PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN
ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

Skripsi

Oleh
EVA MARGARETHA PURBA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

Eva Margaretha Purba

ABSTRAK
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN
ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT


Oleh
EVA MARGARETHA PURBA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem
solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi larutan nonelektrolit-elektrolit. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan design penelitian Non Equivalent Control Group Design. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun
Pelajaran 2013-2014 yang terdiri dari 8 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, sampel dalam penelitian ini adalah kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol.
Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan peningkatan
n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir evaluatif siswa pada
kelas eksperimen sebesar 0,57 dan pada kelas kontrol sebesar 0,39. Pengujian hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t). Hasil pengujian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan
pembelajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada kemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konven-

Eva Margaretha Purba

sional pada materi larutan nonelektrolit-elektrolit. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving efektif
dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi larutan
nonelektrolit-elektrolit.

Kata kunci : Model problem solving, Kemampuan berpikir evaluatif, larutan
elektrolit non-elektrolit


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Branti Raya pada tanggal 15 Januari 1992 sebagai putri ketiga dari empat bersaudara buah hati Bapak Sardiman Purba, S.Pd dan Ibu Henni
Rosdelina Simbolon. Pendidikan formal diawali Sekolah Dasar di SD Negeri
Kejadian 1997, kemudian pendidikan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah
pertama di SMP N I Tegineneng 2003, lalu pendidikan dilanjutkan kejenjang
sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Natar tahun 2006, dan pendidikan
dilanjutkan kejenjang Diploma I di LBI Bandar Lampung tahun 2009.

Tahun 2010 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun yang sama menjadi
anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila dan
anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Tahun 2013 mengikuti
Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Kependidikan Terintegrasi di SMA Negeri I Bandar Negeri Suoh,
Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat.

PERSEMBAHAN


Dengan segala kerendahan hati terucap puji syukur untuk kasih dan penyertaan
yang telah diberikan Tuhan Yesus sang pencipta alam semesta, sehingga skripsi
ini bisa terselesaikan. Lembaran-lembaran sederhana ini kupersembahkan
teruntuk:

 Bapak, Mama,
Doa yang terlantun untukku siang dan
malam,Jerih payah, kerja keras, dan
perjuangan kalian, menjadi semangat
untuk keberhasilanku.
 Keluarga tercinta ( Abangku Freddy Meyando Purba,
kakakku Cherlyana Ocktavia Purba dan adik-adikku
Mery Artha Sari Purba dan Carine Ragil Karunia Purba )
Dukungan yang tiada henti padaku.
 Almamater tercinta Universitas Lampung,
Tempatku menimba ilmu dan belajar
tentang kehidupan.

MOTO


Tuhan tidak selalu melakukan apa yang sanggup
DIA lakukan, melainkan apa yang DIA kehendaki
untuk DIA lakukan
I Can if I Think I can
(Eva Margaretha Purba)
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya,
bahkan Ia memberi kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir
(Pengkotbah 3 : 11 )

SANWACANA

Puji dan syukur hanyalah untuk-Mu Yesus, yang senantiasa memberikan kasih,
penyertaan, dan kehendak-Mu sehingga skripsi yang berjudul “Pembelajaran
Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Evaluatif pada
Larutan Elektrolit Non-elektrolit” dapat diselesaikan tepat pada waktunya sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada

1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4.

Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing I dan pembimbing
akademik, atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran,
dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.

5.


Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. selaku Pembimbing II atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran
dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

7.

Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen dari jurusan Pendidikan MIPA dan dosen-dosen lain yang telah memberikan ilmunya selama

iii

lebih dari tiga tahun ini.
8.

Kedua orang tuaku tercinta, abangku, kakakku dan adik-adikku Tersayang
dan abang Abangku Roy Feryando Purba terima kasih untuk doa, kasih,

ketulusan, kesabaran, motivasi, dukungan moril dan materi serta kasih
sayangnya yang selalu ada untukku

9.

