IMPLEMENTASI MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMK NEGERI.

IMPLEMENTASI MODEL PBL
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERFIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT
DAN NON ELEKTROLIT DI SMK NEGERI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelas Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh :
TETTI MAHRANI PULUNGAN
NIM. 8136142022

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
201

ABSTRAK
TETTI MAHRANI PULUNGAN (NIM : 8136142022). Implementasi Model
PBL untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kritis

Siswa Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit di SMK
NEGERI. Tesis. Program Studi Pendidikan Kimia Pasasarjana Universitas
Negeri Medan (UNIMED), Maret 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar siswa pada
materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dibelajarkan dengan model PBL
dan model DI di SMK Negeri 1 Batang Onang., (2) Perbedaan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang
dibelajarkan dengan model PBL dan model DI di SMK Negeri 1 Batang Onang,
dan (3) Kolerasi antar hasil belajar siswa dengan berpikir kritis siswa di SMK
Negeri 1 Batang Onang. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster
random sampling sebanyak dua kelas, di mana kelas XI ATR sebagai kelas
eksperimen pertama yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL (problem
based learning) dan XI TSM sebagai kelas eksperimen kedua yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar Kimia dam bentuk pilihan berganda
yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:
(1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit yang dibelajarkan dengan model PBL dan model DI
di SMK Negeri 1 Batang Onang. dengan sig P = 0,01 < α = 0,05, (2) terdapat
perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit yang dibelajarkan dengan model PBL dan model DI
di SMK Negeri 1 Batang Onang dengan P = 0,03 < α = 0,05 (3) Tidak ada
kolerasi antar hasil belajar siswa dengan berpikir kritis siswa di SMK Negeri 1
Batang Onang dengan sig. 0,09 > α = 0,05
Kata Kunci : PBL, Berpikir Kritis dan Hasil Belajar

i

ABSTRAK
TETTI MAHRANI PULUNGAN: Implementation PBL Model to Improve
Learning Outcomes and Critical Thinking Ability of Vocational Students in
Learning Electrolytes and Non-Electrolytes Solution. Thesis. Study Program
of Chemistry, Postgraduate, Universitas Negeri Medan, 2015.
This study aims to determine: (1) Differences of students’ learning outcomes in
material electrolyte and non-electrolyte solution that is learned with PBL models
and DI models in SMK Negeri 1 Batang Onang, (2) differences in the students'
critical thinking skills in electrolyte and non-electrolyte solution material who
learned with PBL models and DI models in SMK Negeri 1 Batang Onang, and (3)
Correlation between students’ learning outcomes with students' critical thinking in
SMK Negeri 1 Batang Onang. The sample in this study conducted in cluster

random sampling of two classes, where class XI ATR as the first experimental
class learned with learning PBL (problem based learning) model and XI TSM as a
second experimental class learned with learning DI (Direct Instruction) model.
The instrument used in this research namely a learning outcomes chemical test in
the form of multiple choices that has been declared valid and reliable. From the
results of this study concluded: (1) there is a significant difference in students’
learning outcomes in electrolyte and non-electrolyte solution material that is
learned with PBL models and DI models in SMK Negeri 1 Batang Onang with sig
P = 0.01 < α = 0.05 , (2) there is a significant difference in students' critical
thinking skills in the electrolyte and non-electrolyte solution material that learned
with PBL models and DI models in SMK Negeri 1 Batang Onang with P = 0.03 <
α = 0.05 (3) there is a correlation between the learning outcomes of students with
critical thinking of students at SMK Negeri 1 Batang Onang with sig. 0.009 < α =
0.05
Keywords: PBL, Critical Thinking and Learning Outcomes

ii

DAFTAR ISI
ABSTRAK

DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
i
v
ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Identifikasi Masalah
1.3.Batasan Masalah
1.4.Rumusan Masalah
1.5.Tujuan Penelitian
1.6.Manfaat Penelitian
1.7.Defenisi Opereasional

