gizi, Depkes RI, Jakarta ________,1995. Info Pangan dan Gizi, Depkes RI, Jakarta

________,2000. Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Depkes RI, Jakarta.

________,2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2005-2009, Depkes RI, Jakarta.

Harper, Laura J. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1995. Penentuan Sasaran Skor Mutu Pangan (Komposisi Bahan Pangan) Menuju Pola Pangan Harapan (PPH), Jakarta.

Khumaidi, M, 1994. Gizi Kesehatan Masyarakat, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Persagi, 1999. Visi dan Misi Gizi dalam Mencapai Indonesia Sehat 2010, Jakarta.


(51)

Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta. ________,1996. Perencanaan Pangan dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta.

Suryana, A, 2003. Kapita Selekta Evolusi pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan, BPFE, Yokyakarta.

Supariasa, I N, B, Fajar, I ; 2001. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.


(52)

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Waktu Makan Nama Masakan Jenis Bahan Banyaknya

URT Gr

Makan Pagi

Selingan

Makan Siang

Selingan

Makan Malam


(53)

FORMULIR ASUPAN KONSUMSI ANGGOTA KELUARGA N

o

Nama Umur Jenis

Kelamin

Waktu Makan

Nama Masakan

Jenis Bahan

Banyaknya URT Gr

1. Ayah Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan

2. Ibu Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan

3. Anak ke-1 Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan


(54)

N o

Nama Umur Jenis

Kelamin

Waktu Makan

Nama Masakan

Jenis Bahan

Banyaknya URT Gr

4. Anak ke-2 Pagi

Selingan

Siang Selingan Malam Selingan

5. Anak ke-3 Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan

6. Anak ke-4 Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan


(1)

mencapai status gizi yang baik sebab status gizi yang baik dapat diwujudkan apabila pangan yang dikonsumsi cukup, baik dalam jumlah, mutu dan keragaman serta aman bagi kesehatan manusia.

2. Bagi masyarakat dianjurkan untuk memanfaatkan lahan yang ada sehingga bisa memanfaaatkan bahan makanan dari pekarangan sendiri.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, 2005.

Menuju Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang 2010.

Jakarta.

Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM, 2005.

Selayang Pandang pangan Keluarga bagian Pertama, Jakarta.

Baliwati, Y.F Ali Khomsan dan C.M. Dwiriani (Editor), 2004. Pengantar Pangan

Dan Gizi, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Depkes RI, 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta.

________,2000. Info Pangan dan Gizi, Depkes RI, Jakarta ________,1995. Info Pangan dan Gizi, Depkes RI, Jakarta

________,2000. Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Depkes RI, Jakarta.

________,2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2005-2009, Depkes RI, Jakarta.

Harper, Laura J. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1995. Penentuan Sasaran Skor Mutu

Pangan (Komposisi Bahan Pangan) Menuju Pola Pangan Harapan (PPH), Jakarta.

Khumaidi, M, 1994. Gizi Kesehatan Masyarakat, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.


(3)

Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

________,1996. Perencanaan Pangan dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta.

Suryana, A, 2003. Kapita Selekta Evolusi pemikiran Kebijakan Ketahanan

Pangan, BPFE, Yokyakarta.

Supariasa, I N, B, Fajar, I ; 2001. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.


(4)

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Waktu Makan Nama Masakan Jenis Bahan Banyaknya

URT Gr

Makan Pagi

Selingan

Makan Siang

Selingan

Makan Malam


(5)

FORMULIR ASUPAN KONSUMSI ANGGOTA KELUARGA N

o

Nama Umur Jenis

Kelamin Waktu Makan Nama Masakan Jenis Bahan Banyaknya URT Gr

1. Ayah Pagi

Selingan

Siang Selingan

Malam Selingan

2. Ibu Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan

3. Anak ke-1 Pagi

Selingan Siang Selingan

Malam Selingan


(6)

N o

Nama Umur Jenis

Kelamin Waktu Makan Nama Masakan Jenis Bahan Banyaknya URT Gr

4. Anak ke-2 Pagi

Selingan

Siang Selingan

Malam Selingan

5. Anak ke-3 Pagi

Selingan Siang Selingan

Malam Selingan

6. Anak ke-4 Pagi

Selingan Siang Selingan Malam Selingan