Bapak Drs. Maisani Liswan selaku kepala sekolah dan Ibu Dewi Kurniati,
S. Pd. sebagai Guru Mitra SMA N 4 Metro, atas izin, waktu, kerjasama, dan
bimbingannya yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

10. Rekan-rekan Pendidikan Kimia 2010 , dan kakak serta adik tingkatku
khususnya sahabatku, Wink (Arif, Annisa, Debie, Fuah, Revi, Yuwanti, dan
Yudha) serta teman-teman KKN/PPL-ku Bandar Negeri Suoh tersayang
terima kasih atas senyum, ceria, dukungan dan kepercayaan yang selalu
kalian beri duka, serta selalu memotivasi dan membantu selama ini.

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan
manfaat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap
pengajar, dan segala kelemahan dalam karya ini merupakan akibat kurangnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandar Lampung, Juli 2014

Penulis,

Eva Margaretha Purba

iv

v

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

ix

I.


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

...........................................................................

1

B. Rumusan Masalah .......................................................................

4

C. Tujuan Penelitian .........................................................................

4

D. Manfaat Penelitian .......................................................................

5


E. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................

5

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ....................................................

7

B. Pembelajaran Problem Solving ....................................................

9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif .....................................................

13

D. Anggapan Dasar ...........................................................................

19


E. Hipotesis Penelitian .....................................................................

19

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ....................................................................

20

B. Jenis dan Sumber Data .................................................................

20

C. Metode dan Desain Penelitian .....................................................

21

vi

D. Variabel Penelitian .......................................................................

21

E. Instrumen Penelitian ....................................................................

22

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .................................................

23

G. Hipotesis Kerja ............................................................................

25

H. Hipotesis Statistik ........................................................................

25

I.

26

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ........................................

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ................................................

34

B. Pembahasan ...................................................................................

40

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................

52

B. Saran .............................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

54

LAMPIRAN
1.

Analisis SKL-KI-KD-Indikator ...................................................

56

2.

Silabus Eksperimen ......................................................................

60

3.

RPP Eksperimen ..........................................................................

72

4.

LKS ..............................................................................................

85

5.

Kisi-Kisi Soal Pretes dan Soal Postes ..........................................

105

6.

Soal Pretes ....................................................................................

112

7.

Soal Postes ...................................................................................

115

8.

Rubrik Penilaian Soal Postes dan Soal Postes .............................

118

9.

Lembar Penilaian Afektif .............................................................

126

vii

10. Rubrik Penilaian Afektif ..............................................................

130

11. Lembar Penilaian Psikomotor ......................................................

134

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ..................................................

135

13. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran
Materi Larutan Elektrolit Non-elektrolit ......................................

137

14. Angket Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran Materi
Larutan Elektrolit Non-elektrolit .................................................

139

15. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa ...............................................

141

16. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ..................................

145

17. Analisis Data ................................................................................

147

18. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................

159

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif .........................

15

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ...............................................

16

3. Desain Penelitian ..................................................................................

21

4. Rata-Rata Nilai Pretes, Postes, Dan n-Gain Kemampuan Berpikir
Evaluatif Siswa di Kelas Kontrol dan Eksperimen ..............................

34

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...........................................................

24

2. Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Evaluatif
di Kelas Kontrol dan Eksperimen .........................................................

37

3. Rata-Rata n-Gain Kemampuan Berpikir Evaluatif Siswa di Kelas
Kontrol dan Eksperimen ........................................................................

38

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan
penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan
siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis
dan berinisiatif. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses, produk dan sikap. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006)

Ilmu kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya ilmu
kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Ilmu kimia mempunyai tiga
karakteristik yang berkaitan erat yaitu, ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan
kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori), ilmu kimia sebagai
proses atau kerja ilmiah, dan ilmu kimia sebagai sikap. Dalam pedoman pengembangan kurikulum 2013 ditegaskan bahwa pembelajaran ilmu kimia di Sekolah

2
Menengah Atas (SMA) bertujuan untuk mendapatkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa)
keterampilan (tahu bagaimana) dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi.

Sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang
ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada materi elektrolit non-elektrolit;
banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini; misalnya penggunaan aki dalam kendaraan bermotor maupun
rumah tangga. Namun yang terjadi selama ini pada materi larutan elektrolit nonelektrolit dalam pembelajaran kimia di SMA lebih terkondisikan untuk dihafal
oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan apa
yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran
larutan elektrolit non-elektrolit.

Faktanya berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan
guru kimia SMA Negeri 4 Metro diketahui bahwa pembelajaran kimia di SMA
Negeri 4 Metro cenderung menekankan hanya pada aspek produknya saja. Selama ini proses pembelajaran kimia hanya melibatkan siswa sebagai pendengar dan
pencatat karena selama ini pembelajaran didominasi dengan ceramah oleh guru
dan latihan soal. Model pembelajaran yang seperti ini membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Karena siswa hanya menerima dan mendengarkan
materi dari guru dan tidak banyak dilibatkan dalam menemukan konsep. Hal ini
tidak sesuai dengan karateristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa memiliki kemampuan pikir dan tindak

3
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan
cara memperbaiki model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif.

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban yang
diberikan. Munandar (2008) menjelaskan bahwa ciri-ciri aptitude dari kreativitas
(berpikir kreatif), yaitu kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, berpikir elaborasi, dan berpikir evaluatif, yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir evaluatif. Kemampuan berpikir evaluatif berhubungan dengan kemampuan untuk
menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian
masalah, memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri dan mencetuskan pandangan sendiri tentang suatu hal.

Berdasarkan penelitian terdahulu ; antara lain 1) Baer (1993) yang menemukan
bahwa model pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah
(problem solving) dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis-kreatif siswa.
2) Wahyudi (2011) yang menemukan bahwa pendekatan pemecahan masalah
(problem solving) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
VIID SMP N 2 Depok. Sehingga ditinjau dari hasil penelitian tersebut pembelajaran problem solving dapat membuat siswa aktif , siswa juga dapat menentukan

4
kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah dan mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Problem solving adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan model pembelajaran problem solving untuk mengatasi permasalahan yang muncul, dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususya kemampuan
berpikir evaluatif.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, akan dilakukan penelitian yang
berjudul “Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Evaluatif pada Larutan Elektrolit Non-elektrolit”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir evaluatif siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem solving

5
dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi larutan
elektrolit non-elektrolit
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi:
1. Siswa
Melalui penerapan pembelajaran problem solving siswa dapat lebih mudah
untuk memahami materi larutan elektrolit non-elektrolit dan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa.
2. Guru
Menambah informasi dan wawasan tentang penerapan pembelajaran problem
solving yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa.
3. Sekolah
Penerapan pembelajaran problem solving dalam pembelajaran merupakan
alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang
memiliki beberapa langkah dalam pelaksanaannya (menurut Djamarah dan
Zain ) , yaitu (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau
keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan
jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara;
dan (5) Menarik kesimpulan.

6
2. Keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir
evaluatif indikator kemampuan yang diteliti meliputi menentukan kebenaran
suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah dan mempunyai
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Materi kimia dalam penelitian ini adalah materi larutan elektrolit dan larutan
non-elektrolit meliputi daya hantar listrik, sifat dan jenis larutan.
4. Pembelajaran menggunakan problem solving dikatakan efektif apabila secara
statistik kemampuan berpikir evaluatif siswa menunjukkan perbedaan n-Gain
yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk,
2010).

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan,
dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar
juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.

Dalam perkembangannya, pembelajaran inkuiri dilandasi oleh teori belajar penemuan Jerome Bruner (discovery learning), dan konstruktivime. Menurut Bruner
(Dahar,1989) teori belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

8

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata (Trianto, 2009).

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar Winahyu (2001)
konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh
adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer
pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1.

Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa
dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2.

Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat yang
lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan
perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi
pengetahuannya.

3.

Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.

9

Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti
hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu (Suparno, 1997)
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
(2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
(3) mengajar adalah membantu siswa belajar;
(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
(5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;
(6) guru adalah fasilitator.