1
1
5

6
6
7
7
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kerangka Teoritis
2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar
2.1.2 Hakekat Strategi Pembelajaran
2.1.3 Model Problem Based Learning
2.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning
2.1.3.2 Karakteristik Problem Based Learning
2.1.3.3 Langkah proses Problem Based Learning
2.1.3.4 Keunggulan Problem Based Learning
2.1.3.5 Sistem Penilaian Problem Based Learning
2.1.4 Kemampuan Berpikir Kritis
2.1.5 Direct Insruction
2.1.5.1.Sintaks Atau Pola Keseluruhan Dan Alur Kegiatan
Pembelajaran

2.1.5.2.Kelebihan dan Kekurangan Model Pengajaran
Langsung
2.2.Penelitian yang Relevan
2.3.Karangka Berpikir
2.3.1. Perbedaan model PBL dan model DI meningkatkan
hasil belajar dalam pembelajaran larutan elektrolit
dan non elektrolit
2.3.2. perbedaan Berfikir Kritis Terhadap Belajar
2.3.3. Interasksi Antara Model PBL Dengan Berpikir
Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa
2.4.Hipotesis

10
10
10
13
14
14
18
22

20
23
24
29

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.Populasi dan Sampel
3.3.Variabel Penelitian
3.4.Desain Penelitian

44
44
44
44
45

33
35
36

38

38
40
35
43

3.5.Prosedur Penelitian
3.6.Instrumen Penelitian
3.6.1. Tes hasil belajar
3.6.2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
3.6.3. Uji Coba Instrumen
3.7. Analisis Instrumen Tes
3.8.Teknik Analisa Data

46
50
50
50
51

51
52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa
4.1.2. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
4.2.Pengujian Persyaratan Analisis Data
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.1.1 Perhitungan Uji Homogenitas Pretes dan Posttes antara
Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan
Model Pembelajaran Direct Intruction Terhadap Hasil
Belajar
4.2.1.2 Perhitungan Uji Homogenitas Pretes dan Posttes antara
Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan
Model Pembelajaran Direct Intruction Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis
4.2.1.3 Perhitungan Uji Homogenitas Varians Hasil Belajar
dan Kemampuan Berpikir Kritis
4.3

Analisis Data
4.3.1 Perbedaan Hasil belajar Siswa yang Dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Model Pembelajaran Direct Intruction
4.3.2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Problem
Based Leraning dan Direct Intruction
4.3.3 Kolerasi Antara Hasil Belajar Siswa Dengan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa yang Dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Problem Based Leraning dan
Direct Intruction
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Perbedaan Hasil belajar Siswa yang Dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Model Pembelajaran Direct Intruction
4.4.2 Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Based
Leraning dan Direct Intruction
4.4.3 Kolerasi antar hasil belajar siswa dengan berpikir kritis

siswa di SMK Negeri 1 Batang Onang
4.5
Keterbatan Penelitian

53
53
54
54
55
55

56

57
57
57

58

58

60
60

60

65
68
69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

72
72
73
74

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tahapan PBL

20

Tabel

2.3 Aspek Kemampuan Berpikir

27

Tabel

3.1 Pretest-Postest Experimen Group Desain

45

Tabel

4.1 Uji Normalitas untuk PBL dan DI terhadap hasil belajar
Siswa

Tabel

58

4.2 Uji Normalitas untuk PBL dan DI terhadap kemampuan
Belajar kritis siswa

58

Tabel

4.3 Uji t untuk Hasil Belajar Siswa dengan model PBL dan DI

59

Tabel

4.5 Uji t untuk Kemampuan Berpikir Kritis

60

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1

Studi Literatur Dan Persiapan Proposal Penelitian

49

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1 Data Hasil Pretest Hasil Belajar Kimia

54

Grafik

4.2 Data Hasil Postest Hasil Belajar Kimia

54

Grafik

4.3 Data Hasil Pretest Kemampuan Berpikir Kimia Siswa

56

Grafik

4.4 Data Hasil Postest Kemampuan Berpikir Kimia Siswa

56

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Silabus

79

Lampiran

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

83

Lampiran

3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Larutan Elektrolit dan
Non Elektrolit

