PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE ) DAN STAD DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG KUBU TAHUN AJARAN 2012/2013.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR-SHARE DENGAN TIPE STAD PADA MATERI
ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS
TELADAN UJUNG KUBU
T.A 2012/2013
Oleh :
Laila Sitta
NIM 409411024
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar
Matematika Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
(Think-Pair-Share ) dan STAD di Kelas VII MTs Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran
2012/2013” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. WL, Sihombing M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini sejak
rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan pada Bapak. Drs KMS, Amin Fauzi M.Pd., Bapak Drs. Yasifati Hia
M..Si dan ibu Dra.Katrina Samosir M.Pd, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof.
Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
sebagai Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Ketua
Prodi Pendidikan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan
ilmunya kepada penulis. Ucapan terimah kasih juga buat Bapak Amrin S.Pd dan Ibu
Suhaiba, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika MTs Teladan Ujung
Kubu yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian juga buat Bapak
Ismail S.Pd selaku guru olahraga di MTs Teladan Ujung Kubu yang banyak
membantu dalam penelitian ini
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada
Ayahanda Muhammad Nuh dan Ibunda Sulha yang terus memberikan motivasi, doa
dan material demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada keluarga saya Aimanun S.Pdi, Zainap Masni S.Pd, Hasbi Fahul Arif Lc
Ikhwani Hafiza S.Pd, Qurrota A’yunin yang juga selalu memberikan dukungan dan
motivasi.Terimah kasih juga buat Azwar S.Pd yang selalu mambantu dalam
menyelesaikan skripsi ini
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik
penulis (Nafitri, Neni faknowi, Inur sapiongot, Khadijah Humairah, Vira, Suri dan
Oki cabi) serta teman-teman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2009. Penulis
juga tidak lupa berterima kasih kepada adik-adik kos (Rama, Yana, Pitri, dan
Mariatun )yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan
bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan,
Penulis,
Laila Sitta
Juni 2013
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TPS (Think-Pair-Share ) DAN STAD PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL
DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG KUBU
TAHUN AJARAN
2012/2013
Laila Sitta (NIM. 409411024)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD pada materi
aritmatika sosial di kelas VII MTs Teladan Ujung kubu Tahun Ajaran 2012/2013
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Teladan Ujung
kubu Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua
kelas, yaitu kelas VIIA sebanyak 35 orang dan kelas VII C sebanyak 35 orang. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test pilihan berganda yaitu
untuk melihat hasil belajar siswa. Sebelum tes ini ditetapkan sebagai alat pengumpul data,
terlebih dahulu diujicobakan yakni dikelas V11 B MTs Teladan Ujung Kubu untuk melihat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.
Dari analisa data postest dengan menggunakan uji-t pada taraf = 0,05 diperoleh
thitung > ttabel yaitu 1,91 > 1,6687 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share ) dan STAD di kelas VII MTs
Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Daftar Isi
ii
Daftar Tabel
v
Daftar Bagan
vi
Daftar Gambar
vii
Daftar Diagram
viii
Daftar Lampiran
ix
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Defenisi Operasional
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
11
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1
Pengertian Belajar
11
2.1.2
Pembelajaran Matematika
12
2.1.3
Hasil Belajar
15
2.1.4
Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.4.2.Tujuan Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.4.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
17
2.1.5
Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
18
2.1.6
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
21
2.1.6.1. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
21
2.1.7
Materi Pembelajaran Aritmatika Sosial
26
2.2
Kerangka Konseptual
31
2.3
Hipotesis
33
BAB III METODE PENELITIAN
34
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
34
3.2
Populasi dan Sampel
34
3.2.1
Populasi
34
3.2.2
Sampel
34
3.3
Variabel Penelitian
34
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
35
3.5
Prosedur Penelitian
36
3.6
Instrumen Pengumpul Data
39
3.6.1
Tes
39
3.6.1.1 Validitas Tes
39
3.6.1.2 Reliabilitas Tes
40
3.6.1.3 Indeks (Tingkat) Kesukaran
41
3.6.1.4 Daya Beda Soal (Indeks Diskriminan)
41
3.6.2
Tabulasi Data Nilai
43
3.7
Tekhnik Analisis Data
45
3.7.1
Hasil Belajar
46
3.7.1.1 Menghitung Rata-Rata Skor
46
3.7.1.2 Menghitung Standar Deviasi
46
3.7.1.3 Uji Normalitas
46
3.7.1.4 Uji Homogenitas
47
3.7.1.5 Pengujian Hipotesis
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Data Penelitian
54
4.1.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
54
4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
55
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
57
4.2.1 Uji Normalitas Data
57
4.2.2 Uji Homogenitas
59
4.2.3 Pengujian Hipotesis
60
4.2.3.1 Hasil Belajar
60
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
60
4.4 Temuan Penelitian
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
64
5.1 Kesimpulan
64
5.2 Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
18
Tabel 2.2 Prosedur Penentuan Nilai Perkembangan Siswa
22
Tabel 2.3 Penghargaan Kelompok
23
Tabel 2.4 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
24
Tabel 2.5 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan STAD
26
Tabel 3.1 Randomized Pretest-Postest Control Design
35
Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Soal Tes
41
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa
44
Tabel 3.4 Tingkat Reliabilitas Soal Observasi
45
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
54
Tabel 4.2 Data postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
55
Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postes Kedua Kelas
56
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
58
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas
59
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian
38
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
RPP TPS (Think-Pair-Share)
68
Lampiran 2.
RPP STAD
87
Lampiran 3.
Lembar Aktivitas Siswa (TPS)
106
Lampiran 4.
Alternatif Jawaban LAS (TPS)
110
Lampiran 5.
Lembar Aktivitas Siswa (STAD)
115
Lampiran 6.
Alternatif Jawaban LAS (STAD)
123
Lampiran 7.
Tabulasi Validasi Pre-Test
131
Lampiran 8.
