PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH KABUPATEN BOYOLALI (SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI
PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH
KABUPATEN BOYOLALI
(SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :
WIRATNO
C0105052

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI
PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH
KABUPATEN BOYOLALI
(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Disusun oleh:

WIRATNO
C0105052

Telah disetujui oleh pembimbing


Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Sri Mulyati, M.Hum.
NIP 195610211981032001

Prof. Dr. Sumarlam, M. S.
NIP 196203091987031001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutardjo, M.Hum.
NIP 196001011987031004
commit to user

ii


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI
PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH
KABUPATEN BOYOLALI
(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)
Disusun oleh:

WIRATNO
C0105052
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal: ………………..…

Jabatan

Nama


Tanda Tangan

Ketua

Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum
NIP 195710231986012001

………………

Sekretaris

Drs. Sujono, M.Hum
NIP 195504041983031002

………………

Penguji I

Dra. Sri Mulyati, M.Hum.
NIP 195610211981032001


………………

Penguji II

Prof. Dr. Sumarlam, M.S.
NIP 196203091987031001

.………………

Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.
NIP 195303141985061001
commit to user

iii


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Karakteristik waktu adalah keras dan tidak kenal menunggu, ia akan mengerus
siapa saja yang ada di dalamnya.” (Amron Yuflaeli Widyanto).
“Jika berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya waktu sore, kerjakanlah
sekarang jangan menunggu nanti, sesunguhnya kematian amat dekat dengan
kita.” (Anonim).
“Barang siapa memudahkan urusan muslim di dunia, maka Allah akan
memudahkan urusanya di akhirat (hadits).

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama
NIM

: Wiratno
: C0105052

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pemakaian Bahasa Jawa
oleh Santri Pondok Pesantren Darusy Syahadah Kabupaten Boyolali (Kajian
Sosiolinguistik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan
oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi
(kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.

Surakarta, 1 Maret 2011

Yang membuat pernyataan,

Wiratno

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :




Keluarga, Ibu, Bapak, Kakakku (Winendro), Adikku (Capung).


Olisches, trimakasih selalu sabar, memberi kasih sayang, cinta, doa, dan
semangat.



Sahabat-sahabat Ponpes Darusy Syahadah Boyolali (Nawawi) dan Ustads.

commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.
Skripsi dengan judul Pemakaian Bahasa Jawa oleh Santri Pondok Pesantren
Darusy Syahadah Kabupaten Boyolali (Kajian Sosiolinguistik) ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret yang memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini.

2.

Drs. Imam Sutardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah
FakultasSastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan kesempatan dan ilmunya dalam penyusunan skripsi ini.

3.


Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah
yang telah memberikan nasihat, semangat, dan member ilmu dalam menyusun
skripsi ini.

4.

Dra. Sri Mulyati, M.Hum., selaku pembimbing pertama yang telah berkenan
untuk mencurahkan perhatian, memberikan nasihat, dan membimbing penulisan
skripsi ini sampai selesai.
commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

5.

digilib.uns.ac.id

Prof. Dr. Sumarlam, M.S., selaku pembimbing kedua yang telah berkenan
memberikan

waktu

dan

ilmunya,

serta

memberikan

masukan

dan

penyempurnaan pada penulisan skripsi ini.
6.

Ibu Siti Muslifah, S.S, M.hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dari awal kuliah sampai akhir kuliah, dengan penuh perhatian dan
kebijaksanaannya.

7.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Daerah dan dosen-dosen
Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

8.

Kepala dan staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun Pusat
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam layanan.

9.

Rekan-rekan Sastra Daerah, Ustad, dan sahabat-sahabat di Pondok Pesantren
Darusy Syahadah.

10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 1 Maret 2011

Penulis
commit to user

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Wiratno. C0105052. 2011. Pemakaian Bahasa Jawa oleh Santri Pondok Pesanten
Darusy Syahadah Kabupaten Boyolali. (Suatu Kajian Sosiolinguistik), Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimanakah
bentuk pemakaian bahasa oleh santri Ponpes Darusy Syahadah, 2) Faktor apa saja
yang melatarbelakangi pemakaian bahasa Jawa oleh santri Ponpes Darusy Syahadah?,
3) Bagaimanakah fungsi pemakaian bahasa Jawa oleh santri Ponpes Darusy
Syahadah?
Tujuan penelitian adalah 1) Mendeskripsikan bentuk ragam bahasa oleh santri
Ponpes Darusy Syahadah meliputi, alih kode, campur kode, interferensi, ragam
bahasa Jawa. 2) Menentukan faktor apa saja yang melatarbelakangi pemakaian
bahasa Jawa Ponpes Darusy Syahadah. 3) Mendeskripsikan fungsi pemakaian bahasa
Jawa oleh Santri Ponpes Darusy Syahadah.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data-data
lisan kebahasaan berdasarkan bentuk dan maknanya. Data dalam penelitian ini berupa
kalimat yang mengandung Alih kode, campur kode, dan interferensi. Sumber data
berasal dari informan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Penyediaan data
dengan metode simak, teknik dasar dengan memakai teknik sadap.Teknik lanjutan: 1)
Teknik Simak Libat Cakap 2) Teknik Bebas Libat Cakap, 3) Teknik Rekam, 4)
Teknik catat. Dari hasil rekam kemudian data di transkrip kedalam bentuk tulisan.
Teknik analisis dengan menggunakan metode distribusional dan metode padan.
Dari hasil analisis ditemukan: 1. Bentuk pemakaian bahasa Jawa yang berupa
1). Alih kode external dari bahasa Jawa menjadi bahasa Arab dan sebaliknya. Alih
kode internal berupa bahasa Jawa menjadi bahasa Indonesia dan sebaliknya, serta
antar ragam bahasa Jawa (ngoko ke krama dan sebaliknya). 2). Campur kode bahasa
Indonesia dalam bahasa Jawa; “lima waktu”. Campur kode bahasa Arab dalam bahasa
Jawa; “dinul Islam”. Campur kode bahasa Inggris dalam bahasa Jawa; “global
warming”. 3). Interferensi dari bahasa Indonesia; “dithuthoklah” Interferensi dari
bahasa Arab; “syariat”. Interferensi dari Bahasa Inggris; “moderen”. Wujud tingkat
tutur bahasa Jawa ragam ngoko,madya dan krama.
2. Faktor yang menjadi sebab pemakian bahasa Jawa dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu, (1) penutur atau orang pertama, (2) mitra tutur atau orang kedua,
(3) pokok pembicaraan atau topik, (4) untuk membangkitkan rasa humor, (5)
keinginan untuk menjelaskan, (6) sebagai rasa hormat dan kesantunan berbahasa.
3. Fungsi dari pemakaian bahasa Jawa antara lain, (1) untuk menghormati
mitra tutur, (2) untuk menunjukkan status sosial atau menempatkan dalam hierarkhi
status sosial penutur, dan (3) mengubah dari ragam resmi menjadi ragam santai.

commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................

i

PERSETUJUAN ..............................................................................................

ii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iii

MOTTO ...........................................................................................................

iv

PERNYATAAN...............................................................................................

v

PERSEMBAHAN ............................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vii

ABSTRAK .......................................................................................................

ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................

x

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA .........................................................

xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................

1

B. Pembatasan Masalah .......................................................................

10

C. Rumusan Masalah ...........................................................................

10

D. Tujuan Penelitian ............................................................................

11

E. Manfaat Penelitian ...........................................................................

11

1. Manfaat Teoretis .....................................................................

11

2. Manfaat Praktis .......................................................................

12

F. Sistematika Penulisan ......................................................................

12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................

14

A. Sosiolinguistik .................................................................................

14

B. Masyarakat Bahasa ..........................................................................

15

C. Variasi Bahasa ................................................................................

16

D. Kontak Bahasa ...............................................................................

20

1.Alih Kode ....................................................................................

20

2.Campur Kode ..............................................................................

22

3.Interferensi ..................................................................................

25

commit to user

x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

E. Bilingualisme ...................................................................................

27

F. Diglosia ............................................................................................

28

G. Tingkat Tutur Bahasa Jawa ............................................................

29

1. Ragan Ngoko ..............................................................................

31

2. Ragan Madya .............................................................................

32

3.Ragam Krama .............................................................................

33

H. Komponen Tutur .............................................................................

34

I. Pondok Pesantren Darusy Syahadah................................................

36

J. Kerangka pikir ..................................................................................

48

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................

50

A. Jenis Penelitian ................................................................................

50

B. Lokasi Penelitian ............................................................................

50

C. Data ................................................................................................

50

D. Sumber Data ....................................................................................

51

E. Populasi ...........................................................................................

51

F. Sampel .............................................................................................

52

G. Alat Penelitian .................................................................................

52

H. Metode dan Teknik Penyediaan Data..............................................

53

I. Metode dan Teknik Analisis Data ...................................................

55

J. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ............................................

61

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .............................

62

A. Bentuk Pemakaian Bahasa ..............................................................

62

1. Bentuk Alih kode .......................................................................

62

2.Bentuk Campur kode................................................................... 113
3.Bentuk Interferensi ...................................................................... 162
4.Bentuk Tingkat Tutur Bahasa Jawa ............................................ 200
B. Faktor yang Melatar Belakangi Pemakaian Bahasa Jawa .............. 210
C. Fungsi Pemakaian Bahasa Jawa ..................................................... 214
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 218
A. Simpulan ......................................................................................... 218
commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. Saran ............................................................................................. 220
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 221
LAMPIRAN……… ......................................................................................... 228

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN

A. Daftar Tanda
‘…’

: glos sebagi penjepit terjemahan

“…”

: tanda petik menandakan kutipan langsung
: tanda panah artinya berubah menjadi

[…]

: tanda titik-titik maksudnya ada kalimat yang dihilangkan

[ ]

: penganti kata

/

: garis miring adalah menyatakan atau

/…/

: pengapit fonetis

B. Daftar Singkatan
ACI

: Alih kode, Campur kode, Interferensi

BUL

: Bagi Unsur Langsung

DS

: Darusy Syahadah

KMA

: Kuliyyatul Mu’allimat (SMA Putri)

KMI

: Kuliyyatul Mu’allimin (SMA Putra)

MDI

: Madrasah Diniyah Islamiyah

MDA

: Madrasah Diniyah Awwaliyah

MDU

: Madrasah Diniyah Ulya

MDW

: Madrasah Diniyah Wustho

MI

: Madrasah Ibdidaiyah

MP3

: Musik Player 3 (Tiga)

MTs

: Madrasah Tsanawiyah (SMP)
commit to user
xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

OSIS

: Organisani Siswa Intra Sekolah

PDS

: Pondok Pesantren Darusy Syahadah

Ponpes

: Pondok Pesantren

SAPALA

: Santri Pecinta Alam

SD

: Sekolah Dasar

SLTA

: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

SMU

: Sekolah Menengah Umum

SMS

: Short Massage Service (Pesan Singkat)

dkk

: dan kawan kawan

Swt.