94

Lampiran

4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis

96

Lampiran

5 Soal yang akan Divalidkan

97

Lampiran

6 Kunci Jawaban Tes

107

Lampiran

7 Lembar Kerja Siswa

108

Lampiran

8 Kunci Jawaban LKS

117

Lampiran

9 Tabel Validitas

120

Lampiran

10 Tabel Reliabelitas

121

Lampiran

11 Tingkat Kesukaran

122

Lampiran

12 Tabel Daya Beda

123

Lampiran

13 Data Hasil Penelitian

124

Lampiran

14 Hasil Analisis Data Penelitian

126

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Kompetensi Guru Mata Pelajaran Kimia pada SMA/MA dan SMK/MAK
adalah sama, yaitu : Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori
kimia yang meliputi struktur, dinamika, energetika dan kinetika serta
penerapannya secara fleksibel, Memahami proses berpikir kimia dalam
mempelajari proses dan gejala alam; Menggunakan bahasa simbolik dalam
mendeskripsikan proses dan gejala alam/kimia; Bernalar secara kualitatif maupun
kuantitatif tentang proses dan hukum kimia; Menerapkan konsep, hukum, dan
teori fisika dan matematika untuk menjelaskan/mendeskripsikan fenomena kimia;
Menjelaskan penerapan hukum-hukum kimia dalam teknologi yang terkait dengan
kimia terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; Kreatif dan
inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu yang terkait dengan
mata pelajaran kimia; Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium kimia sekolah Kemendiknas, 2013).
Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu
membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan
yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh
peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam
bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah
bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

1

2

berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah (Silalahi,Albinus 2010).
Oleh karena itu perlu penalaran anak didik di asah sedemikian rupa
melalui metode pengajaran yang inovatif sehingga menumbuhkan kreatifitas
berfikir kritis pada anak didik. Kemampuan berpikir kritis melatih peserta didik
untuk membuat keputusan dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan
logis. Dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat mempertimbangkan
pendapat orang lain serta mampu mengungkapkan pendapatnya sendiri. Oleh
karena itu pembelajaran di sekolah sebaiknya melatih peserta didik untuk
menggali kemampuan dan keterampilan dalam mencari, mengolah, dan menilai
berbagai informasi secara kritis (Sari Dyas Devi, 2012).
Permasalahan yang sama juga ditemukan di SMK Negeri 1 Batang
Onang berdasarkan hasil observasi awal dan komunikasi langsung dengan guru
bidang studi kimia diketahui bahwa siswa masih memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah yang ditunjukkan dengan minimnya aktivitas bertanya, menjawab,
menanggapi

dan

mengemukakan

pendapat,

menalar,

belum

terbiasa

menyelesaikan suatu masalah dengan baik, dan mencoba mengambil suatu
kesimpulan secara induksi dan deduksi masih sangat kurang dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Guru juga masih menggunakan strategi pembelajaran
tradisional yang didominasi ceramah sehingga proses pembelajaran berlangsung
satu arah, siswa mendengarkan dan mencatat, sekali-kali bertanya dan menjawab