Tabulasi Realibilitas Pre-Test
133
Lampiran 9.
Tabulasi Menghitung Tingkat Kesukaran Pretest
134
Lampiran 10. Tabulasi Uji Daya Beda Pretest
135
Lampiran 11. Perhitungan Validitas Pretest
137
Lampiran 12. Perhitungan Reabilitas Pretest
139
Lampiran 13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Pretest
141.
Lampiran 14. Perhitungan Daya Beda Pretest
142
Lampiran 15. Tabulasi Validitas Postest
143
Lampiran 16. Tabulasi Reabilitas Postest
145
Lampiran 17. Tabulasi Tingkat Kesukaran Postes
146
Lampiran 18. Tabulasi Daya Beda Postest
147
Lampiran 19. Perhitungan Validitas Postest
149
Lampiran 20. Perhitungan Reabilitas Postest
151
Lampiran 21. Perhitungan Tingkat Kesukaran Postest
153
Lampiran 22. Perhitungan Tingka Daya Beda Postest
154
Lampiran 23. Analisis Kisi Pretest
155
Lampiran 24. Soal-Soal Pretest
156
Lampiran 25. Kunci Jawaban Pretest
158
Lampiran 26 . Analisis Kisi-Kisi Postest
159
Lampiran 27. Soal-Soal Postest
160
iii
Lampiran 28 . Kunci Jawaban Postest
160
Lampiran 29. Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
202
Lampiran 30
205
Tabulasi Data postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 31 . Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
207
Lampiran 32. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi
Kelas Eksperimen dan Kontrol
210
Lampiran 33. Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar
214
Lampiran 34. Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Belajar
217
Lampiran 35. Pengujian Hipotesis
218
Lampiran 36. Lembar Validasi Tes Diagnostik
219
Lampiran 37. Tabel Nilai r Product Momen
250
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika
adalah
mata
pelajaran
yang
sangat
mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang.
Matematika tidak hanya mampu melatih kemampuan berhitung, tetapi juga
mampu melatih cara berpikir kritis, menganalisa masalah, mengevaluasi hingga
akhirnya mampu memecahkan suatu permasalahan. Menurut Johnson dan
Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003:252) menyatakan bahwa Matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berfikir.
Sejalan dengan hal tersebut di atas Cornelius (dalam Abdurrahman,
2003:253) mengemukakan bahwa :
”Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan
(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya.”
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan
untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Kenyataannya yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada
bidang studi matematika tersebut dikemukakan oleh Suharyanto (http://www.smunet.com) yang mengatakan :
”Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa
tidak lulus UAN. Di semua peserta yang tidak lulus, sebanyak 24,44
persen akibat jatuh dalam pelajaran matematika, sebanyak 7,9 persen
akibat mata pelajaran bahasa inggris dan 0,46 persen akibat mata pelajaran
bahasa indonesia”
Sama halnya seperti yang diungkapkan Sriyanto (2007:17)
”Depdiknas merilis bahwa pada tahun 2005 sekitar 815.527 siswa tingkat
SLTP/SLTA dinyatakan tidak lulus, Angka ini meningkat 8,25% dari
tahun 2004 yang hanya 403.872 siswa. Lebih lanjut di uraikan bahwa dari
jumlah tersebut siswa yang tidak lulus untuk jenjang SMP/MTS adalah
407.065 siswa, SMA/MA 261.750 siswa dan SMK 146.712 siswa.
Sementara menurut data yang di rilis Depdiknas pada tahun 2006 sekitar
9% siswa SMA gagal dalam ujian nasional ”
Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat disebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematika yang
dipandang merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal, oleh karena itu guru
harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari
matematika sedangkan faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model
pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi
kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika seperti dikatakan oleh
Nurhayati (http//www depdiknas go.id)
”Banyak faktor yang menentukan rendahnya hasil belajar matematika
siswa salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model
pembelajaran yang digunakan guru dikelas kenyataannya menunjukkkan
selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi guru ”
Senada dengan hal tersebut, kondisi pembelajaran matematika yang
dilaksanakan oleh guru, Soedjadi menyatakan bahwa (1) Pembelajaran
matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan
konvensional, yakni, ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas (2) Strategi
pembelajaran lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi
pembelajaran dan kurang adanya upaya guru terjadi proses dalam diri siswa untuk
mencerna materi secara aktif dan kontruktif. Hal ini juga seperti dikatakan oleh
Lie (2008:3)
”Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa
yang pasif. Banyak guru menganggap paradigma lama ini sebagai satusatunya
alternatif. Mereka mengajari dengan metode ceramah, dan mengharapkan
siswa duduk, diam, dengar atau hafal”
Kutipan-kutipan diatas juga hampir sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan guru matematika MTs Teladan Ujung Kubu, ketika ditanya
bagaimana ibu mengajar, ibu itu menjawab saya suruh siswa menulis hal-hal yang
penting dari buku paket matematika, saya jelaskan, kasih contoh dan saya beri
soal. Terus bagaimana dengan materi aritmatika sosial ini apakah mudah dipahami
siswa, ibu itu juga mengatakan berdasarkan kelas sesudahnya materi aritmatika
sosial ini mudah dipahami, tetapi hanya dasar-dasarnya saja yang dapat dipahami
siswa itupun kalau dikasi rumus, tetapi mengenai bunga tabungan, persen, diskon
dan memberi pengertian tentang istilah-istilah aritmatika sosial sangat sulit sekali
Hal ini terbukti dari hasil tes diagnostik yang diberikan peneliti kepada
siswa pada materi aritmatika sosial sebanyak 4 soal hasilnya sangatlah tidak
memuaskan walaupun materi aritmatika sosial itu materi yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari tetapi dari 25 orang siswa yang diberikan tes hanya
5 orang siswa yang dapat mendefenisikan harga jual, harga beli dengan baik dan
hanya 2 orang siswa yang dapat mendefenisikan pada saat kapan pedagang itu
dikatakan untung, pada saat kapan pedagang itu dikatakan rugi, mengenai
pengertian bruto, neto
dari 25 siswa tidak satu pun yang menjawab benar