: Subhanahu wata`ala

Saw

: Sallalahhu a’llahi wasalam

TID

: Takhasshush I’dad Du’at / Da’iyat (Paska SMA)

TKS

: Takhasshush (Persiapan masuk setigkat SMA)

TPA

: Taman Pendidikan Al Qur’an

WIB

: Waktu Indonesia Bagian Barat

commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak dapat terlepas dari
peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk
mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana
yang paling utama dan vital adalah untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah
bahasa. Dengan demikian fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana
komunikasi. Setiap anggota

masyarakat dan komunitas

selalu terlibat dalam

komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis)
maupun sebagai komunikan (mitra bicara, penyimak, pendengar, atau pembaca)
(Sumarlam, 2005:1).
Bahasa Jawa merupakan bagian dari bahasa nusantara dan termasuk rumpun
bahasa austronesia yang ada di dunia ini. Secara linier bahasa Jawa memiliki sejarah
yang panjang, area pemakaian yang amat luas dan jumlah penutur yang banyak,
sebanyak orang Jawa yang ada (Wakit Abdullah dan Sri Lestari Handayani, 2007:11).
Bahasa Jawa digunakan dibeberapa wilayah di Indonesia, yang terutama di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian daerah di Jawa
Barat, maupun di luar negeri.
Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan
secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri. Untuk itu, terdapat
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

banyak permainan bahasa dalam kehidupan manusia, bahkan dapat dikatakan tidak
terbatas, dan antara tataran permainan bahasa satu dengan lainnya tidak dapat di
tentukan dengan suatu aturan yang bersifat umum. Namun demikian, walaupun
terdapat perbedaan ada kalanya terdapat suatu kemiripan, dan hal ini sulit ditentukan
secara definitif dan pasti. Meskipun orang tidak mengetahui secara persis sebuah
permainan bahasa tertentu, namun manusia mengetahui apa yang harus diperbuat
dalam suatu komunikasi. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan hakikat bahasa
dalam kehidupan manusia dapat dilaksanakan dengan melakukan suatu deskripsi
serta memberikan contoh-contoh dalam kehidupan manusia yang digunakan secara
berbeda.
Sebagian orang berpendapat bahwa bahasa sebagai sistem mediasi, bahasa
tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan konsepsinya,
tetapi juga membentuk visi tentang realitas. Hal tersebut, menggacu pada pemikiran
bahwa dengan bahasa mendapat arti jauh lebih tinggi dari pada sistem bunyi atau
fonem.
Masyarakat Indonesia mempunyai banyak ragam bahasa, antara bahasa satu
dengan yang lain mempunyai ciri yang berbeda, perbedaan tersebut merupakan
kekayaan hasil budaya. Beberapa bahasasa yang digunakan oleh masyarakat di
Indonesia berasal dari bahasa suku-suku di Indonesia juga dari bahasa dari Negara
lain yang membudaya dalam masyarakat bahasa. Jika salah satu bahasa hanya
difahami oleh masyarakat minoritas tertentu atau kelompok, jika digunakan dalam
masyarakat umum maka akan timbul komunikasi yang tidak baik. Hal ini disebabkan
karena bahasa sebagai sistem bunyi gagal mengendap dalam kantong-kantong
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

budaya, maka masyarakatpun gagal untuk memahami dan dipahami dalam konteks
komunikasi antarbudaya.
Dalam kehidupan masyarakat fungsi bahasa secara tradisional dapat dikatakan
sebagai

alat

komunikasi

verbal

yang

digunakan

oleh

masyarakat

untuk

berkomunikasi. Akan tetapi fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat
komunikasi, bagi sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya
menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit (Abdul Chaer, 2004:15). Hal
tersebut merupakan fungsi bahasa sebagai expresi atau buah pikiran manusia.
Jika dalam suatu kelompok masyarakat terdiri dari berbagai daerah-daerah
dan penguasaan bahasa yang perbeda-beda akan menimbulkan bahasa yang unik,
apalagi jika suatu kelompok masyarakat tersebut merupakan pengguna lebih dari satu
bahasa (multi lingual) akan timbul pencampuran bahasa atau sering disebut campur
kode dan alih kode.
Dalam sistem pendidikan formal maupun nonformal bahasa sangat berperan
penting dalam penyampaikan ilmu dari pendidik kepada orang yang mencari ilmu.
Bahasa merupakan modal utama agar terjadi proses pencapaian ilmu untuk difahami
dan dimengerti oleh para pencari ilmu. Dalam proses belajar menggajar dalam
instansi resmi bahasa yang digunakan cenderung bahasa formal nasional atau
Internasional, tetapi dalam proses belajar-mengajar nonformal bahasa yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan, tidak harus formal tetapi dapat dimenggerti oleh para
penuntut ilmu. Tetapi dalam menyampaikan ilmu, terutama pengajar berasal dari
daerah lain yang dimungkin penguasaan bahasanya terbatas dengan para penuntut
ilmu yang merupakan asli daerah setempat. Dari hal itu dimungkinkan banyak terjadi
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

percampuran bahasa yang dikuasai oleh pengajar dalam menyampaikan ilmu.
Sehingga dalam penelitian bahasa yang mengkaji tentang sosiolinguistik, terutama
meneliti pemakaian bahasa yang mengandung alih bahasa sangat menarik untuk
dilakukan.
Penelitian yang terdahulu tentang tingkat tutur bahasa Jawa, alih kode,
campur kode antara lain penelitian yang dilakukan oleh; Mulyani dalam tesis dengan
judul “Alih Kode dan Campur Kode Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar di Pesanttren
Moderen Arrisalah Kabupaten Ponorogo” (Kajian Sosiolinguistik). Penelitian ini
menampilkan data alih kode dan campu kode dari empat bahasa, yaitu bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Jawa. Dalam analisinya meninjau
(1) Wujud alih kode yang ditemukan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, di
pesantren moderen “Arrisalah” serta kapan munculnya. (2) Campur kode yang
ditemukan dalam kegiatan belajar-mengajar. (3) Faktor-faktor penentu peristiwa alih
kode dan campur kode.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut (1) Terjadi alih kode dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, Arab, dan Jawa. (2) kegiatan alih kode
muncul pada kegiatan belajar-mengajar pada awal (meliputi; salam, tegur, sapa, dan
memberikan motifasi), kegiatan inti (meliputi; memberikan penjelasan, merespon
pemahaman santri, dan menarik kesimpulan topik pelajaran), kegiatan akhir
(meliputi; menutup pelajaran, salam, dan motivasi). (3) Terjadi campur kode ke-luar
(counter code mixing) dan campur kode ke-dalam (inner code mixing) dari base
language (bahasa dasar), bahasa Indonesia. (5) Wujud campur kode berupa
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