B. Pembelajaran Problem Solving

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah
yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan
masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula.
Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban.
Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila
pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan
suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak
memecahkan masalah tersebut.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan
suatu masalah dan memecahkannya berdasar-kan data dan informasi yang akurat,
sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan
masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari,
mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip,

10

teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut
kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati,
2006).
Retman (dalam Sudjana, 2005) mengemukakan bahwa kegiatan belajar perlu mengutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah peserta didik akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatif dan bekerja secara
intensif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Menurut Sriyono (1992), pembelajaran problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi masalah, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian
menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah.

Menurut Sukarno (1981) dengan menggunakan pembelajaran problem solving,
anak dapat dilatih untuk memecahkan masalah secara ilmiah, melatih mengemukakan hipotesis, melatih merencanakan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis
itu, melatih mengambil suatu kesimpulan dari sekumpulan data yang diperoleh
anak-anak dari pelajaran sains itu, juga segi-segi lainnya yang terdapat pada sains.

Djamarah dan Zain (2010) mengemukakan bahwa salah satu model mengajar adalah problem solving. Namun pembelajaran problem solving bukan hanya sekedar
model mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

11

Langkah-langkah dalam penggunaan pembelajaran problem solving yaitu sebagai
berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,
berdiskusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan jawaban
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah
kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban
sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi,
tugas diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Dengan pembelajaran problem solving siswa harus berpikir, menguji hipotesis dan
bila berhasil memecahkan masalah tersebut, siswa akan mempelajari sesuatu yang
baru. Dalam memecahkan masalah harus dilalui berbagai langkah seperti
mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan
dengan masalah itu dan harus berpikir kritis sehingga siswa akan terlatih dalam
memecahkan masalah-masalah baru (Nasution, 2008).

Pembelajaran problem solving ini akan lebih produktif bila dalam pelaksanaannya
disatukan metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Djsastra (1985) yaitu :
“Dalam praktek mengajar di kelas model problem solving ini sebaiknya
dipergunakan bersama-sama dengan metode diskusi dan metode proyek, tetapi
yang jelas model problem solving ini akan lebih produktif (lebih stabil) bila
disatukan dengan metode diskusi”.

12

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran problem solving biasanya dapat digabungkan dengan metode diskusi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan
lebih produktif, siswa dapat bersama-sama dengan teman sekelompoknya berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Terdapat 3 ciri utama dari
pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran.
Artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan siswa.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran problem solving menempatkan masalah sebagai kunci dari proses
pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem solving menurut
Djamarah dan Zain (2006) adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan model pembelajaran problem solving
a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2. Kekurangan model pembelajaran problem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru

13

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan
permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
3. Cara-cara Mengatasi Kelemahan-kelemahan Metode Problem Solving
a. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual,
sering terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta
diklat terlebihdahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang
masalah itu. Apakah kemampuan dan pengetahuan peserta diklat
diperkirakan masih sanggup untukmenyelesaikannya.
b. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti
masalah itu harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior
knowledge dan kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah
perselingkuhan, tidak bisa hidupbersama mertua, memilihkan pendidikan
bagi anak-anak.
c. Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah
mana yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat.
Jangan sampai terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana
mereka harus memulaitugasnya.
d. Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan membuat
modelpohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan
masing-masingdicarikan alternatif penyelesaiannya.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Menurut model struktur intelek oleh Guilford ( dalam Munandar, 2008), “Berpikir
divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan
pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat
(Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru,

14

kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)
2) Berpikir Luwes
(fleksibel)

Arti

a. Menghasilkan banyak
b.
a.
b.
c.

3)

Berpikir Orisinil
(originality)

a.

4)

Berpikir Terperinci
(elaborasi)

a.
b.

gagasan/jawaban yang relevan;
Arus pemikiran lancar.
Menghasilkan gagasan-gagasan yang
beragam;
Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain, yang
jarang diberikan
kebanyakan orang
Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
Memperinci detail-detail;
Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (dalam Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator
berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi,
mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi
atau masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

15

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian
Berpikir Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.
2) Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.

Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi.
2) Dapat melihat suatu masalah da-ri
sudut pandang yang berbeda.
3) Mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pendekatan
atau pemikiran.

Berpikir Orisinil (Originality)

Perilaku
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai
suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan
dan kelemahan dari suatu objek atau
situasi.
a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda.
Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam-macam cara
untuk menyelesaikannya.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal
yang tidak terpikirkan orang lain.

1. Mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
yang baru.
Memilih cara berpikir lain dari pada
yang lain.

16

Lanjutan tabel 2
Pengertian
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk.
2. Menambah atau merinci detail-detail
dari suatu objek, gagasan atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.

Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2. Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi juga melaksanakannya.

Perilaku

a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan lang-kahlangkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna,
dan detail-detail (bagian-bagian)
terhadap gambaranya sen-diri atau
gambar orang lain.
a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut
pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir evaluatif.

D. Kerangka Pemikiran
Kimia memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di
dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Salah satunya yaitu manusia
yang mampu berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan sesuatu
yang perlu dilatih secara bertahap. Kemampuan dalam berpikir kreatif memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya secara lebih akurat. Oleh sebab itu
kemampuan berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah/pencarian solusi, dan pengelolaan proyek.

17

Salah satu pembelajaran yang diduga dapat membentuk keterampilan berpikir kreatif siswa adalah pembelajaran problem solving. Dalam pembelajaran problem
solving siswa dikoordinasikan dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa aktif mencari informasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk menentukan solusi terbaik dalam masalah yang dihadapi sehingga dari masalah tersebut dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, guru berperan mengajukan permasalahan nyata, memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar dan
fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan kemampuannya melalui berbagai upaya
aktif dan mandiri untuk dapat memecahkan masalah sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung. Pembelajaran problem solving diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena kesesuaian sintaks dari pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif. Aspek kemampuan berpikir kreatif yang akan ditingkatkan yaitu berpikir evaluatif.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya bahwa pada tahap
pertama pembelajaran problem solving, guru mengorientasikan siswa pada masalah dengan cara memberikan suatu masalah pada siswa dengan cara memberikan motivasi untuk terlibat dalam pemecahan masalah. Pada tahap ini, diharapkan
siswa akan terstimulus untuk mendefinisikan masalah yang mereka hadapi. Pada

18

tahap kedua yakni mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
masalah yang sedang dihadapi sehingga siswa pun diharapkan dapat membuat isi
definisi dalam bentuk contoh dan non contoh. Kemudian, pada tahap ketiga yakni
menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa akan dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap keempat yakni menguji
kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan eksperimen dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dalam eksperimen tersebut. Dengan eksperimen ini, maka siswa akan dapat memberikan alasan
terhadap jawaban yang dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa
dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan
sederhana dari data yang didapat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya,
berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran problem solving ini diharapkan dapat mengembangkan pemikiran siswa secara individu khususnya berpikir evaluatif karena adanya berpikir, maka kualitas juga dapat meningkat Dengan berpikir apabila pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
problem solving pada pembelajaran kimia pada materi larutan nonelektrolitelektrolit dikelas diharapkan siswa dapat melatihkan kemampuan berpikir evaluasi
sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa akan tinggi sebanding dengan semakin tingginya kemampuan kognitif siswa. Tingkat kemampuan kognitif siswa di-

19

pengaruhi dengan perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang
tinggi pula.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Perbedaan rata-rata nilai n-Gain kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif
semata-mata terjadi karena perubahan model pembelajaran dalam proses
belajar mengajar.

2.

Faktor-faktor lain diluar pelakuan pada kedua kelas penelitian diabaikan.

F. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan
problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa
pada materi larutan elektrolit non-elektrolit.