pengertian bruto mereka buat pengertian neto dan pengertian neto mereka buat
pengertian bruto, mengenai rabat dari 25 siswa hanya 2 orang siswa yang
menjawab benar , mengenai besar bunga tabungan tidak satu pun yang dapat
menjawab benar, sehingga dari 4 soal yang diberikan hanya 50 persen yang bisa
terjawab itupun untuk 10 orang siswa selebihnya dibawah 50% dan ada yang tidak
menjawab sama sekali padahal materi ini telah dipelajari pada waktu dikelas VII
dan materi ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar matematika siswa
Selain hasil belajarnya yang masih rendah, keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung juga masih rendah. Berdasarkan hasil observasi awal,
aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran seperti bertanya, mengeluarkan
pendapat, menjawab pertanyaan guru, beradu argumen sangat jarang sekali
terjadi. Bahkan untuk memperhatikan penjelasan dari guru di depan kelas saja
sangat sulit. Mereka kurang bisa mengoptimalkan kemampuan yang ada pada diri
mereka. Mereka kurang berani untuk mengeluarkan pendapat, tidak mau
menjawab pertanyaan guru sebelum di hukum terlebih dahulu, bahkan mereka
malu untuk bertanya sehingga mereka tidak akan pernah mengerti dengan materi
yang tidak pernah mereka ketahui akibat malu untuk bertanya.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Sumiati (2007:25-26) :
”Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri sendiri meliputi
kemampuan dasar, baik kemampuan dasar umum (kecerdasan), maupun
kemampuan dasar khusus (bakat), kesiapan untuk melakukan kegiatan
dalam proses pembelajaran, minat untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu, pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya, dan
kemampuan atau motivasi untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar diri meliputi semua upaya yang
dilakukan oleh guru, baik dalam memberikan rangsangan, bimbingan,
pengarahan dan dorongan untuk terjadinya proses belajar.”
Secara umum, faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa adalah kurang kreatifnya guru
sebagai pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran, seperti penggunaan
model pembelajaran ataupun metode pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa
merasa bosan dan kurang menarik sehingga merasa malas untuk mengikuti
pembelajaran. Proses pembelajaran juga dilakukan secara monoton, sehingga
yang terjadi hanyalah penyampaian materi secara satu arah (guru kepada siswa).
Hal tersebut juga menjadikan suasana belajar vakum (pasif) dan tidak adanya
interaksi sesama siswa, bahkan siswa kepada guru. Sejalan dengan Sumiati
(2007:31) yang menyatakan bahwa siswa melakukan proses belajar secara aktif,
berarti melakukan upaya sendiri dalam memperoleh pengalaman belajar.
Kenyataan yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran, siswa hanya
menerima apa yang diberikan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dipengaruhi oleh model dan
metode pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model dan metode
pembelajaran yang kurang tepat dan bervariasi
sehingga menyajikan aturan-
aturan yang kurang jelas, atau cara guru saat mengajar kurang melibatkan siswa
dapat menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas
karena pembelajaran hanya didominasi oleh guru saja. Hal tersebut juga dapat
membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat siswa merasa bosan
dalam
proses
pembelajaran
sehingga
berpengaruh
kemampuan dan hasil belajar yang tidak optimal.
terhadap
pencapaian
Model pembelajaran yang tepat digunakan agar siswa lebih aktif dalam
belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Zulhaini dkk (2012:72) :
“Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan
keaktifan belajar siswa lewat proses diskusi. Sehingga pembelajaran
kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar siswa.”
Sejalan dengan apa yang dikatakan Trianto (2011:59) yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit
dan
membantu
siswa
menumbuhkan
kemampuan
berfikir
kritis.
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang saling bekerja sama
Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif , dalam hal ini peneliti
membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan
tipe STAD (Student Team Achievement Division)
dalam menyampaikan
pembelajaran karena kedua model ini sama-sama dapat membuat siswa aktif
dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2009:81) menyatakan
bahwa :
“TPS
(Think-Pair-Share)
atau
(Berfikir-Berpasangan-Berbagi)
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS juga merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui
diskusi kelompok dan presentasi. Model ini mempunyai keistimewaan yaitu
peserta didik selain bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri juga bisa
mengembangkan kemampuan berkelompoknya. Karena dalam pembelajaran
Think Pair Share (TPS) ini siswa tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya
sendiri tetapi juga terhadap kelompoknya. Sehingga siswa aktif membantu dan
mendorong semangat belajar untuk sama-sama berhasil, dan juga aktif berperan
sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
Sedangkan
model
Achievement Division
pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Teams
(STAD) merupakan merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang sangat sederhana sehingga sangat mudah untuk diterapkan.
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:213) bahwa: “Dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat
orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan
suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua
anggota kelompok bisa menguasai pelajaran tersebut”.
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa
dengan guru sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa
tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD menuntut keikutsertaan siswa secara aktif dalam diskusi
kelompok yang memungkinkan siswa lebih memahami konsep matematika yang
abstrak.
Alasan lain
yang mendasari peneliti membandingkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD adalah karena kedua model tersebut
memiliki perbedaan jumlah
anggota dalam satu kelompok
dan karena
ditemukannya beberapa penelitian yang relevan mengenai peningkatan
hasil
belajar dari model pembelajaran tersebut.
Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Zaka Syahrial Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat “ Pada
siklus 1 diperoleh 52% (13 siswa) yang mencapai daya serap 65%. Hal ini berarti
ketuntasan secara klasikal belum terpenuhi. Pada siklus II untuk hasil belajar
diperoleh 92% (23 siswa) yang telah mencapai 65%. Dan uji signifikan tes hasil
belajar I dengan tes hasil belajar II diperoleh thitung>ttabel (thitung=7,75 >
t0,95(24)=4,28),maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
subpokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat dikelas 1X SMP
Swasta Ar-rahman Medan T.A.2010/2011
Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Herfina
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa pada pokok bahasan bangun datar dikelas VII SMP Negeri 10 Medan T.A
2009/2010 diperoleh “ Pada siklus 1 yaitu pengajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, terdapat 20 orang siswa atau 50% telah mencapai
ketuntasan belajar dan 20 orang siswa atau 50% yang belum mencapai ketuntasan.
Hasil analisis setelah diberi tindakan pada siklus II, yaitu pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 87,5% telah
mencapai ketuntasan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Karena keduanya mampu meningkatkan hasil belajar
siswa, maka penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan nilai hasil belajar
matematika siswa jika model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-PairShare) dan STAD (Student Team Achievement Division) dibandingkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan
hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD sehingga peneliti mengambil
judul “PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG
DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(Think-Pair-Share) DAN STAD (Student Teams Achievement Division) PADA
MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG
KUBU TAHUN AJARAN 2012/2013.”
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi
aritmatika social di MTS Teladan Ujung Kubu .
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih kurang aktif, sehingga
situasi kelas terlihat vakum.
3. Siswa kurang tertarik belajar matematika karena mereka menganggap
pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan.
4. Model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih bersifat
teacher centered.
1.3 Batasan masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan
waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat
dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah Hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD
(Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di kelas VII
MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas maka, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan
model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams
Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan
Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model kooperatif
tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievement Division)
pada materi arimatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun
Ajaran 2012/2013
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, terutama:
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada
pokok bahasan aritmatika social
2. Bagi
guru
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
memilih
model
pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa
didalamnya sehingga nantinya dapat
meningkatkan hasil
belajar
matematika siswa.
3. Bagi
sekolah,
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
mengambil
kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dimasa yang akan datang.
5. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti lain yang berminat meneliti hal
yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan yang lebih
luas, baik tentang masalah yang diteliti maupun tentang subjek penelitian.
6. Sumbangan
pemikiran
dalam
dunia
pendidikan
guna
kemajuan
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada
khususnya.
1.7 Defenisi Operasional
Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa adalah nilai matematika yang diperoleh
siswa melalui tes evaluasi setelah proses belajar mengajar selesai
dilaksanakan.
2. Pembelajaran
tipe
TPS
(Think-Pair-Share)
adalah
adalah
suatu
pembelajaran saling bertukar pikiran secara berpasangan atau diskusi
secara berpasangan sehingga memberikan siswa waktu lebih banyak
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain..
3. Pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah
model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyempaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu:
1.
Pada saat peneliti memberikan pretes kepada kedua kelas nilai pretes kelas
VII A adalah 3,629 dan nilai pretes kelas VII C adalah 3,1714 setelah diberi
perlakuan pada kedua kelas, kelas VII A diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan kelas VII C diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada saat
proses pembelajaran berlangsung pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi aritmatika sosial keadaan
siswanya sangat serius dalam melakukan diskusi untuk membahas masalah
yang diberikan
tidak satupun masing-masing anggota kelompok
yang
berbicara sedangkan pada proses pembelajaran yang diberi perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD keadaan siswanya pada saat proses
diskusi nampak agak kurang aktif karena hanya sebagian masing-masing
anggota kelompok yang bekerja. Setelah diberi perlakuan pada kedua kelas
tersebut maka diperoleh hasil belajar siswa untuk kelas VII A dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share)
memiliki nilai rata-rata 8,286, sedangkan kelas VII C yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD nilai rata-rata siswa 7,7428.
Kemudian hasil belajar tersebut diuji
peneliti secara statistik dengan
menggunakan uji-t disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial dikelas
VII MTs Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013 , hal ini dibuktikan
dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung> ttabel yaitu 1,91> 1,6687.
55
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1.
Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS (Think-Pair-Share ) ataupun STAD sebagai salah satu alternatif
dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2.
Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe (Think-Pair-Share ) ataupun kooperatif tipe STAD sebagai model
pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
dalam mengikuti pelajaran.
3.
Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
4.
Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil
penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan
matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Arikunto, S., (2005), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Arul, La., (2009), Matematika dan Peradaban Dunia, http://laarul.blogspot.com. Diakses
tanggal 20 Januari 2013.
Dimyati dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku
Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan,
FMIPA UNIMED.
Ganis, (2010), Masalah Pendidikan di Indonesia, http://ganis.student.umm.ac.id/.
Diakses
tanggal 20 Januari 2013.
Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung..
Ibrahim, (2000), Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1
Batuatas pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/modelpembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses tanggal 20 Januari 2013
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Jakarta.
Nurhadi, dkk., (2003), Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban , UM Press, Malang..
Nurharani, Dewi (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya, Pusat Perbukuan. Jakarta.
Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Rajawali Pers, Jakarta
Sriyanto, (2007), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Sardiman, A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar,
Rajawali
Pers, Jakarta
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung..
Sumiati, A., (2007), Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Susan, H., (2012), Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Standar Kompetensi
Sistem Rem Dengan Menggunakan Media Animasi Macromedia Flash Pada Siswa
Kelas XI TSM Di SMK Taman Siswa Tebing Tinggi T.A 2011/2012, FT UNIMED,
Medan.
Tampomas, H. (2010), Matematika Plus SMP Kelas VII Semester Pertama, Yudistira,
Jakarta.
Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi
Pustaka, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Wikipedia,
(http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar), Diakses 20 Januari 2013.