penyisipan kata, frasa, idiom atau ungkapan, kata ulang, dan klausa antar bahasa
Indonesia dengan bahasa Inggris, bahasa Arab, serta bahasa Jawa.
Skripsi “Pemakaian Bahasa Jawa dalam Ludruk” (Tinjauan Sosiolinguistik)
(1986) oleh Siti Zuhriyah, yang membahas tentang aspek kebahasaan yaitu alih kode,
interferensi bahasa, bahasa slang, undha usuk, kosakata, lafal, dan bentuk kata. Inti
dari pembahasanya dalam kajian bahasa Jawa dalam Ludruk memiliki perbedaanperbedaan dengan bahasa baku dalam hal lafal kata, bentuk kata, dan kosakata serta
banyak ditemukanya alih kode, interferensi bahasa Indonesia, pemakaian slang, dan
penggunaan ragam krama desa.
Skripsi pada tahun 2001 dengan judul “Kajian Bahasa Jawa di Desa Ketandan
Kecamatan Klaten Utara” (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik) oleh Arisanti Suwarso.
Dalam skripsi tersebut mengkaji tentang bentuk bahasa Jawa dan ragam bahasa Jawa
yang digunakan oleh masyarakat desa ketandan, kelurahan Klaten Utara. Salah satu
faktor yang menentukan penggunaan ragam bahasa Jawa masyarakat Desa Ketandan.
Penggunaan bahasa Jawa di daerah tersebut mengunakan jenis wacana berdasarkan
pemaparanya. Meliputi wacana historis dan wacana eksposisi. Tingkat tutur yang
digunakan masyarakat tersebut adalah (1) penutur, (2) mitra tutur, (3) situasi tutur, (4)
tujuan tutur, (5) hal yang dituturkan.
Peneliti tertarik terhadap salah satu kelompok masyarakat sebagai pengguna
lebih dari satu bahasa adalah lembaga pendidikan pesantren atau lebih popular
disebut dengan Pondok Pesantren (selanjutnya disingkat: Ponpes). Terutama Ponpes
yang ada di wilayah Jawa Tenggah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Karesidenan Surakarta yang merupakan salah satu daerah yang banyak lembaga
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

pendidikan Ponpes. Lebih spesifik Boyolali merupakan bagian dari Karesiden
Surakarta yang mempunyai lembaga pendidikan Islam Ponpes yang sampai sekarang
masih ada bahkan semakin berkembang sistem pendidikanya. Salah satu Kecamatan
Boyolali yang memiliki lembaga pendidikan Ponpes adalah Kecamatan Simo, Desa
Gunungmadu. Lembaga tersebut benama Ponpes Darusy Syahadah (selanjutnya
disingkat: PDS). Bahasa yang umum digunakan di PDS adalah bahasa Indonesia,
bahasa Arab, dan bahasa Inggris, sedangkan bahasa Jawa tidak dipakai dalam
aktifitas di PDS, tetapi dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar ponpes, bahasa
Jawa sering digunakan dan memegang peranan penting dalam tercapainya suatu
komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar.
Secara geografis ponpes tersebut berlokasi di pedesaan sehingga masyarakat
sekitar merupakan pengguna bahasa Jawa. Dalam berkomunikasi dengan masyarakat
sekitar, santri PDS menggunakan beberapa bahasa salah satunya adalah bahasa Jawa,
bahasa Indonesia, dan sedikit bahasa Inggris. Sehingga dalam komunikasi dengan
masyarakat, santri PDS mengunakan beberapa bahasa secara bersama dan ada
percampuran bahasa yang digunakan. Disamping itu, para santri yang kebanyakan
berasal dari luar daerah setempat, bahkan santri berasal dari luar pulau Jawa.
Sehingga dipastikan ada perbedaan ciri kebahasaan yang dikuasai oleh para santri
khususnya bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan penduduk
setempat. Walaupun bahasa Jawa tidak dibolehkan digunakan dalam situasi formal
dalam pondok, tetapi diperbolehkan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar,
sehingga bahasa Jawa masih sering digunakan bagi santri yang mampu berbahasa
Jawa.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Salah satu wadah komunikasi dengan masyarakat di wilayah sekitar PDS
adalah kajian yang dilakukan oleh para santri. Kajian tersebut atau istilah yang
digunakan oleh santri PDS disebut dengan kegiatan Ta’lim, kegiatan tersebut
merupakan pengabdian santri PDS terhadap masyarakat sekitar. Kegiatan ta’lim
tersebut dilakukan di wilayah sekitar PDS, yaitu wilayah kecamatan Simo. Ta’lim
dilakukan oleh para santri PDS putra selama duakali dalam sepekan, yaitu hari selasa
dan hari ju’mat. Kegiatan ta’lim tersebut dimulai sekitar pukul lima belas tiga puluh
atau jam setengah empat sore dan selesai sekitar pukul tujuh malam.
Kegiatan ta’lim (belajar) tersebut berupa pengajaran ilmu agama Islam, kajian
Islam, atau tausyiah untuk para masyarkat. Ta’lim tersebut dilakukan di masjid dan
mushola sekitar PDS atau dalam wilayah Kecamatn Simo.