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro
Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa dan tersebar dalam delapan
kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk
dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan
diberi perlakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (berdasarkan saran dari
ahli). Purposive sampling akan baik hasilnya jika ditangan oleh seorang ahli yang
mengenal populasi (Sudjana, 2005). Dalam hal ini seorang ahli yang dimintai
pertimbangan dalam menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel adalah
guru bidang studi kimia yang sudah memahami karakteristik siswa. Maka ditentukan kelas X4 dan X2 sebagai sampel. Kelas X4 sebagai kelas eksperimen yang
mengalami pembelajaran dengan pembelajaran problem solving, sedangkan kelas
X2 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil pretes dan postes, lembar penilaian afektif,

21

lembar penilaian psikomotor dan lembar observasi kinerja guru. Sedangkan
data sekunder berupa angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi
elektrolit non-elektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas
eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Eqiuvalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 1997) dengan urutan
kegiatan seperti yang terlihat pada di bawah ini.
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas

Pretes

Perlakuan

Postes

Kelas eksperimen

O1

X

O2

Kelas kontrol

O1

-

O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1)
yang terdiri dari 5 soal uraian. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan pembelajaran pembelajaran problem solving (X) dan
pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua
kelompok sampel diberikan postes (O2) yang terdiri dari 5 soal uraian.

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran problem
solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah

22

kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi pokok larutan elektrolit non elektrolit siswa kelas X SMAN 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan pembelajaran pembelajaran problem solving pada materi elektolit non-elektrolit sejumlah 2 LKS,
soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan
berpikir evaluatif, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar
observasi kinerja guru dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi
elektrolit non-elektrolit.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian
instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian
antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun
pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator keterampilan, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa
instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai ke-

23

pentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan
judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli
untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani,
M.Si.dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si sebagai dosen pembimbing untuk
mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Pra penelitian
Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 4 Metro untuk melaksanakan
penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas X untuk mendapatkan
informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.
2. Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: analisis Kompetensi Inti-Kompetensi
Dasar-indikator, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan
postes, Rubrik pretes postes, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar penilaian
afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar kinerja guru, kisi-kisi angket
pendapat siswa terhadap pembelajaran materi elektrolit non-elektrolit, dan
angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi elektrolit nonelektrolit.

24

c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah:
(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
(2) Melakukan analisis data pretes yaitu uji persamaan dua rata-rata.
(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi elektrolit non-elektrolit
sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing
kelas, pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pembelajaran
problem solving diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran
konvensional diterapkan di kelas kontrol.
(4) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu

1. Menentukan populasi dan sampel
penelitian
2. Menyusun instrumen penelitian
Kelas kontrol
(Pembelajaran
konvensional)

Pretes
Postes

Kelas eksperimen
(Pembelajaran
menggunakan
problem solving)

Penelitian

Pra

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah.
2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.

penelitian

kesimpulan.Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Analisis data
Pembahasan dan simpulan
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

Analisis
dan
pelaporan
hasil

terbimbing)

25

G. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-rata n-Gain kemampuan berpikir
evaluatif siswa pada materi elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan
menggunakan pembelajaran problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nGain kemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis
dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0

: Rata-rata n-Gain kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi
elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran
menggunakan pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama
dengan rata-rata n-Gain kemampuan berpikir evaluatif siswa pada
kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
H0 : µ 1x ≤ µ 2x

H1

: Rata-rata n-Gain kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi
elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan
pembelajaran problem solving lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain
kemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1x > µ 2x

26

Keterangan:
µ 1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi elektrolit non-elektrolit pada kelas yang
diterapkan menggunakan pembelajaran problem
solving.
µ 2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi elektrolit non-elektrolit pada kelas yang
diterapkan pembelajaran konvensional.
x : kemampuan berpikir evaluatif

I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a.

Perhitungan Nilai Siswa

Nilai pretes dan postes pada penilaian kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif
secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

..........(1)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung nilai n-Gain, yang
selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.

27

b. Perhitungan n-Gain
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pembelajaran problem solving dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada materi pokok
larutan elektrolit non-elektrolit, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi.
Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes
dari kedua kelas.
Menurut Meltzer besarnya perolehan dihitung dengan rumus normalized gain,
yaitu:
.........

.................(2)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok
sampel berasal dari populasi b