Zulhaini dkk, (2012), Psikologi Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR-SHARE DENGAN TIPE STAD PADA MATERI
ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS
TELADAN UJUNG KUBU
T.A 2012/2013
Oleh :
Laila Sitta
NIM 409411024
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar
Matematika Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
(Think-Pair-Share ) dan STAD di Kelas VII MTs Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran
2012/2013” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. WL, Sihombing M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini sejak
rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan pada Bapak. Drs KMS, Amin Fauzi M.Pd., Bapak Drs. Yasifati Hia
M..Si dan ibu Dra.Katrina Samosir M.Pd, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof.
Dr. Mukhtar, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
sebagai Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Ketua
Prodi Pendidikan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan
ilmunya kepada penulis. Ucapan terimah kasih juga buat Bapak Amrin S.Pd dan Ibu
Suhaiba, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika MTs Teladan Ujung
Kubu yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian juga buat Bapak
Ismail S.Pd selaku guru olahraga di MTs Teladan Ujung Kubu yang banyak
membantu dalam penelitian ini
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada
Ayahanda Muhammad Nuh dan Ibunda Sulha yang terus memberikan motivasi, doa
dan material demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada keluarga saya Aimanun S.Pdi, Zainap Masni S.Pd, Hasbi Fahul Arif Lc
Ikhwani Hafiza S.Pd, Qurrota A’yunin yang juga selalu memberikan dukungan dan
motivasi.Terimah kasih juga buat Azwar S.Pd yang selalu mambantu dalam
menyelesaikan skripsi ini
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik
penulis (Nafitri, Neni faknowi, Inur sapiongot, Khadijah Humairah, Vira, Suri dan
Oki cabi) serta teman-teman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2009. Penulis
juga tidak lupa berterima kasih kepada adik-adik kos (Rama, Yana, Pitri, dan
Mariatun )yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan
bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan,
Penulis,
Laila Sitta
Juni 2013
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TPS (Think-Pair-Share ) DAN STAD PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL
DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG KUBU
TAHUN AJARAN
2012/2013
Laila Sitta (NIM. 409411024)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD pada materi
aritmatika sosial di kelas VII MTs Teladan Ujung kubu Tahun Ajaran 2012/2013
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Teladan Ujung
kubu Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua
kelas, yaitu kelas VIIA sebanyak 35 orang dan kelas VII C sebanyak 35 orang. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test pilihan berganda yaitu
untuk melihat hasil belajar siswa. Sebelum tes ini ditetapkan sebagai alat pengumpul data,
terlebih dahulu diujicobakan yakni dikelas V11 B MTs Teladan Ujung Kubu untuk melihat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.
Dari analisa data postest dengan menggunakan uji-t pada taraf = 0,05 diperoleh
thitung > ttabel yaitu 1,91 > 1,6687 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share ) dan STAD di kelas VII MTs
Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Daftar Isi
ii
Daftar Tabel
v
Daftar Bagan
vi
Daftar Gambar
vii
Daftar Diagram
viii
Daftar Lampiran
ix
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Defenisi Operasional
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
11
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1
Pengertian Belajar
11
2.1.2
Pembelajaran Matematika
12
2.1.3
Hasil Belajar
15
2.1.4
Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.4.2.Tujuan Pembelajaran Kooperatif
16
2.1.4.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
17
2.1.5
Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
18
2.1.6
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
21
2.1.6.1. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
21
2.1.7
Materi Pembelajaran Aritmatika Sosial
26
2.2
Kerangka Konseptual
31
2.3
Hipotesis
33
BAB III METODE PENELITIAN
34
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
34
3.2
Populasi dan Sampel
34
3.2.1
Populasi
34
3.2.2
Sampel
34
3.3
Variabel Penelitian
34
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
35
3.5
Prosedur Penelitian
36
3.6
Instrumen Pengumpul Data
39
3.6.1
Tes
39
3.6.1.1 Validitas Tes
39
3.6.1.2 Reliabilitas Tes
40
3.6.1.3 Indeks (Tingkat) Kesukaran
41
3.6.1.4 Daya Beda Soal (Indeks Diskriminan)
41
3.6.2
Tabulasi Data Nilai
43
3.7
Tekhnik Analisis Data
45
3.7.1
Hasil Belajar
46
3.7.1.1 Menghitung Rata-Rata Skor
46
3.7.1.2 Menghitung Standar Deviasi
46
3.7.1.3 Uji Normalitas
46
3.7.1.4 Uji Homogenitas
47
3.7.1.5 Pengujian Hipotesis
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Data Penelitian
54
4.1.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
54
4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
55
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
57
4.2.1 Uji Normalitas Data
57
4.2.2 Uji Homogenitas
59
4.2.3 Pengujian Hipotesis
60
4.2.3.1 Hasil Belajar
60
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
60
4.4 Temuan Penelitian
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
64
5.1 Kesimpulan
64
5.2 Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
18
Tabel 2.2 Prosedur Penentuan Nilai Perkembangan Siswa
22
Tabel 2.3 Penghargaan Kelompok
23
Tabel 2.4 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
24
Tabel 2.5 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan STAD
26
Tabel 3.1 Randomized Pretest-Postest Control Design
35
Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Soal Tes
41
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa
44
Tabel 3.4 Tingkat Reliabilitas Soal Observasi
45
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
54
Tabel 4.2 Data postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
55
Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postes Kedua Kelas
56
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
58
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas
59
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian
38
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
RPP TPS (Think-Pair-Share)
68
Lampiran 2.
RPP STAD
87
Lampiran 3.
Lembar Aktivitas Siswa (TPS)
106
Lampiran 4.
Alternatif Jawaban LAS (TPS)
110
Lampiran 5.
Lembar Aktivitas Siswa (STAD)
115
Lampiran 6.
Alternatif Jawaban LAS (STAD)
123
Lampiran 7.
Tabulasi Validasi Pre-Test
131
Lampiran 8.
Tabulasi Realibilitas Pre-Test
133
Lampiran 9.