Masyarakat sekitar

merupakan pemakai bahasa Jawa sehingga dalam penyampain materi harus
menyesuaikan dengan bahasa yang dikuasai masyarakat sekitar. Sehingga
dimungkinkan akan banyak alih kode, campur kode dan interferensi bahasa yang
digunakan oleh santri dalam menyampaikan ilmu.
Melihat kenyataan diatas, jika beberapa bahasa tersebut digunakan untuk
berkomunikasi dengan masyarakat maka akan timbul percampuran bahasa atau
penggunaan bahasa lebih dari satu. Peneliti mengangap bahwa objek tersebut sesuai
dengan bidang linguistik terutama dalam kajian sosiolinguistik, maka penelitian ini
mengambil judul Pemakaian Bahasa Jawa oleh Santri Pondok Pesantren Darusy
Syahadah Kabupaten Boyolali.

Penelitian tersebut untuk meneliti tentang

pemakaian bahasa Jawa oleh sanri PDS dengan kajian sosiolinguistik.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dari hasil survai lapangan yang biasa dipaparkan dalam kaitanya dengan
peristiwa alih kode, campur kode, dan interferensi yang terjadi santri PDS dalam
kegiatan pengapdian masyarakat yang berupa kegiatan rutin ta’lim di masjid dan
mushola di wilayah sekitar kecamantan Simo adalah sebagai berikut.
a. Alih kode
1. Mboten sah diterangke mawon empun jelas nggih buk niki. Contoh-contoh
perbuatan dosa-dosa besar yang mana Allah niku tidak akan mengampuni
kecuali dengan taubat. (279)
‘Tidak usah diterangkan saja sudah jelas ya bu ini. Contoh-contoh perbuatan
dosa-dosa besar yang mana Allah niku tidak akan mengampuni kecuali
dengan taubat.’
2. Menawi Rasaullullah ngelaksanaaken ngeten niki nggih kita ngelaksanaaken,
ananging yen menawi Rasullullah mboten ngelaksanaake, nggih kita mboten
ngelaksanaake. Amargi napa, man amilla ammallaisa allahwama asmummah
falya’ rabbun. (255)
‘Terus ada, Rassul Allah (utusan Allah) ya pernah bicara. Barang siapa yang
mempercayai dukun atau tukang sihir maka selama empat puluh hari
sholatnya tidak diterima.’
b. Campur kode
1. Dados nek dicuri niku ukurane napa namine seper empat dinar, seper empat
dinar niku nek dirupiahke berapa buk? Satu dinar niku berapa? (59)
‘Jadi kalau (yang) dicuri itu ukuranya apa namanya satuper empat dinar (mata
uang emas) satuseper empat dinar itu kalau dirupiahkan berapa Bu? Satu dinar
itu berapa?’
2. Nek misale iqab wonten ndonya nggih kathah sanget buk. Iqab ndonya nggih
ibuk sampun ngerthosi ananing yen iqob wonten akhirat kita sedhaya boten
ngertosi magkih di antar kita sedaya wonten ingkang mlebet suwarga nggih
boten ngertos, wonten ing neraka nggih boten ngertos sedhaya. (151)
‘Kalau misalnya balasanadadi dunia ya banyak sekali. Balasan dunia ya ibu
sampun ngertosi tapi kalau balasan di akhirat kita semua tidak mengetahui
nanti diantara kita semua ada yang masuk syurga ya tidak mengetahui, di
dalam neraka ya tidak mengetahui semua.’

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

c. Interferensi
1. Kemudian napa malih buk? Ketika sujud. Kletika terdholimi, jenengan
tersakiti oleh orang lain. Nggih misale napa namine? Bu Sini niki dithutuklah
kalih buk takmirlah. (12)
‘Kemudia apa lagi Bu? Ketika sujud, ketika tertindas. Anda tersakiti oleh
orang lain . ya misanya apa namanya? Bu Sini itu dipukul oleh bu Takmir
lah.’
2. Pemerintahan niku di rancang kalian islam didadhekke hukum-hukum Islam
kalian pemimpin niku hanya bertaqwa kepada Allah, mboten wonten korupsi,
mboten wonten. Bahwasane niku malah seperti sakniki jamane pemilu
demokrasi, pemilu niki sing nyalonke nggih butuh ragat gedhe, dadhos ngeh
mangkih wonten maksud liyane. (110)
‘Pemerintahan itu dirancang dengan Islam dijadikan hukum-hukum Islam
oleh pemerintah itu hanya bertaqwa kepada Allah, tidak ada korupsi, tidak
ada. Bahwasanya itu malah seperti sekarang jamanya pemilu demokrasi
pemilu ini yang mencalonkan ya butuh biyaya besar, jadi ya nanti ada maksud
lainya.’