3

pertanyaan guru. Salah satu model pembelajran yang masih mendominasi di
SMKN 1 Batang Onang adalah Direct Instruction (DI) yaitu metode pembelajaran
langsung, Dimana guru menyampaikan materi, kemudian membuat soal, dan
membuat kesimpulan di akhir pembelajaran. Keadaan seperti ini membuat
suasana belajar menjadi monoton dan kurang bermakna, dimana siswa hanya
sebatas hapalan tanpa menemukan proses belajar yang lebih bermakna. Hal
tersebut berdampak pada pencapaian hasil belajar kimia banyak yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) rata-rata yang ditetapkan sekolah
yaitu 70, terutama materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dipelajari di
kelas XI, yaitu pada tahun pelajaran 2013/2014 KKM yang ditetapkan sekolah 70,
nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 68; pada tahun pelajaran 2012/2013
KKM yang ditetapkan sekolah masih 70, nilai rata-rata siswa adalah 65; dan pada
tahun pelajaran 2011/2012 KKM yang ditetapkan sekolah masih 70, nilai rata-rata
siswa adalah 67 (Waka Kurikulum SMK Negeri 1 Batang Onang, 2013).
Materi kimia SMK khususnya di kelas XI tentang larutan elektrolit dan
non elektrolit merupakan salah satu materi penting yang harus dipelajari siswa
karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana siswa dapat mengenal
berbagai macam larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Namun, pada
prakteknya proses pembelajaran tentang larutan elektrolit dan non elektrolit yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas masih berorientasi guru (teacher center) yang
di kenal dengan Direct Instruction (DI) sehingga masih belum mampu
mengaktifkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar dan belum mampu
membiasakan siswa siswa untuk berpikir kritis.

4

Agar pembelajaran di kelas menjadi efektif dan siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran serta dapat melatih kemampuan berpikir kritis maka
guru perlu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran ideal yang mampu
mengarahkan dan menuntut siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya. Jadi
peran guru dalam proses pembelajaran adalah membantu agar proses
pembentukan pengetahuan oleh siswa dapat berjalan dengan baik, sehingga siswa
terbiasa dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya serta terlatih untuk
menjadi pribadi yang mengerti, kritis, kreatif dan rasional.
Di antara banyak strategi pembelajaran yang ada, strategi pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning) yang memiliki dasar filosofi
kontsruktivisme, mampu mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri dan melatih kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Model
pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis
peserta didik. Salah satu model tersebut adalah model Problem Based Learning
(PBL). Diharapkan model PBL lebih baik untuk meningkatkan keaktifan peserta
didik jika dibandingkan dengan model Direct Instruction (DI). Keefektifan model
ini adalah peserta didik lebih aktif dalam berpikir dan memahami materi secara
berkelompok dengan melakukan investigasi dan inkuiri terhadap permasalahan
yang nyata di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam
dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari. Dengan menerapkan model
PBL pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrlit diharapkan peserta
didik akan mampu menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis

5

untuk

menyelesaikan

masalah

dengan

menggunakan

berbagai

strategi

penyelesaian.
Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa PBL dirancang berdasarkan
masalah riil kehidupan yang bersifat iil-structured, terbuka, dapat membangkitkan
minat siswa, nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan intelektual, dan
dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa. (Zion, Shafira dkk, 2004;
Chin dan Chia, 2005; Arnyana, 2006). Dengan kelebihan yang ada dalam PBL,
maka perlu diterapkan strategi pembelajaran ini di sekolah sebagai solusi agar
siswa lebih diberdayakan dan aktif dalam aktivitas belajar sehingga dapat melatih
kemampuan berpikir kritis yang diharapkan bermanfaat dalam kehidupan seharihari.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, perlu dilakukan studi komparatif untuk
untuk mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran ini (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar di SMK Negeri1 Batang Onang, sehingga
dirancanglah suatu penelitian dengan judul “Implementasi model PBL untuk
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berfikir kritis siswa pada
pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit di SMK Negeri ”.

1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, beberapa masalah
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Hasil belajar kimia siswa kelas XI SMK Negeri 1 Batang Onang cukup
rendah .

6

2. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMK Negeri 1 Batang Onang
masih rendah.
3. Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah Pembelajaran yang
berhubungan dengan kehidupan nyata dimana siswa kelas XI SMK Negeri 1
Batang Onang perlu model pembelajaran yang lebih bermakna.
4. Keaktifan siswa SMKN 1 Batang Onang dalam kegiatan pembelajaran masih
rendah.
5. Peran guru dalam proses pembelajaran di kelas masih mendominasi; dan
6. Perlunya Inovasi model pembelajaran sehingga penerapan PBL khususnya
pada materi larutan elektrolit dan Non Elektrolit dapat meningkatkan hasil
belajar dan berfikir kritis siswa.