Tabulasi Menghitung Tingkat Kesukaran Pretest
134
Lampiran 10. Tabulasi Uji Daya Beda Pretest
135
Lampiran 11. Perhitungan Validitas Pretest
137
Lampiran 12. Perhitungan Reabilitas Pretest
139
Lampiran 13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Pretest
141.
Lampiran 14. Perhitungan Daya Beda Pretest
142
Lampiran 15. Tabulasi Validitas Postest
143
Lampiran 16. Tabulasi Reabilitas Postest
145
Lampiran 17. Tabulasi Tingkat Kesukaran Postes
146
Lampiran 18. Tabulasi Daya Beda Postest
147
Lampiran 19. Perhitungan Validitas Postest
149
Lampiran 20. Perhitungan Reabilitas Postest
151
Lampiran 21. Perhitungan Tingkat Kesukaran Postest
153
Lampiran 22. Perhitungan Tingka Daya Beda Postest
154
Lampiran 23. Analisis Kisi Pretest
155
Lampiran 24. Soal-Soal Pretest
156
Lampiran 25. Kunci Jawaban Pretest
158
Lampiran 26 . Analisis Kisi-Kisi Postest
159
Lampiran 27. Soal-Soal Postest
160
iii
Lampiran 28 . Kunci Jawaban Postest
160
Lampiran 29. Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
202
Lampiran 30
205
Tabulasi Data postest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 31 . Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
207
Lampiran 32. Perhitungan Mencari Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi
Kelas Eksperimen dan Kontrol
210
Lampiran 33. Perhitungan Uji Normalitas Hasil Belajar
214
Lampiran 34. Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Belajar
217
Lampiran 35. Pengujian Hipotesis
218
Lampiran 36. Lembar Validasi Tes Diagnostik
219
Lampiran 37. Tabel Nilai r Product Momen
250
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika
adalah
mata
pelajaran
yang
sangat
mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang.
Matematika tidak hanya mampu melatih kemampuan berhitung, tetapi juga
mampu melatih cara berpikir kritis, menganalisa masalah, mengevaluasi hingga
akhirnya mampu memecahkan suatu permasalahan. Menurut Johnson dan
Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003:252) menyatakan bahwa Matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berfikir.
Sejalan dengan hal tersebut di atas Cornelius (dalam Abdurrahman,
2003:253) mengemukakan bahwa :
”Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan
(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya.”
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan
untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Kenyataannya yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada
bidang studi matematika tersebut dikemukakan oleh Suharyanto (http://www.smunet.com) yang mengatakan :
”Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa
tidak lulus UAN. Di semua peserta yang tidak lulus, sebanyak 24,44
persen akibat jatuh dalam pelajaran matematika, sebanyak 7,9 persen
akibat mata pelajaran bahasa inggris dan 0,46 persen akibat mata pelajaran
bahasa indonesia”
Sama halnya seperti yang diungkapkan Sriyanto (2007:17)
”Depdiknas merilis bahwa pada tahun 2005 sekitar 815.527 siswa tingkat
SLTP/SLTA dinyatakan tidak lulus, Angka ini meningkat 8,25% dari
tahun 2004 yang hanya 403.872 siswa. Lebih lanjut di uraikan bahwa dari
jumlah tersebut siswa yang tidak lulus untuk jenjang SMP/MTS adalah
407.065 siswa, SMA/MA 261.750 siswa dan SMK 146.712 siswa.
Sementara menurut data yang di rilis Depdiknas pada tahun 2006 sekitar
9% siswa SMA gagal dalam ujian nasional ”
Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat disebabkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematika yang
dipandang merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal, oleh karena itu guru
harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari
matematika sedangkan faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model
pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi
kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika seperti dikatakan oleh
Nurhayati (http//www depdiknas go.id)
”Banyak faktor yang menentukan rendahnya hasil belajar matematika
siswa salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model
pembelajaran yang digunakan guru dikelas kenyataannya menunjukkkan
selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi guru ”
Senada dengan hal tersebut, kondisi pembelajaran matematika yang
dilaksanakan oleh guru, Soedjadi menyatakan bahwa (1) Pembelajaran
matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pendekatan
konvensional, yakni, ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas (2) Strategi
pembelajaran lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi
pembelajaran dan kurang adanya upaya guru terjadi proses dalam diri siswa untuk
mencerna materi secara aktif dan kontruktif. Hal ini juga seperti dikatakan oleh
Lie (2008:3)
”Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa
yang pasif. Banyak guru menganggap paradigma lama ini sebagai satusatunya
alternatif. Mereka mengajari dengan metode ceramah, dan mengharapkan
siswa duduk, diam, dengar atau hafal”
Kutipan-kutipan diatas juga hampir sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan guru matematika MTs Teladan Ujung Kubu, ketika ditanya
bagaimana ibu mengajar, ibu itu menjawab saya suruh siswa menulis hal-hal yang
penting dari buku paket matematika, saya jelaskan, kasih contoh dan saya beri
soal. Terus bagaimana dengan materi aritmatika sosial ini apakah mudah dipahami
siswa, ibu itu juga mengatakan berdasarkan kelas sesudahnya materi aritmatika
sosial ini mudah dipahami, tetapi hanya dasar-dasarnya saja yang dapat dipahami
siswa itupun kalau dikasi rumus, tetapi mengenai bunga tabungan, persen, diskon
dan memberi pengertian tentang istilah-istilah aritmatika sosial sangat sulit sekali
Hal ini terbukti dari hasil tes diagnostik yang diberikan peneliti kepada
siswa pada materi aritmatika sosial sebanyak 4 soal hasilnya sangatlah tidak
memuaskan walaupun materi aritmatika sosial itu materi yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari tetapi dari 25 orang siswa yang diberikan tes hanya
5 orang siswa yang dapat mendefenisikan harga jual, harga beli dengan baik dan
hanya 2 orang siswa yang dapat mendefenisikan pada saat kapan pedagang itu
dikatakan untung, pada saat kapan pedagang itu dikatakan rugi, mengenai
pengertian bruto, neto
dari 25 siswa tidak satu pun yang menjawab benar