Dalam paparan tersebut merupakan model bahasa yang digunakan oleh santri
PDS dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Ihwal kode merupakan hal
yang penting untuk diteliti dalam bidang linguistik, terutama dalam pendekatan
sosiolinguistik. Dalam penelitian ini membahas alih kode, campur kode, interferensi
serta ragam bahasa Jawa pada masyarkat multilingual, yaitu kelompok masyarakat
pengguna beberapa bahasa. Berupa Pemakaian bahasa oleh santri Pondok Pesantren
Darusy Syahadah. Penelitian ini berfokus pada alih kode, campur kode, interferensi,
dan bahasa Jawa yang digunakan oleh Santri PDS dalam berkomunikasi dengan
masyarakat. Terjadinya ACI (Alih kode, Campur kode, dan Interferensi) karena
bahasa Santri PDS merupakan pengguna beberapa bahasa yang digunakan secara
Kondisional.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini mengkhususkan pada pemakaian bahasa Jawa oleh santri putra
Ponpes Darusy Syahadah, yaitu untuk menentukan, alih kode campur kode,
interferensi, ragam bahasa Jawa atau pilihan kata dalam berkomunikasi. Terutama
komunikasi dalam masyarakat pada kegiatan ta’lim yang diselengarakan oleh PDS
secara rutin dua kali dalam sepekan, pada hari selasa dan jum’at di lingkup Kecaman
Simo.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka penelitian ini mengajukan tiga masalah, yaitu.
1. Bagaimanakah bentuk

pemakaian bahasa oleh santri Ponpes Darusy

Syahadah? (rumusan ini mencakup alih kode, campur kode, interferensi, dan
ragam /tingkat tuturbahasa Jawa).
2. Faktor apa saja yang melatarbelakangi pemakaian bahasa Jawa oleh santri
Ponpes Darusy Syahadah? (rumusan ini mengkaji faktor-faktor yang
mepengaruhi pemakaian bahasa Jawa).
3. Bagaimanakah fungsi pemakaian bahasa Jawa oleh santri Ponpes Darusy
Syahadah? (rumusan ini membahas fungsi bahasa Jawa dalam alih kode,
campur kode, interferensi, dan ragam bahasa).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

D. Tujuan Penelitian
Tujuan ahli bahasa adalah untuk mempelajari selengkap mungkin tentang
segala sesuatu yang sistematis dalam pemakaian bahasa (Uhlenbeck, 1982:15).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi.
1. Mendeskripsikan bentuk pemakaian bahasa oleh santri

Ponpes Darusy

Syahadah meliputi, alih kode, campur kode, interferensi, dan ragam bahasa
Jawa.
2. Menentukan faktor apa saja yang melatarbelakangi pemakaian bahasa Jawa
Ponpes Darusy Syahadah.
3. Mendeskripsikan fungsi pemakaian bahasa Jawa oleh Santri Ponpes Darusy
Syahadah.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari suatu penelitian adalah menggambarkan nilai dan
kualitas penelitian. Adapaun manfaat penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoretis, maupun secara praktis
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan mengenai
sosiolinguistik . Terutama menberikan pemahaman dan pengetahuan tentang wujud
alih kode, campur kode, interferensi, dan pemakaian bahasa Jawa oleh santri PDS
dalam komunikasi lisan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi tentang
alih kode, campur kode, dan interferensi dalam pandangan sosiolinguistik.
Selain itu dapat dipakai sebagai model penelitian berikutnya.
2) Bagi masyarakat, penelitian ini dapat membantu memberi informasi
kebahasaan serta mengetahui penggunaan bahasa Jawa oleh santri dalam
berkomunikasi dengan masyarakat.
3) Bagi santri, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan contoh pemakaian
bahasa Jawa untuk melaksanakan ta’lim dengan baik dan benar.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan atau hasil penelitian ini terdiri dari lima bab
yaitu sebagai berikut.
Bab I

Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II

Kajian Pustaka dan kerangka pikir. Untuk kajian pustaka mencakup
pengertian sosiolinguistik, masyarakat bahasa, variasi bahasa, kontak
bahasa, bilingualisme, diglosia, tingkat tututr bahasa Jawa, komponen tutur,
serta informasi keadaan ponpes Darusy Syahadah. Sedangkan untuk kerang
kapikir merupakan tahapan- tahapan alur kerja penelitian.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian,
data penelitian, sumber data, populasi, sample, alat penelitian, metode dan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

teknik penyediaan data, metode dan teknik analisis data, dan metode
penyajian hasil analisis data.
Bab IV Hasil Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini merupakan hasil analisis dan
pembahasan dari keseluruhan data mengenai pemakaian bahasa Jawa oleh
Santri Ponpes DS Kabupaten Boyolali.
Bab V

Penutup. Bab ini adalah bagian akhir yang memuat tentang kesimpulan dan
saran yang didapat dari penelitian.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Sosiolinguistik
Pengertian sosiolinguistik dari berbagai pakar bahasa tidak jauh berbeda,
diantaranya adalah menurut Abdul Chaer, sosiolinguistik merupakan cabang ilmu
linguitik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian
hubungan antara bahasa dengan faktor sosial di dalam masyarakat tutur (Abdul
Chaer, 2004:4). Menurut Kridalaksana, sosiolingusistik merupakan ilmu yang
mempelajari ciri bahasa, beberapa variasi bahasa dan hubungan antara pengguna
bahasa dengan ciri fungsi variasi bahasa dalam suatu masyarakat tutur (Kridalaksana,
dalam Abdul Chaer 2004:3 197). Sosiolinguistik menurut pendapat lain merupakan
kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa
digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah
sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara
kelompok yang satu dengan yang lain.
Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan
kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat,
karena dalam kehidupan bermasyarakat tidak lagi sebagai individu, akan tetapi
sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan manusia
dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi disekitarnya.
Disimpulkan oleh I Dewa Putu Wijana dan Muhammmad Rohadi bahwa (2006:7),
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Sosiolinguistik sebagai ilmu interdisipliner yang menggarap masalah-masalah
kebahasaan dalam hubunganya dengan faktor-faktor sosial, situasional, dan kultural.