1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini di batasi pada penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) serta model Direct Instruction (DI) dalam pembelajaran
kimia materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Hasil belajar siswa pada belajar
pada masalah yang diidentifikasi tersebut adalah dalam ranah kognitif yang
meliputi C1 Sampai C6 (ranah Kognitif taksonomi Bloom) dan kemampuan
berpikir kritis siswa pada sembilan aspek yang dikembangankan oleh Tsui (2002)

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah yang
diteliti adalah:

7

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada
larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dibelajarkan dengan model PBL dan
model DI di SMK Negeri 1 Batang Onang?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis
siswa pada larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dibelajarkan dengan
model PBL dan model DI di SMK Negeri 1 Batang Onang?
3. Apakah ada kolerasi yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan berpikir
kritis siswa di SMK Negeri 1 Batang Onang?

1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah unutk menunjukkan :
1

Perbedaan hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
yang dibelajarkan dengan model PBL dan model DI di SMK Negeri 1 Batang
Onang.

2. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit yang dibelajarkan dengan model PBL dan model DI di SMK
Negeri 1 Batang Onang.
3. Kolerasi antar hasil belajar siswa dengan berpikir kritis siswa di SMK Negeri
1 Batang Onang

1.6. Manfaat Penelitian
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran

bagi guru dalam upaya merencanakan dan memilih

strategi

8

pembelajaran pada materi kimia lainnya yang sesuai dengan kompetensi dan
tujuan yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa, serta bermanfaat juga bagi siswa agar dapat menumbuh
kembangkan atau meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
kimia.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah data
ilmua penelitian selanjutnya dalam meningkatkan kemampuan kompetensi dasar
kimia siswa SMK.

1.7.Defenisi Operasional
1. Model Problem based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
berpusat pada siswa, membangun pembelajaran aktif, keterampilan
menyelesaikan masalah dan dasar pengetahuan, serta berdasarkan
pemahaman dan penyelesaian masalah.
2. Berfikir kritis didefinisikan sebagai proses dari pengambilan keputusan
pengaturan diri bertujuan yang mendorong pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang tepat atau “mesin” yang menggerakkan
bagaimana kita memutuskan apa yang harus dilakukan atau meyakini
dalam konteks tertentu. Berpikir kritis meliputi kecenderungan perilaku
(misalnya, keingintahuan, keterbukaan pikiran) dan keterampilan kognitif
(misalnya, analisis, kesimpulan, evaluasi).
3. Direct Instruction (DI) adalah Pengajaran langsung suatu model
pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut arends, model

9

pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah.
4. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar dibagi atas tiga kompetensi yaitu
pengetahuan (kogitif), sikap ( afektif), dan keteramilan (psikomotorik).

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
problem based learning dan model pembelajaran direct instruction di SMK
Negeri 1 Batang Onang. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan problem
based learning lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran direct instruction.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran problem based learning dan model pembelajaran direct
instruction di SMK Negeri 1 Batang Onang.
3. Tidak terdapat hubungan antara kemampuan berfikir kritis siswa dengan hasil
belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran problem based learning dan model
pembelajaran direct instruction di SMK Negeri 1 Batang Onang.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan Strategi Pembelajaran Model PBL sebagai
berikut:

72

73

1. Para guru Kimia disarankan untuk menggunakan model pembelajaran
problem based learning. Sebagai model belajar alternatif dalam
pembelajaran mata pelajaran Kimia
2. Dalam penerapan model pembelajaran problem based learning guru harus
memperhatikan tingkat kemampuan bepikr kritis siswa.
3. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Maka guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran
yang berkaitan dengan pembelajaran.
4. Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator
lain seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah
populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat
kesalahan dan meningkatkan ketelitian hasil dari penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R,I, 2007. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar buku 2,
Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto, dan Sri Mulyantini Soetjipto,
2008, Yogyakarta, Pustaka Belajar.
Aroyo, L & Dicheva, D. (2004). The New Challenges for E-learning:The
Education Semantic Web, Educational Technology & Society, 7(4), 59-69
Ariyati, E. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Matematika dan IPA,
Vol. 1, No. 2, Juli 2010.