pengertian bruto mereka buat pengertian neto dan pengertian neto mereka buat
pengertian bruto, mengenai rabat dari 25 siswa hanya 2 orang siswa yang
menjawab benar , mengenai besar bunga tabungan tidak satu pun yang dapat
menjawab benar, sehingga dari 4 soal yang diberikan hanya 50 persen yang bisa
terjawab itupun untuk 10 orang siswa selebihnya dibawah 50% dan ada yang tidak
menjawab sama sekali padahal materi ini telah dipelajari pada waktu dikelas VII
dan materi ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar matematika siswa
Selain hasil belajarnya yang masih rendah, keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung juga masih rendah. Berdasarkan hasil observasi awal,
aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran seperti bertanya, mengeluarkan
pendapat, menjawab pertanyaan guru, beradu argumen sangat jarang sekali
terjadi. Bahkan untuk memperhatikan penjelasan dari guru di depan kelas saja
sangat sulit. Mereka kurang bisa mengoptimalkan kemampuan yang ada pada diri
mereka. Mereka kurang berani untuk mengeluarkan pendapat, tidak mau
menjawab pertanyaan guru sebelum di hukum terlebih dahulu, bahkan mereka
malu untuk bertanya sehingga mereka tidak akan pernah mengerti dengan materi
yang tidak pernah mereka ketahui akibat malu untuk bertanya.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Sumiati (2007:25-26) :
”Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri sendiri meliputi
kemampuan dasar, baik kemampuan dasar umum (kecerdasan), maupun
kemampuan dasar khusus (bakat), kesiapan untuk melakukan kegiatan
dalam proses pembelajaran, minat untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu, pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya, dan
kemampuan atau motivasi untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar diri meliputi semua upaya yang
dilakukan oleh guru, baik dalam memberikan rangsangan, bimbingan,
pengarahan dan dorongan untuk terjadinya proses belajar.”
Secara umum, faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa adalah kurang kreatifnya guru
sebagai pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran, seperti penggunaan
model pembelajaran ataupun metode pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa
merasa bosan dan kurang menarik sehingga merasa malas untuk mengikuti
pembelajaran. Proses pembelajaran juga dilakukan secara monoton, sehingga
yang terjadi hanyalah penyampaian materi secara satu arah (guru kepada siswa).
Hal tersebut juga menjadikan suasana belajar vakum (pasif) dan tidak adanya
interaksi sesama siswa, bahkan siswa kepada guru. Sejalan dengan Sumiati
(2007:31) yang menyatakan bahwa siswa melakukan proses belajar secara aktif,
berarti melakukan upaya sendiri dalam memperoleh pengalaman belajar.
Kenyataan yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran, siswa hanya
menerima apa yang diberikan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dipengaruhi oleh model dan
metode pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model dan metode
pembelajaran yang kurang tepat dan bervariasi
sehingga menyajikan aturan-
aturan yang kurang jelas, atau cara guru saat mengajar kurang melibatkan siswa
dapat menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas
karena pembelajaran hanya didominasi oleh guru saja. Hal tersebut juga dapat
membawa suasana yang tidak menarik perhatian, membuat siswa merasa bosan
dalam
proses
pembelajaran
sehingga
berpengaruh
kemampuan dan hasil belajar yang tidak optimal.
terhadap
pencapaian
Model pembelajaran yang tepat digunakan agar siswa lebih aktif dalam
belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Zulhaini dkk (2012:72) :
“Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan
keaktifan belajar siswa lewat proses diskusi. Sehingga pembelajaran
kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar siswa.”
Sejalan dengan apa yang dikatakan Trianto (2011:59) yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit
dan
membantu
siswa
menumbuhkan
kemampuan
berfikir
kritis.
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang saling bekerja sama
Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif , dalam hal ini peneliti
membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan
tipe STAD (Student Team Achievement Division)
dalam menyampaikan
pembelajaran karena kedua model ini sama-sama dapat membuat siswa aktif
dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2009:81) menyatakan
bahwa :
“TPS
(Think-Pair-Share)
atau
(Berfikir-Berpasangan-Berbagi)
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS juga merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui
diskusi kelompok dan presentasi. Model ini mempunyai keistimewaan yaitu
peserta didik selain bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri juga bisa
mengembangkan kemampuan berkelompoknya. Karena dalam pembelajaran
Think Pair Share (TPS) ini siswa tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya
sendiri tetapi juga terhadap kelompoknya. Sehingga siswa aktif membantu dan
mendorong semangat belajar untuk sama-sama berhasil, dan juga aktif berperan
sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
Sedangkan
model
Achievement Division
pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Teams
(STAD) merupakan merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang sangat sederhana sehingga sangat mudah untuk diterapkan.
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:213) bahwa: “Dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat
orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan
suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua
anggota kelompok bisa menguasai pelajaran tersebut”.
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa
dengan guru sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa
tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD menuntut keikutsertaan siswa secara aktif dalam diskusi
kelompok yang memungkinkan siswa lebih memahami konsep matematika yang
abstrak.
Alasan lain
yang mendasari peneliti membandingkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD adalah karena kedua model tersebut
memiliki perbedaan jumlah
anggota dalam satu kelompok
dan karena
ditemukannya beberapa penelitian yang relevan mengenai peningkatan
hasil
belajar dari model pembelajaran tersebut.
Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Zaka Syahrial Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS Untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat “ Pada
siklus 1 diperoleh 52% (13 siswa) yang mencapai daya serap 65%. Hal ini berarti
ketuntasan secara klasikal belum terpenuhi. Pada siklus II untuk hasil belajar
diperoleh 92% (23 siswa) yang telah mencapai 65%. Dan uji signifikan tes hasil
belajar I dengan tes hasil belajar II diperoleh thitung>ttabel (thitung=7,75 >
t0,95(24)=4,28),maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
subpokok bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat dikelas 1X SMP
Swasta Ar-rahman Medan T.A.2010/2011
Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Herfina
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa pada pokok bahasan bangun datar dikelas VII SMP Negeri 10 Medan T.A
2009/2010 diperoleh “ Pada siklus 1 yaitu pengajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, terdapat 20 orang siswa atau 50% telah mencapai
ketuntasan belajar dan 20 orang siswa atau 50% yang belum mencapai ketuntasan.
Hasil analisis setelah diberi tindakan pada siklus II, yaitu pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat 87,5% telah
mencapai ketuntasan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Karena keduanya mampu meningkatkan hasil belajar
siswa, maka penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan nilai hasil belajar
matematika siswa jika model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-PairShare) dan STAD (Student Team Achievement Division) dibandingkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan
hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD sehingga peneliti mengambil
judul “PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG
DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(Think-Pair-Share) DAN STAD (Student Teams Achievement Division) PADA
MATERI ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII MTS TELADAN UJUNG
KUBU TAHUN AJARAN 2012/2013.”
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi
aritmatika social di MTS Teladan Ujung Kubu .
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih kurang aktif, sehingga
situasi kelas terlihat vakum.
3. Siswa kurang tertarik belajar matematika karena mereka menganggap
pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan.
4. Model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih bersifat
teacher centered.
1.3 Batasan masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan
waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat
dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah Hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD
(Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di kelas VII
MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas maka, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan
model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams
Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan
Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model kooperatif
tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Teams Achievement Division)
pada materi arimatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Kubu Tahun
Ajaran 2012/2013
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, terutama:
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada
pokok bahasan aritmatika social
2. Bagi
guru
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
memilih
model
pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien dalam melibatkan siswa
didalamnya sehingga nantinya dapat
meningkatkan hasil
belajar
matematika siswa.
3. Bagi
sekolah,
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
mengambil
kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
dimasa yang akan datang.
5. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti lain yang berminat meneliti hal
yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan yang lebih
luas, baik tentang masalah yang diteliti maupun tentang subjek penelitian.
6. Sumbangan
pemikiran
dalam
dunia
pendidikan
guna
kemajuan
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada
khususnya.
1.7 Defenisi Operasional
Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa adalah nilai matematika yang diperoleh
siswa melalui tes evaluasi setelah proses belajar mengajar selesai
dilaksanakan.
2. Pembelajaran
tipe
TPS
(Think-Pair-Share)
adalah
adalah
suatu
pembelajaran saling bertukar pikiran secara berpasangan atau diskusi
secara berpasangan sehingga memberikan siswa waktu lebih banyak
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain..
3. Pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah
model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyempaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu:
1.
Pada saat peneliti memberikan pretes kepada kedua kelas nilai pretes kelas
VII A adalah 3,629 dan nilai pretes kelas VII C adalah 3,1714 setelah diberi
perlakuan pada kedua kelas, kelas VII A diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan kelas VII C diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada saat
proses pembelajaran berlangsung pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi aritmatika sosial keadaan
siswanya sangat serius dalam melakukan diskusi untuk membahas masalah
yang diberikan
tidak satupun masing-masing anggota kelompok
yang
berbicara sedangkan pada proses pembelajaran yang diberi perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD keadaan siswanya pada saat proses
diskusi nampak agak kurang aktif karena hanya sebagian masing-masing
anggota kelompok yang bekerja. Setelah diberi perlakuan pada kedua kelas
tersebut maka diperoleh hasil belajar siswa untuk kelas VII A dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share)
memiliki nilai rata-rata 8,286, sedangkan kelas VII C yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD nilai rata-rata siswa 7,7428.
Kemudian hasil belajar tersebut diuji
peneliti secara statistik dengan
menggunakan uji-t disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial dikelas
VII MTs Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran 2012/2013 , hal ini dibuktikan
dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung> ttabel yaitu 1,91> 1,6687.
55
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1.
Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS (Think-Pair-Share ) ataupun STAD sebagai salah satu alternatif
dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2.
Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe (Think-Pair-Share ) ataupun kooperatif tipe STAD sebagai model
pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
dalam mengikuti pelajaran.
3.
Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
4.
Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil
penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan
matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Arifin, Z., (2011), Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Arikunto, S., (2005), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Arul, La., (2009), Matematika dan Peradaban Dunia, http://laarul.blogspot.com. Diakses
tanggal 20 Januari 2013.
Dimyati dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku
Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan,
FMIPA UNIMED.
Ganis, (2010), Masalah Pendidikan di Indonesia, http://ganis.student.umm.ac.id/.
Diakses
tanggal 20 Januari 2013.
Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung..
Ibrahim, (2000), Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII1 SMP Negeri 1
Batuatas pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/modelpembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses tanggal 20 Januari 2013
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Jakarta.
Nurhadi, dkk., (2003), Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban , UM Press, Malang..
Nurharani, Dewi (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya, Pusat Perbukuan. Jakarta.
Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Rajawali Pers, Jakarta
Sriyanto, (2007), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Sardiman, A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar,
Rajawali
Pers, Jakarta
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung..
Sumiati, A., (2007), Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Susan, H., (2012), Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Standar Kompetensi
Sistem Rem Dengan Menggunakan Media Animasi Macromedia Flash Pada Siswa
Kelas XI TSM Di SMK Taman Siswa Tebing Tinggi T.A 2011/2012, FT UNIMED,
Medan.
Tampomas, H. (2010), Matematika Plus SMP Kelas VII Semester Pertama, Yudistira,
Jakarta.
Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi
Pustaka, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Wikipedia,
(http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar), Diakses 20 Januari 2013.
Zulhaini dkk, (2012), Psikologi Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.