B. Masyarakat Bahasa
Dalam kamus linguistik masyarakat bahasa (speech community) adalah
kelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama atau yang merasa termasuk
dalam kelompok itu, atau yang berpegang pada bahasa standar yang sama (Harimurti
krida laksana, 2001:134). I Dewa Putu Wijana dan muhammad Rohadadi (2006:46)
menyebut masyarakat bahasa dengan istilah masyarakat tutur. Mereka berpendapat
bahwa masyarakat tutur adalah sekelompok orang dalam lingkup luas atau sempit
yang berinteraksi dengan bahasa tertentu yang dapat dibedakan dengan kelompok
masyarakat yang lain atas dasar perbedaan bahasa yang bersifat signifikan.
“Masyarakat Bahasa (Speech Community) menurut para pakar
antara lain, John Gumperz (1968) Masyarakat bahasa adalah sebuah
bangsa, masyarakat subwilayah, asosiasi sekelompok orang dalam
pekerjaan, atau geng suatu lokasi yang mencirikan keganjilan bahasa.
Dell Hymes (1972/1973) Masyarakat bahasa adalah semua anggota
masyarakat yang tidak hanya menggunakan satu aturan yang sama
secara bersama-sama dalam berbicara, tetapi juga menggunakan
setidak-tidaknya satu variasi bahasa. Glyn Williams (1992)
Masyarakat bahasa adalah sekumpulan individu dalam interaksi.
Bernard Spolski (2003) Masyarakat bahasa adalah semua orang yang
menggunakan satu bahasa dengan pengucapan dan gramatika yang
sama atau berbeda”. (http://www.sigodang.blogspot.com / 27 / 11 /
2008).
Dalam sosiolinguistik Dell Hymes tidak membedakan secara eksplisit antara
bahasa sebagai sistem dan tutur sebagai keterampilan. Keduanya disebut sebagai
kemampuan komunikatif (communicative competence). Kemampuan komunikatif
meliputi kemampuan bahasa yang dimiliki oleh penutur beserta keterampilan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

mengungkapkan bahasa tersebut sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma
pemakaian dalam konteks sosialnya.
Kemampuan komunikatif yang dimiliki individu maupun kelompok disebut
verbal repertoire. Verbal repertoire dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu verbal
repertoire yang dimiliki individu dan yang dimiliki masyarakat. Jika suatu
masyarakat memiliki verbal repertoire yang relatif sama dan memiliki penilaian yang
sama terhadap pemakaian bahasa yang digunakan dalam masyarakat disebut
masyarakat bahasa.
Menurut Ferdinan De jsarangih, Berdasarkan verbal repertoire yang dimiliki
oleh masyarakat pada umumnya, dibedakan menjadi tiga masyarakat bahasa, antara
lain (1) Masyarakat monolingual (masyarakat penguna satu bahasa), (2) Masyarakat
bilingual (masyarakat penguna dua bahasa), (3) Masyarakat multilingual atau
masyarakat penguna lebih dari 2 bahasa dalam berkomunikasi (di kutip dalam
http://www.sigodang.blogspot.com/27/11/ 2008).

C. Variasi Bahasa / Ragam Bahasa
Variasi bahasa atau ragam bahasa merupakan bahasa pokok dalam studi
sosiolinguistik (Abdul Chaer, 2004:5). Sebagai sebuah langue sebuah bahasa
mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa
itu. Namun karena penutur bahasa tersebut meski berada dalam masyarakat tutur
tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang
kongret disebut parole, menjadi tidak seragam. Sehingga bahasa menjadi bervariasi,
terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang
mereka lakukan sangat beragam. Dalam hal variasa atau ragam bahasa ini ada dua
pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi
atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Atau dengan kata lain, variasi
bahasa pertama-tama dibedakan berdasarkan penutur dan penggunanya.
Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:62) mengklasifikasikan variasivariasi bahasa sebagai berikut.
a) Variasi dari Segi Penutur
Pertama, variasi dari segi penutur adalah Idiolek, yaitu variasi bahasa yang
bersifat perseorangan. Hal ini berkenaan dengan suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan
susunan kalimat. Kedua, Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Ketiga, Kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial pada masa tertentu. Keempat, Sosiolek atau Dialek sosial yaitu
variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkatan,
golongan status, dan kelas sosial biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang
disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot dan ken. Adajuga yang
menyebut dengan bahasa prokem.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

b) Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaanya, pemakainya, atau fungsinya
disebut fungsiolek, ragam atau register (Nababan:1984, dalam Abdul Chaer:2004).
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat
keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi ini menyangkut bahasa itu digunakan
untuk apa. Misalnya dalam bidang agama, pendidikan, dan lain sejenisnya.
c) Variasi dari Segi Keformalan
Berdasarkan keformalan, (Martin Joos:1967, dalam Abdul Chaer:2004)
membagi bahasa menjadi lima macam gaya (selanjutnya disebut ragam), yaitu gaya
atau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha
(konsulatif). Gaya atau ragam Santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate).
1) Ragam beku
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam
situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi. Misalnya dalam khutbah di masjid,
upacara kenegaraan, dan lain sejenisnya.
2) Ragam resmi
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku
pelajaran dan lain sejenisnya.
3) Ragam usaha atau ragam konsulatif
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan
disekolah, dalam rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

produksi. Atau dengan kata lain ragam ini adalah ragam bahasa yang paling
oprasional. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan ragam informal.
4) Ragam santai atau ragam kasual
Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi
untuk berbincang-bincang. Bentuk santai ini banyak menggunakan bentuk alegro,
yaitu bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur
leksikal dialek dan unsur bahasa daerah, begitu juga dengan struktur morfologi dan
sintaksis yang normatif tidak digunakan.
5) Ragam akrab atau ragam intimate
Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur
yang hubunganya sudah akrab, seperti teman yang sudah akrab. Ragam ini ditandai
dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan
artikulasi yang tidak jelas. Hal ini terjadi karena diantara partisipan sudah ada saling
pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama.

d) Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan.
Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam
dalam bahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya bahasa dalam
telepon atau bahasa dalam SMS (short massage service) layanan pengiriman data via
Handphone. Adanya ragam bahasa ini memiliki wujud atau struktur yang tidak sama.
Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini karena dalam berbahasa lisan atau dalam
menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

atau unsur nonlinguistik yang berupa nada atau suara gerak-gerik tanggan dan
sejumlah gejala-gejala lainnya, tetapi dalam bahasa tulis hal tersebut tidak ada dan
diekspresikan secara verba.