Brickman, P., C. Gormally, N. Armstrong, B. Hallar. 2009. Effects of Inquirybased Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence.
International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, Vol.
3, No. 2 (July 2009), ISSN 1931-474, Georgia Southern University,
Bilgin, I. 2009. The Effects of Problem-Based Learning Instruction on University
Students’ Performance of Conceptual and Quantitative Problems in Gas
Concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, 2009, 5(2), 153-164, E-ISSN: 1305-8223.

Bloom, B.S., (1952). Taksonomi of Education Objectives Book I Cognitif Domain,
London. Longman Group Ltd. Tesis Venila Sipayung Pascasarjana
Chin, C. dan L. G. Chia. 2005. Problem-Based Learning: Using Ill-Structured
Problems in Biology Project Work. Singapure: Nanyang Technological
University Academic Fund. DOI 10.1002/sce.20097. Published online 18
July 2005 in Wiley InterScience
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan IPA Jilid 3 Lanjutan Pertama. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lanjutan Pertama.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ennis, R. H., W. L. Gardiner, R. Morrow, D. Paulus, dan L. Ringel. 1964. The
Cornell Clas-Reasoning Test, Form X. Champaign: Illinois Critical
Thinking Project, Department of Educational Policy Sudies, University
of Illinois at Urbana-Champaign.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

74

75

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin
Press, Inc.
Kamal, S. 2010. Efektivitas Penggunaan Jigsaw dan Teknik Meringkas Catatan
Menggunakan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Belajar
Biologi dan Kecakapan Sosial Mahasiswa. Medan: Tesis Pascasarjana
Unimed Medan.
Kemendiknas. 2013. Kompetensi Guru Kimia Pada SMA/MA dan SMK/MAK.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lanjutan Pertama.
Kindvatter, R., W. Wile, and M. Ishler. 1996. Dynamic of Effective Teaching.
London: Logman Publisher.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi: Teori, Praktik, dan Penelitian.
Padang: UNP Press.
Muhidin, S. A. dan M. Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur
Dalam Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS). Bandung:
Pustaka Setia.

Purba, S. 2010. Strategi Pembelajaran Kolaboratif Dalam Meningkatkan
Kreativitas Belajar Mengajar. Medan: Jurnal Teknologi Pendidikan
Pascasarjana Unimed Medan, Vol. 3, No. 1, April 2010, ISSN 19796692.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Sari Dyas Devi. 2012. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Pada
Pembelajaran IPA KElas VIII SMP Negeri 5 Sleman . Yogyakarta:
Skripsi niversitas Negeri YogyakartaUnimed Medan.
Silalahi, Albinus. 2010. Seminar Nasional Peran Praktikum Dalam Pembentukan
kompetensi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia. Unimed.
Medan
Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

76

Sudrajat.
2011.Model
Pembelajaran
Langsunghttp://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/
Tim Penyusun. 2012. KTSP SMK Negeri ! Batang Onang, Padang Lawas Utara
Tsui, L. 2002. Fostering Critical Thinking through Effective Pedagogy: Evidence
from Four Institutional Case Studies. The Journal of Higher Education,
73(6):740-763.
Winkel, WS., 1991. Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta
Zion, M., D. Shafira, M. Slezak, E. Link, N. Bashan, M. Brumer, T. Orian, R.
Nussinovitch, B. Agrest, dan R. Mendelovici. 2004. Case Study:
Biomind-A New Biology Curriculum that Enables Aunthentic Inquiry
Learning. Journal of Biological Education (2004), 38 (2).