D. Kontak Bahasa
Dalam masyarakat sosial, artinya masyarakat yang angotanya dapat menerima
kedatangan anggota

dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu

masyarakat akan terjadi kontak bahasa (Abdul Chaer, 1984:65). Kontak bahasa itu
merupakan bentuk-bentuk yang mungkin saja tidak sesuai dengan standar yang
berlaku pada masyarakat yang mengalami kontak bahasa.
Bahasa Indonesia tentu saja memiliki karakter khusus karena berakar dari
tradisi etnik lokal yang kemudian

dimodifikasi dan diadopsi menjadi bahasa

persatuan yang berfungsi sebagai perekat keberagaman etnik. Bahasa Indonesia
bersifat fleksibel dan ini tampak dalam berbagai dialek misalnya bahasa Indonesia
dialek Betawi, dialek Banyumas, dialek Surakarta, dialek Yogyakarta, dialek
Sulawesi Selatan, dialek Palembang, dialek Papua dan lain sebagainya, dan menurut
Saussure dalam Chaer (2004), hal ini adalah aspek parole dari bahasa. Dari kontak
bahasa

tersebut

akan

dengan

menggunakan

dwibahasa

tersebut

sehingga

menimbulkan alih kode, campur kode, dan interverensi.

1. Alih Kode
Menurut Appel dalam Abdul Chaer (2004:114) mendefinisikan alih kode
sebagai gejala peralihan bahasa karena perubahan situasi. Tetapi menurut Dell
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Hymes, dalam Kunjana Rahardi (2001:20) menyatakan bahwa alih kode bukan hanya
terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang
berbeda dalam suatu bahasa. Apabila seseorang berkomunikasi semula menggunakan
bahasa Jawa, kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia, atau berubah dari
ragam santai menjadi ragam resmi atau kebalikanya, maka peralihan pengunaan
bahasa seperti itu disebut alih kode (code switching) di dalam sosiolinguistik
peristiwa alih kode biasa berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih
register (Soewito, 1983:68).
Alih kode dapat berupa alih kode tetap dan alih kode sementara atau tidak
tetap. Alih kode tetap merupakan alih kode jika penutur semula menggunakan bahasa
X kemudian tidak lagi menggunakan bahasa X akan tetapi menggunakan bahasa Y.
Untuk alih kode sementara peralihan penggunaan bahasa X ke dalam bahasa Y yang
sifatnya hanya sementara dapat berubah lagi menggunakan bahasa sebelumnya
(bahasa X) hal tersebut karena dipengaruhi faktor-faktor tertentu.
Pendapat Soewito (1983: 69) alih kode terdiri dari dua, yaitu alih kode intern
dan alih kode ekstern. Yang dimaksud alih kode intern adalah alih kode yang
berlangsung antar bahasa sendiri, sedangkan alih kode ekstrn terjadi antara bahasa
sendiri dengan bahasa asing.
Alih kode interen nampak misalnya ketika orang semula menggunakan bahasa
Jawa kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia, bisa juga orang semula
menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko kemudian mengunakan bahasa Jawa ragam
krama, disebabkan sesuatu hal. Sedangkan alih kode ekstern nampak jika seorang
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

penutur semula menggunakan bahasa Jawa tetapi atas suatu hal penutur tersebut
beralih menggunakan bahasa Arab.
Menurut Suwito (1983: 72), wujud alih kode intern maupun ekstern
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1) Penutur atau orang pertama, dilakukan
dengan maksud mengubah situasi dari situasi resmi ke situasi tak resmi. 2) Mitra tutur
atau orang kedua, pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang digunakan oleh
lawan tutur. 3) Hadirnya orang ketiga, hal tersebut karena ingin berinteraksi dengan
bahasa kelompok etniknya. 4) Pokok pembicaraan atau topik, biasanya berupa pokok
pembicaran formal informal. 5) Untuk membangkitkan rasa humor, agar tidak merasa
bosan atau tegang. 6) Untuk sekedar gengsi, bahwa penutur mampu mengunakan
bahasa lain.

2. Campur Kode
Hampir rancu pengertian alih kode dan campur kode, kesamaan yang ada
antara alih kode dan campur kode adalah orang yang mengunakan dua bahasa atau
lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Banyak ragam
pendapat mengenai nilai keduanya namun, yang jelas kalau dalam alih kode setiap
bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masi

Dokumen yang terkait

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

1 8 76

PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BERBASIS MULTIKULTURAL Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Berbasis Potensi Diri Tahun

0 6 19

PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BERBASIS MULTIKULTURAL Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Berbasis Potensi Diri Tahun

0 3 18

MODEL PENDIDIKAN JIHAD PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA Model Pendidikan Jihad Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta dan Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali 2015-2016.

0 5 20

PENDAHULUAN Model Pendidikan Jihad Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta dan Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali 2015-2016.

0 3 34

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 7 14

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 4 17

PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KMI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KMI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 14

PEMAKAIAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA OLEH AKTIFIS MASJID AL MUJAHIDIN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA (SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK).

0 4 152

Penggunaan Bahasa Jawa Oleh Penyetor Susu Sapi Segar Di KUD Mojosongo Boyolali (Suatu Kajian Sosiolinguistik)

0 0 20